Biaya Dibayar Di Muka
Biaya Dibayar Di Muka
Uraian
Premium/solar/premix/super
TT
Minyak tanah, Gas LPG
Oli/pelumas pertamina
SPBU
Swastanisasi
(% dari
penjualan)
0,3%
SPBU
Pertamina
(% dari
penjualan)
0,25%
0,3%
0,3%
c. Royalti
Berupa :
1. Hak atas harta tidak berwujud,
2. Hak atas harta berwujud,
3. Informasi
Tarif untuk royalti sebesar 15% dari penghasilan bruto dan pajak
dibayar di muka tersebut dapat menjadi kredit pajak bagi pihak
penerima royalti.
d. Hadiah
Tarif PPh 23 atas hadiah sebesar 15% dari nilai hadiah. Berdasarkan
Kep 395/PJ/2001 yang bukan objek pajak untuk hadiah adalah :
1. Diberikan kepada semua pembeli/konsumen akhir tanpa diundi.
2. Hadiah diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat
pembelian barang/jasa.
e. Bunga Simpanan Koperasi
Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepda anggota atau
bukan anggota, yang jumlahnya Rp 240.000 atau lebih dalam sebulan
dikenakan tarif PPh 23 sebesar 15% dari oenghasilan bruto dan
bersifat final.
f. Sewa
1. Sewa kendaraan angkutan darat.
Tarifnya sebesar 15% x 10% x penghasilan bruto atau 1,5% dari
penghasilan bruto.
2. Sewa harta lainnya.
Tarifnya sebesar 15% x 30% x penghasilan bruto atau 4,5% dari
penghasilan bruto.
g. Imbalan Jasa
Jenis jasa objek PPh 23 menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak
Nomor PER-70/PJ/2007 adalah :
1. Sebesar 4,5% x penghasilan bruto, yaitu jasa teknik, manajemen,
dan konsultasi, kecuali konsultasi konstruksi.
2. Sebesar 4% x penghasilan bruto, yaitu jasa perencanaan dan
pengawasan konstruksi.
3. Sebesar 4,5% x penghasilan bruto, yaitu jasa penilai, aktuaris,
perancang, dan pengeboran dalam bidang penambangan minyak
dan gas bumi, dll.
merupakan faktor
menghitung PKP.
penambah
penghasilan
pada
saat
4. WP OP pengusaha tertentu
Besarnya angsuran PPh 25 untuk WP OP Pengusaha Tertentu,
ditetapkan sebesar 2% dari peredaran bruto setiap bulan.
Pajak Pertambahan Nilai Masukan
1. Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan
a. Apabila dalam suatu masa pajak, PKP selain melakukan
penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan
tidak terutang pajak, sepanjang bagian yang terutang pajak dapat
diketahui dengan pasti dari pembukuannya, maka jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.
b. Apabila dalam suatu masa pajak, PKP selain melakukan
penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan
tidak terutang pajak, sedangkan bagian yang terutang pajak tidak
dapat diketahui dengan pasti, maka jumlah Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung
dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
c. Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dapat dihitung
dengan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
2. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan
a. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum
Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
b. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha.
c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep,
station wagon, dan kombi kecuali merupakan barang dagangan
atau disewakan.
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum
Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
e. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti
pungutannya berupa Faktur Pajak Sederhana.
f. Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Standar yang
tidak memenuhi ketentuan.
g. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan.
h. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak
Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak.
i. Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang
diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
3. Pengkreditan Pajak Masukan pada Masa Tidak Sama
a. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan
dengan Pajak Keluaran pada masa pajak yang sama, dapat
dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lambat 3 bulan
setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang
belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan
pemeriksaan.
b. Dalam hal jangka waktu tersebut telah dilampaui, pengkreditan
Pajak Masukan tersebut dapat dilakukan melalui pembetulan SPT
Masa PPN yang bersangkutan.