Cleopatra VII Philopator
Cleopatra VII Philopator
SM) adalah ratu Mesir kuno, anggota terakhir dinasti Ptolemeus. Walaupun banyak ratu Mesir
lain yang menggunakan namanya, dialah yang dikenal dengan nama Cleopatra, dan semua
pendahulunya yang bernama sama hampir dilupakan orang.
Ia adalah penguasa Mesir bersama ayahnya Ptolemeus XII, saudara laki-laki sekaligus suaminya:
Ptolemeus XIII dan Ptolemeus XIV, dan akhirnya anaknya Caesarion. Cleopatra berhasil
mengatasi kudeta yang dirancang oleh pendukung saudara laki-lakinya dengan bersekutu dengan
Julius Caesar dan dilanjutkan Mark Antony. Cleopatra memiliki 1 anak dari Julius Caesar dan 3
anak dari Mark Antony (dua diantaranya adalah kembar).
Cleopatra bunuh diri sewaktu Augustus (Octavianus) naik tahta dan menyerang Mesir, dengan
cara memasukkan tangannya sendiri kedalam keranjang penuh ular berbisa ( Asp / sejenis Cobra
asal Afrika Utara). Kisah hidupnya sering didramatisasikan dalam berbagai bentuk karya,
termasuk "Antony and Cleopatra" dari William Shakespeare dan beberapa film modern.
Masa kecil
Sedikit yang diketahui tentang masa kecil Cleopatra, tetapi Cleopatra berdarah Yunani, bukan
keturunan Mesir. Ia dilahirkan pada awal tahun 69 SM, anak ke-3 dari 6 orang dan lahir di
kalangan Dinasti Ptolemaik Yunani. Ia mempunyai 2 orang kakak dan seorang adik perempuan
serta dua adik laki-laki. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Alexandria yang merupakan kota terbesar
dan termewah saat itu.
Kerajaan dari ayah Cleopatra tidak aman akibat tekanan dan konflik dari luar dan dalam
perebutan kekuasaan, serta konflik dalam seperti pemerintahan sentralisasi dan korupsi politik.
Hal ini memimpin pemberontakan dan hilangnya Siprus dan Cyrenaica yang menyebabkan masa
kekuasaan Ptolemeus sebagai salah satu yang paling mematikan di dinasti tersebut. Semasa kecil,
Cleopatra telah melihat persengketaan dalam keluarganya sendiri. Dikatakan bahwa ayahnya
selamat dari 2 usaha pembunuhan ketika seoragn pelayan menemukan ular berbisa yang
mematikan di tempat tidurnya dan pelayan yang mencicipi minuman anggur tuannya yang
selanjutnya pelayan tersebut meninggal. Kakak perempuan tertuanya, Tryphaena juga mencoba
untuk meracuni Cleopatra sehingga ia mulai menggunakan juru cicip. Ketika ia berusia belasan
tahun, ia menyaksikan kejatuhan ayahnya sendiri dan ayahnya menjadi boneka Kekaisaran
Romawi akibat beban utang yang terlalu tinggi, tetapi masih berharap agar Romawi tidak
menaklukan Mesir. Keadaan itu menyebabkan Ptolemeus XII diusir rakyat dari Alexandria yang
akhirnya melarikan diri ke Romawi. Pada tahun 58 SM, ibunya, Cleopatra V mengambil alih
pemerintahan bersama anaknya, Berenice IV dengan bantuan gubernur Suriah yang dikuasai
Romawi, Aulus Gabinius selama setahun hingga ibunya meninggal, lalu Berenice IV
memerintah sendiri. Ptolemeus XII menggulingkan anak perempuan tertuanya pada tahun 55 SM
dan menghukum mati anaknya, Berenice IV. Kakak perempuan Cleopatra lainnya, Tryphaena
mengambil tahta dan tidak lama kemudian ia meninggal yang menyisakan Cleopatra dengan
suaminya dan adiknya, Ptolemeus XIII sebagai penerus tahta.
Dari ayahnya, Ptolemeus XII, Cleopatra mengetahui akan kekuatan leluhurnya. Leluhurnya telah
melakukan penaklukan besar hampir 3 abad yang lalu.
Silsilah keluarga Cleopatra.
Naik tahta
Ptolemeus XII meninggal pada bulan Maret tahun 51 SM, membuat Cleopatra yang saat itu
berusia sekitar 18 tahun dan Ptolemeus XIII yang berusia sekitar 12 tahun sebagai pemimpin
gabungan. 3 tahun pertama kekuasaan mereka sulit karena permasalahan ekonomi, kelaparan,
banjir sungai Nil dan konflik politik. Walaupun Cleopatra menikahi adiknya, ia menunjukan
bahwa ia tidak memiliki keinginan untuk berbagi kekuasaan dengannya.
