Anda di halaman 1dari 10

Geomorfologi Kuantitatif

Analisis Lereng (Bentuk, Dimensi dan Kemiringan)

Oleh :
Erika Silviani
270110130006
Kelas B

Fakultas Teknik Geologi


Universitas Padjajaran
2016

ANALISIS LERENG
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa relief bentuk muka Bumi dapat
diketahui berdasarkan garis-garis kontur pada peta topografi,. Garis kontur
merupakan garis khayal pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
memiliki ketinggian sama di atas permukaan laut. Garis-garis kontur juga
menunjukkan ciri-ciri kenampakan relief seperti bentuk dan kemiringan lereng.
Garis-garis kontur renggang menunjukkan tingkat kemiringan lereng yang landai.
Sementara itu, garisgaris kontur rapat menunjukkan tingkat kemiringan lereng
yang curam atau terjal. Semakin rapat jarak antargaris kontur berarti kemiringan
lereng semakin curam dan sebaliknya. Lereng merupakan bagian yang miring atau
sisi yang landai pada sebuah gunung, bukit, pegunungan, atau perbukitan (Eko
Sujatmiko, 2015) . Lereng ini memiliki bentuk, dimensi serta kemiringan yang
dapat dianalisis berdasarkan nilai kuantitatif nya. Lereng ini perlu dihitung
kestabilannya agar nantinya tidak memepengaruhi kegiatan-kegiatan yang
berlangsung diatas atau disekitar lereng itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya
pemahaman mengenani bagaimana menganalisa kestabilan lereng itu.
1. Analisa Bentuk Lereng
Pola kerapatan garis-garis kontur dapat digunakan untuk mengetahui
bentuk lereng. Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan
pelapukan. Dengan melihat pola kontur pada peta topografi dapat dilihat
bagaimana tipe lereng nya. Tipe dasar lereng dan ciri garis konturnya dapat
menjadi bahan referensi dalam mengidentifikasi bentuk atau tipe lereng. Ada
enam tipe lereng dan ciri garis konturnya, yakni sebagai berikut :
a. Lereng terjal, dicirikan dengan jarak garis kontur yang rapat.

b. Lereng sedang atau landai, dicirikan dengan jarak garis kontur yang
renggang.

c. Lereng cekung, dicirikan dengan semakin tinggi tempat, jarak kontur


semakin berkurang.

d. Lereng cembung, dicirikan dengan kontur yang semakin tinggi tempat,


jarak kontur semakin renggang.

e. Lereng seragam, dicirikan dengan jarak antar kontur tetap.

f. Lereng berombak, dicirikan dengan kontur yang secara periodik jaraknya


berdekatan.

2. Analisa Dimensi Lereng


a. kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian (Van Zuidam, 1985)
KELAS RELIEF

KEMIRINGAN
LERENG ( % )

PERBEDAAN
KETINGGIAN (m)

Datar - Hampir datar

0 - 2

<5

Berombak

3 - 7

5 - 50

Berombak - Bergelombang

8 - 13

25 - 75

Bergelombang - Berbukit

14 - 20

75 - 200

Berbukit - Pegunungan

21 - 55

200 - 500

Pegunungan curam

55 - 140

500 - 1.000

> 140

> 1.000

pegunungan sangat curam

b. ketinggian absolut dengan morfografi


KETINGGIAN ABSOLUT

< 50 meter
50 meter - 100 meter

UNSUR MORFOGRAFI
Dataran rendah
Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter

Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter

Perbukitan

500 meter - 1.500 meter

Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 meter


> 3.000 meter

Pegunungan
Pegunungan tinggi

Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal
ini disebabkan karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan
tegangan (stress) yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada kaki
lereng serta dengan makin besarnya geometri, maka ketersingkapan
struktur pun akan makin besar yang menyebabkan terjadinya kelongsoran
blok batuan.

muka lereng
Bidang lemah

c. Ukuran Panjang Lereng

PANJANG LERENG (M)

