Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN
A. Visi Misi Sekolah
1. Visi Sekolah
SMA Negeri 1 Bontomarannu memilih visi ini untuk tujuan jangka
pendek, menengah dan panjang. Visi ini menjiwai warga sekolah, untuk
selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai
tujuan sekolah. Adapun Visi dari SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah
Teladan dalam perilaku, cerdas dalam IPTEK, unggul dalam prestasi
berdasarkan iman dan takwa
Adapun indikator dari visi tersebut adalah :
1
2
3

Meningkatkan keimanan dan ketakwaan.


Ungggul dalam prestasi.
Berkembangnya kreatifitas, dedikasi, disiplin dan rasa tanggung

4
5

jawab.
Terciptanya rasa kekeluargaan yang harmonis.
Memiliki sarana dan prasarana lengkap dalam lingkungan sekolah

yang nyaman dan kondusif.


2. Misi Sekolah
Untuk mencapai visi tersebut diatas, diperlukakn suatu misi yang
merupakan kegiatan jangka pendek dengan arah yang jelas. Berikut ini
misi yang dirumuskan berdasarkan visi di atas :
1. Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran
agama melalui penyelenggara bina rohani islam.
2. Meningkatkan komitmen seluruh warga sekolah terhadap tugas
pokok masing-masing.
3. Mewujukan lingkungan seluruh warga sekolah yang bersih indah
dan hijau.
4. Melaksanakan pembelajaran secara intensif dan efisien berdasarkan
prinsip pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM).

5. Mendorong siswa mengembangkan potensinya di bidang teknologi,


informasi, dan komunikasi melalui pelatihan TIK.
6. Menumbuhkan semangat berkompetensi secara sehat terhadap
seluruh siswa dalam bidang akademik, olahraga, dan seni.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan, visi dan
misi tersebut diatas disusun berdasarkan hasil musyawarah demokratis oleh
kepala sekolah, komite sekolah dan pemangku kepentingan sekolah lainnya.
Walaupun visi & misi sekolah terpampang jelas di lorong masuk sekolah,
namun yang mengetahui garis besarnya hanya kepala sekolah, sebagian guru,
pemangku kepentingan sekolah dan hanya beberapa dan bahkan tidak ada
siswa yang mengetahui visi & misi sekolah tersebut.

B. Profil Sekolah
1. Sejarah Sekolah
Memasuki abad 21 yang penuh tantangan sekaligus peluang,
diperlukan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengimplementasi
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disertai dengan Iman dan Takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Selama ini, kenyataan menunjukkan bahwa mutu
pendidikkan belum merata. Menyikapi kondisi tersebut, pada tanggal 13
Juni 2003, Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa melakukan pembangunan
sekolah yang peletakan batu pertama oleh Bupati Gowa dan Menteri
Otoda saat itu, kemudian dibuka secara resmi oleh bapak Syahrul Yasin
Limpo selaku Bupati Kabupaten gowa pada tahun 2005.
Sebenarnya, sejak tahun sebelumnya SMA Negeri 1 Bontomarannu
telah menerima siswa, tetapi masih dititipkan di SMA Negeri 1
Sungguminasa karena sarana untuk proses belajar mengajar belum

sepenuhnya selesai. Baru pada tahun itulah siswa mulai menempuh


pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu.
2. Data Sekolah
Nama Sekolah
Nomor Statistik Sekolah
Nomor Pokok Sekolah Nasional
Status Sekolah
Akreditasi Sekolah
Alamat Sekolah
Kelurahan
Kabupaten
Provinsi
Kode Pos
Nomor Telepon
E-mail
Nama Kepala Sekolah
NIP
Pendidikan Terakhir

: SMA Negeri 1 Bontomarannu


: 301190307001
: 40301074
: Negeri
:B
: Jalan Poros Malino KM.08
: Romanglompoa
: Gowa
: Sulawesi-Selatan
: 92172
: (0411) 8210075
: sma1bontomarannu@yahoo.co.id
: Drs. Muh. Arsyad S., M.Pd
: 19630421 199103 1 015
: Magister (S-2)

3. Sarana dan Prasarana Sekolah


Secara umum sarana fisik yang dimiliki SMA Negeri 1
Bontomarannu adalah sebagai berikut :
Bangunan sekolah/SMA
Lingkungan SMA Negeri 1 Bontomarannu cukup bersih dan
terjaga baik lingkungan dalam maupun luar sekolah. Pekarangan
sekolah yang ditanami oleh berbagai jenis pohon membuat suasana
sekolah menjadi rindang dan sejuk.

Lapangan sekolah
Lapangan Sekolah berukuran sekitar 10 x 12 M. Lapangannya
datar dan telah dipaving. Lapangan ini dilakukan untuk berbagai
keperluan seperti upacara penaikan bendera yang dilaksanakan secara
rutin pada hari senin, kegiatan olahraga, senam dan lain-lain.

Perpustakaan

Kondisi perpustakaan yang cukup luas, bersih dan rapi.


Didalamnya tersusun rapi rak-rak buku dan kursi yang digunakan
siswa untuk membaca. Perpustakaan memuat berbagai buku seperti
buku paket pelajaran dan buku bacaan umum. Perpustakaan SMA
Negeri 1 Bontomarannu diawasi oleh Ibu Muliyati, S.Pd.

Kantin Sekolah
Kantin SMA Negeri 1 Bontomarannu terletak di sudut dalam
sekolah. Kantin tersebut dikelola oleh masyarakat sekitar dengan
pengawasan dari pihak sekolah. Terdapat sekitar 8 lapak kantin sekolah
yang cukup bersih.

WC/Toilet Sekolah
Toilet sekolah terbagi dua yaitu toilet untuk siswa dan toilet untuk
guru. Kebersihannya cukup terjaga pada toilet guru tetapi pada toilet
siswa sudah tidak layak dijadikan sebagai toilet.

Tempat Pembuangan Sampah


Letak tempat pembuangan sampah yang cukup bagus. Tempat
sampah juga terletak di depan tiap ruang kelas berupa pembuangan
untuk sampah basah, sampah kering dan sampah organik yang dapat
didaur ulang. Tempat pembuangan sampahnya berfungsi dengan baik
dan terawat kebersihannya.

Ruang Kelas
Luas masing-masing ruang kelas berukuran sekitar 4x4 m yang
cukup bersih dan rapi. Di dalam kelas terdapat bangku dan kursi
belajar untuk siswa, papan tulis putih, dan tata tertib kelas. Di SMA

Ngeri 1 Bontomarannu ini terdapat 27 ruang kelas yang bersistem


ruangan MIPA dan IPS, sesuai dengan kemampuan dan minat siswa
masing-masing.

Ruang Guru
Ruang guru SMA Negeri 1 Bontomarannu terletak dibagian depan
sudut kanan sekolah, berdekatan dengan pintu masuk sekolah. Pada
ruang guru ini, digunakan untuk semua guru, baik guru PNS maupun
yang masih berstatus Honorer.
Ruangan ini biasanya digunakan oleh guru pada saat jam istirahat
untuk melakukan aktivitasnya seperti memeriksa hasil ualangan,

duduk-duduk, maupun sekedar bercanda dengan sesama guru.


Tata Tertib
Tata tertib kelas disusun dan disepakati bersama oleh semua siswa
dan guru. Sebagian besar (75-90%) warga sekolah menaati tata tertib.
Setiap poin pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa akan

dicatat oleh guru BK.


Mushallah
Mushallah SMA Negeri 1 Bontomarannu berukuran sekitar 8x8 m
dan diberi nama Masjid Nurul Tarbiyah. Masjid ini digunakan untuk
keperluan beribadah siswa dan guru seperti shalat dan Jumat ibadah
yang rutin dilaksanakan setiap hari jumat. Perayaan hari besar islam
juga dilaksakan di masjid Nurul Tarbiyah. Selain itu, masjid ini juga
digunakan untuk keperluan proses belajar mengajar (PBM).
Sarana dan prasarana lain SMA Negeri 1 Bonromarannu adalah

jaringan Wi-Fi, tempat parkir guru dan siswa, pos satpam dan gudang.
4. Laboratorium
Laboratorium SMA Negeri 1 Bontomarannu yaitu :
1 Laboratorium Komputer
Pengawas : Kasmawaty, S.Si
5

Laboratorium komputer adalah tempat riset ilmiah,


eksperimen,

pengukuran

ataupun

pelatihan

ilmiah

yang

berhubungan dengan ilmu komputer dan memiliki beberapa


komputer dalam satu jaringan untuk penggunaan oleh kalangan
tertentu. Berbeda dengan warung internet (warnet) yang dalam
penggunaannya lebih ditujukan untuk umum, lab komputer biasa
dijumpai di sekolah-sekolah, perkantoran, dan badan peneliti
ilmiah. Lab komputer juga umumnya memiliki perangkat
tambahan seperti pencetak dan pemindai untuk menunjang
kebutuhan.
Lab komputer di sekolah ini digunakan oleh siswa dalam
proses

pembelajaran

komputer.

