Anda di halaman 1dari 22

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN RIAU TERHADAP

EKOSISTEM
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kependudukan Dan Lingkungan Hidup yang Diampu oleh Dr. Ananta Aji, M.Si.

Disusun oleh :
1. Anang Hermis Amrullah

(3201414068)

2. Larosa Pangaribuan

(3201414069)

3. Aulia Annisa

(3201414070)

4. Risti Ainur Rahma

(3201414072)

5. Siti Rohana

(3201414073)

6. Mustakim

(3201414074)

7. Norma Sri Nintia

(3201414075)

8. Santiria Griffithi S

(3201414076)

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT,karena berkat
rahmat dan karunia serta izin-Nya kami mampu menyelesaikan penyusunan
Makalah dengan tema Ekosistem ini. Sholawat serta salam semoga tercurah
kepada baginda Rasullullah SAW, keluarganya, serta pengikutnya sampai akhir
masa.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantudalam penyusunan Makalah ini antara lain yaitu:
1. Drs. Ananto Aji selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan
kependudukan dan lingkungan hidup;
2. Bapak dan Ibu kami tercinta, dan
3. Teman-teman mahasiswa yang bekerjasama dalam kelompok ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari
sempurna, Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, wawasan dan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu demi kesempurnaan tugas ini kami
sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun.

Semarang, 20April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Dan Manfaat.....................................................................................3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
BAB III : PEMBAHASAN....................................................................................10
A. Kebakaran Hutan Di Riau...........................................................................10
B. Penyebab Kebakaran Hutan........................................................................11
C. Dampak Dari Kebakaran Hutan Di Riau....................................................12
BAB IV : PENUTUP.............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,


keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Manusia sebagai makhluk hidup selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya interaksi antara manusia dan
lingkungannya, mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan ekologi seperti
kerusakan

tanah,

pencemaran

lingkungan,

danr

sebagainya.

Manusia

mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan.


Makin tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya.
Makin besar jumlah kebutuhan hidupnya yang diambil dari lingkungan, maka
berarti makin besar perhatian manusia terhadap lingkungan.
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya
pikir dan daya nalar tertinggi dibandingkan makhluk lainnya. Disini jelas terlihat
bahwa manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Hal ini
disebabkan manusia dapat secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai
dengan apa yang dikehendaki. Namun demikian, kegiatan manusia ini dapat
menimbulkan bermacam-macam gejala.
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia meningkat selama sepuluh tahun
terakhir ini, sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia (yang disengaja atau
karena lalai) juga karena kondisi yang sangat kering sebagai pengaruh terjadinya
perubahan iklim global/makro yang melanda wilayah Indonesia. Yang sedang
hangat diperbincangkan saat ini adalah kebakaran hutan di Riau,yang belum juga
padam, dan menjadi masalah nasional bahkan menjadi pusat perhatian dunia.
Dalam berbagai kasus kebakaran terjadi karenau ulah manusia.Dalam banyak
kasus, terutama kebakaran hutan di Riau juga berawal dari kesengajaan manusia
melakukan pembakaran hutan dan lahan yang akan dipergunakan untuk hutan
tanaman industri (HTI), perkebunan, Kebakaran biasanya dilakukan pada musim
kemarau dan kurang diawasi sehingga api mudah merambat kekawasan hutan dan
lahan sekitar yang menyebabkan kerugian baik ekologis maupun ekonomis.