KLASIFIKASI
Lereng sangat pendek

< 15
15 - 50

Lereng pendek

50 - 250

Lereng sedang

250 - 500

Lereng panjang
Lereng sangat panjang

> 500

d. Kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE

Kemiringan
lereng ()

Kemiringan
lereng (%)

Keterangan

Klasifikasi
USSSM* (%)

Klasifikas
i
USLE*
(%)

<1

0-2

Datar hampir datar

0-2

1-2

1-3

3-7

Sangat landai

2-6

2-7

3-6

8 - 13

Landai

6 - 13

7 - 12

6-9

14 - 20

Agak curam

13 - 25

12 - 18

9 - 25

21 - 55

Curam

25 - 55

18 - 24

25 - 26

56 - 140

Sangat curam

> 55

> 24

> 65

> 140

Terjal

*USSSM = United Stated Soil System Management


USLE

= Universal Soil Loss Equation

3. Analisis Kemiringan Lereng


Kemiringan lereng (Slope) merupakan salah satu unsur topografi dan
sebagai faktor terjadinya erosi melalui proses runoff. Semakin curam lereng
semakin besar laju dan jumlah aliran permukaan, semakin besar pula erosi
yang terjadi. Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di
berbagai tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya
endogen. Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik
diatas permukaan bumi. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur sudut
kemiringan lereng disebut clinometer. Alat ini juga dapat dapat digunakan
untuk mengukur ketinggian benda. Beberapa faktor kemiringan lereng yang
mempengaruhi terjadinya erosi, yaitu :
a. Panjang lereng dengan faktor pendukung intensitas hujan. Jika
intensitas hujan tinggi, panjang lereng meningkat disertai dengan
meningkatnya erosi.
b. Arah lereng, erosi lebih besar pada lereng yang menghadap ke arah
selatan karena tanahnya mudah terdispersi secara langsung terkena
sinar matahari.
c. Konfigurasi lereng (cembung erosi lembar, cekung erosi alur dan
parit).
d. Keseragaman lereng (bentuk kecuraman). Erosi akan lebih besar pada
lereng yang seragam.

Derajat kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan sifat


tofografi yang dapat mempengaruhi besarnya erosi tanah. Semakin curam
dan semakin panjang lereng maka makin besar pula aliran permukaan dan
bahaya erosi semakin tinggi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mengetahui

sudut

kemiringan

lereng

agar

dapat

mengantisipasi

kemungkinan erosi yang terjadi, sehingga tidak berdampak pada


pengelolaan lahan pertanian yang kita usahakan.
Pembagian kemiringan lereng dan bentuk lahan secara kuantitatif,
melalui perhitungan dikelompokkan berdasarkan jumlah persen dan besar
sudut lereng, untuk mengetahui jumlah tersebut melalui perhitungan dari
perbandingan perbedaan ketinggian dengan jarak datar yang terbentuk.
Perhitungan ini daat dilihat pada rumus di bawah ini :
Rumus kemiringan lereng dari peta topografi dan foto udara (Van
Djuidam, 1988) :
S = ( h / D ) X 100 %
Keterangan:
S = Kemiringan lereng (%)
h = Perbedaan ketinggian (m)
D = Jarak titik tertinggi dengan terendah (m)

Daftar Pustaka :
___________________, 2006. Geologi Daerah Sukamandi dan Sekitarnya
Kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat. Jurusan
Geologi Unpad. Bandung
Bieniawski,ZT. Engineering Rock Mass Classifications. John Wiley & Sons. 1989
Braja M. Das. Principles of Geotechnical Engineering. PWS Publishers.1985.

http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/04/garis-kontur.html
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/2014/12/cara-umum-menghitungpersentase.html
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/2014/12/tipe-dasar-lereng-dan-cirigaris.html
http://www.berpendidikan.com/2015/09/bentuk-bentuk-permukaan-bumidaratan.html
Zuidam, R.A. Van., 1985. Aerial Photo-Interpretation Terrain Analysis and
Geomorphology Mapping. Smith Publisher The Hague, ITC.

Anda mungkin juga menyukai