Dimana

setiap

siswa

melakukan praktik komputer didalam lab tersebut. Lab ini


dibuat untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah ini
agar lebih baik lagi. Lab ini juga digunakan untuk melakukan
proses ujian yang diberikan oleh guru kepada siswa mengenai
pembelajaran komputer.
2

Laboratorium IPA
Pengawas : Dra. Hijrah S.
Laboratorium IPA adalah tempat riset ilmiah, eksperimen,
pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium
IPA biasanya

dibuat untuk memungkinkan dilakukannya

kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium IPA di


sekolah ini digunakan sebagai suatu tempat untuk mengadakan

percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan


dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi. Tempat ini merupakan
salah satu ruangan disekolah ini yang didalamnya terdapat alatalat praktikum.
Lab ini digunakan oleh guru mata pelajaran IPA dan para
siswa untuk melakukan sebuah percobaan yang menyangkut
tentang mata pelajaran yang diajarkan. Tanpa adanya lab ini,
maka proses pembelajaran tidak mungkin akan efektif. Dengan
adanya lab ini, maka siswa akan lebih mampu menguasai
pelajaran IPA. Para siswa sangat terbantu dengan adanya lab ini.
5. Jumlah dan Kualifikasi Guru/Pegawai
Daftar nama guru di SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah sebagai
berikut :

No

NAMA DAN NIP

JK PANGKAT
Pembina

GOL./
RUANG

Drs. Muh. Arsyad S.,M.Pd


19630421 199103 1 015

Dra. Hijrah S.
19600304 198703 2 004

Drs. Muh. Haris Muslimin


19621005 198903 1 023

Pembina

IV/a

Pembina

IV/a

Pembina

IV/a

Pembina

IV/a

Pembina

IV/a

Pembina

IV/a

4
5
6
7
8

Drs. H. Muadin
19661231 199203 1 075
Dra. Hj. Rakhmawati
19670527 1992032 009
Dra. Siti Kaksum
19620315 198403 2 008
Abd. Rachman Herman, S.Pd
19580503 198103 1 022
Dra. Haerani
19680609 199303 2 007
7

Tingkat 1
Pembina
Tingkat 1

IV/b
IV/b

KET.
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/

tersertifikasi
9

Dra. Andi Azrini


19670324 199203 2 005

Pembina

IV/a

10

Drs. Tajuddin Nur


19680512 199412 1 004

Pembina

IV/a

11

Rahman, S.Pd.,M.Si
19680917 199203 1 013

Pembina

IV/a

12

Siti Nurhayati, S.Pd


19620627 198903 2 007

Pembina

IV/a

13

Alwi
19660202 199203 1 009

Pembina

IV/a

14

Hj. Rahmawati Rahim, S.Pd


19671231 199203 2 052

Pembina

IV/a

15

Drs. Suharto, MM
19690102 199512 1 004

Pembina

IV/a

16

Bungamawar, S.Pd
19721231 1996022 001

Pembina

IV/a

17

Diyah Marlina, S.Pd


19681009 1998022 002

Pembina

IV/a

18

Sitti Alang, S.Pd


19710815 199803 2 008

Pembina

IV/a

19

Hasiah, S.Pd
19710525 1994122 003

Pembina

IV/a

20

Sitti Rachmawati, S.Pd


19731219 200003 2 003

Pembina

IV/a

21

Rahmah Radjab Bakri, S.Pd


19720416 199505 2 001

Pembina

IV/a

22

Muh. Safri, S.Pd.,M.Pd


19601210 199303 1 002

Pembina

IV/a

23

Baharuddin Goccang, S.Pd


19670513 200012 1 006

Pembina

IV/a

24
25
26

Masyita, S.E
19770217 2005022 002

Hj. Eka Suwasti, S.Pd


19770706 2005022 007
Andi Apriwati, S.Pd
19810704 2005022 004

P
P

Penata
Tingkat 1
Penata
Tingkat 1
Penata

PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi
PNS/
tersertifikasi

III/d

PNS

III/d

PNS

III/c

PNS

27
28
29
30
31
32

Kasmawaty, S.Si
19770311 2005022 004
Megawati, S.Pd
19720818 200604 2 027
Arsidah, S.Pd
19740825 200604 2004
Emy Abd. Salam, S.Pd.,M.Pd
19760223 200604 2 015
Andi Takhmi, S.Pd.,M.Pd
19820713 200701 2 010
Hasnawiyah, S.Pd
19690906 200701 2 030

Penata

III/c

Penata

III/c

Penata

III/c

Penata

III/c

Penata

III/c

Penata
Muda Tk. 1
Penata

III/b

PNS
PNS/
tersertifikasi
PNS
PNS/
tersertifikasi
PNS
PNS/
tersertifikasi
PNS/

33

Sitti Ramlah, S.S


19720705 200701 2 018

34

Rahmatan Ras, S.Pd


19770217 200701 1 003

35

Samrina Jayusman, S.Pd


19830406 200901 2 011

36

Muliati, S.Pd
19780312201001 2 014

37

Nursyamsi, S.Pd
19860519 201001 2 043

38

Andri Rahayu, S.Pd

39

Dra. Hasnah

40

St. Rahmini, S.Ag

Non PNS

41

Rahman, S.Pd.I

Non PNS

42

Era Dachri, S.Si

Non PNS

43

Rahmawati, S.Pd

Non PNS

44

Natsrah Yunus, S.Pd

Non PNS

45

Indrayani, S.Pd

Non PNS

46

Sumamiati Bakri, S.Pd

Non PNS

47

Nasmirawati, S.Pd

Non PNS

48

Alqadri, S.Sos

Non PNS

Muda Tk. 1
Penata
Muda Tk. 1
PenataMud
a Tk. 1
PenataMud
a
PenataMud
a

III/b

tersertifikasi

III/b

PNS

III/b

PNS

III/a

PNS

III/a

PNS
Non PNS/
tersertifikasi
Non PNS/
tersertifikasi

49

Marhama, S.Pd

Non PNS

50

Irfayanti, S.Pd

Non PNS

51

Ami Triwardiana, S.Pd

Non PNS

52

Reski, S.Pd

Non PNS

53

Suryani, S.Pd.,S.Or

Non PNS

54

Hardianti, S.Pd

Non PNS

55

A. Anggung Setyawati, S.pd

Non PNS

56

Emiwati Jalil, S.Si

Non PNS

57

Djusman Iring, S.Sos

PNS/
Tambah Jam

6. Unit Kegiatan Siswa (UKS)


Unit Kegiatan Siswa (UKS) merupakan serangkaian kegiatan yang
didirikan oleh pihak sekolah itu sendiri dan dijalankan oleh siswa (i) yang
ada didalamnya. Unit kegiatan siswa ini bertujuan untuk melatih bakat
para siswa-siswi yang nantinya dapat diperlombakan, baik ditingkat
regional maupun nasional.
Adapun jenis Unit

Kegiatan

Siswa

di

SMA Negeri

Bontomarannu, yaitu sebagai berikut.


1. OSIS (Organisasi Intra Sekolah)
Pembina : Rahmatan Ras, S.Pd
OSIS adalah salah satu wadah organisasi siswa yang sah di
sekolah, dimana sekumpulan siswa mengadakan koordinasi dalam
upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan
yang memiliki suatu sistem pokok yaitu berorientasi pada tujuan,
memiliki susunan kehidupan berkelompok, memiliki sejumlah
peranan, terkoordinasi, dan berkelanjutan dalam waktu tertentu .
Awal terbentuknya OSIS SMA Negeri 1 Bontomarannu
yaitu pada tahun ajaran 2005/2006 dan diketuai oleh Agus Salim

10

dan setiap tahunnya diganti melalui proses pemilihan umum


sekolah. Rahmatan Ras, S.Pd.
2. Pramuka
Pembina :
Pramuka (Praja Muda Karana) adalah sebuah organisasi
atau

gerakan

kepanduan

yang

berproses

pada

pendidikan

kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia.


3. PMR (Palang Merah Remaja)
Pembina : Rahman, S.Pd.I
PMR (Palang Merah Remaja) adalah suatu organisasi
kepemudaan binaan dari palang merah indonesia yang berpusat
pada sekolah-sekolah atau kelompok-kelompok masyarakat dan
bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa
sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kegiatan
kemanusiaan. Palang Merah Remaja SMA Negeri 1 Bontomarannu
ini terbentuk dan dibina oleh Rahman, S. Pd. I.
4. Paskibraka
Pembina : Drs. Tajuddin Nur
Paskibraka (Pasukan Pengibar bendera Pusaka) memiliki
tugas utama yaitu mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam
peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Para siswa dipilih
dan dilatih langsung oleh anggota TNI dan Polri yang nantinya
akan

melaksanakan

pengibaran

bendera

di

Kecamatan

Bontomarannu dan di Kabupaten Gowa setiap tanggal 17 Agustus.