Penyebab kebakaran dan

kabut asap di Riau adalah adanya suatu

perusahaan yang berencana ingin membuat lahan perkebunan sawit, lalu mereka
membakar hutan. Karena hembusan angin, akhirnya api tersebut semakin meluas
sehingga menghasilkan kabut asap yang pekat dan bisa menyebabkan penyakit,
dan kecelakaan lalu lintas karena jarak pandang yang tidak sempurna.
Asap yang begitu tebal berasal dari tindakan pembakaran lahan dan hutan
di Riau yang semakin meluas. Hampir keseluruhan wilayah di Riau dan Sumatera
Barat tertutup kabut asap.Asap kebakaran lahan dan hutan di Malaysia juga
menyebar ke arah Selat Malaka dan wilayah Riau. Bahkan asap yang berasal dari
riau sudah menyebar ke Singapura dan Malaysia. Hal ini menjadi sorotan
Internasional. Tampaknya pemerintah Indonesia tidakbisa mengatasi hal ini,
sampai-sampai Singapura menawarkan diri untuk membantu memadamkan asap.
Selain itu, Kebakaran hutan dan lahan berdampak luas terhadap kerusakan
plasma nutfah, bio-fisik, lingkungan dan dampak sosial ekonomi.Kerusakan
plasma nutfah, yaitu hancurnya pepohonan, tanaman, vegetasi lain dan satwa liar
yang ada sebagai akibat kebakaran yang dapat menyebabkan hilangnya plasma
nutfah (sumber daya genetik pembawa sifat keturunan) dari pepohonan, tanaman,
vegetasi dan satwa liar tersebut. Bio-fisik, adalah rusaknya sifat fisik tanah akibat
hilangnya humus dan bahan-bahan organik tanah yang menyebabkan tanah
menjadi terbuka terhadap panas matahari dan aliran air permukaan.
Kebakaran yang terjadi secara berulang dikawasan yang sama dapat
menghabiskan lapisan organik dan serasah serta mematikan mikroorganisme/
jasad renik yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.
Dampak lain dari kebakaran adalah rusaknya lingkungan, yaitu
menyebabkan adanya gangguan cuaca sebagai akibat asap kebakaran yang
mengganggu lapisan atmosfir di wilayah Indonesia dan negara tetangga yang
menyebabkan penurunan daya tembus pandang (visibilitas) sehingga mengganggu
kelancaran transportasi baik darat, laut maupun udara.
Kebakaran hutan dan lahan juga berdampak pada masalah sosial ekonomi
masyarakat, yaitu dengan adanya perubahan bio-fisik terhadap sumberdaya alam

dan lingkungan yang disebabkan peristiwa kebakaran berakibat pada penurunan


daya dukung dan produktivitas hutan dan lahan sehingga menurunkan pendapatan
masyarakat dan negara dari sektor kehutanan, pertanian, perindustrian,
perdagangan, pariwisata dan lainnya yang terkait dengan pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungannya. Pencemaran udara yang disebabkan asap
kebakaran mengakibatkan penyakit saluran pernapasan (ISPA).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ekosistem?
2. Apa pengertian stabilitas ekosistem?
3. Apa pengertian hutan hujan tropis?
4. Apa penyebab terjadinya kebakaran hutan di Riau?
5. Apa dampak yang terjadi dari adanya kebakaran hutan di Riau
6. Bagaimana solusi yang digunakan untuk mengatasi dampak dari kebakaran
hutan di Riau

C. Tujuan Dan Manfaat


1. memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai penyebab dari kebakaran
hutan yang terjadi di Riau.
2. memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai dampak yang ditimbulkan
dengan adanya kebakaran hutan di Riau.
3. memberi solusi akan dampak yang telah ditimbulkan dari kebakaan hutan di
Riau.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem diartikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh


antara segenap komponen lingkungan hidup yang saling berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur.Keteraturan tersebut ada dalam suatu keseimbangan
tertentu yang bersifat dinamis.Artinya, bisa terjadi peubahan baik besar maupun
kecil, yang disebabkan oleh factor alamiah maupun akibat ulah manusia.
Interaksi Antarkomponen Ekosistem
Kualitas lingkungan hidup akan terjadi keseimbangan ekosistem jika tidak
diganggu proses konversi energinya. Suatu ekosistem memiliki kemampuan untuk
mempertahankan kondisi seimbang seperti semula, bila tidak memperoleh
gangguan dari luar.Kemampuan untuk tetap stabil disebut stabilitas.Pada
ekosistem yang terbuka , materi dan energy akan terus mengalami proses konversi
dan transformasi, namun tetap dapat menjaga keseimbangannya. Lingkungan
yang mampu menjaga keseimbangannya sendiri disebut lingkungan yang
memiliki keseimbangan dinamis. Selama ekosistem tidak diganggu, maka akan
tetap menjaga keseimbangannya sendiri. Sebaliknya, jika diganggu oleh
penganggu dari luar, seperti manusia, dan gangguan tersebut melampaui batas
kekuatan normalnya, maka kemampuan ekosistem tidak mampu kembali ke
keadaan semula.Gangguan yang tidak mampu diimbangi oleh ekosistem artinya
lingkungan tersebut memiliki daya lenting. Daya lenting adalah lamanya waktu
yang diperlukan untuk kembali normal atau besarnya kemampuan ekosistem
untuk memulihkan diri bia memperoleh gangguan. Lingkungan alami jika
diganggu dan melebihi daya lentingnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan,
artinya kualitas lingkungan hidup akan terus menerus menurun. Dalam
lingkungan yang normal atau alami, antar komponen menjalin interaksi. Interaksi
tersebut terjadi antara komponen abiotic dengan biotik maupun antar komponen
yag ada dalam kedua komponen tersebut.
5

1. Interaksi Komponen Abiotic Dengan Komponen Biotik


Komponen biotik banyak dipengaruhi

oleh

komponen

abiotic.Tumbuhan sangat bergantung keberadaan dan pertumbuhannya dari


tanah, air, udara tempat hidupnya.Jenis tanaman tertentu dapat tumbuh
dengan baik pada kondisi tanag tertentu.Sebaran tumbuhan juga sangat
dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.Misalnya, di pantai tanaman kelapa dapat
tumbuh subur, tetapi tidak demikian di daerah pegunungan. Sebaliknya
komponen abiotic juga dipegaruhi oleh komponen biotik, keberadaan
tumbuhan mempengaruhi kondisi tanah, air dan udara disekitarnya.
Banyaknya tumbuhan membuat tanah menjadi gembur dan dapat
menyimpan air lebih banyak serta membuat udara menjadi sejuk. Organisme
lainnya, seperti cacing juga mampu menggemburkan tanah, menghancurkan
sampah atau seresah daun , dan menjadikan pengudaraan tanah menjadi lebih
baik sehingga semua itu dapat menyuburkan tanah.
a. Interaksi antarkomponen abiotic
Di alam antarkomponen abiotic juga saling berinteraksi.Pelapukan
batuan dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.Cuaca dan iklim juga
mempengaruhi keberadaan air di suatu wilayah. Suhu udara di suatu
tempat, dalam kadar tertentu, dipengaruhi oleh warna batuan, keberadaan
tubuh-tubuh air dan sebagainya. Kandungan mineral dalam air juga
dipengaruhi oleh batuan dan tanah yang dilaluinya.
b. Interaksi antarkomponen biotik
Antarkomponen biotik juga terjadi interaksi.Interaksi tersebut terjadi
antar organisme, populasi maupun komunitas.
2. Interaksi Antarorganisme
Organisme secara individu melakukan berbagai bentuk interaksi dengan
sesame jenisnya maupun dengan jenis yang lain. Interaksi antarorganisme dapat
dibedakan menjadi :
a. Netral, yaitu hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam
habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan
kedua belah pihak. Contohnya, interaksi antara kambing dengan kupu-kupu.

