(Diff Count)
Oleh :
NI PUTU PURI ARTINI
P07134014014
Semester IV
Tempat
: Lab Hematologi
I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jenis-jenis leukosit
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jenis leukosit dengan baik dan benar
2. Mahasiswa dapat membedakan jenis-jenis leukosit
II. METODE
Diff count
III.
PRINSIP
Apusan darah tepi diamati dengan mikroskop binokuler pada pembesaran objektif 100x
dengan penambahan oil imersi. Diff count dilakukan pada counting area dimana eritrosit
menyebar merata. Bentuk bentuk leukosit dihitung hingga 100 sel.
IV.
DASAR TEORI
a. Leukosit
Leukosit, sering disebut sel darah putih, merupakan sel darah yang mengandung inti yang
ada dalam tubuh manusia yang berfungsi mekanisme pertahanan tubuh. Leukosit secara
umum dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu granulosit jika dalam sitoplasmnaya terlihat
granula, dan agranulosit jika sitoplasmanya tidak bergranuler. Jenis leukosit yang masuk
kedalam leukosit granulosit, antara lain netrofil, basofil, dan eosinofil, dan yang termasuk
leukosit agranulosit adalah monosit dan limfosit. Leukosit secara umum menjalankan
fungsinya dengan cara :
1. mencegah invasi patogen (mikroorganisme penyebab penyakit, misalnya bakteri dan
virus) melalui proses fagositosis;
2. mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel asing, seperti sel kanker yang ada di dalam
tubuh; dan
3. membersihkan tubuh dari benda yang tidak dibutuhkan tubuh dengan cara
memfagositosis debris yang berasal dari sel-sel mati ataupun partikel-partikel asing.
Untuk menjalankan fungsi di atas, leukosit menggunakan metode cari dan serang, yaitu
dengan cara sel-sel tersebut pergi ke tempat yang terinvasi atau jaringan yang rusak. Alasan
utama mengapa leukosit terdapat di dalam darah adalah agar mereka dapat dengan cepat
diangkut dari tempat pembentukkannya dan penyimpanannya ke mana mereka diperlukan.
Leukosit berperan dalam pertahanan tubuh, baik seluler maupun humoral terhadap zat-zat
asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis leukosit
dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos celah antara sel-sel endotel untuk kemudian
menuju ke jaringan ikat yang dituju. Pada orang dewasa normal kisaran jumlah leukosit
sebesar 4.400- 11.300/L darah. Jumlah leukosit dalam sirkulasi dapat berubah seiring
dengan keadaan yang dialami. Penderita dengue akan mengalami leukopenia pada awal
periode kritis, sebelum penurunan jumlah trombosit terjadi, namun bagaimana mengenai
perubahannya selama infeksi dengue, baik dalam jumlah maupun jenisnya belum banyak
penelitian yang meneliti mengenai hal tersebut.
b. Jenis jenis Leukosit
1. Basofil
Basofil jumlahnya 0-1 % dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12 m, inti satu, besar
bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih
besar, dan seringkali menutupi inti, bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan
campuran jenis pewarnaan Romanvaki tampak lembayung.
2. Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1-6 % leukosit darah, berukuran sama atau sedikit lebih besar dari
neutrofil. Inti biasanya berlobus dua, retikulum endoplasma mitokondria dan apparatus golgi
kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofilik, granula
adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak
mengandung lisosim.
3. Neutrofil
Neutrofil merupakan 43 -75 % dari leukosit yang beredar dan hanya bertahan 6 -7 jam di
darah, 1 4 hari di jaringan ikat. Diameter pada apusan darah bervariasi 12-15 m, satu inti
yang terdiri dari 2-5 lobus (biasanya tiga lobus) pada netrofil tersegmentasi. Netrofil yang
terdapat pada apusan darah tepi biasa terdiri dari dua jenis, yaitu netrofil batang dan netrofil
tersegmentasi. Perbedaan utama dari keduanya ialah jumlah lobus nukelusnya. Pada netrofil
batang, lobus nukelus terlihat seperti tapal kuda yang merupakan satu lobus, sedangkan pada
netrofil segment terdiri dari beberapa lobus (biasanya tiga lobus).
4. Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk sferis, berukuran
yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Berdasarkan fungsi, limfosit dibagi
menjadi dua kelas, Limfosit B dan Limfosit T, yang bertanggung jawab untuk imunitas
humoral dan selular. Sebagian besar limfosit adalah limfosit kecil, berukuran 7-10 m
dengan diameter bulat atau dengan sedikit indentasi heterokromatik inti yang hampir
mengisi seluruh
sel dan lingkaran tipis sitoplasma yang mengandung butiran basofilik sedikit.mLimfosit
akan teraktivasi dengan adanya kontak dengan antigen, kemudianm limfosit kecil mulai
melakukan sintesis makromolekul dan membesar pada sitoplasmanya sampai sel berukuran
diameter 10-30 m, dan inti menjadi kurang heterokromatik, mereka kemudian disebut
sebagai limfosit besar. Selsel ini kemudian berdiferensiasi menjadi sel memori B dan T dan
ke dalam berbagai jenis sel efektor lainnya seperti: sel B menjadi sel plasma dan sel T
menjadi sel helper, sel sitotoksik, dan sel suppressor.
5. Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar, 2-9% dari jumlah leukosit normal, diameter
9-10 m tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 m atau lebih.11 Inti
biasanya eksentris, terdapat lekukan yang dalam yang berbentuk tapal kuda. Sitoplasma
relatif banyak dengan pulasan wright berupa biru abu-abu pada sajian kering. Granula
azurofil merupakan lisosom primer.
Berikut merupakan jenis-jenis leukosit :
seperti
uremia,
nekrosia
jaringan,
kehilangan
darah
dan
kelainan
mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab
infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh
bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumoniae menyebabkan
netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium
tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi
dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang
sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya
jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting
substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada
bakteremia yang ringan.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit
muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan
dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat
dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan
disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita
yang kurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering
dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi
toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun
sitoplasma
b. Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihi nilai normal.
Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi
antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain
dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan
hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.
c. Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil melebihi nilai normal. Basofilia
sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit
alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai
basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.
d. Limfositosis
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit melebihi
nilai normal.
Limfositosis
mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh
kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
e. Monositosis
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit melebihi nilai normal.
Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan
leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan
reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa
maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis.
Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan
limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar,
perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.
f. Netropenia
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari nilai normal.
Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan
netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak
diketahui penyebabnya.
Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug
induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang
pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi
atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sumsum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti
tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic
neutropenia.
g. Limfopenia
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari nilai normal.
Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit
Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi,
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada
thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.
h. Eosinopenia
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari nilai normal. Hal ini dapat dijumpai
pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga dapat terjadi
pada hiperfungsi korteks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang
jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil,
eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung
jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.
V. ALAT BAHAN
a. Alat
1. Mikroskop binokuler
2. Diff Counter
b. Bahan
CARA KERJA
1. Semua alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan
2. Mikroskop dihidupkan dengan menekan tombol on
3. Sediaan apusan darah yang telah diwarna atau dicat diletakkan di atas meja mikroskop
4. Sediaan diamati pada pembesaran lensa objektif 10X untuk menemukan lapang
pandang
5. Pembesaran lensa objektif diubah ke pembesaran 100X dengan penambahan oil imersi
6. Diamati sediaan apus darah, dicari daerah counting area (daerah pembacaan dimana
pada daerah ini eritrosit tampak tersebar merata
7. Penghitungan jenis leukosit dilakukan pada counting area dengan penghitungan
sebanyak 100 sel leukosit, melipuiti basofil, eosinofil, neutrofil stab, neutrofil segmen,
limfosit, dan monosit.
8. Hasil diff count dinyatakan dalam %
VII.
NILAI RUJUKAN
Eosinofil / Basofil / Stab / Segmen / Limfosit / Monosit
1 4% / 0 1% / 2 5%/ 36 66%/ 22 40%/ 4 8%
Leu/L
c.
P
Eos
Bas
N. Stab I
N. Seg IIII
II
Limf
I
Mono
I
Juml
10
Jenis Leukosit
10
Total
G
IIII
I
IIII IIII
IIII
IIII
IIII
IIII
III
IIII
I
I
III
10
III
10
I
10
II
II
I
10
I
10
II
10
II
I
IIII IIII
II
IIII
7%
75 %
I
II
III
I
10
10
I
I
I
10
8%
10 %
100 %
1) Neutrofil Stab
Bentuk sel: oval atau bulat
Neutrofil Segmen
a
m
b
a
r
Bentuk:
bulat,
kadang-kadang
oval
Limfosit
Monosit
IX.
PEMBAHASAN
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel.
Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel, maka nilai relatif (%)
dikalikan dengan jumlah leukosit total (sel/l). Hitung jenis leukosit berbeda-beda
tergantung usia pasien. Pada anak, limfosit akan lebih banyak daripada netrofil segmen,
sedangkan pada orang dewasa kebalikannya. Dalam hitung jenis leukosit juga terdapat
variasi dari satu sediaan apus ke sediaan lainnya, dari satu lapang pandang ke lapang
pandang lainnya. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.
Dalam praktikum hematologi yang telah dilakukan, yaitu hitung jenis leukosit (Diff
Count) dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Namun yang dilaporkan hanya praktikum
terakhir. Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam
melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil( stab/ segmen ), limfosit, monosit, eosinofil,
dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai
infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari
masing-masing jenis sel.