11

BAB II
PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Jumlah Siswa, Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang 1
1. Jumlah Siswa

NO

KELAS

XI

MIPA
JUMLA
P
H
14
255

86

82

IPS
JUMLAH

TOTAL

168

112

423
3
15

283

88

80

169

452

1
96
39

167
705

63
27

77
23

140
512

307
1182

132

XII

71

TOTAL

315
0

2. Tempat Pelaksanaan Magang


Nama Sekolah
: SMA Negeri 1 Bontomarannu
Alamat Sekolah : Jalan Poros Malino Km. 08, Kelurahan
Romanglompoa, Kecamatan Bontomarannu,
Kabupaten Gowa, Sulawesi-Selatan
3. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan magang 1 ini dilaksanakan saat libur semester
dengan durasi waktu 4 (empat) minggu terhitung dari tanggal 04-30
Agustus 2014.
4. Langkah-Langkah Melakukan Pengamatan

12

Observasi/pengamatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan


tahap-tahap pengamatan yang terdiri dari :
1. Tahap persiapan yaitu : pengamatan

awal,

menyusun

rencana

pengamatan, perizinan dan persiapan pengumpulan data,


2. Proses di lapangan yaitu : eksplorasi awal, eksplorasi mendalam, dan
mengecek serta mengonfirmasi hasil penelitian.
Pengamatan ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bontomarannu Kabupaten
Gowa. Subyek pengamatan ini adalah terdiri dari dua unsur, yaitu :
Pertama, Pihak institusi sekolah yang meliputi kepala sekolah, para
dewan guru, siswa, serta data-data sekolah yang dapat dijadikan
referensi.
Kedua, Pihak Komite sekolah yang meliputi ketua komite beserta
struktur kepengurusan yang terllibat dalam kegiatan Komite sekolah.
Adapun langkah-langkah pengamatan adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan surat permohonan izin magang kepada kepala Dinas
Pendidikan dan Olahraga Kab. Gowa dan kepala SMA Negeri 1
Bontomarannu.
2. Melakukan pengamatan langsung tentang kultur sekolah.
3. Wawancara bersama guru.
4. Memilih salah satu guru mata pelajaran bahasa inggris yang ada di
sekolah untuk diikuti nantinya dan melihat secara langsung proses
pembelajaran yang dilakukan didalam kelas bersama dengan guru
tersebut.
5. Melakukan pengamatan untuk membangun kompetensi dasar
pedagogik, kepribadian dan sosial.
6. Melakukan pengamatan untuk memperkuat pemahaman peserta
didik.
7. Melakukan pengamatan langsung proses pembelajaran di kelas.
8. Melakukan refleksi hasil pengamatan proses pembelajaran.

13

BAB III
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PELAKSANAAN
A.1. Deskripsi Hasil Pengamatan Lansung Kultur Sekolah
SMA Negeri 1 Bontomarannu memiliki Rencana Kegiatan
Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
yang kerangkanya tersusun secara sistematis olehn kepala sekolah

14

beserta pemangku kepentingan sekolah sesuai dengan filosofi, arah, dan


tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945
(yang diamandemen) dan dalam UUSPN NO. 20 TAHUN 2003, PP
Nomor 19 Tahun 2005 dan peraturan perundangan lainnya yang
relevan. RKS dan RKAS ini selalu diperbaharui setiap tahun sesuai
dengan bagaimana ketercapaian dan kondisi sekolah, serta rutin
dilaporkan kepada pemangku kepentingan sekolah. RKS memuat
rencana pemeliharaan
pemeliharaan

yang

sekolah dengan

sesuai

dengan

anggaran dan

kebutuhan

kegiatan

sekolah

yang

ketercapaiannya telah mencapai 75% - 100%.


Selain Rencana Kegiatan Skolah (RKS) dan Rencana Kegiatan
dan Anggara Seklah (RKAS) SMA Negeri 1 Bontomarannu juga
memiliki data inventaris, data ketenagaan dan siswa sekolah yang
diperbaharui secara regular dan sistematis.
Kepala sekolah selalu secara rutin terlibat dalam kegiatan
Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan selalu membagi
pengalamannya di sekolah dalam rangka pembinaan guru. Guru juga
selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya karena semua guru
terlibat

aktif

dalam

kegiatan

rutin

Kelompok

Kerja

Guru

(KKG)/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta melaksanakan


semua hasilnya untuk peningkatan PAKEM.
a. Program Kerja Sekolah
SMA Negeri 1 Bontomarannu sebagai salah satu instansi yang
terkait langsung dengan sistem pendidikan nasional memandang perlu
untuk melakukan perencanaan program kerja sekolah secara terencana,

15

terarah dan berkesinambungan sesuai dengan visi dan misi yang telah
disepakati bersama. Penyusunan program kerja ini melibatkan kepala
sekoah, komite dan sejumlah pemangku kepentingan sekolah lainnya,
yang tertuang dalam rencana kerja jangka panjang, jangka menengah
dan jangka pendek.
Maksud penyusunan program kerja ini adalah : 1) memberikan
gambaran yang jelas tentang hasil-hasil yang telah dicapai, programprogram yang akan dilaksanakan serta masalah-masalah yang dihadapi
sekolah untuk waktu 8 tahun (jangka panjang), 4 tahun (jangka
menengah), dan tahun pelajaran 2014/2015 (jangka pendek), dan 2)
sebagai pedoman kerja semua personil sekolah dalam melaksanakan
tugas mengajar, mengelola dan membina kegiatan pembelajaran tahun
pelajaran 2014/2015.
Tujuan dari penyusunan

program

kerja

SMA Negeri

Bontomarannu adalah : 1) memberikan landasan dan arah yang jelas


dalam melaksanakan tugas selama kegiatan pendidikan berlangsung, 2)
sebagai alat kontrol pelaksanaan kegiatan sekolah, 3) sebagai tolak ukur
dalam menilai hasil kerja, dan 4) sebagai sumber data dan informasi
bagi penentuan kebijakan dan keputusan pimpinan.
Adapun program kerja SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah
sebagai berikut :
1) Program Jangka Pendek (Tahun Ajaran 2014/2015)
Program jangka pendek merupakan bagian yang harus
dilaksanakan tahun pertama oleh sekolah pada Tahun Ajaran
2014/2015. Adapun program jangka pendek SMA Negeri 1
Bontomarannu adalah sebagai berikut :
a) Bidang Kurikulum

16

Bidang Kurikulum SMA Negeri 1 Bontomarannu


memiliki fungsi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
kegiatan belajar mengajar (PBM) dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemehaman

dan

penguasaan

guru

terhadap adanya perubahan kurikulum dari Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013.
2. Meningkatkan keterampilan guru dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM) di kelas
3. Menyusun pelaksanaan ekstra/UAS/UAN.
4. Menyusun jadwal evaluasi belajar, jadwal pembelajaran
dan pembagian tugas guru.
5. Melengkapi buku-buku sumber pelajaran baik untuk
pegangan guru maupun untuk pegangan siswa.
6. Meningkatkan kegiatan supervisi kelas baik secara
kualitas maupun kuantitas.
b) Bidang Kesiswaa
Bidang Kesiswaan mempunyai tugas membantu
Kepala Sekolah dalam kegiatan kegiatan sebagai berikut :
1. Menyusun program pembinaan kesiswaan / OSIS.
2. Melaksanakan
bimbingan,
pengarahan,
dan
pengendalian kegiatan siswa / OSIS dalam rangka
penegakan disiplin dan tata tertib.
3. Membina dan mengadakan koordinasi keamanan,
kebersihan,

ketertiban,

keindahan,

kekeluargaan,

kerindangan dan kesehatan.


4. Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus
OSIS.
5. Melakukan

pembinaan

keorganisasian.

17

pengurus

OSIS

dalam

6. Menyusun program jadwal dan pembinaan siswa


secara berkala dan isidental.
7. Melakukan pemilihan calon siswa, pemilihan siswa
penerima beasiswa.
8. Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili kegiatan
di luar sekolah.
c) Bidang Humas
Bidang Humas mempunyai tugas membantu Kepala
Sekolah dalam kegiatan kegiatan sebagai berikut :
1. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah
dengan orang tua / wali siswa.
2. Membina hubungan yang harmonis antara sekolah
dengan komite sekolah.
3. Membina pengembangan hubungan antara sekolah
dengan lembaga sosial lainnya.
4. Membina pengembangan hubungan antara sekolah
dengan instansi pemerintah, baik instansi vertikal
maupun horisontal.
5. Membina pengembangan hubungan dalam rangka
menjalani kerjasama dengan alumni.
6. Membuat catatan tentang pengaduan,

keluhan,

masukkan, kritik dan saran dari orang tua / wali siswa


dan masyarakat.
7. Menyusun program dan membuat laporan pelaksanaan
hubungan masyarakat secara berkala maupun insidentil
kepada kepala sekolah.
8. Mensosialisasikan visi, misi, tujuan dan program
sekolah kepada masyarakat atau kepala sekolah
d) Bidang Sarana dan Prasarana

18

Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas


membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan kegiatan
sebagai berikut :
1. Mendata sarana dan prasarana.
2. Memelihara dan mengawasi sarana dan prasarana
sekolah.
3. Merencanakan pengadaan dan perawatan sarana
prasarana.
4. Membuat dan mengisi buku yang diperlukan untuk
inventaris / perlengkapan.
5. Mengawasi dan mengecek sarana dan prasarana yang
mengalami

kerusakan

dan

segera

mengadakan

perbaikan / koordinasi sebagaimana mestinya.


