Anda di halaman 1dari 23

Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen

Oleh :
Visi Aurora Amartha

220110140002

Olvie Leonita

220110140004

Meza Belindiani Azzahra

220110140015

Nenden Ayurianti

220110140016

Astriani Ayu Lestari

220110140020

Mukimah Dieni Haqiqi

220110140073

Apip Hamjah

220110140078

Zakia Nurul Jannah

220110140100

Arien Dwi Puteri

220110140108

Sabila Nur Aprina

220110140114

Janet Jessica Audini

220110140121

Nelly Betty V

220110140135

Nadia Hayrany

220110140163

Diana Rahayu

220110140166

Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jatinangor, 20 Februari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

I.

II.

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

Pembahasan

Anatomi Fisiologi Epidermis


a. Pigmentasi
b. Sel Langerhans
c. Sel Merkel
Anatomi Fisiologi Dermis
III.
Anatomi Fisiologi Jaringan Subkutan
IV.
Pengkajian Integumen
V.
Asuhan Keperawatan Terkait Masalah Integumen
Daftar Pustaka

4
5
5
5
9
10
15
24

PEMBAHASAN

I.

Anatomi Fisiologi Epidermis

Lapisan paling luar luar terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur utamanya
adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus
karena lapisan sel iduk berada di lapisan bawah bermitosis terus menerus, sedangkan
lapisan paling luar epidermis terkelupas atau gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel
epidermis terutama serat-serat kolagen dan sedikit serat elastis.
Kulit ari (epidermis) terdiri atas beberapa lapis sel. Sel-sel ini berbeda dalam
beberapa tingkat pembelahan secara mitosis dan permukaan dianggap sebagai akhir
keaktifan sel, tersebut terdiri atas 5 lapis.
1. Stratum Korneum (stratum corneum)
lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk (keratinasi), gepeng,
kering, dan tidak berinti. Sitoplasmanya di isi dengan serat keratin, makin
keluar letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh. Sel
yang terkelupas akan digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan
keratin lunak yang susunan kimianya berada dalam sel-sel keratin keras.
Lapisan tanduk hamper tidak mengandung air karena adanya penguapan
air, elastisnya kecil, dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air
dari lapisan yang lebih dalam.
2. Stratum Lusidum (stratumlucidum)
lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening.
Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat sehingga
lapisannya secara keseluruhan seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini
ditemukan pada daerah tubuh yang berkulit tebal.
3. Stratum Granulosum (stratum granulosum)
lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng dengan
inti di tengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohialin atau
gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi masuknya
benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk kedalam tubuh.
4. Stratum Spinosum (stratumspinosum)
lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk kubus dan poligonal,
inti terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang
terpaut pada desmosom (embatan sel). Seluruh sel terikat rapat lewat
serat-serat tersebut

sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya

berduri. Lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, tebal
2

dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan


beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki.
5. Stratum malpigi (stratum malpighii)
Unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang khas. Inti
bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam-asam amino.
Stratum malpigi merupakan lapisan terdalam dari epidermis yang
berbatasan dengan dermis dibawahnya dan terdiri atas selapis sel
berbentuk kubus (batang).
Desmosom merupakan sel induk epidermis yang banyak sekali terdapat pada
membran sel. Sel ini aktif bermitosis sampai orang meninggal. Sebanding dengan
terkelupasnya sel pada stratum korneum, selindu kini pun menggantinya dengan yang
baru dari bawah. Sejak terbentuk sampai terkelupas umur sel ini adalah 15-30 hari.
Gabungan stratum malpigi dan stratum spinosum disebut stratum germinativum.
Gabungan ini terletak bergelombang karena lapisan membentuk tonjolan yang disebut
papila. Batas stratum germinativum dermis dibawahnya berupa lapisan tipis jaringan
pengikat yang disebut lamina basalis.
Pada stratum malpigi diantara sel epidermis terdapat melanosit sel yang berisi
melamin yang berwarna coklat dan sedikit kuning. Pada orang berkulit hitam
melanosit menerobos sampai ke dermis. Melanosit tersebut mempunyai tonjolan
banyak, halus, dan menyelusup di antara sel-sel epidermis stratum germinativum.
Semua lapisan epidermis menipis dan biasanya stratum lusidum tidak ada. Stratum
basale memiliki kulit yang tebal, lapisan tampak sebagai satu atau dua deretan sel
sepanjang tempat yang biasa ditempatinya.
a. Pigmentasi
Warna kulit ditentukan oleh factor warna kulitnya sendiri, karena kandungan
karoten (pigmen) darah pada pembuluh darah dermis yang memberikan warna
kemerahan dan kandungan pigmen melanin memberikan bayangan coklat.
Melanin terletak di dalam basal dan bagian bawah lapisan taju dibuat oleh
epidermis lapisan khusus yaitu melanosit yang bertebaran di antara keratinosit lapis
basal, lapis taju, dalam folikel rambut, dan jaringan ikat dermis.
Perbedaan warna kulit disebabkan oleh perbedaan jumlah dan ukuran
melanosom di dalam keratinosit. Pigmentasi kulit tergantung pada beberapa pengaruh
termasuk factor keturunan hormon, dan lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi
3