Hal pertama yang dilakukan yaitu disiapkan semua peralatan serta bahan yang akan
digunakan. Pertama-tama harus membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna
Giemsa atau Wright. Kemudian diletakkan objek glass (hapusan darah tepi) di atas meja
mikroskop. Namun pada praktikum ini, telah digunakan peparat jadi dari RSUP Sanglah
yang telah memiliki medical record. Maka dari itu, sebelum melakukan pemeriksaan
hendaknya perhatikan hapusan yang digunakan, hapusan darah harus cukup tipis sehingga
eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh
mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol (Ripani,2010). Kemudian dicari
lapang pandang pada perbesaran 10x lensa objektif. Setelah ditemukan lapang pandang,
objek glass ditetesi dengan oil emersi dan diputar lensa objektif kearah perbesaran lensa
100x. Kemudian diamati di bawah mikroskop dan hitunglah jenis-jenis leukosit hingga
didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut
dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan
dalam sel/L.
Hitung jenis leukosit harus dilakukan pada counting area, karena pada daerah hitung selsel akan mudah diamati dan tidak terjadi reloux formation. Kemudian diidentifikasi jenis
leukosit pada setiap lapang pandang. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan
(Counting area). Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian
kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak 3 lapangan pandang.
/ 7%
/ 75%
8%
10%
Segmen adalah 75% sedangkan nilai normalnya adalah 36-66%. Jumlah limfosit turun dan
monosit masih dalam rentang normal.
neutrofilia. Hal ini sesuai dengan medical record pasien pada pemeriksaan DL dengan
menggunakan Hematology Analizer. Pada alat otomatis neutrofil tidak dapat dibedakan
menjadi segmen ataupun batang. Pada medical record, jumlah neutrofilnya meningkat yaitu
85% dengan nilai normal 47-80% diikuti dengan limfosit rendah dan monosit normal.
Berdasarkan, hasil tersebut pasien menderita neutrofilia. Netrofilia adalah suatu keadaan
dimana jumlah netrofil melebihi nilai normal. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri,
keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia
jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab
infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh
bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan
netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium
tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi
dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang
sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya
jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting
substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada
bakteremia yang ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang
normal akan menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai
netrofilia.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit
muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan
dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat
dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan
disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita
yang kurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering
dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi
toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun
sitoplasma.
Hal- hal yang dapat mempengaruhi temuan di laboratorium, sebagai berikut :
1. Pembacaan bukan pada daerah hitung.
2. Praktikan yang belum terampil membedakan jenis-jenis leukosit.
3. Kemungkinan leukosit yang sama terhitung dua kali.
4. Pengaruh obat-obatan terhadap jumlah leukosit ada 2 jenis, meningkatkan
jumlah dan menurunkan jumlah. Obat-obatan yang menyebabkan penurunan
jumlah leukosit antara lain: azathioprine, interferon alfa-2b. Sedangkan, obatobatan yang menyebabkan peningkatan jumlah leukosit antara lain: Acthar
ACTH, corticosteroid, epinephrine.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum hitung jenis leukosit pada pasien atas nama Marteen Ruijgrok (Lakilaki / 22 tahun), didapatkan jumlah neutrofil pada darah probandus meningkat dengan
jumlah lymfosit menurun, jumlah monosit normal, tidak ditemukan eosinofil maupun
basofil pada hapusan darah tepi. Dari hal tersebut diduga probandus menderita neutrofilia.
DAFTAR PUSTAKA
Andre. 2012. PERUBAHAN JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA DENGAN DUGAAN INFEKSI
DENGUE
YANG
DIRAWAT
DI
DEPARTEMEN
ILMU.
[online]
tersedia
https://www.academia.edu/10311637/PERUBAHAN_JUMLAH_LEUKOSIT_DAN_HITU
NG_JENIS_LEUKOSIT_TERHADAP_JUMLAH_TROMBOSIT_PADA_PENDERITA_
DENGAN_DUGAAN_INFEKSI_DENGUE_YANG_DIRAWAT_DI_DEPARTEMEN_IL
MU (Diakses 29 Mei 2016, jam 18:09 WITA)
Dian Natalia, Dkk.2013.Jumlah Total Dan Diferensial Leukosit Mencit (Mus Musculus) Pada
Evaluasi In Vivo Antikanker Ekstrak Spons Laut Aaptos. [Online] tersedia :
Http://Digilib.Its.Ac.Id/Public/Its-Undergraduate-13533-Paper-723939.Pdf
Mei 2016; 10:05 WITA)
(Diakses
29
Eka
Syam
Putra .
2013.
Macam-Macam
Jenis
Leukosit.
[Online]
Tersedia
Http://Ekapakketu.Blogspot.Co.Id/2013/01/Macam-Macam-Jenis-Leukosit.Html (Diakses:
29 Mei 2016, 16:00 WITA)
Yully. 2013. Hitung Jenis Leukosit Differential Count dan Evaluasi Hapusan Darah Tepi.
[online] tersedia :
https://yullyanalis.wordpress.com/2013/06/28/hitung-jenis-leukosit-
Lembar Pengesahan
Pembimbing I
Pembimbing II
Pembimbing IV
(I Ketut Adi Santika, A.md. A.K) (Luh Putu Rinawati, A.md. A.K)
Pembimbing V