6. Menyediakan / menyimpan alat-alat / bahan untuk
meengganti / memperbaiki saran dan prasarana yang
rusak / memerlukan perbaikan.
7. Membuat dan menyusun laporan keadaan sarana
prasarana sekolah setiap semester / tahunan kepada
Kepala Sekolah.
8. Tidak diperkenankan meminjamkan sarana dan
prasarana sekolah tanpa seijin dari Kepala Sekolah /
ketua Komite
e) Bidang Keuangan
Bidang keuangan SMA Negeri 1 Bontomarannu, dalam
perannya untuk meningkatkan kelanncaran pengelolaan
keuangan operasional sekolah sehingga pendistribusiannya
dapat memperlancar kegiatan pendidikan di sekolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pembenahan petugas pengelola keuangan, dan

19

2. Mengusahakan penambahan dan perbaikan sarana dan


prasarana sekolah.
f) Bidang Ketatausahaan
Bidang Ketatausahaan berfungsi meningkatkan pelayanan
terhadap stakcholder dan pendokumentasian kegiatan
pendidikan

melalui

pengadministrasian

meliputi

peningkatan
langkah-langkah

kegiatan
sebagai

berikut :
1. Penyusunan program Tata Usaha sekolah,
2. Menyusun administrasi keuangan sekolah,
3. Pembinaan dan pengembangan karir Tata Usaha
sekolah,
4. Menyusun administrasi sekolah,
5. Penyajian data/statistik sekolah, dan
6. Menyususn laporan dan pelaksanaan kegiatan pengurus
ketata usahaan sekolah secara berkala.
g) Wali Kelas
Wali kelas mempunyai tugas membantu Kepala
Sekolah dalam kegiatan kegiatan sebagai berikut :
1. Pengelolaan kelas.
2. Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi :
Denah temoat duduk siswa
Papan Absensi siswa
Daftar pelajaran Siswa
Daftar piket kelas
Buku absensi siswa
Buku kegiatan belajar mengajar
3. Pembuatan catatan khusus tentang siswa.
4. Pengisian buku laporan pendidikan (raport).
5. Pembagian buku pendidikan (raport).
6. Mengadakan pengawasan dan pembinaan siswa.
7. Melakukan pengawasan dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan 7K di kelas dan di lingkungannya.
8. Membuat laporan secara berkala tentang perkembangan
kelasnya (jurnal kelas dan daftar hadir siswa) kepada
Kepala Urusan Kurikulum / kesiswaan.

20

9. Melakukan

kunjungan

rumah

atau

mengadakan

pemanggilan orang tua / wali terhadap siswa yang


mengalami masalah
h) Bimbingan Konseling (BK)
Koordinator BK mempunyai tugas membantu
Kepala Sekolah dalam kegiatan kegiatan sebagai berikut :
1. Menyusun program dan pelaksanaan BK.
2. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang
kesulitan belajar.
3. Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar
lebih berprestasi dalam kegiatan belajar.
4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa
dalam

memperoleh

gambaran

tentang

lanjutan

pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.


5. Menyusun statistik hasil penilaian BK.
6. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi.
7. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut
BK.
8. Menyusun laporan pelaksanaan BK
2) Program Kerja Jangka Menengah dan Panjang
Prioritas progra kegiatan jangka menengah dan panjang SMA
Negeri 1 Bontomarannu pada tahun 2014/2014 dititik beratkan
pada peningkatan mutu, meliputi :
a. Menyusun strategi pelaksanaan pengembangan profesional
guru dan tata usaha melalui penataran, diklat, seminar
maupun pendidikan jalur strata,
b. Melengkapi dokumen serta melaksanakan kurikulum 2013
secara lengkap dan menyeluruh,
c. Mengembangkan model pembelajaran dalam kelas,

21

d. Merencanakan dan melaksanakan Ujian Nasional (UN) dan


dapat mengatasi permasalahan yang timbul pada tahap
proses kelulusan,
e. Mengembangkan sistem evaluasi terhadap pelaksanaan
manajemen sekolah dan melakukan evaluasi diri,
f. Mengembangkan kultur sekolah yang kondusif dan
memotifasi belajar siswa serta mengembangkan hubungan
yang sinergis dengan orang tua siswa dan masyarakat
sekitar,
g. Pemberantasan program inovasi dan kreativitas siswa serta
program pemberantasan narkoba dan seks bebas,
h. Melengkapi dan menata ruangan sekolah, dan
i. Mengembangkan
administrasi
sekolah

melalui

komputerisasi data.
b. Sitem Pengelolaan Keuangan Sekolah
Pengelolaan keuangan sekolah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi

perencanaan,

pelaksanaan,

penatausahaan,

pelaporan,

pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan sekolah. Adapun azas


pengelolaan keuangan sekolah dapat diuraikan sebagai berikut :
Keuangan sekolah dikelola secara tertib taat pada aturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat. Yang dimaksud dengan secara tertib adalah
bahwa keuangan sekolah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna
yang

didukung

dengan

bukti-bukti

administrasi

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.
Adapun yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan
di SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah Tasim SE sebagai kepala

22

urusan keuangan, dengan proses pengelolaan keuangan adalah sebagai


berikut :
1. Perancangan Anggaran
Perancangan Anggaran dilakukan secara bermusyawarah
antara kepala sekolah, komite sekolah, dan pemangku
kepentingan

sekolah

lainnya,

yang

dilaksanakan

dan

diperbaharui setiap triwulan tahun.


2. Sumber Dana Sekolah
Sumber dana SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah dari
Bantuan Operasional Sekolah (Pusat/APBN) dan dari dana
Pendidikan Gratis (APBD).
3. Penggunaan Keuangan Sekolah
Penggunaan keuangan SMA Negeri 1 Bontomarannu
adalah

untuk

keperluan

pengadaan

dan

pemeliharaan

opersional dan sarana dan prasarana penunjang proses belajar


mengajar serta intensif guru.
4. Pengawasan dan Evaluasi Anggaran
Pengawasan dan evaluasi anggaran dititik beratkan kepada
kepala

sekolah

dan

ketua

komite

SMA

Negeri

Bontomarannu.
5. Pertanggung Jawaban
Pertanggung jawaban anggaran dan penggunaan keuangan
sekolah dilakukan setiap akhir semester didepan para guru.
c. Sistem Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1 Bontomarannu
dilakukan secara in door (kelas) Melalui berbagai metode belajar yang
mengajak siswa untuk lebih aktif, partisipatif, dan belajar secara
menyenangkan. Aktivitas belajar in door ini didukung oleh teknik
mind mapping untuk menulis, mencatat, dan meringkas, serta media
dan fasilitas belajar..

23

SMA Negeri 1 Bontomarannu menempatkan siswa sebagai


subyek utama dalam proses belajar mengajar. Siswa diajak menjadi
pembelajar yang mandiri, aktif, dan kooperatif yang mengetahui untuk
apa mereka belajar dan untuk apa ilmu pengetahuan dipelajari
(kemampuan reflektif). Sejatinya tidak ada murid atau peserta didik
yang bodoh. Justru fenomena yang mengemuka pada proses kegiatan
mengajar adalah kemampuan daya tangkap murid yang berbeda-beda
dalam menerima mata pelajaran dari guru. Kemampuan daya tangkap
murid, ada yang lemah, sedang dan kuat. Bagi murid yang memiliki
kemampuan daya tangkap lemah dan sedang menjadi tugas ekstra guru
untuk melakukan pengayaan dan remedial pada mata pelajaran tertentu
lebih intens lagi. Pandangan tersebut yang menginspirasi SMA Negeri 1
Bontomarannu untuk menjalankan program SKTB (Sistem Kelas
Tuntas Berkelanjutan) yang dicanangkan oleh Bupati Kab. Gowa
Ichsan Yasin Limpo, SH., MH. Pada tahun 2011.
Dalam proses belajarnya, siswa diajak untuk mengamati,
bertanya, mencoba, menalar, mengolah, menganalisa, menyimpulkan,
mengapplikasikan dan menyajikannya dalam bentuk karya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara logis dan estetis. Sekalipun penting,
penguasaan materi bukanlah menjadi tujuan dari proses pembelajaran,
melainkan sebagai media untuk mencapai tujuan. Siswa dibimbing
untuk membangun pengetahuan dan keterampilannya sebagai bentuk
tanggung jawabnya terhadap Pencipta, diri dan lingkungannya (alam
dan masyarakat).

