CERPEN
CERPEN
Ssst.. bisik Hirasawa pada para muridnya. Lalu ia mengintip lagi, betapa
kagetnya ia ketika satu zombie langsung berdiri tepat di depan matanya, untung
saja ada jendela menghalangi. Ia segera jatuh terduduk dengan jantung yang
hampir copot. Hhh..Te..Tenanglah. Sensei..Hhh..Hh, Kata Sakurai dan Sayaka,
padahal mereka yang harus tenang dengan napas yang tersengal-sengal. Tibatiba handphone milik seorang teman sekelas mereka berdering cukup kuat, dan
memecah keheningan seketika juga para zombie itu langsung menyerbu kelas
mereka. Mereka berusaha diam dan tenang, kelas di sebelah mereka riuh ricuh
karena kaget dengan dering handphone. Para zombie pun berpaling ke kelas
sebelah.
Sensei.. Hh bagaimana kalau kita menyusun meja sampai ke atas dan hh..
membongkar atap plafon yang sedikit rusak itu? tanya Hana, napasnya pun
sesak. Hirasawa hanya menganggguk, mereka pun bekerja sama dan secara hati
hati menyusun meja meja itu agar sampai ke atap plafon, tanpa menimbulkan
suara. Ketika atap berhasil dibongkar, mereka dengan beraturan naik ke atas dan
terakhir Sakurai lalu disusul oleh Hirasawa. Ketika kaki Hirasawa hendak naik
namun beberapa zombie sudah masuk ke dalam kelas mereka dan memanjat
meja meja itu lalu menangkap kaki kiri Hirasawa. Sakurai yang merupakan siswi
yang dianggap sopan itu lalu, terlihatlah sifat aslinya. Sensei..!! Cepat naik. Ah
ayolah..Sensei..!! Dasar zombie baka!! Ayo sensei naik.. teriak Sakurai sambil
menarik tangan Hirasawa, dan dibantu teman-temannya. Semuanya pun
selamat.
Pada saat itu salah satu zombie naik ke tiang tower yang ada di sebelah
kanan sekolah mereka. Seketika petir menyambar zombie itu dan terjatuh ke
tanah. Pada saat itu juga para zombie berkumpul di bawah dan langsung
memakan teman mereka yang telah mati tersambar petir dengan sadis. Ternyata
di kelas sebelah pun melakukan hal yang sama akan tetapi mereka melakukan
hal itu dengan penuh perjuangan hingga akhirnya mereka pun bisa naik ke atas,
tetapi hanya 10 orang anak saja yang naik ke atas beserta walikelas mereka.
Terlihat ada beberapa kelas yang melakukan hal yang sama. Hirasawa
menghampiri walikelas itu.
Di mana sebagian muridmu? tanya Hirasawa, dan dijawab dengan
gelengan kepala, pertanda hal buruk telah terjadi. Keempat gadis itu segera
menengok ke bawah, terlihat darah di mana-mana, bahkan ada di meja, kursi,
jendela,dan papan tulis. Mereka hanya terdiam dan terlongo tak percaya, mayatmayat bergelipangan, mayat para teman teman mereka. Mei yang takut dengan
hal-hal yang berhubungan dengan darah, hanya bisa mencengkeram lengan
baju, Sayaka dan Sakurai, dan Hana berusaha mengusap-usap pundak Mei.
Tanpa sadar bau darah menyeruak ke luar terbawa angin, rasa mual pun
menyerang mereka.
Saat di kamar mereka hanya bisa diam dan tak bersuara tiba-tiba terdengar
pengumuman dari kapten kapal yang mengatakan. Siapa pun dari kalian semua
yang ingin bertempur ke medan perang yang menyeramkan di luar sana maka
bergabunglah dengan kami.. dan beratus-ratus orang dari mereka mengikuti
latihan pertempuran itu dan ikut bergabung bersama mereka. Selama 1 bulan
mereka diberikan pelatihan. Pada waktu makan malam, mereka berempar
dihampiri seorang pramusaji.