Diturunkan dari tahta
Pada bulan Agustus tahun 51 SM, relasi mereka rusak. Cleopatra menurunkan nama Ptolemeus
dari dokumen resmi dan wajahnya muncul sendiri di uang koin yang berada diluar tradisi
Ptolemaik yang menyatakan bahwa pemimpin wanita dibawahkan oleh pemimpin laki-laki. Hal
ini menghasilkan kelompok rahasia orang yang tidak termasuk dalam istana, dipimpin oleh
eunuch Pothinus, menurunkan Cleopatra dari kekuasaan dan menjadikan Ptolemeus pemimpin
pada tahun 48 SM (atau lebih awal, dan terdapat sebuah dekrit pada tahun 51 SM dengan nama
Ptolemeus sendiri). Ia mencoba untuk melakukan pemberontakan disekitar Pelusium, tapi ia
terpaksa melarikan diri dari Mesir dengan adiknya yang tersisa, Arsinoë.
Kembali naik tahta
Cleopatra bertemu dengan Caesar.
Ketika Cleopatra pergi dari Mesir, Pompey melibatkan diri dalam perang saudara Romawi. Pada
musim gugur tahun 48 SM, Pompey melarikan diri dari pasukan Julius Caesar ke Alexandria dan
mencari suaka. Ptolemeus saat itu berusia 15 tahun dan menunggu kedatangannya. Pada tanggal
28 September 48 SM, Pompey dibunuh oleh salah satu mantan opsirnya yang sekarang bekerja
untuk Ptolemaik. Ia dipenggal di depan istri dan anaknya, yang berada di kapal yang baru saja ia
turuni. Ptolemeus berpikir bahwa dengan ia telah memerintahkan kematian Pompey untuk
menyenangkan Julius Caesar. Hal ini adalah kesalahan Ptolemeus yang besar. Ketika Caesar tiba
di Mesir dua hari kemudian, Ptolemeus memberikan kepala Pompey. Caesar yang melihat hal ini
sangat marah karena fakta bahwa walaupun ia musuh politik Caesar, Pompey adalah konsul
Roma dan duda dari anak Julis Caesar, Julia. Caesar menguasai ibukota Mesir dan
menjadikannya wasit dari klaim antara Ptolemeus dan Cleopatra.
Cleopatra mengambil kesempatan ini dan kembali ke istana dan bertemu dengan Caesar.
Dipercaya bahwa Caesar terpesona dengan langkahnya, dan Cleopatra menjadi kekasihnya. 9
bulan setelah pertemuan pertama mereka, Cleopatra melahirkan bayi. Pada saat ini, Caesar
meninggalkan rencananya untuk menggabungkan Mesir, dan mendukung klaim Cleopatra atas
tahta. Setelah perang saudara pendek, Ptolemeus XIII tenggelam di sungai Nil dan Caesar
mengembalikan Cleopatra ke tahtanya, dengan adiknya yang lain Ptolemeus XIV sebagai wakil
pemimpin baru.
Hubungan Cleopatra dengan Julius Caesar
Walaupun perbedaan umur Cleopatra dan Julius Caesar sebesar 30 tahun, Cleopatra dan Caesar
menjadi kekasih selama Caesar berada di Mesir tahun 48 SM sampai 47 SM. Mereka bertemu
ketika Cleopatra berusia 21 tahun dan Caesar berusia 50 tahun. Pada tanggal 23 Juni 47 SM,
Cleopatra melahirkan Ptolemeus Caesar (disebut "Caesarion" yang berarti "Caesar kecil").
Cleopatra mengklaim Caesar sebagai ayahnya dan berharap untuk menjadikan anak itu sebagai
ahli waris, tetapi Caesar menolak dan lebih memilih cucu lelakinya, Octavian. Caesarion
dimaksudkan untuk mewarisi Mesir dan Romawi, menyatukan timur dan barat.
Cleopatra dan Caesarion mengunjungi Roma pada tahun 47 SM sampai tahun 41 SM dan hadir
ketika Caesar dibunuh pada tanggal 15 Maret 44 SM. Sebelum atau sesudah pembunuhan, ia
kembali ke Mesir. Ketika Ptolemeus XIV meninggal karena kesehatannya memburuk, Cleopatra
menjadikan Caesarion penerusnya. Untuk menjaganya dan Caesarion, adiknya Arsinoe
meninggal.
Hubungan Cleopatra dengan Mark Antony
Elizabeth Taylor berperan sebagai Cleopatra dalam film Cleopatra tahun 1963.
Cerita Cleopatra telah mengagumkan penulis dan artis. Selain ia adalah figur politik yang kuat, ia
juga muncul sebagai orang yang dapat bersekutu dengan 2 orang terkuat (Julius Caesar dan Mark
Antony) pada masanya. Ia muncul baik dalam buku, film, novel, drama, permainan video,
lukisan dan serial televisi. Contohnya pada drama Antony dan Cleopatra tahun 1609 buatan
William Shakespeare. Film pertama yang berkaitan dengan Cleopatra adalah Antony and
Cleopatra dengan Florence Lawrence sebagai Cleopatra. Film pertama dengan subyek
Cleopatra, Ratu Mesir, dibintangi oleh Helen Gardner. Banyak artis yang juga menjadikan
Cleopatra sebagai objek lukisannya, contohnya Guido Cagnacci yang melukis tentang kematian
Cleopatra pada tahun 1658