24

Siswa yang belum tuntas akan dibekali dengan program remedial,


sementara siswa yang sudah tuntas akan memperoleh program
pengayaan. Di samping itu, sekolah ini juga mengadakan program
peminatan/penjurusan di kelas X semester I atau II melalui kegiatan tes
potensi akademik, minat dan bakat. Program jurusan yang ada adalah
program MIPA dan IPS. Sekolah inipun memfasilitasi kebutuhan siswasiswi kelas XII yang akan melanjutkan studinya ke perguruan tinggi
negeri dengan meningkatkan kuantitas dan intensitas pembelajaran
siswa yang dianggap mampu untuk bersaing . Singkatnya, pendidikan
di SMA kami menitikberatkan aspek proses belajar, tidak hanya pada
aspek hasil akhir yang menuntut siswa untuk menguasai (menghafal)
materi pelajaran dan lulus ujian.
d. Partisipasi Masysrakat terhadap Sekolah (Komite)
Partisipasi masyarakat terhadap pendidikan adalah suatu bentuk
kerja sama yang erat antara perencana dan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan
pendidikan.

Untuk

menampung

dan

menyalurkan

partisipassi

masyarakat dalam pendidikan maka perlu dibentuk suatu wadah yang


diberi nama Komite Sekolah.
Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran
serta masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi
pengelolaan pendidikan si satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar
sekolah.
Komite Sekolah SMA Negeri 1 Bontomarannu dibentuk
berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh kepala sekolah, guru-

25

guru bersama perwakilan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh


penndidik, tokoh agama, pers, usahawan dan perwakilan dari
pemerintah, dan diperbaharui setiap empat tahun masa jabatan.
Adapun Ketua Komite SMA Negeri 1 Bontomarannu dari
beberapa periode adalah sebagai berikut :
1. Tajuddin Pawallang : 2003-2008 (SK:049/DPN-GB/SMAN1.
BTN/2004)
2. Tajuddin Pawallang : 2008-2012 (107/DPN-GB/SMAN1.
BTN/2008)
3. Tajuddin Pawallang : 2012-2016 (196/DPN-GB/SMAN1.
BTN/2012)
Komite SMA Negeri 1 Bontomarannu telah menjalankan fungsifungsi pokok sebagai komite sekolah seperti :
1. Advisor/pemberi pertimbangan, yaitu memberikan masukan
atau saran dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
ekstrakurikuler serta dalam sarana dan prasarana sekolah.
2. Supporting/pendukung, yaitu berupa tindakan nyata dari
persatuan orangtua untuk memberikan dukungan terhadap
program-program sekolah. Dukungan ini berupa dana, tenaga,
keamanan, dan non dana seperti ide dan pemikiran.
3. Controlling/pengontrol, yaitu dengan melakukan pengawasan
sejauh mana pelaksanaan program, kurikulum, proses belajar
mengajar dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilaksanakan di
sekolah.
4. Mediator, yakni komite sekolah berperan sebagai mediator
antara orang tua dengan guru. Semua kritik, saran dan
masukan yang diterima oleh komite sekolah disampaikan
kembali kepada pihak sekolah.

26

Dalam

menjalankan

tugasnya,

komite

SMA

Negeri

Bontomarannu menyusun sebuah program kerja hasil musyawarah


bersama oleh para pemangku kepentingan di sekolah. Adapun
persentase keterlaksanaan program komite sekolah adalah sekita 75%
hingga 100%kata ketua komite SMA Negeri 1 Bontomarannu,
Tajuddin Pawallang.
Pada setiap periode kepengurusan, komite sekolah menyusun
laporan secara tertuis kepada sekolah terkait kegiatan sekolah serta
sudah seberapa terealisasinya semua program yang telah dijalankan.
Saat ini SMA Negeri 1 Bontomarannu telah menjalankan Program
Pendidikan Gratis dari Pemerintah Daerah (pemda) Kabupaten Gowa,
yang keberadaannya telah menurunkan kualitas keterlibatan langsung
dari komite sekolah. Tetapi komite sekolah masih tetap menjalankan
peran dan tugasnya walaupun sudah tidak terlalu aktif dulu pada saat
pertama pembangunan hingga adanya Perda Gowa tentang Pendidikan
Gratis.
A.2. Deskripsi Hasil Pengamatan untuk Membangun Kompetensi Dasar
Pedagogik , Kepribadian, Sosial dan Profesional
Untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik, seorang
seharusnya memiliki empat kompetensi guru seperti yang tercantum pada
permendiknas RI nomor 16 tahun 2007. Didalamnya termaktub standar
kompetensi yang seyogyanya dimiliki oleh setiap guru, baik guru
TK/PAUD/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, maupun guru SMK/MAK.
Kompetensi

tersebut

adlah

kompetensi

pedagogik,

kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat

27

kompetensi tersebut merupakan seperangkat kecerdasan yang dapat


dimanfaatkan guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik.
a. Kompetensi Dasar Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi seorang
guru dalam mengelola pembelajaran sangatlah penting, karena
ditangan merekalah murid atau peserta didik mendapatkan transfer
ilmu pengetahuan dan keterampilan, sebagai bekal kehidupannya
pada masa yang akan datang. Tentu saja dalam melakukan
pembelajaran, sebaiknya hubungan guru dengan murid dapat
berjalan dengan baik serta menggunajan beberapa metode/stretegi
pembelajaran yang efektif. Kompetensi paedagogik meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi dan hasil belajar dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara lebih rinci, Marsigit (2008) menjelaskan bahwa kompetensi
paedagogik guru meliputi:
1) Penguasaan karakteristik peserta didik dan aspek fisik, moral,
spiritual, social, kultural, emosional dan intelektual;
2) Penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik;
3) Pengembangan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu;
4) Menyelenggarakan pembelejaran yang mendidik;
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran;
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimiliki;

28

7) Berkomunikasi secara efektif, empiric dan santun kepada


peserta didik;
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi, proses dan hasil
belajar;
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran;
10) Melakukan tindakan reflektif untuk kepentingan kualitas
pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap guru dalam
melaksana-kan pembelajaran di SMA Negeri 1 Bontomarannu,
hasilnya

menunjukkan bahwa

guru

telah

memahami

dan

menguasai keempat kompetensi seperti yang telah disebutkan di


atas. Misalnya pada kompetensi pedadogik, guru telah memahami
dan menghayati peran pedagogiknya. Guru telah bijaksana ketika
menyampaikan

materi

pelajaran,

sesuai

dengan

tingkat

perkembangan jiwa siswa yang dididik. Kompetensi pedagogik ini


merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan usia
dini,sekolah dasar dan bahkan sekolah menengah. Karena pada
level pendidikan dasar dan menengah, seorang anak sangat
membutuhkan bimbingan, contoh, keteladanan dan perhatian dari
pendidiknya baik orang tua di rumah maupun guru di sekolah.
b. Kompetensi Dasar Kepribadian
Dalam standar pendidikan nasioanal Indonesia, setiap guru
atau dosen harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik,
karena merekalah yang membimbing generasi muda bangsa dalam
mengasah pengetahuan dan keterampilannya untuk kemudian dapat
terjun ke masyarakat. Yang dimaksud dengan kompetensi

29

kepribadian adalah kemempuan kepribadian yang mantap, stabil,


arif, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didiknya, serta berakhlak mulia. Guru dan dosen memang harus
memberikan contoh yang baik dan sesuai dengan kepribadian
bangsa karena ada pepatah mengatakan Guru kencing berdiri,
murid kencing berlari. Kalau kepribadian guru kurang baik,
bagaimana dengan anak didiknya?
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa,
berkenaan dengan hal-hal yang menyenangkan dari seorang guru
adalah diantaranya, guru tersebut ramah, murah senyum, tidak
cepat marah, bijaksana, perhatian, adil terhadap semua siswa, baik
sikapnya dan tidak pilih kasih.seorang anak didik atau siswa yang
pada kesan pertama sudah nyaman bersama gurunya, biasanya
relatif senang belajar dan mudah mengikuti pelajaran berikutnya.
Melalui kompetensi personal atau kepribadiannya, seorang guru
dapat berkontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan dan
pembelajaran dengan menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, saling menghargai santun dan nyaman. Terlebih
jika dilandasi aspek spiritualistas berupa ketulusan dan keikhlasan.
c. Kompetensi Dasar Sosial
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial bagi seorang guru
adalah kemempuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa, dan
masyarakat sekitar.