Kalian tahu anak yang kalian lihat kemarin? Dia adalah anak tentara tapi
sayang Ayahnya mati dalam pertempuran demi menyelamatkan keluarganya,
Kakaknya mati dan Ibunya pun turut mati kasihan sekali dia.. kata pelayan itu. 4
gadis itu terdiam sejenak. Ketika di lorong kapal, Sakurai terhenti di depan pintu
kamar seseorang.
Ada apa Saku? Apa yang kau lihat? tanya Sayaka. Sakurai tersentak.
Kedua kawannya pun menatap mereka berdua.
A..Aku..Ehmm. Ah tidak ada apa-apa. Ayo aku sudah ngantuk oah, kata
Sakurai.
Uhn? Aneh.. kata Sayaka. Pukul 4 pagi sekali, Sakurai sudah bangun dan
duduk di pinggir kasur.
Apa anak itu sudah sembuh? Aku penasaran, siapa namanya ya. Ah bodoh
aku akan lihat sendiri.. kata Sakurai dalam hati dan beranjak pergi ke kamar
anak laki-laki yang ia lihat tadi.
Cleek!! suara pintu dikunci membangunkan Sayaka, merasa aneh ia
meraba bantal Sakurai, ternyata orangnya sudah tidak ada, ia pun segera
bangun dan mengikuti Sakurai. Dari jauh ia melihat Sakurai mengintip di pintu
kamar itu.
Ahh dasar apa yang dilakukannya? pikir Sayaka. Tiba-tiba pintu kamar
dibuka dari dalam, seorang suster ke luar dari sana. Ah ohhayyou, apa yang kau
lakukan di sini gadis kecil? tanya pada Sakurai. Mendengar sebutan itu Sakurai
sedikit kesal.
Ahm.. Ano.. Aku ingin melihat hmm keadaan anak itu.. kata Sakurai.
Oh dia.. Dia baik-baik saja. Keadaannya sudah membaik.. kata suster itu.
masih terjaga. Tiba-tiba suara langkah kaki menaiki tangga. Sayaka dan Sakurai
segera tersadar dan segera siap di depan pintu, namun Sayaka masih berurusan
dengan tasnya entah di mana ia menyimpan senjatanya. Semakin jelas suara itu
terdengar, dan berhenti tepat di depan pintu, ketika pintu terbuka pisau Sakurai
yang berbentuk kunai itu langsung menyerang pangkal leher, namun tangannya
ditangkap orang itu. Sakurai berusaha melepaskan tangannya, Sayaka masih
juga mengurusi tasnya. Sakurai terdorong mundur karena kekuatan orang itu
lebih kuat darinya, ketika ia sudah tersandar di dinding secercah sinar bulan
mengenai wajah orang itu, wajah yang sama yang dilihatnya di kamar itu.
Yu.. Yuichiro? sanggah Sakurai, anak itu pun melepaskan tangannya.
Rupanya kau udah tahu namaku ya.. kata Yuichiro.
Tenanglah kami bukan orang jahat.. kata seorang lagi.
S..Siapa kau? tanya Sayaka, sambil memperbaiki tasnya, yang semula ia
obrak-abrik.
Oh ya perkenalkan. Namaku Samuru Shigami, pasukan bantuan dari
akademi stratos.. kata si anak yang bernama Samuru itu. Dan kami.. Pasukan
bantuan dari akademi oichi.. 2 saudara.. Rudi dan Riki Tatsuna.. kata 2 anak itu.
Oahh..Hmm..Siapa yang tanya? kata Hana dan Mei yang terbangun
karena suara ribut. Terlihat mata Sakurai yang mulai sayup-sayup.
Hei istirahatlah dulu biar kami menjaga.. kata 4 anak laki-laki itu.