b. Predasi, yaitu hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Pemangsa


tidak bisa hidup tanpa hewan yang dimangsanya. Itulah sebabnya jika
hewan yang dimangsanya habis, maka pemangsa juga akan punah.
Pemangsa berperan sebagai pengontrol jumlah dari satu populasi. Jika
jumlah pemangsa berkurang maka jumlah hewan yang dimangsanya akan
bertambah. Contoh jika ular banyak yang dibunuh oleh manusia, maka
populasi tikus akan bertambah.
c. Parasitisme, adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies yang
bersifat merugikan salah satu spesies. Contohnya, antara benalu dengan
pohon inangnya, lintah dengan organisme yang diambil darahnya, kutu,
jamur, cacing pita dan lain-lainnya.
d. Komensalisme, merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda
spesies yang salah satu spesies diuntungkan dan spesies lain tidak dirugikan.
Contohnya, tumbuhan epifit yang hidup menempel pada batang atau cabang
pohon. Tumbuhan epifit dapat memperoleh cahaya karena menempel di
pohon yang tinggi, sedangkan pohon yang ditumpanginya tidak diuntungkan
maupun dirugikan .
e. Mutualisme, hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang
saling menguntungkan kedua belah pihak. Contohnya, adalah antara bakteri
Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan. Bakteri tersebut
hidup pada akar tanaman dan memfiksasi N2 (gas) dan mengubahnya
menjadi nitrat dan ammonium sebagai nutrient untuk bakteri itu sendiri dan
tanaman kacang-kacangan.
3. Interaksi Antarpopulasi
Interaksi antarpopulasi terjadi antar populasi yang satu dengan populasi lain.
Interaksi tersebut dapat bersifat alelopati maupun kompetisi. Interaksi
alelopati adalah interaksi antarpopulasi yang terjadi jika populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghambat tumbuhny populasi lain.
Kompetisi yaitu interaksi antarpopulasi yang didalamnya terdapat
kepentingan yang sama, sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa
yang diperlukan. Contoh alelopati adalah jamur Penicillium sp. Yang dapat
menghasilkan antibotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

tertentu, sedangkan contoh kompetisi adalah antara populasi kuda dengan


populasi kijang dalam memperoleh rumput.
4. Interaksi antarkomunitas
Komunitas adalah kumpulan beberapa populasi berbeda yang saling
berinteraksi di suatu wilayah yang sama. Sebagai contoh komunitas padang
rumput yang dihuni oleh beberapa populasi diantaranya kuda, banteng, ular,
belalang, singa, macan, serigala dan lain-lain. Contoh komunitas lainnya
adalah komunitas sungai yang didalamnya terdiri atas beberapa populasi
seperti buaya, kuda nil, ular, ikan, plankton, dan lain-lain. Antara komunitas
padang rumput dan sungai terjadi interaksi berupa peredaran organisme
hidup dari kedua komunitas tersebut. Kuda, banteng dapat menjadi sumber
makanan bagi buaya.Demikian sebaliknya, ikan dapat menjadi makanan
bagi macan.
Stabilitas Ekosistem
Ada dua konsep stabilitas yang digunakan, yaitu stabilitas dipandang dari
jumlah jenis dalam ekosistem yang konstan, atau jumlah individu suatu jenis di
dalam suatu populasi. Konsep ini sering disebut sebagai `stabilitas tanpa
goyangan'(no-oscillation stability). Konsep yang lain ialah stabilitas dipandang
sebagai kemampuan suatu sistem dalam memelihara, atau mengembalikan
dirinya, pada kondisi orisinilnya setelah tejadi perubahan atau dampak karena
faktor eksternal.
Konsep ini sering disebut sebagai `stabilitas ketahanan' (stabilityresistance).Para ahli ekologi tidak pernah membedakan kedua konsep tersebut
bahkan lebih menekankan pada istilah daya tenting (resilience) yang berkaitan
dengan kemampauan suatu sistem untuk mengatur diri terhadap tekanan dan hal
ini sebagai property yang fundamental bagi stabilitas.
Hutan Hujan Tropis
Hujan hujan tropis adalah daerah yang ditandai oleh tumbuh-tumbuhan
subur dan rimbun serta curah hujan dan suhu yang tinggi sepanjang tahun. Hutan