30

Ada lima kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang


guru, yaitu : (a) Berkomunikasi lisa, tulisan, dan/atau isyarat, (b)
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, (c)
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik
(d)

Bergaul

secara

santun

dengan

masyarakat

sekitar

dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (e)


Menerapkan

prinsip-prinsip

persaudaraan

sejati

dan

semangat

kebersamaan.
Sebagai seorang makhluk sosial, tentu saja guru tidak pernah
terlepas dari kehidupan sosial yang ada di masyarakat dan lingkungan
sekitar. Kompetensi sosial tersebut dangat berguna untuk bertanggung
jawab, berdisiplin, berwibawa dan mandiri.

Berdasarkan pengamatan terhadap guru di SMA Negeri 1


Bontomarannu, hasilnya Guru tersebut telah mantap dan lebih
sabar dalam menghadapi kondisi kelasnya dengan sangat kondusif,
aktif dan kreatif, walaupun maksimal. Dengan adanya kompetensi
sosial ini yang dimiliki oleh guru maka dengan mudah melakukan
interaksi dan komunikasi yang timbal balik antar guru dan
siswanya.
d. Kompetensi Dasar Profesional
Bagi seorang guru atau dosen, kompetensi profesional
mengacu pada kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam. Ruang lingkup kompetensi profesional bagi
seorang guru meliputi penerapan landasan kependidikan yang baik,
baik secara filosofis, psikologis dan lain-lainnya. Disamping hal
tersebut, berkaitan dengan perkembangan teknologi, para guru juga

31

diharapkan mampu menguasainya. Penguasaan terhadap TIK


terutama komputer dan internet diharapkan mampu digunakan
sebagai sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran.
Dengan proses pembelajaran yang ditunjang oleh kemajuan TIK
maka diharapkan siswa dapat lebih mengerti dan memahami
bidang studi yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil pengamatan kami terhadap guru, kami
belum melihat guru telah menguasai dan menguasai kompetensi
ini. Terutama pada penguasaan terhadap teknologi dan informasi.
Padahal dengan kemampuan profesional, seorang guru akan
mampu membangun susana pembelajaran yang menyenangkan
bagi murid-muridnya sekaligus memberdayakan potensi dan
talentanya. Melalui kemampuan profesional pula seorang guru
akan mampu menyusun bahan ajar, memilih metode pembelajran
yang sesuai dan mengendalikan suasana kelas yang nyaman serta
menyenangkan.
A.3. Deskripsi Hasil Pengamatan untuk Memperkuat Pemahaman Peserta
Didik
A.4. Deskripsi Hasil Pengamatan Langsung Proses Pembelajaran di Kelas
Guru yang diammati : Dra. Siti Kalsum
Kelas
: X MIPA 1 dan X MIPA 2
Jumlah Siswa
: X MIPA 1 = 40 Orang
X MIPA 2 =
Waktu
: Kamis dan Sabtu
a) Poses Belajar Mengajar (PBM)
Berdasarkan pengamatan langsung Proses Belajar Mengajar (PBM)
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dalam lima kali pengamatan,
hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Pertemuan I ( Kamis, 07 Agustus 2014)

32

Pendahuluan
Mempersiapkan

kelas

dalam

pembelajaran

(absensi,

kebersihan kelas, dan lain-lain)


Memberi motivasi kepada peserta didik guna dalam proses
belajar mengajar selama 1 semester berjalan dengan lancar

dan baik.
Kegiatan Inti
Karena pertemuan pertama guru dengan peserta didik, guru
hanya memperkenalkan diri dan menjelaskan sistem penilaian

yang akan dilakukan selama satu semester.


Guru menjelaskan poin-poin materi yang akan diajarkan

dalam satu semester kedepan,


Menyuruh peserta didik untuk mencari informasi yang luas
dan dalam, tentang topik/tema materi yang akan dipelajari

selama satu semester dari berbagai sumber pembelajaran.


Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Guru memberikan tugas kepada siswa terkait materi yang

akan dipelajari pada pertemuan berikutnya,


Menyampaikan rencana pembelajaran pada

berikutnya.
2. Pertemuan II (Sabtu, 09 Agustus 2014)
Pendahuluan
Mempersiapkan kelas dalam

pembelajaran

pertemuan

(absensi,

kebersihan kelas, dan lain-lain),


Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan/masalah tentang materi yang akan

diajarkan,
Menginformasikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai.
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru adalah adalah:

33

Terlebih dahulu, guru menjelaskan tentang materi yang

diajarkan dalam pertemuan ini,


Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran

baik

dengan

bertanya

maupun

dengan

menjawab tugas yang diberikan oleh guru,


Menjelaskan penjelasan konsep secara umum tentang

materi/topik yang diajarkan.


Guru memberikan tugas individu kepada peserta didik untuk

lebih memperdalam materi yang telah diajarkan,


Membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang

telah diberikan,
Peserta didik tampil di depan kelas untuk menyajikan hasil
kerjanya di papan tulis lalu menjelaskannya kepada teman-

teman kelasnya yang lain.


Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Guru memberikan tugas/pekerjaan rumah kepada peserta
didik untuk lebih memperdalam materi yang telah diajarkan.
3. Pertemuan III (Kamis, 14 Agustus 2014)
Pendahuluan
Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan
kelas, dan lain-lain)
Apersepsi

Pemeriksaan tugas yang telah diberikan pada pertemuan


sebelumnya,

Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan


memberikan

pertanyaan/masalah

tentang

materi

yang

diajarkan pada pertemuan sebelumnya, lalu mengaitkannya


dengan materi yang akan diajarkan pada pertemuan ini,
Kegiatan Inti
34

Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru adalah adalah:


Guru menjelaskan tentang materi yang diajarkan dalam
pertemuan ini, yang belum dijelaskan pada pertemuan

sebelumnya,
Guru memberi kesempatan kepada muri untuk bertanya jika

ada penjelasan yanng belum dipahami dengan baik,


Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok,
Masing-masing kelompok diberi tugas terkait dengan materi

yang telah diajarkan,


Peserta didik tampil di depan kelas untuk mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya.


Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Menyampaikan materi baru yang akan diajarkan pada
pertemuan berikutnya.
4. Pertemuan IV (Sabtu, 16 Agustus 2014)
Pendahuluan
Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran

kebersihan kelas, dan lain-lain),


Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan

(absensi,

pertanyaan/masalah

tentang

materi

yang

diajarkan,
Menginformasikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai.
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru adalah adalah:
Guru menjelaskan materi sampai jam pembelajaran selesai.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Guru selesai menjelaskan dan menyampaikan kepada peserta
didik untuk terus mengingat pelajaran yang telah diberikan.
5. Pertemuan V (Kamis, 21 Agustus 2014)
Pendahuluan

35

Guru

mempersiapkan

kelas

dalam

pembelajaran

(absensi,

kebersihan kelas, dan lain-lain)


Apersepsi

Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan


memberikan

pertanyaan/masalah

tentang

materi

yang

diajarkan pada pertemuan sebelumnya, lalu mengaitkan


dengan pengetahuan materi yang akan diajarkan,
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru adalah adalah :
Guru menjelaskan tentang materi yang diajarkan dalam
pertemuan ini, yang belum disampaikan pada pertemuan

sebelumnya,
Guru memberi kesempatan kepada muri untuk bertanya jika

ada penjelasan yanng belum dipahami dengan baik,


Peserta didik diberi tugas terkait dengan materi yang telah

diajarkan,
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Tugas yang belum selesai dijadikan pekerjaan rumah,
Menyampaikan pion-poin materi yang akan diajarkan pada
pertemuan berikutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mengenai proses
pembelajaran, hasilnya adalah guru mengawali mengawali materi
pelajaran dengan memberikan sebuah masalah/soal baik itu tentang
materi yang telah diajarkan maupun materi yang akan diajarkan. Hal itu
dilakukan

untuk

memancing

siswa

berpikir

lebih

aktif

dan

mengeluarkan sebuah ide baru. Kemudian setelah itu, guru menjelaskan


materi dengan metode ceramah yang diselingi proses tanya jawab

36

kepada siswa yang berkaitan pada materi sehingga menghasilkan


interaksi multiarah antara guru dengan siswa maupun antara siswa
dengann siswa. Proses tanya jawab ini memancing siswa untuk
mengajukan pertanyaan. Hal ini membuat siswa sebagian besar aktif
terutama siswa perempuan yang cenderung lebih aktif dibanding siswa
laki-laki.
Setelah guru menjelaskan dan semua siswa telah paham secara
keseluruhan, guru lalu memberi tugas kepada siswa untuk lebih
memperdalam konsep tentang materi yang telah diajarkan, dan jika
masih ada siswa yang belum dapat memahami dan menyelesaikan tugas
yang diberikan, guru terus mengajarnya hingga paham. Seharusnya
dalam proses pembelajaran guru menggunakan Lembar Kerja Siswa
(LKS), namun guru terkait belum menggunakan LKS karena belum
dibuat.
Berdasarkan pengamatan, proses pengeloaan siswa yang
dilakukan oleh guru bervariasi, kadang berkelompok, berpasangan
dengan teman sebangku, maupun individu, sesuai dengan materi
pelajarang dan tingkat kesulitannya. Hal ini dapat memancing para
siswa untuk lebih aktif lagi.
Pada akhir pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan
refleksi setelah mempelajari suatu materi/konsep yang telah diberikan.
Dan hasilnya akan dijadikan pedoman dalam pembelajaran selanjutnya.
b) Penilaian
Berdasarkan hasil wawancara, penilaian dilakukan dengan
melihat berbagai instrumen seperti tes tetulis (MID dan UAS), penilan
kineraj/keaktifan dari siswa, hasil kerja siswa (tugas/PR) dan penilaian
diri/sikap. Guru menggunakan penilaian proses dan hasil, serta
37

memanfaatkannya

untuk

kegiatan

tindak

lanjut.