Sakurai, Hana, dan Mei mengangguk, sementara Sayaka kembali ke depan
jendela yang sudah pecah itu. Sakurai bersandar di dinding dan terjaga dalam
tidur, sambil memeluk jubah Sayaka yang dititipkan padanya. Hana dan Mei
sudah tenggelam dalam mimpi. Tiba-tiba angin berhembus cukup kuat, rasa
dingin menyeruak memasuki kamar itu. Sayaka yang berdiri di depan jendela
dan tak memakai jubbah itu menggosok kedua telapak tangannya. Tak lama
seseorang menaruh jubah di pundaknya, ia berpikir itu Sakurai.
Ohm.. Aarrigattou Saku.. kata Sayaka ketika ia menoleh, dengan sigap ia
menampar Samuru. Dan melihat ke arah Sakurai yang terjaga, dan terlihat
Yuichiro hendak menaruh kepalanya di pundak Sakurai.
Saku!! Hei kau dasar laki-laki kurang ajar.. Saku!! Bangun!! Oy! Teriak
Sayaka memecah keheningan, Sakurai terbangun dan meninju Yuichiro.
Awwh.. teriak mereka berdua, ketika di hantam Sakurai dan Sayaka
bersamaan.
Sedang apa kau hah?! Tanya kedua gadis itu.
Ada apa?! Ada zombie? tanya dua bersaudara itu dan menabrak pintu
yang hampir copot itu.
Ya ada zombie yang tak tahu sopan santun di sini.. kata Sayaka dan
Sakurai, sambil memegang kerah baju Samuru dan Yuichiro. Mereka semua
hanya terlongo melihat hal itu.
Matahari mulai nampak walaupun, sinarnya masih tertutup awan hitam tapi
hangatnya masih bisa terasa. Mereka berdelapan bergerak menuju pantai.
Mencari makanan di toko-toko yang sudah terbengkalai, mengganti pakaian,
mengisi peluru, dan menikmati hari dimana hari terakhir untuk bertempur dan
menjejali kaki di negara mereka yang sudah hancur itu. Tak lama Hana
mendapat laporan. Zzzthzzshzzzz.. Pasukan pembasmi kelompok ketujuh, kalian
segera menuju taman kota yang terdapat bangunan walikota yang cukup besar.
Hancurkan area itu dan basmi semua zombie yang ada di sana. Menurut
pendeteksi sebagian besar makhluk-makhluk itu bersarang di bangunan itu. Jika
sudah dilaksanakan kembali ke bibir pantai di sana akan ada kapal yang akan
menjemput kalian. Wilayah lain akan diatasi kelompok lainnya yang sudah
tersebar. Jangan lupa menyuntik tubuh kalian dengan obat anti virus sesegera
mungkin. Zzztzzzhhzhhtzzhzz..
Setelah itu mereka pun segera menuju taman kota dan sesampainya di
sana.
Sepi sekali.. kata Mei.
Sudah jelas kan. Yang ada hanya zombie, Kata Sakurai.
Ayo kita pasang.. perintah Samuru. Mereka pun mulai beraksi, dengan
sangat hati-hati. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Ketika semua bangunan
telah dipasangi bom, dan alat peledak di bawah tanah. Mereka berdelapan
segera menjauh dan menunggu hitungan detik, serta komando dari kapten
pemandu. Hana memutarkan lagu berjudul: Kyou no hi wa sayounara.
(Selamat tinggal, sampai jumpa di lain waktu..)