ukuran satuan melanin epidermis, hormone pemicu melanosit (Melanosit Stmulating


Hormon/MSH) untuk merangsang perpindahan melanosom kedalam cabang-cabang
sitoplasma melanosit dan keratinosit. Faktor lingkungan seperti ultraviolet akan
meningkatkan kegiatan enzim melanosit serta meningkatkan produksi melanin dan
penimbunannya di dalam keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.
b. Sel Langerhans
Sel yang berbentuk bintang dengan banyak cabang mirip dendrit, terutama di
dapatkan pada lapisan taju epidermis, tampilannya seperti sel bening, sitoplasmanya
mengandung inklusi (suatu sel yang terpendam dalam sel) mirip batang disebut
granula birbeck. Sel ini juga terdapat dalam epitel mukosa mulut, esofagus, vagina, di
dalam folikel rambut, sebasea, kelenjar timus, dan limfonodus.

c. Sel Merkel
Sel ini bertebaran di dalam epidermis terdapat di dekat stratum germinativum
yang berhubungan dengan ujung-ujung saraf intra epitel. Bentuk intinya tidak teratur
dan pada sitoplasma terdapat berkas longgar filamen (filamen halus pada sel) yang
mengandung granulasi kecil dan padat. Sel Merkel terletak pada keratinosit dimana
sekitarnya banyak desmosom, fungsinya sebagai reseptor mekanisme berdasarkan
sifat granulanya.

II.

Anatomi Fisiologi Dermis


Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen

selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars
papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen,
elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang
mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan
bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen
muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah
mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003). Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilar dan stratum retikular.
1. Lapisan papilar
lapisan yang terdiri dari serat kolagen halus, elastin, dan retikulin yang
tersusun membentuk jaringan halus di bawah epidermis. Selain itu
terdapat fibroblast, sel mast, dan makrofag sebagai sel utama. Pada
lapisan ini juga terdapat banyak pembuluh darah yang berperan member
nutrisi pada kulit sehingga penting dalam peremajaan dan penggandaan
unsur-unsur kulit.
2. Lapisan Retikular
lapisan yang letaknya lebih dalam dibandingkan lapisan papilar. Lapisan
ini mengandung jaringan pengikat rapat, banyak serat kolagen dan elastin
serta sedikit serat retikulin. Seiring berjalannya usia simpul kolagen dan
serat elastin mengakibatkan pengeriputan kulit. Pada lapisan ini terdiri atas
anyaman jaringan ikat yang lebih tebal dan di dalamnya ditemukan sel-sel
fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf,
kandungan rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot
penegak rambut.
Struktur yang terdapat di lapisan dermis, berikut penjelasannya :
1. Pembuluh Darah

