Lap. Tetap Bioetanol Ubi Kayu
Lap. Tetap Bioetanol Ubi Kayu
I. Tujuan Percobaan
1. Membuat bioetanol dari ubi kayu
2. Mengetahui proses pembuatan bioetanol
3. Menganalisa hasil pembuatan bioetanol
II. Alat dan Bahan
II.1Alat yang digunakan:
1. Pisau
2. Parutan
3. Gelas kimia 500 ml
4. Spatula
5. Neraca analitik
6. Hotplate
7. Erlenmeyer 1000 ml
8. Selang kecil
9. Lem
10. Serbet
11. Labu leher dua 500 ml
12. Seperangkat alat destilasi
13. Refraktometer
14. Pipet tetes
15. Gelas kimia 50 ml
16. Botol kecil
17. Baskom
18. Pengaduk
19. Galon air
II.2Bahan yang digunakan:
1. Ubi kayu
2. Ragi
3. Air
4. NaOH 0,1 N
5. Urea
1 buah
3 buah
2 buah
1 buah
1 unit
1 unit
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 unit
1 unit
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2000 gr
20 gr
Seperlunya
1000 ml
20 gr
III.
Dasar Teori
Bioetanol
Ethanol merupakan senyawa hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (OH-)
dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C 2H5OH. Secara umum, ethanol
lebih dikenal sebagai etil alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi dari bahan
baku tanaman yang mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu, ubi jalar,
jagung, sorgum, beras, ganyong, dan sagu yang kemudian dipopulerkan dengan
nama Bioetanol.
Bahan baku lainnya adalah tanaman atau buah yang mengandung gula seperti
tebu, niraa, buah mangga, nanas, papaya, anggur, lengkeng, dan lain-lain. Bahan
berserat (selulosa) seperti sampah organic dan jerami padi pun saat ini telah
menjadi salah satu alternatif penghasil ethanol. Bahan baku tersebut merupakan
tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia,
sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman pangan yang potensial untuk
dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioetanol. Namun dari
semua jenis tanaman tersebut, ubi kayu merupakan tanaman yang setiap hektarnya
paling tinggi dapat memproduksi bioetanol. Selain itu, pertimbangan ubi kayu
sebagai bahan baku proses produksi bioetanol juga didasarkan pada pertimbangan
ekonomi. Pertimbangan keekonomian pengadaan bahan baku tersebut bukan saja
meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi biaya
pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan biaya bahan
untuk memproduksi setiap liter ethanol. Secara umum ethanol biasa digunakan
sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar
industry farmasi, kosmetika, dan kini sebagai campuran bahan bakar untuk
kendaraan bermotor. Mengingat pemanfaatan ethanol beraneka ragam, sehingga
grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan penggunaannya.
Untuk ethanol yang mempunyai grade 90-95% biasa digunakan pada industry,
sedangkan ethanol/bioetanol yang mempunyai grade 95-99% atau disebut alkohol
teknis dipergunakan sebagai campuran untuk miras atau bahan bakar industry
farmasi. Sedangkan grade ethanol/bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran
bahan bakar untuk kendaraan bermotor harus betul-betul kering dan anhydrous
supaya tidak menimbulkan korosif, sehingga ethanol/bioetanol harus mempunyai
grade tinggi antara 99,6-99,8% (Full Grade Ethanol = FGE). Perbedaan besarnya
grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi gula
(glukosa) larut air.
Proses Produksi Bioehanol
Proses produksi ethanol/bioetanol (atau alkohol) dengan bahan baku tanaman
yang mengandung pati atau karbohidrat dilakukan melalui proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Konversi bahan baku tanaman yang
mengandung pati atau karbohidrat dan tetes menjadi bioetanol ditunjukkan pada
Tabel 1.
Bahan Baku
Jumlah
Perbandingan
Hasil
Bahan Baku
Konversi
Jenis
Konsumsi
dan Bioetanol
Bioetanol
(liter)
Ubi kayu
1000
250-300
166,6
6,5:1
Ubi jalar
1000
150-200
125
8:1
Jagung
1000
600-700
200
5:1
Sagu
1000
120-160
90
12:1
Tetes
1000
500
250
4:1
Tabel 1. Konversi Bahan Baku Tanaman yang Mengandung Pati Atau
Karbohidrat dan Tetes Menjadi Bioetanol
Kandungan
Gula dalam
Bahan Baku
(kg)
Pati
Enzim
Glukos
a
Jamur
: Fungi
: Ascomycota
: Eurotiomycetes
: Eurotiales
: Trichocomaceae
: Aspergillus
: Aspergillus awamori Nakaz.