Ia memutarnya sekeras mungkin, ketujuh kawannya sudah memakai
headphone penutup telinga. Seketika beribu ribu zombie ke luar dari berbagai
arah. Suara suara mengerikan berasal dari para zombie yang haus darah. Ketika
sedang mengedarkan pandangan 4 gadis itu melihat beberapa anggota keluarga
mereka yang sudah menjadi makhluk yang tak berakal. Tubuh mereka menjadi
mati rasa, tangan yang hendak menekan tombol merah untuk meledakkan bom
kini menjadi lunglai seakan tak bertulang, napas mereka tersengal-sengal,
menyadari keadaan gadis-gadis itu 4 anak laki-laki itu segera membantu mereka
berdiri, dengan cara menggenggam tangan gadis-gadis itu erat-erat. Ingin
rasanya mereka berteriak memanggil ibu, ayah, paman, bibi, kakak, atau pun
adik, yang kini bukanlah manusia. Mereka ingin memeluk erat keluarga mereka
untuk terakhir kalinya, tapi apa boleh buat semua sudah terjadi, sebentar lagi
tempat itu akan hancur bersama dengan makhluk menyeramkan itu.
Semua siaap. Hitungan ketiga ledakkan semuanya. 1..2.. (pada lirik lagu
terakhir Mata au hi made until the day we meet again = sampai jumpa semoga
ada kesempatan di lain waktu..)..3
BOMM!!
Seketika semuanya hancur, bersama dengan zombie-zombie itu. Misi
selesai, tanpa ada tetesan air mata yang tak ingin ke luar sama sekali. 4 gadis
itu jatuh pingsan, namun segera ditahan 4 anak laki-laki itu dan menggendong
gadis gadis itu kembali ke kapal. Ketika semua kembali, dan gadis-gadis itu
sudah kembali sadar. 4 anak laki-laki yang berada di samping mereka
tersenyum. 4 gadis itu segera menangis dan memeluk 4 anak laki-laki yang
Rara sudah tak tahan. Matanya ketakutan, Rara ingin pingsan. Tapi
sebelumnya ia menyadari. Pria itu adalah kepala sekolahnya sendiri. Rara pun
pingsan. Beberapa hari kemudian keduanya ditemukan meninggal dunia di
tempat dengan kondisi yang mengenaskan.
Jangan intip celah itu!
Desa Berdarah
Empat sahabat Dina, Nita, Evi dan Sari mengendarai mobil sejenis Avansa
menuju sebuah gunung. Di senja hari mereka melewati hutan dan mengobrol
tentang kawasan ini yang angker tetapi Sari menyangkal karena daerah ini dekat
desa.
Apa? Desa? Tapi di peta ini nggak ada keterangan tentang desa? Kayaknya
kita salah jalan deh. kata Evi.
marah dan tambah bernafsu untuk mencari darah, mukanya semakin keriput dan
menyeramkan. Melihat itu, nenek Pakatri pergi.
Rumah Angker
Sore itu, ibu mengajak aku pergi ke pasar untuk membeli sayur untuk
makan nanti malam. Sampai di pasar, aku bertemu temanku Roi.
Hai Roi. Sapaku ketika bertemu dengan Roi.
Hai juga Din. Kami mulai berbincang-bincang sambil menunggu orangtua
kami berbelanja.
Dina kamu tahu tidak kalau kemarin Vira melihat hantu.
What. Apa kamu bilang? Kapan? Di mana?
Ih.. kamu jangan buat aku jadi bingung dong!
Oke oke. Sekarang kamu ceritakan kepada aku ya plisss. pintaku sambil
merengek.
Belum selesai Roi menceritakan kepadaku, mama sudah memanggilku
untuk pulang. Aku pun pulang.
Malamnya, aku dan keluargaku menyantap makan malam. Aku berbincangbincang dengan keluargaku.
Ma tadi pas Mama mengajakku ke pasar, Dina ketemu dengan Roi loh Ma.
Lalu? jawab mama seperti tidak ingin mengetahuinya.
Din, habiskan dulu makanannya. Habis itu, kamu boleh ngomong
sepuasnya. seru ayah.
Oke, Yah.
Esoknya, aku bersiap-siap sarapan dan pergi ke sekolah. Di sekolah, kami
mulai berbincang-bincang.
Hey Din! Kamu gimana sih, belum selesai aku ceritain ke kamu, kamu
makah kabur! sontak Roi dengan nada sedikit kesal. Hehehe. Maaf ya Mamaku
udah manggil aku untuk pulang. Terus gimana ceritanya?