hujan

tropis

merupakan

ekosistem

yang

terkaya

di

dunia

dari

segi

keanekaragaman hayati. Walaupun dengan cakupan yang kurang dari 7 persen


daratan bumi, hutan hujan tropis berisi lebih dari 50 persen jenis hewan dan
tumbuhan di dunia. Hutan hujan tropis juga memainkan suatu peran yang penting
dalam iklim global dengan kemampuannya dalam menyerap karbon dioksida,
suatu gas yang dipercaya oleh para ahli sebagai penyebab terjadinya pemanasan
global. Tumbuhan yang secara alami menyerap karbon dioksida dan merubahnya
menjadi oksigen melalui proses fotosintesis. Hutan hujan tropis merupakan
penyerap gas karbon dioksida terbaik dibandingkan dengan ekosistem lainnya.
Selain itu hutan hujan tropis memiliki kemampuan yang baik dalam hal
menyerap dan menyimpan air, sehingga dapat dijadikan penyangga untuk menjaga
lingkungan daribencana banjir dan kekeringan. Ketika musim hujan tiba air dalam
keadaan berlimpah, hutan hujan tropis dapat mengurangi limpasan sehingga
sebagian besar air tetap berada di dalam ekosistem. Sedangkan ketika musim
kemarau tiba kekurangan air dapat ditutupi dari cadangan yang diperoleh di
musim hujan.
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dibedakan dengan kebakaran lahan.Kebakaran hutan
yaitu kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan, sedangkan kebakaran lahan
adalah kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan.Kebakaran hutan terjadi
diakibatkan oleh faktor kesengajaan manusia oleh beberapa kegiatan, seperti
kegiatan ladang, perkebunan, HTI, penyiapan lahan untuk ternak sapi, dan
sebagainya.Faktor kebakaran hutan dan lahan karena kesengajaan merupakan
faktor utama dan 90% dikarenakan faktor tersebut.Kebakaran hutan bisa
disebabkan oleh faktor tidak disengaja yang disebabkan oleh faktor alami ataupun
karena kelalaian manusia.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kebakaran Hutan Di Riau


Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil
hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan
dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No
23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa
keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen
Pengusahaan Hutan. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus
berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin
sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup
besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati,
merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro
maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta
mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Gangguan
asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas
negara.
Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan telah
dilakukan termasuk mengefektifkan perangkat hukum (undang-undang, PP, dan
SK Menteri sampai Dirjen), namun belum memberikan hasil yang optimal. Sejak
kebakaran hutan yang cukup besar tahun 1982/83 di Kalimantan Timur, intensitas
kebakaran hutan makin sering terjadi dan sebarannya makin meluas. Tercatat
beberapa kebakaran cukup besar berikutnya yaitu tahun 1987, 1991, 1994 dan
1997 hingga 2003. Oleh karena itu perlu pengkajian yang mendalam untuk
mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan.

10

B. Penyebab Kebakaran Hutan


Penyebab kebakaran hutan di Riau masih menjadi berbagai topik
penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli. Kebakaran hutan adalah faktor
manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan sebagai berikut:
1

Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindahpindah.


Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan

hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran


karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan
tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti aturan
turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan
perladangan hanya sebagai kamuflasa dari penebang liar yang memanfaatkan
jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
2

Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)


untuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk

pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal yang


cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran
merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat.
Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal
yang disiapkan untuk pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi
meluas ke hutan lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.
3

Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan


pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik
antar hukum adat dan hukum positif negara.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik

antara para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan


11

penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan,
hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui
hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan
melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah mereka miliki
secara turun temurun. Disini kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu
kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk
memadamkannya.