Guru

juga

menggunakan penilaian proses dan hasil untuk memantau kemajuan


belajar siswa, seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi.
Menurut hasil wawancara selain tugas dan keaktifan siswa
dikelas, guru juga memantau kemajuan belajar siswa dengan
mengadakan ulangan harian setiap selesai pembelajaran terhadap 1
materi/bab.

Dari

ulangan

harian

inilah,

guru

dapat

melihat

perkembangan pengetahuan siswa terhadap materi tersebut, dan


seberapa persen keberhasilan guru dalam mendidik siswa. Siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (75 untuk mata pelajaran
Matematika) maka guru mengadakan remedial.
A.5. Refleksi Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran
a. Proses Pembelajaran
Pendidikan merupakan proses yang sistematik, setiap komponen
berada di dalamnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkandan
saling berkaitan (interdenpensi). Tetapi inti dari proses pendidikan
adalah bagaimana terjadinya proses pembelajaran yang efektif, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Terciptanya susana yang
menyenangkan dan memberdayakan peserta didik adalah merupakan
hal yang sangat mendasar. Ketika siswa senang dan nyaman belajar
serta tergali seluruh potensinya, maka pribadinya akan teraktualisasikan
dengan optimal. Masalahnya adalah, bagaimana menciptakan susana
pembelajaran yang menyenangkan dan mampu menggali potensi serta
memberdayakannya.
Hal yang paling mendasar yang harus ada dalam proses
pembelajaran adalah peserta didi atau siswa, guru atau pendidik, bahan

38

pelajaran, media pembelajaran dan lain-lain. Kehadiran seorang gurulah


yang paling mendasar dalam menciptakan suasana menciptakan
suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM).
Peran seorang guru saat ini tidaklah sekedar menyampaikan ilmu,
tetapi lebih pada membangun kesadaran peserta didik akan pentingnya
mengembangkan potensi diri melalui pengembangan ilmu pengetahuan.
Peran lain seorang guru yang harus lebih dikedepankan saat ini adalah
sebagai fasilitator, mediator, motivator, eksplorator dan trsansformator.
Seharusnya sosok seorang guru harus menguasai empat
kompetensi dasar guru yang meliputi 1) pengenalan peserta didik secara
utuh dan mendalam, 2) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu
maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah 3) penyelenggaraan
pembelajaran

yang

mendidik

yang

meliputi

perencanaan

dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta


tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan, dan 4) pengembangan
kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang
memiliki kompetensi seperti yang disebutkan diatas, akan dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional.
Menciptakan susana menyenangkan sekaligus memberdayakan
potensi siswa adalah sesuatu yang harus terjaddidalam membangun
pendidikan yang bermutu. Karena mutu pendidikan akan sangat
ditentukan pada tataran yang lebih kesil di lingkungan sekolah yaitu
proses pembelajran. Dan untuk membangun proses pembelajaran yang
bermutu, maka peran dan fungsi seorang guru tidak mungkin diabaikan.
b. Partisipasi Masyarakat terhadap Pendidikan (Komite)

39

Partisipasi masyarakat merupakan bentuk keterlibatan dan


keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan
dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik)
dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Bentuk
partisipasi

tersebut

dapat

berupa

kontribusi

material

maupun

nonmaterial, keikutsertaan secara aktif maupun pasif. Partisipasi


masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan perlu ditampung dan disalurkan melalui sebuah badan
mandiri yang disebut Komite Sekolah. Peran yang dijalankan Komite
Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah.
Penghambat timbulnya partisipasi masyarakat terhadap
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah adalah terjadinya jurang
pemisah antara pihak sekolah dengan orang tua murid atau masyarakat.
Hendaknya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pihak sekolah dengan masyarakat yang melakukan aktivitas bersama
dalam mewujudkan perbaikan kualitas pendidikan.
Akhir-akhir ini pendidikan nasional menunjukkan banyaknya
terjadi problematika yang harus diselesaikan, dan hal tersebut sangat
memerlukan partisipasi masyarakat dalam upaya penyelesaian masalahmasalah tersebut. Hal ini terbukti dalam hasil pengamatan di SMA
Negeri

Bontomarannu

bahwa

partisipasi

masyarakat

dapat

meningkatkan kualitas pendidikan, baik itu dari hal-hal yang bersifat


kebijakan dan program hingga yang bersifat fisik seperti bangunan, alat
peraga, dan semua bahan penunjang pendidikan.

40

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disarankan kepada


masyarakat Kecamatan Bontomarannu pada umumnya, terkhusus
masyarakat kelurahan Romanglompoa agar berpartisipasinya dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu perlu
ditingkatkan lagi, walaupun telah diberlakukannya program pendidikan
gratis oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Gowa. Karena
partisipasi masyarakat sangat berperan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Dan kepada Komite Sekolah hendaknya lebih
menampung

aspirasi

masyarakat

dan

menyalurkannya

untuk

peningkatan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu.


Selain itu, Komite Sekolah seharusnya memberikan motivasi dan
penghargaan kepada tenaga pendidik atau kepada seseorang yang
berjasa pada sekoah secara profesional sesuai dengan kaidah
profesional guru atau tenaga administrasi sekolah.
B. PEMBAHASAN
I.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1. Sejarah MBS
Secara teoritis, MBS merupakan sistem pengelolaan persekolahan
yang memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada institusi sekolah
untuk mengatur kehidupan sekolah sesuai dengan potensi, tuntutan, dan
kebutuhan

sekolah

yang

bersangkutan.

Dalam

MBS,

sekolah

merupakan institusi yang memiliki full authority and responsibility


untuk secara mandiri menetapkan program-program pendidikan
(kurikulum) dan berbagai kebijakan lokal sekolah sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh sekolah
(Mohrman and Wohlsettter, 1994; Calwell and Spinks, 1988).

41

Berdasarkan visi, misi, dan tujuan pendidikan tersebut, sekolah


menetapkan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
dengan memanfaatkan berbagai potensi yang tersedia dan dapat digali
di sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Dalam sistem MBS, semua
kebijakan diprogram sekolah ditetapkan oleh suatu dewan sekolah yang
disebut Scholl Board atau School Council. Badan ini merupakan
lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari para anggota
yang terdiri dari pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, guru-guru,
perwakilan orang tua siswa, tokoh masyarakat, dan pejabat daerah
dimana sekolah itu berada. Dewan sekolah inilah yang menetapkan
segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang
pendidikan yang berlaku di negara bagian atau daerah dimana sekolah
itu berada. Selanjutnya, dewan sekolah ini merumuskan dan
menetapkan

visi,

misi,

dan

tujuan

sekolah

dengan

berbagai

impliksainya terhadap program-program kegiatan operasional untuk


mencapai tujuan sekolah.
Secara praktis, pelaksanaan MBS di negara-negara maju bervariasi
dari satu sekolah dengan sekolah lainnya. Hal ini tergantung dari
kebijakan negara dalam pengelolaan sistem pendidikan yang diterapkan
di negara masing-masing. Di Quesland, Australia, misalnya, MBS
dikembangkan dengan mempadukan kebijakan pendidikan negara
bagian dengan aspirasi dan partisipasi masyarakat setempat. Upaya
mempadukan kedua unsur tersebut dihimpun dan dibicarakan secara
terbuka melalui wahana yang disebut School Council dan Parent and
Community Association. Dengan konsep-konsep yang dicobakan ini

