Anda di halaman 1dari 10

Sering kali kita mendengar ‘ikut bayi tabung aja…’ atau ’anaknya dia dari hasil

bayi tabung’. Apa sih sebenarnya definisi atau pengertian bayi tabung itu? Apakah
ini adalah cara untuk mendapatkan anak?
Kalau dilihat dari kata ‘bayi’ & ‘tabung’, mungkin bayi tabung berarti bayi dari
hasil pembuahan di tabung. Ada juga yang bilang bayi tabung adalah bayi dari
hasil tabungan … memang benar juga sih soalnya proses bayi tabung itu tidak
murah alias menguras kantong.
Tetapi bayi tabung itu sebenarnya adalah proses pembuahan sel telur dan sperma
di luar tubuh wanita, dalam istilah kerennya in vitro vertilization (IVF).
In vitro adalah bahasa latin yang berarti dalam gelas/tabung gelas (nah nyambung
juga kan dengan kata tabung). Dan vertilization adalah bahasa Inggrisnya
pembuahan.
Dalam proses bayi tabung atau IVF, sel telur yang sudah matang (seperti masak
telur saja ya) diambil dari indung telur lalu dibuahi dengan sperma di dalam
sebuah medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi dimasukkan ke
dalam rahim dengan harapan dapat berkembang menjadi bayi…

Bayi Tabung. Alternatif Untuk Hamil


Memiliki anak dari hasil perkawinan merupakan dambaan setiap pasangan suami-istri.
Namun jika sang anak tidak kunjung datang, segala upaya akan ditempuh, termasuk
melalui program bayi tabung.

Hampir setiap pasangan suami-istri (pasutri) sadar, tidak mempunyai anak bukanlah akhir
dunia. Namun, memiliki darah daging sendiri tetap menjadi tujuan yang dirasakan
penting. Apalagi banyak di kalangan masyarakat yang masih menganggap keberadaan
anak tidak saja sebagai keturunan semata, tetapi juga menjadi penerus nama keluarga dan
segala adat budaya yang menjadi konsekuensinya.

Tidaklah heran jika banyak pasutri yang belum memiliki anak melakukan berbagai cara
untuk mendapatkan momongan. Mereka tidak lelah untuk konsultasi kepada dokter
kebidanan, mengkonsumsi obat penyubur, berkonsultasi ke sinse, dukun, sampai rajin
makan makanan tertentu yang dianggap bisa membantu kehamilan. Namun setelah
berbagai cara ditempuh, sang anak tidak juga kunjung datang. Padahal, semua konsultan
mengatakan pasutri itu subur.

Menurut Prof Dr dr Sudraji Sumapraja SpOG (K), pelopor program bayi tabung di
Indonesia, pasutri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat dunia mencapai 10-
15 persen. Dari jumlah itu, 90 persen diketahui penyebabnya. Dari jumlah tersebut, 40
persen di antaranya berasal dari faktor perempuan, 30 persen dari faktor pria, dan 30
persen sisanya berasal baik dari faktor pria maupun perempuan.

Sekarang, memiliki anak lewat program bayi tabung semakin banyak dipilih. Program ini
membantu para istri maupun suami yang mempunyai masalah pada alat reproduksi atau
juga karena sebab yang tidak jelas. "Saya memilih program ini karena menurut dokter,
saya dan suami sehat, tidak ada masalah dengan kandungan atau kualitas sperma. Tetapi
entah kenapa, hingga sembilan tahun perkawinan, saya tidak hamil juga," kata Gita (36
tahun), yang sedang mengikuti program bayi tabung untuk ketiga kalinya.

Jika Gita tidak mengetahui penyebab ketidakhamilannya, tak demikian dengan pasangan
Anto (39) dan Sari Fariza (31). Setelah tiga tahun perkawinan tidak kunjung punya
momongan, pasangan ini mulai berkonsultasi dengan dokter. Setiap kali konsultasi,
dokter berkesimpulan tidak ada sperma yang ke luar dari alat reproduksi Anto.

