HYGINE
HYGINE
PENDAHULUAN
Biosintetis adalah katalis enzim-enzim dalam sel hidup organime dimana
substrat akan dikonversi ke produk yang lebih kompleks. Proses biosintetis sering
terdiri dari beberapa langkah enzimatik dimana produk dari satu langkah digunakan
sebagai substrat pada langkah selanjutnya. Persyaratan untuk biosintesis adalah
precursor senyawa, energy kimia (seperti dalam bentuk ATP), dan katalitik enzim
yang mungkin memerlukan pengurangan setara (misalnya, dalam bentuk NADH,
NADPH). Sebagian besar senyawa organic pada organisme hidup dibangun di jalur
biosintesis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LEMAK
1. Pengertian Lemak
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energy bagi
tubuh. Bobot energy yang dihasilkan per gram lemak adalah 2 1/4 kali lebih besar
daripada karbohidrat dan protein. 1 gram lemak menghasilkan 9 kalor sedangkan 1
gram karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kalori
Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi
sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang
beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil
produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan
energi. Fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh,
pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak,
menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan
memelihara suhu tubuh.
Lemak atau Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen
yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan
senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40%
dari makanan yang dimakan setiap hari. Lipida mempunyai sifat umum sebagai
berikut:
a. lidak larut dalam air
b. larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan
c.
karbontetraklorida
mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang
3. Biosintetis lemak/lipida
Bertahun-tahun, sintesis Iemak dan minyak lemak oleh onganisme hidup
dipercaya dipengaruhi secara sederhana oleh reaksi balik yang bertanggungjawab
pada peruraiannya. Utamanya, hal ini termasuk hidrolisis ester gliserol-asam Iemak
(gliserida) oleh enzim lipase dan diikuti penyingkiran dua unit atom karbon sebagai
asetil-KoA dan rantai asam lemak oleh -oksidasi. Studi biosintesis menunjukkan
bahwa pembentukan lipid ini menggunakan jalur kimia yang berbeda.
Biosintesis asam lemak berjalan dengan sederet reaksi melibatkan dua
komplek enzim plus ATP, NADPH2, Mn++, dan karbon dioksida. Pertama asetat
bereaksi dengan KoA dan asetil-KoA yang terbentuk diubah oleh reaksi dengan
karbon dioksida menjadi malonil-KoA. Ini selanjutnya bereaksi dengan asetil-KoA
membentuk zantara dengan 5 unit karbon, yang mengalami reduksi dan eliminasi
karbon dioksida membentuk butinil-KoA. Senyawa malonil-KoA bereaksi lagi
dengan senyawa ini membentuk zantara dengan 7-atom karbon, yang direduksi
menjadi kaproil-KoA. Pengulangan reaksi ini akan membentuk asam lemak (fatty
acids) yang mempunyai atom karbon genap dalam rantainya (Gambar 3 3). Jadi
bagian malonil-KoA, senyawa dengan 3 atom karbon, ternyata merupakan pemasok
satuan 2 atom karbon dalam biosintesis asam lemak.
Jalur biosintesis asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids), rantai
cabang, jumlah atom karbon gasal dalam asam lemak, dan lain-lain modifikasi
belum ditegakkan secara rinci.
Bagian molekul (moiety) gliserol yang digunakan dalam biosintesis lipid
diturunkan utamanya dari isomer-L dari - gliserofosfat (L- -GP). Reaksi-reaksi
yang terlibat dalam pembentukan tipe trigliserida dirangkum dalam Gambar 3-4. L- GP mungkin diturunkan baik dari gliserol bebas maupun zantara glikolisis,
dihidroasetonfosfat
bereaksi
berturut-turut
dengan
molekul
asetil-KoA
Rangkuman reaksi sintetis asam lemak dengan contoh asam palmitat dapat
diberikan sebagai berikut.
Pada reaksi sintesa asam lemak, enzim CoA dan protein pembawa hasil (ACP)
mempunyai peranan penting. Enzim-enzim ini berperan membentuk rantai asam
lemak dengan menggabungkan secara bertahap satu gugus asetil turunan dari asetat
dalam bentuk asetil CoA dengan sebanyak n gugus malonil turunan dari malonat
dalam bentuk malonil CoA, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut. (Weete, 1980 )
Bahan utama yang digunakan pada biosintesis asam lemak adalah senyawa
asetil CoA dan senyawa malonil CoA. Malonil CoA disintesis dari asetil CoA dengan
penambahan CO2 oleh asetil CoA karboksilase Reaksi pertama pada biosintesis asam
lemak adalah pemindahan gugus asetil dan gugus malonil dari CoA ke ACP dengan
katalis asetil-CoA; ACP transilase dan malonil-CoA;ACP transilase. Reaksi
Pada reaksi pembentukan asam lemak dibutuhkan banyak energi, di mana dua
pasang elektron (2NADPH) dan satu ATP diperlukan untuk tiap gugus asetil.
Kebutuhan energi ini di daun dapat tersedia dari fotosintesis yang menyediakan
sebagian besar NADPH dan ATP sehingga pembentukan asam lemak pada keadaan
terang dapat berlangsung lebih cepat daripada pembentukan pada keadaan gelap.
Pada tempat gelap di proplastid biji dan akar, NADPH dapat tersedia dari lintasan
respirasi pentosa fosfat, dan ATP dari glikolisis piruvat yang merupakan senyawa asal
dari asetil CoA. Lintasan pembentukan asam lemak dari piruvat melalui
tahapanpembentukan asetil CoA dan malonil CoA pada plastid.
Sebagian besar asam lemak terbentuk di ER walaupun asam oleat dan asam
palmitat dibentuk di plastid. Asam lemak yang disintesis di proplastid biji dan akar
terutama adalah asam palmitat dan asam oleat. Pada biji, asam lemak yang diproduksi
dapat langsung diesterifikasi dengan gliserol membentuk oleosom. Kemungkinan
lainnya ialah asam lemak diangkut balik ke proplastid untuk membentuk oleosom.
Asam lemak dapat diubah menjadi fosfolipid di ER semua sel sebagai bahan untuk
pertumbuhan membran ER dan membran sel lainnya. Di ER pada daun, asam linoleat
dan asam linolenat yang disintesis kemudian diangkut dari ER ke kloroplas dan
ditimbun sebagai lipid di membran tilakoid
Pada berbagai tumbuhan, timbunan lemak terdapat beragam sesuai dengan
lingkungannya, terutama dengan suhu sebagai faktor pengendali utama. Pada suhu
rendah, asam lemak cenderung lebih tidak jenuh dibandingkan pada suhu tinggi
sehingga membran lebih cair dan membentuk oleosom. Kecenderungan ini dapat
dijelaskan dengan peningkatan kelarutan oksigen di air sejalan dengan turunnya suhu.
Hal ini akan menyediakan O2 sebagai penerima esensial atom hidrogen bagi proses
ketidakjenuhan di ER sehingga menyebabkan lebih banyak asam lemak tidak jenuh.
B. PROTEIN
1. PENGERTIAN PROTEIN
Asam amino merupakan komponen penting penyusun protein dan umumnya
dibedakan atas asam amino esensial dan non esensial.
2.
3.
4.
5.
6.
Protein terdiri dari rangkaian asam amino. Di alam terdapat asam amino esensial
dan nonesensial. Asam amino esensial tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia,
jadi harus diperoleh dari sumber protein dari luar..
BAB III