Arteriole membentuk suatu jaringan halus yang disertai cabang kapiler


yang berfungsi memperdarahi kelenjar keringat, kelenjar sebasea, folikel
rambut, dan epidermis. Sebab epidermis tidak memiliki pembuluh darah
sehingga mendapatkan nutrient dan oksigen dari cairan interstitial yang
berasal dari pembuluh darah yang berada di papilla dermis.
2. Pembuluh Limfe
Kapiler-kapiler limfe bergabung di dalam jaringan subkutis yang juga
merupakan tempat muara cairan limfe dari jejala halus di sekitar kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut.
3. Ujung Saraf Sensoris
Kulit merupakan organ sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan
sekitar. Ketika saraf sensori di dermis terangsang kemudian impuls
dihantarkan ke medulla spinalis oleh saraf sensori (kutaneus somatik) yang
kemudian sensasi dipersepsikan di cerebrum pada area sensoris.
Serat saraf sensori aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada
banyak jaringan tubuh dan merupakan sensorik utama dalam kulit. Berikut
tipe-tipe ujung saraf sensorik.

a.
b.
c.
d.

Gelembung ujung Krause (dingin)


Korpuskel Ruffini (panas)
Korpuskel Meissner (sentuhan)
Korpuskel Vater Pacini (tekanan)

4. Kelenjar Keringat
Kelenjar tubular bergelung tidak bercabang ini terdapat pada seluruh kulit
kecuali pada dasar kuku, batas bibir (margo labium oris), glans penis, dan
telinga luar. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki. Bagian sekretorisnya berada di dalam dermis atau
hypodermis yang membentuk gulungan masa tersendiri. Hasil dari kelenjar
6

keringat ini akan melalui duktus yang menuju permukaan kulit dan
bermuara di tempat yang bernama pori keringat.
Terdapat dua macam kelenjar keringat, yaitu :
1. Kelenjar Keringat Ekrim
Kelenjar keringat ini mendeteksi cairan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95-97 persen air dan mengandung beberapa mineral
seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida, dan
sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke
kulit kepala. Jumlahnya diseluruh badan sekitar dua juta dan
menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang
dewasa.
Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada
rambutnya.
2. Kelenjar Keringat Apokrin
Hanya terdapat di daerah ketiak, putting susu, pusar, daerah kelamin
dan sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel
kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat
menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar
sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin
jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah
usia akil baligh dan aktifitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormone.
5. Kelenjar Keringat (Sebasea)
Kelenjar keringat terletak pada bagian atas dermis berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
melembabkan kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar keringat
membentuk sebum. Terkecuali pada telapak tangan dan kaki, kelenjar
keringat ini terdapat disemua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar
keringat yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala,
kelenjar keringat menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit
kepala. Pada kebotakan orang dewasa ditemukan bahwa kelenjar keringat
membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk
7

kulit wajah, jika produksi minyak dari kelenjar keringat berlebih, maka
kulit aan lebih berminyak berminyak sehingga memudahkan timbulnya
jerawat.

III.

Anatomi Fisiologi Jaringan Subkutan


Lapisan subkutan atau biasa disebut juga hipodermis, merupakan lapisan kulit

yang paling dalam. Lapisan ini mengandung jaringan pengikat longgar, jadi lapisan
ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang ada di bawahnya sehingga
salah satu fungsi dari lapisan ini adalah sebagai pelekat ke struktur dasar, lapisan ini
juga elastis dan mengandung jumlah sel lemak yang beragam.Jaringan lemak terletak
di bawah kulit (lemak subkutan), sekitar organ internal (lemak viseral), dan sumsum
tulang dan dalam jaringan payudara.Lapisan lemak ini disebut Penikulus adiposus
berguna sebagai kontrol bentuk tubuh bila terjadi tekanan trauma mekanis yang
menimpa kulit dan sebagai tempat penimbunan kalori.Jaringan adiposa terdiri dari
beberap jenis sel, dengan komposisi tertinggi berisi tetesan lemak. Jenis sel lain
termasuk fibroblast,makrofag dan sel endotel. Fibroblast akan memproduksi kolagen
untuk memberikan kekuatan pada kulit. Jaringan adiposa banyak memiliki pembuluh
darah kecil yang tertutupi lapisan dermis dan epidermis diatasnya. Pembuluh darah ini
terdapat di tingkat paling bawah lapisan subkutan, dan memberikan isolasi dari panas
dan dingin. Jaringan subkutan dan lemak yang ada, merupakan penyekat panas dari
tubuh. Kecepatan aliran darah ke kulit menyebabkan konduksi panas ke luar kulit
yang diatur oleh sistem saraf simpatis. Saraf simpatis mengatur kecepatan aliran darah
dengan vasokontriksi dan vasodilatasi. Saraf simpatis mengatur kecepatan aliran
darah dengan vasokontriksi dan vasodilatasi. Sebagai contoh untuk pendinginan
tubuh, aliran darah akan meningkat untuk memungkinkan pelepasan panas melalui
permukaan kulit, sebaliknya jika panas tubuh harus dipertahankan, maka aliran darah
akan menurun.