Namun, Anto dan Sari tidak percaya begitu saja. Sampai lima tahun berikutnya, mereka
selalu mencari tahu dan berusaha mencari jawaban kepada berbagai ahli, baik medis
maupun alternatif. Apapun usaha yang bisa membuat Sari hamil. "Tetapi kesimpulan
mereka sama. Sari tidak bisa hamil karena saya tidak bisa mengeluarkan sperma," kata
Anto.

Sampai pada suatu saat, mereka bertemu dengan seorang dokter yang mengusulkan untuk
mengikuti program bayi tabung. Mereka pun setuju mengikuti program ini walaupun
sebenarnya mereka agak pesimistis. "Dokter sih optimistis karena menurut dia
sebenarnya hormon saya normal dan bisa menghasilkan sperma. Dokter curiga ada
penyumbatan di salah satu tempat yang membuat sperma saya tidak keluar. Jadi
mengikuti program bayi tabung adalah satu-satunya cara agar saya punya anak," kata
Anto yang memutuskan ikut program ini Agustus 2005 dan akhir Mei 2006 lalu berhasil
mendapatkan dua anak kembar.

Ketika memutuskan mengikuti program bayi tabung, pasangan suami-istri sebaiknya


sudah mempertimbangkannya dengan matang. Selain harus mengeluarkan biaya yang
cukup besar-dari Rp 16,5 juta sampai Rp 54 juta, tergantung paket yang diambil pasutri
yang mengikuti program ini, juga dituntut memiliki kedisiplinan dan motivasi yang kuat.
"Kalau bukan karena motivasi yang kuat, saya rasa saat ini saya tidak bakalan memiliki
ketiga anak yang lucu-lucu ini," kata Yenny Halim (40), ibu dari kembar tiga. Yenny
mengikuti program bayi tabung pada tahun 2001.

Motivasi memang memegang peranan yang paling penting. Dengan motivasi, rasa sakit
dan stres yang muncul selama mengikuti program ini menjadi seakan tidak cukup berarti.

Program yang lebih terfokus pada istri ini memang membawa konsekuensi berat pada
istri. Setiap hari, sekitar lima sampai 14 hari (tergantung perkembangan tiap individu),
istri harus disuntik pada waktu-waktu yang sama.

Jadi, setiap hari mereka para istri harus bolak-balik ke rumah sakit, dua kali setiap hari.
Ini untuk pengambilan darah, pemeriksaan dengan ultrasonografi dan suntik hormon yang
bertujuan memperbanyak jumlah sel telur yang matang. "Ketika suntik hormon selesai
dan telur sudah siap dipanen, perut rasanya kembung sekali. Bayangkan saja, jika satu
telur besarnya kira-kira 20 milimeter, sementara di perut ada 11 telur yang matang. Jadi,
bisa dibayangkan perut rasanya besar banget," kata Gita.

Belum lagi rasa sakit ketika proses pengambilan sel telur dilakukan dan penanamannya
kembali ke rahim setelah menjadi embrio. "Biarpun sudah dibius, tetapi saya masih ingat
bagaimana rasa sakitnya saat itu!" ucap Yenny mengenang.

Yenny yang berhasil hamil, kemudian harus beristirahat total selama masa kehamilan. Ini
karena tiga dari empat embrio yang ditanamkan kembali di rahimnya berkembang dengan
baik. "Kehamilan saya dianggap berisiko tinggi karena mengandung tiga anak pada
kehamilan pertama. Apalagi usia saya pada waktu itu 36 tahun, tidak muda lagi," kata
Yenny.

Memacu sel telur


Prosedur bayi tabung dimulai dengan perangsangan indung telur istri dengan hormon. Ini
untuk memacu perkembangan sejumlah folikel. Folikel adalah gelembung yang berisi sel
telur. Perkembangan folikel dipantau secara teratur dengan alat ultrasonografi dan
pengukuran kadar hormon estradional dalam darah.

Pengambilan sel telur dilakukan tanpa operasi, tetapi lewat pengisapan cairan folikel
dengan tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel tersebut kemudian segera
dibawa ke laboratorium. Seluruh sel telur yang diperoleh selanjutnya dieramkan dalam
inkubator.

Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing sel telur akan ditambahkan sejumlah
sperma suami (inseminasi) yang sebelumnya telah diolah dan dipilih yang terbaik
mutunya.

Setelah kira-kira 18-20 jam, akan terlihat apakah proses pembuahan tersebut berhasil atau
tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan dipantau selama 22-24
jam kemudian untuk melihat perkembangannya menjadi embrio.

"Dokter akan memilih empat embrio yang terbaik untuk ditanamkan kembali ke dalam
rahim. Empat embrio merupakan jumlah yang maksimal karena apabila lebih dari empat,
risiko yang ditanggung ibu dan janin akan sangat besar. Bahkan kehamilan tiga saja
sudah bisa disebut sebagai kehamilan berisiko," kata Sudraji yang baru saja meluncurkan
buku biografinya sebagai perintis bayi tabung di Indonesia.

Embrio-embrio yang terbaik itu kemudian diisap ke dalam sebuah kateter khusus untuk
dipindahkan ke dalam rahim. Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan
air seni 14 hari setelah pemindahan embrio.

"Saat ini tingkat keberhasilan bayi tabung masih sekitar 25 persen. Angka ini berlaku di
seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Semakin muda umur istri, semakin besar
peluang kehamilannya. Pada perempuan usia kurang dari 35 tahun, angka keberhasilan
mencapai 30-33 persen. Sementara pada perempuan berusia lebih dari 40 tahun, maka
peluang kehamilannya hanya delapan persen," tutur Sudraji.

Ditentukan Kualitas Sperma-Sel Telur


Program bayi tabung pada prinsipnya mempertemukan sperma dan ovum secara in vitro
(di luar tubuh). Bayi tabung membantu terjadinya proses pembuahan yang secara alami
tidak dapat terjadi pembuahan.

Menurut salah seorang konsultan IVF di Klinik Fertilitas Teratai dr Irsal Yan SpOG,
pihak wanita akan dirangsang sel telurnya supaya memproduksi lebih dari satu. Tujuan
dari mengikuti program ini agar sel telur yang diproduksi lebih banyak. "Sel telur
dirangsang dengan obat-obat hormon sampai cukup matang seperti jumlah lebih banyak
dan diameter lebih banyak," sebut dr Irsal.

Sementara proses pengambilan sperma diambil pada hari yang sama melalui masturbasi.
Pada suami yang spermanya tidak keluar dengan cara biasa, dilakukan pengambilan
sperma melalui testis, buah zakar atau saluran sperma sendiri.

"Diperlukan kualitas sperma dan sel telur yang bagus agar program bayi tabung berhasil,"
kata embriologist Dra Laksmi Wingit Ciptaning Msi.

Dia menuturkan, sel ovum dikatakan matang bila sudah mempunyai satu polar bodi.
Adapun, sperma mempunyai kualitas yang bagus jika mempunyai bentuk normal dan
gerakan yang maju lurus ke depan. Ketika telur sudah matang dan diambil melalui proses
ovum pick up, maka sel telur siap untuk dipertemukan dengan sperma.

"Proses pembuahan bisa dilakukan dengan cara konvensional atau teknik ICSI (intra
cytoplasmic sperm injection)," kata Laksmi. Cara konvensional dengan membuahi satu
telur dengan 100 ribu sperma. Sedangkan, ICSI (intra cytoplasmic sperm injection) yaitu
teknik reproduksi dengan cara menyuntikkan satu sperma hidup ke dalam satu sel telur.

Setelah terjadi pembuahan selama dua sampai tiga hari di luar, pilih yang paling baik,
kemudian masukkan kembali ke dalam rahim istri. Kemudian dipilih dua atau tiga embrio
(tergantung umur istri) untuk dimasukkan ke dalam rahim. Jika masih tersisa embrio yang
berkualitas bagus akan disimpan. Proses ini dinamakan freezing.