Jadi gini, mmm kamu tahu gak jalan haram?
Tahu, tahu,
Di situlah Vira dihantui. Katanya hantunya serem gitu! Ih. Jadi kamu harus
hati-hati kalau lewat sana!
Oke, oke. jawab Dina dengan nada gemetar.
Bel pun berbunyi bertanda pelajaran akan dimulai. Setelah beberapa jam
kemudian, bel berbunyi artinya pulang. Semua murid mengemaskan buku dan ke
luar dari kelas kecuali aku, Roi, dan Jani di dalam kelas. Mereka sibuk
menceritakan cerita yang beredar di sekolah yaitu Vira melihat hantu. Tak terasa
jam menunjukkan 6. Mereka sudah terkunci di dalam kelasnya.
Aduh gimana nih, kita udah terkunci di dalam kelas. keluh Jani.
Aha.. aku dapat ide, gimana kalau kita lompat jendela aja. Kan jendela
tidak dikunci.
Penunggu Kelas 9 J
Kring. Bel sekolah pun berbunyi pertanda pelajaran di hari ini selesai.
Gerombolan siswa siswi pun berlalu meninggalkan ruangan kelas masing masing.
Sebagian pulang menaiki kendaraan motor pribadi, sebagian ada yang dijemput
dan sebagian ada yang pulang menaiki kendaraan umum. Namun, beberapa
siswa maupun siswi ada yang masih berada di sekolah. Mereka sedang
membersihkan ruangan kelas supaya besok langsung bisa dipakai belajar tanpa
harus membersihkannya dulu. Di ujung area sekolah adalah kelas 9-H yang
sedang dibersihkan oleh murid yang menghuninya. Tampak lima orang murid
yang terdiri dari empat perempuan dan satu laki laki. Mereka adalah Intan, Yuni,
Sinta, Fira, dan Yudi. Lima sekawan yang kebetulan mendapat jadwal piket kelas
besok.
Kamu bersihin pojok kelasnya udah Yud? tanya Intan yang sedang menata
vas bunga di meja guru.
Udah. Bareng Fira tadi, jawab Yudi seraya menggantungkan sapu ijuk di
tempat penggantung alat alat kebersihan dekat pintu kelas.
Si Yuni sama Sinta juga udah beres tuh lapin kacanya, sambung Fira yang
sedang asyik berfoto ria di dekat Yudi.
Bagus deh. Tinggal aku pel aja deh lantainya. Kalau gitu sana, sana! Huss!
Aku mau pel lantainya dulu, ujar Intan sambil mengusir-usir rekan-rekannya
dengan gagang pel.
Beberapa menit kemudian. Akhirnya Intan selesai mengepel lantai kelas
seorang diri. Maklum saja, Intan sudah terbiasa mengepel lantai. Karena Ia
sering membantu membersihkan kafe milik Bibinya sebagai propesi sampingan.
Dia lalu mengaitkan ujung pel-annya itu ke bagian pengait. Lalu ia pun menutup
pintu kelasnya. Aksi membereskan kelas pun telah mereka selesaikan dengan
cepat karena bersama-sama. Karena hari itu cerah, mereka pun lebih memilih
untuk berdiam sejenak di lingkungan sekolah. Untuk sekedar mengobrol dan
berbagi keceriaan, mereka memilih halaman kelas 9-J yang sedang direnovasi
dalamnya akibat ambruk tertimpa pepohonan akibat cuaca buruk minggu
kemarin. Untung saja tak ada korban. Tawa riang dan kegembiraan terpancar
dari lima sekawan itu. Seolah tanpa beban, mereka sangat menikmati
kebersamaan itu.