IV.

Pengkajian Integumen
Jenis pengkajian yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik pada sistem

integumen adalah menggunakan metode inspeksi dan palpasi.


Alat dan Bahan :
1.
2.
3.
4.
5.

Handscone
Lampu senter/ penlight
Termometer
Penggaris
Suryakanta/ kaca pembesar

A. Pemeriksaan Fisik
- Kulit
1. Inspeksi warna kulit (kulit dikaji lebih baik pada pencahaya yang terang,
namun tidak terlalu terpapar oleh sinar matahari secara langsung).
2. Inspeksi warna kulit.
3. Kaji adanya edema. Jika terdapat edema, kali lokasi, warna, temperatur, dan
derajat pitting edema.
Mengakaji pitting edema dilakukan dengan cara menekankan jari pada
bagian yang mengalami edema, misanya ankle.
Derajat 1 : bisa langsung kembali ke keadaan semula
Derajat 2 : kedalaman kurang dari 5 mm
Derajat 3 : kedalaman 5-10 mm
Derajat 4 : kedalaman lebih dari 10 mm
4. Inspeksi adanya lesi atau tidak.
5. Observasi dan palpasi tekstur permukaan kulit.
6. Palpasi suhu akral pasien. Bandingkan suhu kedua telapak tangan dan suhu
telapak kaki.
7. Kaji turgor kulit, dengan menarik/ mencubit bagian kulit.
8. Kaji penampilan warna kulit, misalnya pucat, sianosis, jaundice, dan
eritema.
9. Kaji apakah
-

ada

area

yang

mengalami

hiperpigmentasi

hipopigmentasi, misalnya pada orang yang mengalami vitiligo, albino.


Membran mukosa
9

atau

Inspeksi dan palpasi bibir bagian dalam, serta bagian bawah lidah
dengan melihat warna, kelembaban, tekstur dan lesi. Warna membran mukosa
-

yang normal adalah warna pink, lembut, tekstur elastis.


Mengkaji kuku
1. Inspeksi warna dari bantalan kuku. Warna kuku yang kebiru-biruan bisa
menandakan terjadinya sianosis.
2. Lakukan pengkajian capillary refill time, dengan cara menekan salah satu
jari dengan 2 jari dari tangan yang lain selama kurang lebih 10 menit.
Pengkajian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengembalian darah ke
bagian jari yang ditekan. Apabila pengembalian darah berlangsung lebih
dari 3 detik, hal tersebut bisa mengindikasikan adanya gangguan perfusi

jarigan.
Rambut
1. Inspeksi warna rambut, kebersihan.
2. Inspeksi tekstur rambut. Tekstur rambut harus dilihat rentang,
- Rambut yang tumbuh di seluruh tubuh memiliki tektur yang halus
kecuali pada daerah aksila dan pubis.
- Rambut tebal. Perombak kering dan mudah patah, rambut berminyak.
3. Kaji adanya lesi atau tidak.
4. Lihat warna kulit kepala.

Apabila telah terjadi masalah pada bagian integumen, maka pengkajian yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
-

Riwayat Penyakit
1. Kapan saja masalah kulit sering kambuh
2. Di mana lokasi dan sudah sampai mana penyebarannya
3. Sejak kapan masalah kulit tersebut muncul, dan bagaimana kronologinya
4. Bagaiman gejala yang dirasakan
5. Apa saja faktor yang dapat menyembuhkan dan memperburuk masalah
pada kulit anda
6. Seberapa sering gejala dirasakan
7. Apakah sebelumnya pasien pernah didiagnosis megidap penyakit kulit
8. Apakah sebelumnya pasien pernah mendapatkan penanganan untuk
penyakit kulit, dan bagaimana efek terhadap kulitnya.
9. Apakah masalah kulit yang diderita mengganggu aktivitas sehari-hari

