Karena jenis dan standar kebahagiaanku memang sangat biasa-biasa saja Kaki hidupku tidak meloncat menggapai langit Tak ada yang kukejar hingga lari terbirit-birit Tanganku tidak mengacungkan tinju ke angkasa Sebab tak ada satu unsur apapun dalam kehidupan ini yang membuatku kagum dan terpana Kekuatanku tak akan menyentuh siapa-siapa Karena aku tidak tertarik pada kemenangan atas manusia Kubelanjakan tenagaku hanya sedikit saja Sebab atas segala yang lemah hatiku tak berdaya Kalaupun pikiranku mengembara sampai ke ruang hampa Hatiku sudah lama selesai dan tak meminta apa-apa Tak ada sekilaspun padaku mimpi menaklukkan dunia Sebab dunia sangat murah harganya dan hanya beberapa tetes keringat dari badanku yang kurelakan untuknya Tak ada sedikitpun minatku terhadap kehebatan diri karena jenis kelemahanku adalah kebiasaan untuk mentertawakan diriku sendiri Jika ada orang beramai-ramai tersesat menjunjungku Volume kepalaku tidak membesar dan hatiku tetap bisa mengantuk Jika mereka menemukan kebenaran sehingga menghinaku Helai-helai buluku tidak berdiri bahkan kantukku bertambah lelap Kebesaran dan kegagahan amat sangat aku remehkan Dan tak akan pernah kukenakan sebagai pakaian Apabila dunia menyangka aku mencintainya dan ingin mengawininya Tentu karena ia tak tahu aku sudah mentalaknya sebelum pernah mencintainya Barang siapa kegagahannya mendatangiku dan menggertak Kusihir ia jadi katak (Emha Ainun Nadjib/PmBNetDok/2004) Sudah Bukan Diriku Kalau aku sudah bukan diriku Akankah lahir anakku yang berasal dari dirinya Kalau manusia sudah tak sepenuhnya manusia Adakah cara agar penerusnya kembali manusia Kalau aku sudah hilang Karena diriku digantikan Oleh diri seragam produksi massal
Yang mana dari nilai-nilai yang masih mungkin tertinggal
Bangsaku sudah bukan bangsaku Bangsaku bukan bangsa yang tumbuh dari dalam diri kebangsaannya Bangsaku hanya bahan dasar alam Sebagaimana batubara yang ditambang Dicetak oleh industri globalisasi Dijadikan plastik dan robot barang dagangan Pemerintahku adalah anjing herder Pikirannya dikendalikan oleh stick holder Merahkah ini hijaukah itu Baikkah ini burukkah itu Ditentukan tidak berdasar nurani dan akalmu Karena sudah ada paket makro untuk itu Mana maju mana mundur Apa yang mulia apa yang hina Siapa Nabi siapa teroris Bukan hak kemanusiaanmu untuk menentukan Bumi mengecil seukuran bola golf Diambil dipukul diambil dibuang atau dikeranjang-sampahkan Bangsaku terdaftar sebagai pelacur unggul tergolek di ranjang Disetubuhi kapan saja Mr. Global Stick Holder menghendaki Sekujur badan disemprot parfum demokrasi Dihibur dengan lagu dusta tentang hak asasi Mata dipejamkan ditiup dengan hawa toleransi Mulut dingangakan, siap dituangi sperma globalisasi Tetapi bangsaku tak kehilangan dirinya Karena generasi yang ini sejak lahir memang sudah bukan dirinya Hujan turun terlalu deras Hujan ludah dan air liur para raksasa Manusia dan negara dipersatukan oleh banjir Dunia menyempit, menjadi sebuah bendungan Bendungan itu Bernama globalisasi Hujan turun terlalu deras Banjir global masuk sampai ke kamar pribadi Menelusup sampai ke ulu hati Bahkan otak sampai terbungkus oleh kerak tahi besi Di manakah, dalam banjir itu, manusiamu? Tak ada kegelisahan apapun atas hilangnya diri Tak ada ketakjuban atas punahnya nilai Apakah wajah yang kau temukan di kaca itu benar wajah manusia Sebab pada semuanya yang lebih menonjol
adalah tanda-tanda kehewanan
Yang lebih rajin muncul adalah indikator kebinatangan politik keserakahan mobilisasi pelampiasan ekonomi keborosan globalisasi pemusnahan kemanusiaan peruntuhan nilai-nilai batin seluruh permukaan bumi sedang dirancang menjadi hamparan lapangan golf di mana para juragan global dengan stik-stik mewah membidik dan melempar bola-bola golf yang terbuat dari kepala-kepala manusia Dan kalau engkau bertanya tentang aku dengarlah pertanyaanmu itu kujawab dengan penuh kebanggaan: Aku adalah setan! Aku adalah setan, yang riwayatku ditulis oleh Tuhan sendiri di kitab suciNya bahwa puncak sikapku adalah pernyataan suci bahwa sesungguhnya aku takut kepada Allah Apakah manusia takut kepada Tuhan? Apakah bagi manusia, Tuhan cukup penting? Tuhan tergeletak di belakang tumit setiap orang Tuhan bukan subyek yang disertakan dalam proses pengambilan keputusan Kalau bangsa ini semakin tak memenuhi syarat untuk disebut bangsa Kalau manusia kita semakin tak pantas disebut manusia Adakah cara agar penerus kita kembali manusia? (Emha Ainun Nadjib/2004/PmBNetDok)