C. Dampak Dari Kebakaran Hutan Di Riau


Kebakaran hutan yang terjadi di Riau sangat berdampak bagi masyarakat
Riau terutama akibat asap yang menyebar pada wilayah Riau bahkan merambat
pada daerah lain hingga ke Sumatera Barat , Jambi, serta Sumatera Utara . Tidak
hanya provinsi disekitarnya , akibat asap yang tebal ini juga meyebar memasuki
negara tetangga yang bisa mengakibatkan terganggunya hubungan persahabatan
antar negara .
Asap dari kebakaran hutan tersebut berdampak negatif yang pertama
sekali yaitu terganggu nya aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat di
Riau apalagi bagi yang aktivitasnya di luar ruangan dan tentu saja mengganggu
aktivitas perekonomian masyarakat di semua bidang sehingga mengakibatkan
turunnya produktivitas termasuk bidang pariwisata. Tersedotnya anggaran negara
karena di perlukan biaya yang besar untuk melakukan pemadaman kebakaran
hutan di Riau yang sudah sangat besar. Penurunan devisa negara juga telah terjadi
karena hutan Riau merupakan salah satu sumber devisa negara , baik dari minyak
kelapa sawit , kayu ataupun non kayu .
Terjadinya penurunan tingkat kesehatan juga termasuk dampak negatif
.Banyak masyarakat Riau yang terserang penyakit , seperti penyakit mata dan
kulit akibat asap tebal. Dan yang parah ada juga yang terkena ISPA(Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) seperti sesak napas , asma , paru-paru , bahkan penyakit

12

jantung.Tidak hanya kasus tersebut , dampak yang paling parah dari Kebakaran
Hutan ini adalah kematian yang dialami karena terlalu banyak asap yang di hirup ,
mulai dari bayi sampai orang dewasa juga bisa terenggut nyawa nya kalau terlalu
banyak menghirup asap kebakaran hutan yang terjadi .
Aktivitas Pendidikan juga terganggu, banyak sekolah yang di liburkan
sehingga proses belajar mengajar di hentikan , selain itu juga berdampak pada
ditutupnya bandara yang berakibat pada hilangnya akses penerbangan ke daerah
Riau yang pastinya berdampak pada arus perekonomian di Riau, tidak hanya
transportasi udara, di darat dan di laut pun terjadi karena asap tebal yang menutupi
jarak pandang pengemudi kendaraan , sehingga aktivitas kendaraan banyak yang
di hentikan utnuk mengurangi terjadinya kecelakaan.

Akibat asap dari kebakaran ini juga menimbulkan peningkatan jumlah


hama pada tumbuhan yang masih hidup dan menyebabkan tumbuhan taidak
menghasilkan buah, selain hama , hilangnya jumlah spesies tumbuhan dan hewan
juga dampak negatif yang menyita perhatian . Hutan pematang damar yang ikut
terbakar memusnahkan spesies anggrek yang tidak akan ditemukan ladi .Ada juga
hewan yang memasuki kawasan penduduk karena telah kehilangan tempat tinggal
dan menggangu keselamatan penduduk setempat.
Kekeringan dan Penurunan kualitas air juga merupakan dampak yang
besar , kualitas air yang buruk bisa membuat fungsi air berkurang . Padahal
masyarakat membutuhkan air bersih pada aktiviatas sehari - hari terutama untuk
konsumsi minum dan mandi , dan kegiatan lainnya yang menggunakan air .
Dikarenakan kekeringan , warga memasak menggunakan air laut . Lebih dari satu
bulan hujan tidak turun ketika terjadi peristiwa kebakaran tersebut, akibatnya
mereka menggunakan air laut karena persediaan air bersih dan air hujan yang
menipis selama musim kemarau.
Kebakaran Hutan di Riau juga telah menyebabkan pengaruh negatif
terhadap bumi . Salah satunya adalah bertambahnya polusi udara. Dengan

13

bertambahnya polusi udara seperti kebakaran hutan ini mengakibatkan lapisan


ozon bumi semakin menipis, serta berkurangnya hutan sebagai penghasil
oksigen .Selain itu , bisa juga terjadi tanah longsor dan erosi akibat tidak ada lagi
tumbuhan tumbuhan besar sebagai penopang dari tanah .
Setelah terjadi kebakaran juga berdampak pada perubahan fungsi
pemanfaatan dan peruntukan lahan. Misalnya lahan yang semula di manfaatkan
untuk kelapa sawit berubah menjadi lokasi pembangunan suatu tempat karena
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menjadikan hutan kembali.
4. Solusi untuk Kebakaran di Riau
Riau merupakan provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan dalam 2
tahun terakhir ini. Kabar terbaru dari Kebakaran yang terjadi di Riau dimulai dari
tanggal 4 Maret 2016. Kebakaran hutan tersebut tersebar hingga 53 titik api. Dari
banyaknya titik api Kota Dumailahlah yang mempunyai titik tertinggi atau dengan
kata lain kebakaran terparah terjadi pada kota Dumai dengan persebaran titik api
mencapai 16. Penyebab dari kebakaran hutan yang melanda Riau adalah
pembukaaan lahan perkebunan serta pembuatan kavling untuk permukiman.
Kebakaran hutan yang melanda Riau diakibatkan oleh ketidakseimbangan
ekosistem. Faktor tersebut dikarenakan perilaku manusia yang tidak melaraskan
atau menyeimbangkan alam akan tetapi sebaliknya merekalah yang menjadi faktor
penyebab dari kebakaran hutan. Keserakahan manusia yang merenggut ratusan
hektar luas hutan menjadi bukti adanya ketidakseimbangan interaksi yang
melibatkan manusia dengan ekosistem di hutan. Terbukti dengan tertangkapanya
44 tersangaka yang terlibat dalam pembakaran hutan. Terlebih lagi, lahan yang
dibakar berupa tanah gambut dimana tanah gambut ini merupakan tanah yang
yang mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan
tanah, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara
lambat dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit
dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan bulan). Dan baru bisa
mati total setelah adanya hujan intensif.

14

Kebakaran hutan ini tanggung jawab siapa? Untuk menjawab pertanyaan


ini tidaklah mudah. Karena semua pihak terlibat didalamnya. Namun presepsi
masyarakat tentunya selalu dicitrakan menjadi tanggung jawab Departemen
Kehutanan. Presepsi ini tidaklah benar karena kebakaran tidak selalu berada pada
kawasan hutan melainkan sebagian besar dari luar kawasan hutan, sehingga
tanggungjawab sebenarnya tentunya lembaga yang terkait dengan kebakaran
tersebut. Dari uraian diatas, solusi untuk kebakaran hutan di Riau dibedakan
menjadi 3. Yaitu pemeritah, mitra kehutanan, dan masyarakat.
1. Pemerintah

Melakukan

pembinaan

dan

penyuluhan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan, sekaligus


berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya
kebakaran.

Peningkatan kemampuan sumberdaya aparat pemerintah melalui


pelatihan maupun pendidikan formal. Pembukaan program studi
penanggulangan kebkaran hutan merupakan alternatif yang bisa
ditawarkan.

Penerapan sangsi hukum pada pelaku pelanggaran dibidang lingkungan


khususnya yang memicu atau penyebab langsung terjadinya kebakaran

Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan berbagai pola hutan rakyat


dengan sistem kerjasama dengan masyarakat

2. Mitra Kehutanan

Pembuatan jalur hijau yang membatasi kawasan hutan dengan lahan


miliknya dengan menanam tanaman yang bermanfaat ganda seperti
tanaman pinang, sengon, lamtoro, asam yang dapat membatasi meluasya
kebakaran dan dapat pula dimanfaatkan tumbuhannya.

Pembuatan parit tanggul yang berfungsi sebagai penghalang meluasnya


kebakaran dan dapat pula sebagai sumber air untuk mengaliri kebun
mereka.

15

Pembuatan pagar pengaman yang berfungsi sebagai pengaman hama


binatang agar tanaman masyarakat terhindar dari serangan hama.

Pemberian bantuan semacam bibit yang dapat dimanfaatkan oleh


masyarakat, sehingga masyarakat tidak tergantung kepada hutan yang
sudah barang tentu resiko terjadinya kebakaran

3.