Respon Sistemik
1. Demam
2. Malaise
10

3. Arthralgia
-

Kulit
1. Perubahan tekskur atau warna kulit
2. Kulit menjadi kering
3. Pertusis, rasa terbakar, nyeri, atau bahkan mati rasa
4. Rash
5. Kemerahan, petekie
6. Perubahan pigmentasi
7. Lesi, krista, atau blisters
8. Perubahan pada tanda lahir.
Rambut
Rambut menjadi rontok, tekstur rambut berubah, dan distribusinya bisa
jadi tidak merata.

Kuku
Perubahan tekstur dan struktur
Riwayat Kesehatan yang spesifik pada sistem integumen
1. Alergi, misalnya alergi yang diakibatkan oleh konsumsi obat, lingkungan,
atau makanan.
2. Manifestasi alergi, misalnya fotosensitif, urtikara, dll.
3. Kaji penggunaan obat yang pernah/sering digunakan, misalnya penggunaan
obat yang melebihi dosis, adapun jenis obat yang bisa dikaji adalah
tetracycline, sulphonamides, steroids, antibiotik, kontrasepsi oral, anti

koagulasi, asetilsalisilat.
4. Kaji pengobatan herbal yang pernah digunakan
5. Status immunitas
6. Paparan sinar matahari
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam hal ini dilakukan pengkajian apakah di lingkungan keluarga ada yang
-

pernah mengalami alergi, dermatitis, psoriasis, kanker kulit.


Keadaan Personal dan Riwayat Sosial
1. Riwayat kulit sensitif.
2. Obesitas.
3. Personal hygiene yang buruk.
4. Lingkungan dengan udara yang terlalu panas dan sanitasi yang buruk.
5. Apakah pasien mandi menggunakan bed thub,ataupun sering berenang di
tempat pemandian umum.
6. Apakah pasien menggunakan tattoo.
7. Apakah pasien sedang mengalami depresi.
8. Bagaimana respon pasien jika sering terpapar dengan alergen seperti sabun,
makanan, hewan peliharaan, dan tanaman.
9. Kemana terakhir kali pasien bepergian.
10. Adakah orang yang tinggal serumah dengan pasien yang mempunyai gejala
yang sama.
11

11. Apakah pasien baru saja terkena gigitan atau sengatan serangga.

12

V.

Asuhan Keperawatan Terkait Masalah Integumen


Diagnosa
Keperawatan

1. Nyeri akut
berhubungan dengan
proses inflamasi
(peradangan).
Ditandai Dengan :
DS :
- Pasien memiliki
riwayat alergi.
- Pasien mengeluh
gatal dan nyeri pada
kulit tubuhnya.
DO :
- Kesadaran
komposmentis.
- Tekanan darah :
120/80 mmHg, RR:
16xmenit, HR:
96x/menit, Suhu:
36C.
- Terlihat adanya ruam
kemerahan di beberapa
bagian kulit tubuh
pasien.

Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, tidak
terjadi proses inflamasi
(peradangan), dengan
kriteria hasil :
- Keluhan gatal dan
nyeri pada kulit tubuh
pasien berkurang
hingga hilang.
- Tanda-Tanda vital
pasien kembali
kedalam batas normal
sesuai dengan keadaan
pasien:
TD : 110/80-120/80
mmHg mmHg, HR : 60100x/menit, RR : 1820x/menit, Suhu : 36,537,5C
- Tanda ruam kemerahan
pada beberapa bagian
kulit tubuh pasien
berkurang hingga hilang.

2. Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan faktor mekanik
Ditandai dengan,
DO:
-Kerusakan pada lapisan
kulit (dermis).

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam,
kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
-Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan
13

Intervensi
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, dan
kualitas.
2. Pantau status tandatanda vital pasien
mencakupi TD, HR, RR,
dan suhu.
3. Kontrol faktor-faktor
yang dapat
mempengaruhi nyeri
pasien seperti
kebersihan, suhu
ruangan, pencahayaan,
dan kebisingan.
4. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal).
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri seperti
teknik relaksasi atau
kompres dingin.
6. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam
pemberian obat analgetik
atau obat anti inflamasi
sesuai indikasi.