42

harapan akhir yang selama ini selalu menjadi pembicaran banyak orang,
bahwa pendidikan kita pada masa yang akan datang akan setara dengan
pendidikan yang diselenggarakan oleh negara lain, dan memberikan
sumbangan yang berarti bagi peningkatan kehidupan kebangsaan
Indonesia.
2. SBM (School Based Management) for High Performance School
Manajemen mengandung arti optimalisasi sumber-sumber daya
atau pengelolaan dan pengendalian. Persoalannya adalah pengelolaan
dan pengendalian seperti apa yang kini dibutuhkan oleh sekolah ?
Beberapa alasan pokok yang menuntut terjadinya perubahan kebijakan
dalam pengelolaan sekolah, antara lain ; tuntutan kebutuhan masyarakat
terhadap hasil pendidikan yang disebabkan adanya perubahan
perkembangan kebijakan sosial politik, ekonomi, dan budaya.
Semakin tingginya kehidupan sosial masyarakat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah semakin
meningkatkan tuntutan kebutuhan kehidupan sosial masyarakat. Pada
akhirnya tuntutan tersebut bermuara kepada pndidikan, karena
masyarakat meyakini bahwa pendidikan mampu menjawab dan
mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. Pendidikan merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi
tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa
yang akan datang. Pendidikan perlu perubahan yang dapat dilakukan
melalui perubahan dan peningkatan dalam pengelolaan atau manajemen
pendidikan di sekolah.
Perubahan suasana politik di Indonesia yang muncul dari adanya
krisis ekonomi kemudian berkembang menjadi krisis sosial politik

43

berimplikasi kepada perubahan dalam berbagai bidang antara lain


bidang pendidikan. Isu sentralisasi menjadi desentralisasi yang
sebelumnya telah dimunculkan sebagai upaya pemberdayaan daerah
telah terjadi. Terdorong oleh suasana perubahan politik kenegaraan,
semakin diyakini bahwa salah satu upaya penting yang harus dilakukan
dalam peningkatan kualitas pendidikan, adalah dengan pemberdayaan
sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang intinya
memberikan kewenangan dan pendelegasian kewenangan (delegation of
authority) kepada sekolah untuk melakukan perbaikan dan peningkatan
kualitas secara berkelanjutan (quality continuous improvement).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai terjemahan dari
School Based Management , adalah suatu pendekatan politik yang
bertujuan untuk me-redisain pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup
guru, siswa, kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.
Manajemen Berbasis Sekolah merubah sistem pengambilan keputusan
dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan
manajemen ke setiap yang berkepntingan di tingkat lokal (local
staholders ). (Chapman, J, 1990). Dengan mengalihkan wewenang
dalam keputusan dari pemerintah tingkat Pusat ke tingkat Sekolah,
diharapkan sekolah akan lebih mandiri dan mampu menentukan arah
pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan
masyarakatnya.

Pada

pelaksanannya

disadari

bahwa

mengimplementasikan pemberian kewenangan kepala sekolah melalui

44

pendekatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan proses


dan waktu.
Persoalannya adalah untuk Local Stakeholders yang menggunakan
kekuasaan untuk memperbaiki pendidikan di sekolah, disain organisasi
harus berubah dan pengembangan program yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat. Berbagai cara untuk mengimplementasikan
konsep ini diperlukan persyaratan-persyaratan yang mendukung ke arah
perubahan yang fundamental, dimana sekolah mempunyai ruang gerak
yang lebih leluasa. Dengan demikian sekolah secara kreatif dan
bertanggung jawab dapat melakukan kegiatan untuk mengelola
program-programnya secara efektif dan efisien (Improving School
Efficiency ). Model MBS telah dicoba di Amerika, berasal dari karya
Edward E. Lawler dan kawan-kawan (dalam Susan Albert Mohrman,
dkk) ternyata telah membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan oleh adanya mekanisme yang
lebih efektif, yaitu pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
cepat, sekaligus memberikan dorongan semangat kinerja baru sebagai
motivasi berprestasi kepada kepala sekolah dalam melakukan tugasnya
sebagai manajer sekolah. Dalam banyak kasus disebutkan bahwa
Manajemen Berbasis Sekolah telah membawa dampak positif seperti
yang dialami oleh sekolah-sekolah di beberapa negara antara lain di
Selandia Baru, dan Chile. Bagi sekolah-sekolah di Indonesia, ide dan
pemahaman tentang MBS pada saat ini, merupakan momen yang tepat,
pada saat munculnya perubahan politik pemerintah.

45

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami konsep


MBS:
1. Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan
desentralisasi , kekuasaan atau kewenangan di tingkat sekolah.
Dalam sistem keputusan, hal ini dikaitkan dengan program dan
kemampuannya dalam meningkatkan kinerja sekolah.
2. Penelitian tentang program MBS berkenaan

dengan

desentralisasi kekuasaan dan program peningkatan partisipasi


Local Stakeholders . Pendelegasian otoritas pengambilan
keputusan dalam kaitannya dengan pemberdayaan sekolah, perlu
dihubungkan dengan efektivitas program.
3. Strategi MBS harus lebih menekankan

kepada

elemen

manajemen partisipatif. Pengalaman dalam implementasi strategi


MBS yang menekankan pada kekuasaan daripada kemampuan
profesional (pengetahuan dan keahlian) menyebabkan kegagalan
dalam menerapkan konsep MBS. Menurut Mohrman (1992),
menyebutkan bahwa aspek kemampuan, informasi, dan imbalan
yang

memadai

merupakan

elemenelemen

yang

sangat

menentukan efektivitas program MBS dalam meningkatkan


kinerja sekolah.
Berdasarkan pelaksanaan MBS di negara maju, maka secara
konseptual dan praktis, indikator keberhasilan MBS didukung oleh
karakteristik-karakteristik dasar sebagai berikut :
1. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah.
Dalam MBS, sekolah sebagai institusi pendidikan anak
diberi

kewenangan

dan

46

kekuasaan

yang

luas

unuk

mengembangkan program-program kurikulum dan pembelajaran


sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa serta tuntutan
masyarakat setempat. Untuk mendukung keberhasilan programprogram ini, sekolah memiliki kekuasaan dan kewenangan
mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang
tersedia di masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah. Selain itu,
sekolah juga diberikan kewenangan untuk menggali dan
mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan
sekolah. Dengan adanya otonomi yang luas ini, sekolah dapat
meningkatkan kinerja staf dengan menawarkan partisipasi aktif
mereka

dalam

pengambilan

keputusan

bersama

daan

bertangungjawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang


diambil sesuai dengan posisi masing-masing (Patterson, 1993).
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi.
Dalam MBS, pelaksanaan program-program sekolah
didukung oleh adanya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa
yang tinggi. Orang tua siswa dan masyarakat tidak hanya
mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi bersama
atau melalui school council merumuskan dan mengembangkan
program-program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah
secara umum. Masyarakat dan orang tua menyediakan diri untuk
membantu sekolah sebagai nara sumber atau organisator kegiatan
sekolah yang dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan
prestise sekolah secara keseluruhan. Orang tua dan masyarakat

47

juga secara aktif terlibat dalam proses kontrol kualitas hasil


belajar siswa dan pengelolaan sekolah secara umum.
3. Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional.
Dalam MBS, pelaksanaan program-program sekolah
didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis
dan profesional. Kepala Sekolah dan guru-guru sebagai tenaga
pelaksana inti program sekolah adalah orang-orang yang
memiliki kemampuan dan integrits profesional. Kepala Sekolah
adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut dewan
sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan dewan sekolah. Guru-guru yang
direkrut oleh sekolah adalah guru-guru profesional dalam
bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan
pola kinerja profesional yang disepakati bersama untuk
mendukung keberhasilan pembelajaran siswa. Dalam proses
bottom-up secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki
tanggungjawab terhadap keputusan yang diambil dan proses
pelaksanaan keputusan tersebut.
4. Adanya team-work yang tinggi dan profesional.
Dalam MBS, keberhasilan program-program sekolah
didukung oleh adanya kinerja team-work yang tinggi dan
profesional dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di
sekolah. Dalam dewan sekolah, misalnya pihak-pihak yang
terlibat berkerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya
masing-masing untuk mewujudkan suaatu sekolah yang dapat
dibanggakan oleh semua pihak yang terlibat. Mereka tidak

48

saling menunjukan kuasa atau paling bejasa, tetapi masingmasing berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu kinerja
sekolah secara keseluruhan. Pada pelaksanaan program sekolah,
misalnya, pihak-pihak yang terlibat dalam program sekolah
bekerjasama secara profesional untuk mencapai tujuan-tujuan
atau target dari adanya team-work yang tinggi dan profesional
dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses pendidikan anak.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
B. SARAN

49

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta :Rajawali Pers
http://dityaairawansport.wordpress.com/pembelajaran-yang-menyenangkan-danmemberdayakan.html (diakse pada tanggal 20 Agustus 2014)
http://ibnufajar75.wordpress.com/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorangguru-profesional.html (diakse pada tanggal 20 Agustus 2014)
Trianti M.Pd. 2012. Mendesain Pembelajaran Inovatif, Progresif:Konsep,
Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta :Kencana Prenada Media Group
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
http://www.lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/artikel/846-draerwinroosilawati-mpd (diakses tanggal 4 September 2014)
widyastudi, Farida. 2012. Strategi Meraih Score Tinggi Lolos Sertifikasi Guru.
Yogyakarta: Media Pressindo
Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta : Rajagrafindo Persada

50

Anda mungkin juga menyukai