Ragi
Ragi adalah kelompok jamur uniseluler berukuran lima hingga dua puluh
mikron yang umum dipergunakan untuk fermentasi roti dan minuman beralkohol,
lebih dari seribu spesies ragi telah teridentifikasi hingga saat ini dan yang paling
umum dipergunakan adalah Saccharomyces cerevisiae Hansen. Saccharomyces
cerevisiae Hansen. adalah mikroorganisme yang anaerob fakultatif. Ragi
memproduksi energi dalam kondisi ketiadaan oksigen dengan mengubah gula
menjadi etanol dan karbon dioksida. Etanol adalah produk yang diinginkan dalam
pembuatan minuman beralkohol namun dalam pembuatan roti, yang diinginkan
adalah peran karbon dioksida sehingga roti dapat mengembang sedangkan etanol
yang terbentuk dibiarkan menguap (European Bioinformatics Institute, 1996).
Sebuah sel ragi mampu memfermentasi glukosa dengan massa yang sama
dengan massa selnya sendiri dalam jangka waktu satu jam. Ragi dapat
bereproduksi secara aseksual dengan membentuk tunas ataupun secara seksual
dengan pembentukan ascospora. Selama proses reproduksi aseksual, sebuah tunas
baru tumbuh dari ragi dengan kondisi tertentu dan saat mencapai ukuran dewasa
ia akan melepaskan diri dari sel induknya. Reproduksi seksual ragi umumnya
berlangsung pada kondisi kekurangan nutrisi pertumbuhan dengan cara
pembentukan ascospora (European Bioinformatics Institute. 1996).
Saccharomyces
cerevisiae
Hansen.
adalah
ragi
dari
famili
saccharomycetaceae. Famili Saccharomycetaceae adalah famili ragi dari ordo
saccharomycetales
yang
bereproduksi
dengan
pembentukan
tunas.
Saccharomyces cerevisiae Hansen. telah lama dimanfaatkan dalam pembuatan roti
dan minuman beralkohol. Ragi Saccharomyces cerevisiae Hansen. diperoleh dari
hasil isolasi mikroorganisme pada kulit anggur. Saccharomyces cerevisiae
Hansen. dapat tumbuh secara aerob pada substrat glukosa, maltose, laktosa dan
selobiosa. Fruktosa dan galaktosa merupakan substrat terbaik untuk pertumbuhan
ragi ini. Sistematika ragi Saccharomyces cerevisiae Hansen. adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Hemiascomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Famili
: Saccharomycetaceae
Genus
: Saccharomyces
Spesies
: Saccharomyces cerevisiae Hansen.
Ragi Saccharomyces cerevisiae Hansen., selain dipergunakan dalam
fermentasi juga dimanfaatkan sebagai suplemen nutrisi karena ragi tersebut
mengandung mineral seperti selenium dan chromium serta vitamin B complex
yang meliputi vitamin B1 (thiamine), B2 (riboflavin), B3 (niacin), B5 (asam
pantotenat), B6 (piridoxin), B7 (biotin) dan B9 (asam folat). Ragi Saccharomyces
cerevisiae Hansen. tidak mengandung vitamin B12 (cyanocobalamine). Sebagai
sumber vitamin B complex dan mineral, ragi Saccharomyces cerevisiae Hansen.
berfungsi untuk menunjang kerja sistem saraf dan otot-otot saluran pencernaan
serta memelihara kesehatan kulit, mata dan hati (UMMC, 2009).
Sumber ragi dapat berasal dari buah-buahan, bunga dan daun. Ragi adalah
mikroorganisme yang bersifat saprofit dan umumnya serangga adalah yang
berperan memindahkan ragi dari satu tanaman ke tanaman ke tanaman lain
(Suharto. 1995).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur dan Ragi
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur dan ragi yaitu :
1. Nutrisi
Dalam kegiatannya, ragi memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan, yaitu: Unsur C dari senyawa karbohidrat, Unsur N
dan P dari senyawa protein, Mineral, Vitamin.
2. Keasaman (pH)
Untuk fermentasi alcohol, ragi memerlukan media dengan suasana asam yaitu
antara 4,8 6,0. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan penambahan asam
sulfat encer bila substrat fermentasinya bersifat alkalis dan penambahan
natrium bikarbonat jika substratnya terlalu asam.
3. Suhu
Suhu optimum untuk fermentasi pada umumnya adalah pada suhu 25 300C.