-Anjurkan pasien untuk


menggunakan pakaian
yang longgar.
-Hindari kerutan pada
tempat tidur.
-Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering.

-Kerusakan pada
permukaan kulit
(epidermis).
-Invasi struktur tubuh
DS:
-Pasien mengeluh perih
pada bagian lukanya.
-Pasien mengeluh nyeri
pada bagian lukanya.

(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi).
-Tidak ada luka/lesi pada
kulit.
-Menunjukkan
pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
cedera berulang.
-Menunjukkan terjadinya
proses penyembuhan
luka.
-Tidak ada pembentukan
jaringan parut.
-Keluhan pasien akan
rasa perihnya berkurang
hingga hilang.

3. Gangguan rasa
nyaman
Definisi : Merasa
kurang lega dan
sempurna dalam
dimensi fisik,
psikospiritual,
lingkungan, dan sosial.

-Anxietas
-Level rasa takut
-Kurangtidur
-Kenyamanan

Batasan Karakteristik :
- Anxietas
- Menangis
- Gangguan pola tidur
- Takut
-Ketidakmampuan
untuk rileks

Kriteria hasil :
-Mampu mengontrol
kecemasan
-Status lingkungan yang
nyaman
-Mengontrol nyeri
-Kualitas tidur dan
istirahat adekuat
-Agresi pengendalian diri
-Respon terhadap
pengobatan
14

-Monitor kulit akan


adanya kemerahan.
-Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan.
-Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
-Monitor status nutrisi
pasien.
-Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat.
-Kaji lingkungan dan
peralatan yang
menyebabkan tekanan.
-Observasi luka: lokasi,
dimensi, kedalaman
luka, karakteristik,
warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tandatanda infeksi lokal,
formasi traktus.
-Ajarkan pada keluarga
tentang perawatan luka.
-Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka.

- Merintih
-Melaporkan merasa
dingin
-Melaporkan merasa
panas
-Melaporkan merasa
tidak nyaman
-Melaporkan gejala
distress
-Melaporkan rasa gatal
-Melaporkan kurang
puas dengan keadaan
-Melaporkan kurang
senang dengan situasi
tesebut
-Berkeluh kesah

-Kontrol gejala
-Status kenyamanan
meningkat
-Dapat mengontrol
ketakutan
-Dukungan sosial
-Keinginan untuk hidup

Minor (belum tentu


ada):
-Respon autonomy pada
nyeri akut
-Tekanan darah
meningkat
-Nadimeningkat
-Pernapasan meningkat
-Diaphoresis
-Pupi dilatasi
-Posisi berhati-hati
-Raut wajah kesakitan
-Menangis, merintih
-Terasa sesak pada
abdomen
-Mual
-Muntah
-Malaise
-priritus
Faktor yang
berhubungan :
-Gejalaterkaitpenyakit
-Sumber yang
tidakadekuat
-Kurang pengendalian
lingkungan
15

-Kurang privasi
-Kurang kontrol
situasional
-Stimulasi lingkungan
yang mengganggu
-Efek samping terkait
terapi (mis. Medikasi,
radiasi)

4. Kurang Pengetahuan
b.d interpretasi terhadap
informasi yang salah,
keterbatasan kognitif,
tidak mengetahui
sumber-sumber
informasi, kurangnya
keinginan untuk mencari
informasi yang ditandai
dengan :
DS:
-Pasien menyatakan
secara verbal adanya
masalah.
-Pasien mengatakan
memiliki kekurangan
informasi tentang
penyakit yang diderita.
DO:
-Ketidakakuratan
mengikuti instruksi
-Perilaku pasien tidak
sesuai dengan aturan
medis

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam pasien
menunjukkan
pengetahuan tentang
proses penyakit dengan
kriteria hasil:
- Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan.
- Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan
secara benar.
- Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.