Masyarakat

Mentaati peraturan perundang undangan mengenai lingkungan


terutama kehutanan yang berlaku di Indonesia

Mengikuti sosialisasi apabila diselenggarakan pemerintah maupun


penyuluhan dari mitra kehutanan mengenai lahan yang akan dibuat oleh
mitra kehutanan

Berperilaku yang bijak dalam memanfaatkan sumber daya yang terdapat


di hutan dan mematuhi kriteria pemanfaatan hutan

Mengetahui fungsi hutan yang sesungguhnya dan memelihara kelestarian


hutan

Tidak berperilaku serakah dalam pemanfaatan sumber daya yang terdapat


di hutan, baik sumber daya alam maupun tumbuhan dan apa saja yang
terkandung di dalamnya.

16

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekosistem diartikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh
antara segenap komponen lingkungan hidup yang saling berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan tersebut ada dalam suatu keseimbangan
tertentu yang bersifat dinamis.Artinya, bisa terjadi peubahan baik besar maupun
kecil, yang disebabkan oleh factor alamiah maupun akibat ulah manusia.
Didalam ekosistem sendiri ada interaksi antara komponen biotik dan abiotik
yang akan membentuk suatu keseimbangan ekosistem itu sendiri. Didunia ini
ada macam-macam ekosistem salah satunya ekosistem hutan. Hutan merupakan
sumberdaya

alam

yang

tidak

ternilai

karena

didalamnya

terkandung

keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu
dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah,
perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan,
rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Setiap ekosistem memiliki batas toleransi
untuk menerima ganggungan, ketika ekosistem tersebut sudah tidak bisa
menerima gangguan atau sudah melebihi batas toleransinya maka ekosistem itu
akan rusak. Kemampuan ini disebut daya lenting ekosistem. Salah satu contoh
ekosistem hutan yang mengalami kerusakan atau daya lenting yang sudah
terganggu adalah kebakaran hutan di daerah Riau yang tidak lama ini terjadi. Ini
berarti hutan hujan tropis yang ada di Riau sudah tidak bisa menahan gangguan
ekositemnya sehingga rusak. Kebakaran yang terjadi di Riau disebabkan oleh
ulah manusia yang sengaja membakar hutan untuk mengubah lahan hutan
menjadi area perkebunan kelapa sawit. Kebakaran lebih parah karena di dasar
hutan terdapat lahan ganbut yang mudah terbakar sehingga api mudah merambat
kesegala arah. Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan cukup besar
mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya

17

nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun
global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu
transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Untuk menanggulangi
kebakaran hutan ini pemerintah maupun masyarakat sudah melakukan upaya
semaksimal mungkin agar kebakaran ini tidak terjadi. Kesadaran manusia yang
cinta dengan lingkungan dan mau melestarikan lingkungan merupakan solusi
yang paling tepat agar bumi ini terjaga kelestarianya.

B. Saran
1. Bagi masyarakat
Masyarakat seharusnya ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian

hutan
Masyarakat ikut mengawasi hutan agar tidak dieksploitasi oleh oknum-

oknum yang menyalah gunakan wewenangnya untuk merusak hutan.


2.Bagi pemerintah
Pemerintah seharusnya membuat undang-undang yang jelas dan menindak
lanjuti oknum-oknum yang telah melanggar undang-undang tersebut.

18

DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim, Sofyan. Hutan Hujan Tropis. IPB


Cahyono Andy, dkk. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan
di Indonesia dan Implikasi Kebijakanya. Vol 3.1:103-112
http://Repository.usu.ac.id
http://www.mediapustaka.com/2014/08/makalah-ekosistem.html
http://www.rijalhabibulloh.com/2014/11/makalah-tentang-ekosistem-tugasmakalah.html
https://alamendah.org/lingkungan-hidup/

19

LAMPIRAN
Penyusun Makalah :
1. Anang Hermis Amrullah

Editor, Cover, Daftar Isi, Print

2. Larosa Pangaribuan

Pembahasan

3. Aulia Annisa

Pembahasan

4. Risti Ainur Rahma

Pembahasan

5. Siti Rohana

Tinjauan Pustaka

6. Mustakim

Penutup

7. Norma Sri Nintia

Kata Pengantar Dan Latar Belakang

8. Santiria Griffithi S

Tinjauan Pustaka

Anda mungkin juga menyukai