4. Oksigen
Fermentasi etanol berlangsung anaerobik, dalam kondisi tanpa oksigen
tersebut ragi akan menggunakan glukosa sebagai sumber energinya dan
membentuk etanol dan karbon dioksida sebagai metabolitnya (Hidayat N.,
dkk. 2006).
c. Bioetanol
Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomass yang mengandung
komponen pati atau selulosa, seperti singkong dan tetes tebu. Dalam dunia
industri, etanol umumnya dipergunakan sebagai bahan baku industri turunan
alkohol, campuran untuk minuman keras (seperti sake atau gin), serta bahan baku
farmasi dan kosmetika. Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi tiga
grade sebagai berikut:
1. Grade industri dengan kadar alkohol 90-94%
Netral dengan kadar alkohol 96-99,5%, umumnya digunakan untuk minuman
keras atau bahan baku obat dalam industri farmasi.
2. Grade bahan bakar dengan kadar alkohol diatas 99,5% (Prihardana, R., dkk.
2008).
IV.Prosedur Kerja
IV.1 Pembuatan Bioetanol
1. Mempersiapkan bahan baku (mengupas, membersihkan, dan menghaluskan
ubi kayu).
2. Menimbang ubi kayu yang telah halus sebanyak 1000 gr dan memasukkan ke
dalam gelas kimia.
3. Memisahkan antara pati/karbohidrat dari ampas ubi kayu dengan cara
menambahkan air secukupnya lalu menyaringnya dengan kain penyaring.
4. Mengendapkan pati selama 1 jam lalu memisahkan dari airnya.
5. Menambahkan 1600 ml air ke dalam pati tersebut.
6. Memanaskan campuran hingga suhu 90oC selama 30 menit, kemudian
mendinginkannya hingga mencapai suhu kamar (25-30oC).
7. Setelah cukup dingin, menambahkan ragi tape dan pupuk urea masing-masing
sebanyak 20 gr ke dalam campuran lalu mengaduknya.
8. Memasukkan ke dalam fermentor kemudian menutupnya.
9. Menghubungkan selang dari fermentor berisi campuran ke dalam Erlenmeyer
yang berisi larutan NaOH 0,1 N 1000 ml.
10. Melakukan fermentasi selama 7 hari.
IV.2 Proses Distilasi
1. Menyaring cairan dari bioetanol yang telah difermentasi selama 7 hari.
2. Mencatat volume filtrat.
3. Mendistilasi cairan tersebut dengan seperangkat alat distilasi.
4. Mengamati dan mencatat suhu tetesan distilat pertama.
5. Setelah selesai, mencatat volume distilat.
V. Data Pengamatan
Data awal
1. Berat ubi kayu
2. Berat pati
3. Berat ragi
4. Berat urea
= 1000 gr
= 134,66 gr
= 20 gr
= 20 gr
Input
1000 gr
700 ml
-
Output
792 ml
134,16 gr
770,89 gr
Input
134,16 gr
900 ml
-
Output
1019,96 gr
Input
1019,96 gr
20 gr
20 gr
Output
-
d. Proses fermentasi
Larutan NaOH 0,1 N 1000 ml
Komponen
Campuran
CO2
Campuran akhir
Input
1059,96 gr
-
Output
231,64 gr
828,32 gr
Input
250 ml
-
Output
246 ml
4 ml
e. Proses distilasi
Komponen
Campuran
Bioetanol
Neraca massa
1. Proses penyaringan
Komponen
Ubi kayu
Air
Pati
Ampas ubi
Total
Input
(gr)
1000
1000
Output
(gr)
94,95
134,16
770,89
1000
Input
(gr)
134,16
885,8
1019,96
Output
(gr)
1019,96
1019,96
Input
(gr)
1019,96
20
20
1059,96
Output
(gr)
1059,96
1059,96
Input
(gr)
1059,96
1059,96
Output
(gr)
828,32
231,64
1059,96
Input
(gr)
183,75
183,75
Output
(gr)
180,81
2,94
183,75
VI.