Embrio ini bisa disimpan selama bertahun-tahun, ketika ingin hamil kembali pasangan
tidak usah mengikuti program bayi tabung kembali. "Embrio yang telah disimpan tinggal
dithawing (dicairkan) kembali," ujarnya.

Menurut konsultan ahli, dr H Taufik Jamaan SpOG, dua minggu setelah embrio
dimasukkan dapat diketahui apakah terjadi kehamilan atau tidak. Selain itu, rahim juga
diberi hormon penguat rahim untuk memperkuat dinding rahim supaya kehamilan terjadi.
Jika wanita mengalami menstruasi, berarti gagal.

Bayi Tabung Tumbuh Lebih Pintar


Penelitian pertama terhadap anak-anak usia delapan tahun dari hasil pembuahan melalui
metode intracytoplasmic sperm injection (ICSI), menunjukkan, bahwa mereka rata-rata
memiliki tingkat intelegensi yang lebih baik daripada anak-anak hasil reproduksi normal.
Hal tersebut menolak anggapan bahwa teknik tersebut tidak seaman metode in vitro
vertilization (IVF) standar yang biasa dipakai untuk menghasilkan bayi tabung.

ICSI dilakukan dengan menyuntikkan sperma secara langsung ke dalam sel telur, berbeda
dengan IVF standar yang hanya meletakkan sperma sedekat mungkin dengan sel telur,
tanpa disuntikkan, agar dapat melakukan pembuahan secara alami.

Beberapa penelitian pendahuluan yang dilakukan sejak 1998 melaporkan bahwa anak-
anak hasil ICSI usia satu tahun terlambat berkembang dibandingkan anak-anak yang
normal. Sehingga keamanan teknik tersebut sempat diragukan. Tapi, penelitian yang lebih
lama terhadap anak usia lima tahun, tidak ditemukan perbedaan tingkat perkembangan
yang signifikan.

Baru-baru ini, tim yang dipimpin Lize Leunens dari Free University of Brussels (VUB) di
Belgia membandingkan antara tingkat intelegensi dan kemampuan motorik terhadap 151
anak hasil ICSI usia delapan tahun dengan 153 anak hasil pembuahan normal.

Hasilnya, tidak ada perbedaan dalam kemampuan motorik dan anak-anak ICSI memiliki
nilai tes intelegensi yang lebih tinggi daripada yang normal. "Kami sangat gembira
karena dalam jangka panjang anak-anak tersebut tidak menderita kemunduran dalam
perkembangannya," katanya.

Dalam penelitian tersebut, tidak ada perbedaan level pendidikan dari ibunya, yang
diketahui mempengaruhi tingkat intelegensi seorang anak. Oleh karena itu Leunens
berpendapat, bahwa alasan yang dapat menerangkan adalah motivasi yang lebih besar
dari ibu yang mengandung bayi ICSI. "Ibu yang mengandung bayi ICSI ini mungkin
mendedikasikan dirinya secara khusus sebagai orang tua," katanya.

Selain itu, penjelasan yang masuk akal juga disampaikan menanggapi kemunduran
tingkat perkembangan pada bayi ICSI yang berusia sangat muda. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ibu bayi ICSI lebih suka membesarkan anaknya di rumah daripada
mengirimkan ke playgroup atau berinteraksi dengan orang lain. Kondisi yang mungkin
menyebabkan kemunduran dalam perkembangan sosial.

Tapi, penelitian ini bukanlah jawaban terakhir. Penelitian lain menunjukkan bahwa
penolakan banyak orang tua untuk mengijinkan anaknya diteliti, mungkin agak
menurunkan kepercayaan hasil penelitian Leunens. Faktanya, sepertiga orangtua anak-
anak ICSI menolak berpartisipasi.

Tanpa mengesampingkan kemungkinan-kemungkinan yang lain, Leunens menyatakan,


bahwa hasil penelitian tidak berbeda dengan kondisi yang dipaparkan orang tua melalui
wawancara telepon. Ia juga menekankan bahwa penelitiannnya tidak melihat masalah
kesehatan yang lain.