16

-Kaji tingkat
pengetahuan pasien dan
keluarga.
-Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat
dan bahasa yang mudah
dipahami.
-Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
dan mudah dipahami.
-Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat dan mudah
dipahami.
-Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat.
-Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat dan mudah
dipahami.
-Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat dan

mudah dipahami.
-Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat.
-Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan.
5. Gangguan Citra
Tubuh
Definisi : Konfusi dalam
gambaran mental
tentang diri-fisik
individu
Batasan karakteristik :
- Perilaku mengenali
tubuh individu
- Perilaku
menghindari tubuh
individu
- Perilaku memantau
tubuh individu
- Respon nonverbal
terhadap perubahan
aktual pada tubuh
(mis: penampilan,
struktur, fungsi)
- Respon nonverbal
terhadap persepsi
perubahan pada
tubuh (mis:
penampilan,
struktur, fungsi)
- Mengungkapkan
perasaan yang
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan

Body image
Self esteem

Kriteria hasil :
- Body image positif
- Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
- Mendiskripsikan
secara faktual
perubahan fungsi
tubuh
- Mempertahankan
interaksi sosial

Objektif
- Perubahan aktual
pada fungsi
17

Body image
enhancement
- Kaji secara verbal
dan non verbal
respon klien
terhadap tubuhnya
- Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
- Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan,
kemajuan dan
prognosis penyakit
- Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
- Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat
bantu
- Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok
kecil

Perubahan aktual
pada struktur
Perilaku mengenali
tubuh individu
Perilaku memantau
tubuh individu
Perubahan dalam
kemampuan
memperkirakan
hubungan spesial
tubuh terhadap
lingkungan
Perubahan dalam
keterlibatan sosial
Perluasan batasan
tubuh untuk
menggabungkan
objek lingkungan
Secara sengaja
menyembunyikan
bagian tubuh
Secara sengaja
menonjolkan bagian
tubuh
Kehilangan bagian
tubuh
Tidak melihat
bagian tubuh
Tidak menyentuh
bagian tubuh
Trauma pada bagian
yang tidak berfungsi
Secara tidak sengaja
menonjolkan bagian
tubuh

Subjektif
- Depersonalisasi
kehilangan melalui
kata ganti yang
netral
- Depersonalisasi
bagian melalui kata
18

ganti yang netral


Penekanan pada
kekuatan yang
tersisia
Ketakutan terhadap
reaksi orang lain
Fokus pada
penampilan masa
lalu
Perasaan negatif
tentang sesuatu
Personalisasi
kehilangan dengan
menyebutkannya
Fokus pada
perubahan
Fokus pada
kehilangan
Menolak
memverifikasi
perubahan
Mengungkapkan
perubahan gaya
hidup

Faktor yang
berhubungan :
- Biofisik, kongnitif
- Budaya, tahap
perkembangan
- Penyakit, cedera
- Perseptual,
psikososial, spritual
- Pembedahan, trauma
Terapi penyakit

19

DAFTAR PUSTAKA
Adult DECISION Support Tools. 2014. Adult Integumentary Assesment. Access from
https://www.crnbc.ca/Standards/CertifiedPractice/Documents/RemotePractice/7
43IntegumentaryAssessmentAdultDST.pdf at February 16th 2016.
Andriyani, Rika., Ana, Triana, & Widya Juliarti, S.K.M. (2015). Biologi Reproduksi
dan Perkembangan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Anne Waugh dan Allison Grant, Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi, Terjemahan :
Elly Nurachmah dan Rida Angriani, Salemba Medika, Jakarta, 2011, halaman
211-214.
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Terjemahan : Agung
Waluyo, edisi 8, EGC, Jakarta, 2001, halaman 1827.

20

C. Roland Leeson, Thomas S. Leeson, Anthony A. Paparo, Buku Ajar Histologi,


Terjemahan : Yan Tambayong, dkk, edisi 5, EGC, Jakarta, 1996, halaman 538539.
Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, Terjemahan : Palupi Widyastuti,
EGC, Jakarta, 2003, halaman 86-88.
Focused Physical Assessment by Body Systems. Access from
http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/2602/2664849/figs_tables/p12_01.p
df at February 16th 2016.
http://www.academia.edu/9927314/Kumpulan_NANDA_NIC_NOC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter%20II.pdf
pada tanggal 18 Februari 2016, 11.10 WIB.

diakses

Huda Amin, Hardhi Kusuma. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediaAction.
Smeltzer, Suzanne dan Brenda. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai