Anda di halaman 1dari 18

HITUNG JENIS LEUKOSIT

(Diff Count)

Oleh :
NI PUTU PURI ARTINI
P07134014014
Semester IV

Jurusan Analis Kesehatan


Politeknik Kesehatan Denpasar
Tahun akademik 2015-2016
HITUNG JENIS LEUKOSIT
(Diff Count)
Hari, tanggal

: Senin, 9 Mei 16 Mei 2016

Tempat

: Lab Hematologi

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jenis-jenis leukosit
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jenis leukosit dengan baik dan benar
2. Mahasiswa dapat membedakan jenis-jenis leukosit
II. METODE
Diff count
III.

PRINSIP
Apusan darah tepi diamati dengan mikroskop binokuler pada pembesaran objektif 100x
dengan penambahan oil imersi. Diff count dilakukan pada counting area dimana eritrosit
menyebar merata. Bentuk bentuk leukosit dihitung hingga 100 sel.

IV.

DASAR TEORI
a. Leukosit
Leukosit, sering disebut sel darah putih, merupakan sel darah yang mengandung inti yang
ada dalam tubuh manusia yang berfungsi mekanisme pertahanan tubuh. Leukosit secara
umum dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu granulosit jika dalam sitoplasmnaya terlihat
granula, dan agranulosit jika sitoplasmanya tidak bergranuler. Jenis leukosit yang masuk
kedalam leukosit granulosit, antara lain netrofil, basofil, dan eosinofil, dan yang termasuk
leukosit agranulosit adalah monosit dan limfosit. Leukosit secara umum menjalankan
fungsinya dengan cara :
1. mencegah invasi patogen (mikroorganisme penyebab penyakit, misalnya bakteri dan
virus) melalui proses fagositosis;
2. mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel asing, seperti sel kanker yang ada di dalam
tubuh; dan

3. membersihkan tubuh dari benda yang tidak dibutuhkan tubuh dengan cara
memfagositosis debris yang berasal dari sel-sel mati ataupun partikel-partikel asing.
Untuk menjalankan fungsi di atas, leukosit menggunakan metode cari dan serang, yaitu
dengan cara sel-sel tersebut pergi ke tempat yang terinvasi atau jaringan yang rusak. Alasan
utama mengapa leukosit terdapat di dalam darah adalah agar mereka dapat dengan cepat
diangkut dari tempat pembentukkannya dan penyimpanannya ke mana mereka diperlukan.
Leukosit berperan dalam pertahanan tubuh, baik seluler maupun humoral terhadap zat-zat
asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis leukosit
dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos celah antara sel-sel endotel untuk kemudian
menuju ke jaringan ikat yang dituju. Pada orang dewasa normal kisaran jumlah leukosit
sebesar 4.400- 11.300/L darah. Jumlah leukosit dalam sirkulasi dapat berubah seiring
dengan keadaan yang dialami. Penderita dengue akan mengalami leukopenia pada awal
periode kritis, sebelum penurunan jumlah trombosit terjadi, namun bagaimana mengenai
perubahannya selama infeksi dengue, baik dalam jumlah maupun jenisnya belum banyak
penelitian yang meneliti mengenai hal tersebut.
b. Jenis jenis Leukosit
1. Basofil
Basofil jumlahnya 0-1 % dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12 m, inti satu, besar
bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih
besar, dan seringkali menutupi inti, bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan
campuran jenis pewarnaan Romanvaki tampak lembayung.
2. Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1-6 % leukosit darah, berukuran sama atau sedikit lebih besar dari
neutrofil. Inti biasanya berlobus dua, retikulum endoplasma mitokondria dan apparatus golgi
kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofilik, granula
adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak
mengandung lisosim.
3. Neutrofil
Neutrofil merupakan 43 -75 % dari leukosit yang beredar dan hanya bertahan 6 -7 jam di
darah, 1 4 hari di jaringan ikat. Diameter pada apusan darah bervariasi 12-15 m, satu inti
yang terdiri dari 2-5 lobus (biasanya tiga lobus) pada netrofil tersegmentasi. Netrofil yang

terdapat pada apusan darah tepi biasa terdiri dari dua jenis, yaitu netrofil batang dan netrofil
tersegmentasi. Perbedaan utama dari keduanya ialah jumlah lobus nukelusnya. Pada netrofil
batang, lobus nukelus terlihat seperti tapal kuda yang merupakan satu lobus, sedangkan pada
netrofil segment terdiri dari beberapa lobus (biasanya tiga lobus).
4. Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk sferis, berukuran
yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Berdasarkan fungsi, limfosit dibagi
menjadi dua kelas, Limfosit B dan Limfosit T, yang bertanggung jawab untuk imunitas
humoral dan selular. Sebagian besar limfosit adalah limfosit kecil, berukuran 7-10 m
dengan diameter bulat atau dengan sedikit indentasi heterokromatik inti yang hampir
mengisi seluruh
sel dan lingkaran tipis sitoplasma yang mengandung butiran basofilik sedikit.mLimfosit
akan teraktivasi dengan adanya kontak dengan antigen, kemudianm limfosit kecil mulai
melakukan sintesis makromolekul dan membesar pada sitoplasmanya sampai sel berukuran
diameter 10-30 m, dan inti menjadi kurang heterokromatik, mereka kemudian disebut
sebagai limfosit besar. Selsel ini kemudian berdiferensiasi menjadi sel memori B dan T dan
ke dalam berbagai jenis sel efektor lainnya seperti: sel B menjadi sel plasma dan sel T
menjadi sel helper, sel sitotoksik, dan sel suppressor.
5. Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar, 2-9% dari jumlah leukosit normal, diameter
9-10 m tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 m atau lebih.11 Inti
biasanya eksentris, terdapat lekukan yang dalam yang berbentuk tapal kuda. Sitoplasma
relatif banyak dengan pulasan wright berupa biru abu-abu pada sajian kering. Granula
azurofil merupakan lisosom primer.
Berikut merupakan jenis-jenis leukosit :

(Gambar 1. Jenis leukosit)

c. Diferential Count (Hitung Jenis Leukosit)


Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama dibuat sediaan apus darah yang diwarnai
dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan
hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Hitung jenis leukosit dilakukan pada
counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x kemudian dengan pembesaran 1000x
dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan
perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas
terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak
boleh bergerombol (Ripani,2010).
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam
melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil
hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses
penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis
sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total (sel/l).
Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dgn alat diff-counter atau secara manual dari tabel
seperti :

(Gambar 2. Tabel Hitung Jenis Leukosit)


Nilai normal hasil pemeriksaan darah tepi

Eosinofil / Basofil / Stab / Segmen / Limfosit / Monosit


1 4% / 0 1% / 2 5%/ 36 66%/ 22 40%/ 4 8%
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari
neutrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga
bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain.
Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%. Bila pada hitung jenis leukosit,
diperoleh eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/l perlu
dikoreksi. Berikut ini merupakan beberapa hasil yang mungkin diperoleh pada hitung jenis
leukosit:
a. Netrofilia
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil melebihi nilai normal. Penyebab
biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan
metabolik

seperti

uremia,

nekrosia

jaringan,

kehilangan

darah

dan

kelainan

mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab
infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh
bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumoniae menyebabkan
netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium
tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi
dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang
sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya
jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting
substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada
bakteremia yang ringan.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit
muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan
dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat
dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan
disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita
yang kurang.

Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering
dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi
toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun
sitoplasma
b. Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihi nilai normal.
Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi
antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain
dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan
hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.
c. Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil melebihi nilai normal. Basofilia
sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit
alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai
basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.
d. Limfositosis
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit melebihi
nilai normal.

Limfositosis

dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili,

mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh
kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
e. Monositosis
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit melebihi nilai normal.
Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan
leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan
reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa
maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis.
Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan
limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar,
perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.
f. Netropenia

Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari nilai normal.
Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan
netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak
diketahui penyebabnya.
Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug
induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang
pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi
atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sumsum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti
tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic
neutropenia.
g. Limfopenia
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari nilai normal.
Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit
Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi,
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada
thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.
h. Eosinopenia
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari nilai normal. Hal ini dapat dijumpai
pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga dapat terjadi
pada hiperfungsi korteks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang
jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil,
eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung
jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.
V. ALAT BAHAN
a. Alat
1. Mikroskop binokuler
2. Diff Counter
b. Bahan

1. Sediaan apus darah tepi kode 319


2. Oil imersi
3. Tissue lensa
4. Alat tulis
VI.

CARA KERJA
1. Semua alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan
2. Mikroskop dihidupkan dengan menekan tombol on
3. Sediaan apusan darah yang telah diwarna atau dicat diletakkan di atas meja mikroskop
4. Sediaan diamati pada pembesaran lensa objektif 10X untuk menemukan lapang
pandang
5. Pembesaran lensa objektif diubah ke pembesaran 100X dengan penambahan oil imersi
6. Diamati sediaan apus darah, dicari daerah counting area (daerah pembacaan dimana
pada daerah ini eritrosit tampak tersebar merata
7. Penghitungan jenis leukosit dilakukan pada counting area dengan penghitungan
sebanyak 100 sel leukosit, melipuiti basofil, eosinofil, neutrofil stab, neutrofil segmen,
limfosit, dan monosit.
8. Hasil diff count dinyatakan dalam %

VII.

NILAI RUJUKAN
Eosinofil / Basofil / Stab / Segmen / Limfosit / Monosit
1 4% / 0 1% / 2 5%/ 36 66%/ 22 40%/ 4 8%

VIII. HASIL PENGAMATAN


a. Data Probandus
Nama : Marteen Ruijgrok
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Hasil Hitung Jenis Leukosit

Leu/L
c.

P
Eos
Bas
N. Stab I
N. Seg IIII
II
Limf
I
Mono
I
Juml
10
Jenis Leukosit

10

Total
G

IIII

I
IIII IIII

IIII

IIII

IIII

IIII

III

IIII

I
I
III
10

III

10

I
10

II
II
I
10

I
10

II
10

II
I
IIII IIII

II
IIII

7%
75 %

I
II

III
I

10

10

I
I
I
10

8%
10 %
100 %

Bentuk sel: oval atau bulat


Warna sitoplasma: pink
Bentuk inti: semicircular
Tipe kromatin: condensed
Nukleolus: tidak terlihat

1) Neutrofil Stab
Bentuk sel: oval atau bulat

Warna sitoplasma: pink

Bentuk inti: obulated (normall


kurang dari 5 lobus)

Tipe kromatin: condensed


Nukleolus: tidak terlihat

Neutrofil Segmen

a
m
b
a
r

Bentuk:

bulat,

kadang-kadang

oval

Limfosit

Warna sitoplasma: biru

Granularitas: tidak ada

Bentuk inti: bulat atau agak oval

Tipe kromatin: homogen, padat

Nukleolus: tidak terlihat, kadangkadang hampir tidak terlihat , satu


nukleolus kecil
Monosit khas dengan sitoplasma biru
lembayung yang berisi vakuola-vakuola
kecil.

Monosit

IX.

PEMBAHASAN
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel.
Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel, maka nilai relatif (%)
dikalikan dengan jumlah leukosit total (sel/l). Hitung jenis leukosit berbeda-beda
tergantung usia pasien. Pada anak, limfosit akan lebih banyak daripada netrofil segmen,

sedangkan pada orang dewasa kebalikannya. Dalam hitung jenis leukosit juga terdapat
variasi dari satu sediaan apus ke sediaan lainnya, dari satu lapang pandang ke lapang
pandang lainnya. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.
Dalam praktikum hematologi yang telah dilakukan, yaitu hitung jenis leukosit (Diff
Count) dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Namun yang dilaporkan hanya praktikum
terakhir. Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam
melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil( stab/ segmen ), limfosit, monosit, eosinofil,
dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai
infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari
masing-masing jenis sel.
Hal pertama yang dilakukan yaitu disiapkan semua peralatan serta bahan yang akan
digunakan. Pertama-tama harus membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna
Giemsa atau Wright. Kemudian diletakkan objek glass (hapusan darah tepi) di atas meja
mikroskop. Namun pada praktikum ini, telah digunakan peparat jadi dari RSUP Sanglah
yang telah memiliki medical record. Maka dari itu, sebelum melakukan pemeriksaan
hendaknya perhatikan hapusan yang digunakan, hapusan darah harus cukup tipis sehingga
eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh
mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol (Ripani,2010). Kemudian dicari
lapang pandang pada perbesaran 10x lensa objektif. Setelah ditemukan lapang pandang,
objek glass ditetesi dengan oil emersi dan diputar lensa objektif kearah perbesaran lensa
100x. Kemudian diamati di bawah mikroskop dan hitunglah jenis-jenis leukosit hingga
didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut
dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan
dalam sel/L.
Hitung jenis leukosit harus dilakukan pada counting area, karena pada daerah hitung selsel akan mudah diamati dan tidak terjadi reloux formation. Kemudian diidentifikasi jenis
leukosit pada setiap lapang pandang. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan
(Counting area). Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian
kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak 3 lapangan pandang.

(Gambar 3. Teknik Menghitung pada mikroskop dengan bentuk S)


Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat kotak penghitungan jenis leukosit. Jenis
leukosit yang mula- mila terlihat dimasukkan dalam kolom-1, bila jumlah sel sudah 10
pindah ke kolom-2. Setiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung.
Selanjutnya ditentukan hasil diff count dengan cara mencocokkan hasil yang diperoleh
dengan nilai rujukan dari hasil differential count. Pada praktikum ini tidak lagi
menggunakan kolom namun sudah menggunakan diff counter. Sehingga tidak perlu
menjumlahkan secara manual lagi, cukup dengan menekan tombol pada diff counter.
Pada praktikum diperoleh hasil hitung jenis leukosit pada pasien atas nama Marteen
Ruijgrok (Laki-laki / 22 tahun) yaitu sebagai berikut:
Eosinofil / Basofil / Stab / Segmen / Limfosit / Monosit
-

/ 7%

/ 75%

8%

10%

(Gambar 4. Hasil Hitung Jenis Leukosit)


Jika dibandingkan dengan nilai normal,
Eosinofil / Basofil / Stab / Segmen / Limfosit / Monosit
1 4% / 0 1% / 2 5%/ 36 66%/ 22 40%/ 4 8%
(Gambar 5. Nilai Normal Hitung Jenis Leukosit)
Setelah dibandingkan dengan nilai rujukan dari differential count diperoleh bahwa
terdapat peningkatan jenis leukosit pada neutrofil segmen dan neutrophil stab. Jumlah
Neutrofil Stab adalah 7% sedangkan nilai normalnya adalah 2-5%. Jumlah Neutrofil

Segmen adalah 75% sedangkan nilai normalnya adalah 36-66%. Jumlah limfosit turun dan
monosit masih dalam rentang normal.

Berdasarkan hasil tersebut, pasien menderita

neutrofilia. Hal ini sesuai dengan medical record pasien pada pemeriksaan DL dengan
menggunakan Hematology Analizer. Pada alat otomatis neutrofil tidak dapat dibedakan
menjadi segmen ataupun batang. Pada medical record, jumlah neutrofilnya meningkat yaitu
85% dengan nilai normal 47-80% diikuti dengan limfosit rendah dan monosit normal.
Berdasarkan, hasil tersebut pasien menderita neutrofilia. Netrofilia adalah suatu keadaan
dimana jumlah netrofil melebihi nilai normal. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri,
keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia
jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab
infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh
bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan
netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium
tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi
dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang
sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya
jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting
substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada
bakteremia yang ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang
normal akan menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai
netrofilia.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit
muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan
dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat
dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan
disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita
yang kurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering
dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi

toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun
sitoplasma.
Hal- hal yang dapat mempengaruhi temuan di laboratorium, sebagai berikut :
1. Pembacaan bukan pada daerah hitung.
2. Praktikan yang belum terampil membedakan jenis-jenis leukosit.
3. Kemungkinan leukosit yang sama terhitung dua kali.
4. Pengaruh obat-obatan terhadap jumlah leukosit ada 2 jenis, meningkatkan
jumlah dan menurunkan jumlah. Obat-obatan yang menyebabkan penurunan
jumlah leukosit antara lain: azathioprine, interferon alfa-2b. Sedangkan, obatobatan yang menyebabkan peningkatan jumlah leukosit antara lain: Acthar
ACTH, corticosteroid, epinephrine.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum hitung jenis leukosit pada pasien atas nama Marteen Ruijgrok (Lakilaki / 22 tahun), didapatkan jumlah neutrofil pada darah probandus meningkat dengan
jumlah lymfosit menurun, jumlah monosit normal, tidak ditemukan eosinofil maupun
basofil pada hapusan darah tepi. Dari hal tersebut diduga probandus menderita neutrofilia.
DAFTAR PUSTAKA
Andre. 2012. PERUBAHAN JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA DENGAN DUGAAN INFEKSI
DENGUE

YANG

DIRAWAT

DI

DEPARTEMEN

ILMU.

[online]

tersedia

https://www.academia.edu/10311637/PERUBAHAN_JUMLAH_LEUKOSIT_DAN_HITU
NG_JENIS_LEUKOSIT_TERHADAP_JUMLAH_TROMBOSIT_PADA_PENDERITA_
DENGAN_DUGAAN_INFEKSI_DENGUE_YANG_DIRAWAT_DI_DEPARTEMEN_IL
MU (Diakses 29 Mei 2016, jam 18:09 WITA)
Dian Natalia, Dkk.2013.Jumlah Total Dan Diferensial Leukosit Mencit (Mus Musculus) Pada
Evaluasi In Vivo Antikanker Ekstrak Spons Laut Aaptos. [Online] tersedia :
Http://Digilib.Its.Ac.Id/Public/Its-Undergraduate-13533-Paper-723939.Pdf
Mei 2016; 10:05 WITA)

(Diakses

29

Eka

Syam

Putra .

2013.

Macam-Macam

Jenis

Leukosit.

[Online]

Tersedia

Http://Ekapakketu.Blogspot.Co.Id/2013/01/Macam-Macam-Jenis-Leukosit.Html (Diakses:
29 Mei 2016, 16:00 WITA)
Yully. 2013. Hitung Jenis Leukosit Differential Count dan Evaluasi Hapusan Darah Tepi.
[online] tersedia :

https://yullyanalis.wordpress.com/2013/06/28/hitung-jenis-leukosit-

differential-count-dan-evaluasi-hapusan-darah-tepi-hdt/ (Diakses 29 Mei 2016, 16:55


WITA)
LAMPIRAN 1
HASIL PEMERIKSAAN

Denpasar, 30 Mei 2016


Praktikan

(Ni Putu Puri Artini)


P07134014014

Lembar Pengesahan

Pembimbing I

Pembimbing II

(dr. Sianny Herawati, Sp. PK)

(Rini Riowati, B. Sc)


Pembimbing III

Pembimbing IV

(I Ketut Adi Santika, A.md. A.K) (Luh Putu Rinawati, A.md. A.K)

Pembimbing V

(Kadek Aryadi Hartawiguna, A.md. A.K)

Anda mungkin juga menyukai