Eh, aku Fira sama Yuni ke kedai sebelah deket sekolah dulu ya. Mau beli
cemilan biar tambah rame, sahut Intan dengan ide cemerlangnya. Dia pun pergi
bersama Fira dan Yuni menuju kedai makanan. Eh Sin, aku ke toilet dulu ya tiba
tiba kebelet, ucap Yudi tanpa melihat muka Sinta.
Yah.. Aku sendirian deh. Ah gak apa apa deh. Nanti juga pada dateng,
gerutu Sinta. Ia lalu menghidupkan ponselnya dan berfoto supaya rasa jenuhnya
terusir.
Mmm.. Kelas 9J ini pantes kena pohon. Di pinggirnya aja banyak
pepohonan sih! ujar Sinta lalu Ia melihat lihat kondisi di dalam kelas 9J yang
tampak kotor.
Eh.. Itu apa ya? Sinta pun mendekati pojokan kelas yang tampak gelap.
Tiba-tiba matanya terbelalak kala melihat sesosok makhluk mengerikan
bertubuh besar, tinggi, dan hitam dengan sorot matanya yang tajam berwarna
merah. Aaaaa.. Sinta menjerit ketakutan. Tubuhnya malah kaku tak dapat
bergerak. Makhluk menyeramkan itu terdengar olehnya menggeram seperti
anjing namun suara geramannya itu sangat menakutkan. Sinta lalu menutup
wajahnya dengan kedua tangannya. Saat Ia melepasnya di hadapannya kini,
makhluk itu sedang berdiri memelototi Sinta dengan tatapan penuh kemarahan.
Sin? Sinta? Ke mana tuh orang? teriak Yudi memanggil manggil Sinta.
Intan, Fira dan Yuni pun datang dengan sekantung besar berisi makanan dan
minuman ringan.
Eh, nyari siapa? Sinta mana? tanya Yuni keheranan.
Sinta gak ada sih, tadi aku suruh dia di sini, jawab Yudi.
Emang tadi kamu ke mana?
Aku tadi kebelet makanya aku ke toilet dulu,
Sinta di dalem kelas kali! seru Intan seraya meletakkan plastik besar yang
berisi aneka makanan. Lalu Ia pun membuka pintu kelas 9-J.
Ya ampun! Guys! Sinta guys.. teriak Intan dengan panik kala melihat Sinta
terbaring tak sadarkan diri. Seluruh teman-temannya pun masuk ke dalam kelas
9-J dan dengan cepat memboyong Sinta ke ruang UKS.
Sinta! Cerita dong kenapa tadi di sekolah kamu bisa pingsan di dalem
kelas 9-J? ujar Fira mencoba meminta penjelasan yang sebenarnya. Ta.. Tadi
itu.. Waktu Yudi ke toilet. Ak.. Aku masuk ke dalem kelas 9-J. Aku.. Aku sempet
lihat.. Sesuatu yang aneh,
Sesuatu yang aneh itu. Te..ternyata, makhluk menakutkan. Tubuhnya gede,
tinggi, item gelap tapi matanya gede dan merah. Dia menggeram kayak anjing.
Di..dia marah dan ngedeketin aku..rupanya..rupanya nyeremin banget Fir, aku
gak mau ke sana lagi Fir, aku takut, sontak cerita Sinta membuat temantemannya bergidik ngeri dan membuat bulu kuduk mereka berdiri seketika.
Semenjak kejadian itu. Sinta selalu minta dijemput dan langsung pulang.
Jika dia melihat kelas 9-J. Dia selalu histeris dan tak mau melihatnya lagi. Bahkan
saat ulangan akhir semester pun. Ia enggan berada di ruangan 8 yang
tempatnya di kelas 9-J. Sampai Ia menangis histeris memohon pada kepala
sekolah. Supaya tak disimpan di kelas yang menyeramkan itu. Sungguh
menyeramkan.
KUMPULAN CERPEN
PENGAYAAN BAHASA INDONESIA
SEMESTER 3
Disusun oleh :
Zidny Ar Rizky
21013120