Category:Other
Teknologi reproduksi kini telah menembus berbagai metode canggih untuk
menolong pasangan yang kesulitan mendapatkan keturunan. Gebrakan pertama
terjadi saat metode "bayi tabung" pertama melahirkan Louise Brown asal Inggris
pada 1978. Setelah itu, banyak teknik lain yang lebih mengagumkan berturut-turut
ditemukan, termasuk metode penyuntikan satu sperma terhadap satu sel telur
secara in vitro.

Setelah menunggu delapan tahun, akhirnya Rina (nama samaran) berhasil


melahirkan seorang bayi mungil berkat bantuan teknologi rekayasa reproduksi in
vitro atau lebih populer disebut "bayi tabung".

Ia bahagia sekali saat diberi tahu dirinya berhasil mengandung. Semula suaminya
sempat putus asa karena hasil laboratorium menunjukkan, pada cairan maninya
tidak ditemukan sperma. Namun, berkat kecanggihan teknologi reproduksi,
pasangan ini berhasil menimang bayi laki-laki sehat melalui penyuntikan sel mani
suami ke sel telur istrinya secara in vitro.

Seorang wanita Inggris bahkan mengalami kasus yang lebih unik. Suaminya
dinyatakan menderita kanker pada testisnya dan organ ini harus dibuang. Padahal,
keduanya sangat ingin mendapatkan keturunan. Betapa cemasnya mereka, sebab
lima tahun sebelumnya, testis yang satu sudah dibuang karena penyakit yang
sama. Karena tak sempat mengekstraksi sperma menjelang operasi kedua, maka
testis yang sudah dipotong segera dikirim ke klinik pelayanan fertilitas di
Aldridge untuk diambil spermanya dan dibekukan.

Berkat teknik yang sama, akhir Juni lalu wanita itu dikabarkan berhasil
mengandung. Calon bayinya bahkan diduga kembar. Kebahagiaan bertambah
ketika suaminya dinyatakan sembuh dari kanker.

Dengan semakin meningkatnya jumlah pasangan tidak subur pada 30 tahun


terakhir, khususnya di negara-negara industri, para ahli di negara-negara seperti
Amerika, Inggris, dan Australia, terus mencari teknik yang dapat membantu
pasangan tak subur. Jumlah kasus pasangan tak subur diperkirakan sekitar 15% di
dunia maupun di Indonesia.

Penyebab infertilitas bermacam-macam, bisa akibat tersumbatnya saluran sel telur


pada istri (35%), masalah antibodi, lendir mulut rahim tidak normal,
endometriosis, problem sperma suami, dll.

20 tahun teknik bayi tabung


Teknik bayi tabung sempat mencatat keberhasilan luar biasa dan menggemparkan
dunia. Metode yang diprakarsai sejumlah dokter Inggris ini berhasil
menghadirkan bayi perempuan bernama Louise Brown pada 1978. Sebelum itu,
untuk menolong pasangan suami-istri tak subur digunakan teknik inseminasi
buatan, yakni penyemprotan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim dengan
bantuan alat suntik. Dengan cara ini diharapkan sperma lebih mudah bertemu
dengan sel telur. Sayang, tingkat keberhasilannya hanya 15%.

Pada teknik in vitro yang melahirkan Brown, pertama-tama dilakukan


perangsangan indung telur sang istri dengan obat khusus untuk menumbuhkan
lebih dari satu sel telur. Perangsangan berlangsung 5 - 6 minggu sampai sel telur
dianggap cukup matang dan sudah saatnya "dipanen". Selanjutnya, folikel atau
gelembung sel telur diambil tanpa operasi, melainkan dengan tuntunan alat
ultrasonografi transvaginal (melalui vagina).

Sementara semua sel telur yang berhasil diangkat dieramkan dalam inkubator, air
mani suami dikeluarkan dengan cara masturbasi, dibersihkan, kemudian diambil
sekitar 50.000 - 100.000 sperma. Sperma itu ditebarkan di sekitar sel telur dalam
sebuah wadah khusus. Sel telur yang terbuahi normal, ditandai dengan adanya dua
sel inti, segera membelah menjadi embrio. Sampai dengan hari ketiga, maksimal
empat embrio yang sudah berkembang ditanamkan ke rahim istri. Dua minggu
kemudian dilakukan pemeriksaan hormon Beta-HCG dan urine untuk meyakinkan
bahwa kehamilan memang terjadi.

Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization
(IVF) semakin populer saja di dunia. Di Indonesia, IVF pertama kali diterapkan di
Rumah Sakit Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik yang
kini disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama,
Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988. Setelah itu lahir sekitar 300 "adik"
Nugroho, di antaranya dua kelahiran kembar empat.

Semakin canggih saja


Sukses besar teknik IVF konvensional ternyata masih belum memuaskan dunia
kedokteran, apalagi kalau mutu dan jumlah sperma yang hendak digunakan
kurang. Maka dikembangkanlah teknik lain seperti PZD (Partial Zona Dessection)
dan SUZI (Subzonal Sperm Intersection). Pada teknik PZD, sperma disemprotkan
ke sel telur setelah dinding sel telur dibuat celah untuk mempermudah kontak
sperma dengan sel telur. Sedangkan pada SUZI sperma disuntikkan langsung ke
dalam sel telur. Namun, teknik pembuahan mikromanipulasi di luar tubuh ini pun
masih dianggap kurang memuaskan hasilnya.

Sekitar lima tahun lalu Belgia membuat gebrakan lain yang disebut ICSI (Intra
Cytoplasmic Sperm Injection). Teknik canggih ini ternyata sangat tepat diterapkan
pada kasus mutu dan jumlah sperma yang minim. Kalau pada IVF konvensional
diperlukan 50.000 - 100.000 sperma untuk membuahi sel telur, pada ICSI hanya
dibutuhkan satu sperma dengan kualitas nomor wahid. Melalui pipet khusus,
sperma disuntikkan ke dalam satu sel telur yang juga dinilai bagus. Langkah
selanjutnya mengikuti cara IVF konvensional. Pada teknik ini jumlah embrio yang
ditanamkan cuma 1 - 3 embrio. Setelah embrio berhasil ditanamkan dalam rahim,
si calon ibu tinggal di rumah sakit selama satu malam.

Di Indonesia, menurut dr. Subyanto DSOG dan dr. Muchsin Jaffar DSPK, tim unit
infertilitas MELATI-RSAB Harapan Kita, ICSI sudah diterapkan sejak 1995 dan
berhasil melahirkan anak yang pertama pada Mei 1996. Dengan teknik ini
keberhasilan bayi tabung meningkat menjadi 30 - 40%, terutama pada pasangan
usia subur.

Berdasarkan pengalaman, menurut dr. Muchsin, peluang terjadinya embrio pada


teknologi bayi tabung sekitar 90%, di antaranya 30 - 40% berhasil hamil. Namun,
dari jumlah itu, 20 - 25% mengalami keguguran. Sedangkan wanita usia 40-an
yang berhasil melahirkan dengan teknik in vitro hanya 6%. Karena rendahnya
tingkat keberhasilan dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan pasien, teknik ini
tidak dianjurkan untuk wanita berusia 40-an.

Pasangan yang masuk program MELATI tidak harus mengikuti program IVF.
Teknik ini hanya ditawarkan kalau setelah diusahakan dengan cara lain, tidak
berhasil. Sebelum mengikuti program ini pun pasutri diminta mengikuti ceramah
dan menerima penjelasan semua prosedurnya agar diikuti dengan mantap.

Biaya mengikuti program IVF memang tidak murah. Pada akhir 1980-an biayanya
sekitar Rp 5 juta. Kini, berkisar antara Rp 13,5 juta - Rp 18 juta. Harga obat suntik
perangsang indung telur saja sudah naik hampir empat kali lipat. Padahal,
suntikan yang dibutuhkan selama dua minggu mencapai 45 ampul.

Selain RSAB Harapan Kita, Jakarta, teknik IVF juga sudah diterapkan di FKUI-
RSUPN Cipto Mangunkusumo (Jakarta), Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga (Surabaya), dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan RS
Dr. Sardjito (Yogyakarta).

Kalau sperma kosong


Pada kasus cairan air mani tanpa sperma (azoospermia), mungkin akibat
penyumbatan atau gangguan saluran sperma, kini bisa dilakukan pengambilan
sperma dengan teknik operasi langsung pada saluran air mani atau testis.
Tekniknya ada dua, MESA (Microsurgical Sperm Aspiration) dan TESE
(Testicular Sperm Extraction). Pada MESA, sperma diambil dari tempat sperma
dimatangkan dan disimpan (epididimis). Sedangkan pada TESE, sperma langsung
diambil dari testis yang merupakan pabrik sperma. Setelah sperma diambil, dipilih
yang paling baik. Selanjutnya, dilakukan langkah-langkah menurut prosedur ICSI.
Teknik ini juga sudah diterapkan di RSAB Harapan Kita sejak 1996 dan telah
berhasil melahirkan dua anak.

Seperti di negara lain, sejak 1992 Indonesia sudah melakukan simpan beku
embrio. Perangsangan indung telur wanita pada prosedur bayi tabung
memungkinkan terbentuknya banyak embrio. Tidak mungkin semua embrio
ditransfer ke dalam rahim pada saat bersamaan. Embrio yang untuk sementara
tidak digunakan dapat disimpan dengan cara kriopreservasi, yang selanjutnya
disimpan dalam tabung berisi cairan nitrogen pada suhu 196oC di bawah nol
derajat. Kapasitas tabung sekitar 100 embrio.
Simpan beku embrio ini menghemat biaya karena pasangan tidak perlu lagi
mengulang proses pengerjaan dari awal lagi bila embrio berikutnya perlu
ditanamkan kembali. Tidak seperti di Barat, embrio ataupun sperma yang
tersimpan beku di Indonesia hanya diperuntukkan bagi pasutri yang bersangkutan.

Salah satu contoh keberhasilan teknik penyimpanan embrio bisa ditemukan di


Belgia. Baru-baru ini lahir seorang bayi laki-laki sehat hasil penanaman embrio
yang sudah dibekukan selama 7,5 tahun dari pasangan lain (anonim). Bayi yang
dibantu kelahirannya oleh dr. Michael Vermesh ini beratnya 4 kg. Daya tahan
embrio yang dibekukan bisa puluhan tahun dan tetap bisa menjadi bayi sehat.

Teknologi reproduksi in vitro ternyata sangat membantu pasangan yang


mengalami gangguan reproduksi. Mengupayakan pasutri agar bisa mempunyai
anak sungguh merupakan perbuatan mulia dan membahagiakan, sekalipun
pembuahannya dilakukan di laboratorium. Seperti halnya Louise Brown, mungkin
banyak anak yang dilahirkan melalui teknik ini ikut bersyukur bahwa kedua orang
tuanya mengikuti program itu. (Nanny Selamihardja)

Spesies yang berhasil diklon


• Kecebong (1952)
• Ikan (1963)
• Domba (1996)
• Monyet
• Anak sapi
• Kucing
• Kuda
• Anjing
• Serigala
• Kodok
baiklah, saya akan menjelaskan... dengarkan baik2 ya anak2..

kloning itu adalah cara perkembangbiakan dengan menggunakan DNA induk..


prosesnya, DNA diambil dari organisme yang mau dikloning dan dilakukan proses yg
sangat rumit,, (gw ga bisa ngejelasinnya.. hahaha...)
kloning pertama kali dilakukan pada domba bernama,, sapa gtu.. pada tahun 1970an kalo
ga salah..

well, kloning sendiri merupakan kontraversi di kehidupan masyarakat,, ada yg bilang ga


boleh, ada yg bilang biasa2 ajah..

kalo yang di filmnya oom Arnold (the 6th day) itu udah cara kloning tingkat tinggi, dgn
teknologi yang sudah sangat maju,, jaman sekarang mah mungkin blom ada..

Anda mungkin juga menyukai