Perhitungan
VI.1
Kandungan pati dalam ubi kayu
Berat ubi kayu
= 1000 gr
Berat pati
= 134,16 gr
Berat pati
pati=
x 10 0
Berat ubi kayu
134,16 gr
x 10 0
1000 gr
13,416
VI.2
Pembuatan larutan
gr=N x BE x Volume
0,1
ek
gr
x 40 x 1 liter
l
ek
4 gr
VI.3
Densitas etanol
Diketahui :
Berat Erlenmeyer + bioetanol
Berat Erlenmeyer kosong
Berat bioetanol
Volume bioetanol
=
= 127,61 gr
= 124,67 gr
= 2,94 gr
= 4 ml
m
v
massa bioetanol
volume bioetanol
2,94 gr
4 ml
0,735
gr
ml
kesalahan=
0,785
gr
gr
0,735
ml
ml
x 100
gr
0,785
ml
6,844
VII.
Analisa Percobaan
Pada percobaan kali ini, dilakukan pembuatan bioetanol dari bahan baku ubi
kayu. Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung sari pati
atau tepung atau glukosa dengan persentase sekitar 16%. Bahan baku singkong
dihaluskan untuk mengambil sari pati atau tepung (unsur karbohidrat). Dari
Persiapan bahan baku 1000 gr ubi kayu diperoleh karbohidrat sebesar 13,416%.
Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternative dengan rumus C2H5OH
yang memiliki nilai oktan 114 (Full Grade Ethanol). Ampas ubi hasil pemerasan
tidak bisa terurai karena mengandung unsur lignin yang sulit terurai hanya dengan
proses pemerasan namun susunan yang kompleks pada lignin bisa terurai dengan
perlakuan panas. Namun, pemanasan yang tinggi untuk memecah lignin dapat
merusak struktur kimia karbohidrat (glukosa).
Tepung atau karbohidrat yang diperoleh dari dibuat gelatin dengan melalui
proses liquifaksi dan sakarifikasi. Pada proses liquifaksi, sari pati dilakukan
dengan penambahan air yang kemudian campuran dipanaskan hingga 90oC selama
30 menit yang akan mengaktifkan enzim alfa amylase, selama proses pemanasan
pati sudah mulai terpecah strukturnya secara kimia akibat kehilangan air dan
aktifnya enzim tersebut. Namun dalam proses ini, bakteri Saccharomyces lah yang
berperan penting dalam membentuk gula tanpa bantuan oksigen (anaerob). Proses
sakarifikasi dimulai setelah pemanasan selesai yaitu pada saat pendinginan,
hingga disebut gelatin, pH yang tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa. Proses
fermentasi merupakan proses penguraian pati menjadi glukosa kemudian menjadi
bioetanol yang dibantu dengan bakteri Saccharomyces yang memutus rantai
kompleks karbohidrat pati menjadi glukosa dan kemudian memutus rangkaian
glukosa menjadi etanol dengan melepaskan gas CO2. Proses penambahan ragi
harus dilakukan setelah pendinginan gelatin mencapai suhu ruang (27-30oC)
dikarenakan bakteri atau ragi hanya mampu hidup dan aktif selama suhu tersebut
dijaga.
Selain bahan tambahan bakteri, proses fermentasi ini perlu ditambahkan
pupuk urea sebagai sumber nitrogen bagi ragi hidup karena fermentasi dilakukan
secara anaerob atau tanpa udara terbuka sehingga oksigen dan nitrogen dari udara
tidak bisa masuk ke dalam fermentor. Selama proses fermentasi, aktivitas ragi atau
Saccharomyces akan mengakibatkan situasi asam sehingga penurunan nilai pH ke
tingkat asam., akibat dari terjadinya suasana asam tersebut maka ditambahkan
NaOH yang berfungsi sebagai pengatur pH. Hal ini dikarenakan larutan NaOH
bersifat basa yang dapat menetralkan pH campuran karena keadaan asam akan
merusak hasil fermentasi.
Pada proses distilasi, 250 ml dari hasil fermentasi dilakukan distilasi untuk
memisah antara etanol dan hasil fermentasi. Distilat atau etanol yang diperoleh
sebanyak 4 ml atau 2,94 gr.
VIII. Pertanyaan
IX.
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Bioetanol merupakan senyawa hidrokarbon yang dapat dijadikan bahan
alternatif pengganti BBM atau campuran BBM.
2. Bioetanol diperoleh dari bahan yang mengandung pati atau karbohidrat yang
diurai oleh ragi.
3. Penambahan ragi berfungsi sebagai bakteri pengurai glukosa.
4. Pupuk urea digunakan sebagai suplai nitrogen.
5. Larutan NaOH digunakan untuk mengatur pH di dalam fermentor agar tidak
terlalu asam.
6. Dari 250 ml hasil fermentasi didapat bioethanol sebanyak 4 ml.
Daftar Pustaka
Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Teknologi Biomassa. Palembang:
Jurusan Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya.