BAB 1-3+instrumen TA 2005yeess
BAB 1-3+instrumen TA 2005yeess
PENDAHULUAN
proses keperawatan tersebut, dan perawat tidak dapat melakukan proses tersebut
dengan baik tanpa komunikasi. Dalam hal ini komunikasi dibutuhkan sebagai sarana
untuk menggali data dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien. (Ester, dalam
Arwani, 2002)
Komunikasi keperawatan merupakan gambaran terjadinya interaksi antara
perawat dengan klien dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien. Komunikasi
keparawatan merupakan proses khusus dan bermakna, dan menjadi penting kerena
merupakan metode utama dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam
keperawatan jiwa komunikasi adalah salah satu model pendekatan yang dapat
digunakan untuk membantu klien dalam proses adaptasi, khususnya penderita dengan
gejala perilaku menarik diri.
Rawlins dalam Keliat, dkk (2002); menarik diri adalah suatu perubahan
yang dilakukan oleh individu sebagai usaha untuk menghindari interaksi dengan
orang lain atau berhubungan dengan orang lain. Tingkah laku yang ditunjukkan oleh
klien dengan menarik diri dapat berupa isolasi diri, sedih, personal hygiene kurang,
kurang sadar terhadap lingkungan, aktifitas menurun, harga diri rendah dan menolak
berhubungan dengan orang lain.
Individu yang menarik diri lebih menfokuskan diri pada stimulasi internal
dari pada stimulasi eksternal, yang dapat menstimuli terjadinya gangguan persepsi
(halusinasi), yaitu persepsi sensori yang palsu tanpa adanya stimulasi eksternal. Bila
gangguan persepsi (halusinasi) ini tidak dilakukan penatalaksanaan dengan baik,
maka akan terjadi resiko mencederai diri sendiri atau orang lain. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka komunikasi adalah model keperawatan jiwa yang penting
dilakukan untuk membantu klien kepada realita (Keliat, dkk, 2002)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 21 februari didapatkan
bahwa jumlah klien yang mengalami gangguan interaksi sosial menarik diri di ruang
23 Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang, pada satu bulan terakhir (Januari-Februari
2005), didapatkan data jumlah klien dari berbagai kasus yang ada dengan
menggunakan klasifikasi PPDGJ_III (Pedoman Penggolangan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa_III) adalah sejumlah 50 orang, dengan perincian sebagai berikut;
kasus skizofrenia berjumlah 48%, kasus yang terkait dengan gangguan alam perasaan
(afek dan mood) berjumlah 20%, kasus dengan gangguan waham berjumlah 4%,
kasus dengan gangguan somatoform (psikogenik) berjumlah 2%. Dan dari hasil
observasi yang dilakukan selama satu minggu (tanggal 21-26 februari 2005),
didapatkan klien yang mengalami gangguan interaksi sosial: menarik diri sebanyak
20 orang penderita. Dan kesemuanya, selain diberikan terapi pengobatan, juga
dilakukan asuhan keperawatan dengan model pendekatan komunikasi terapeutik.
Selama dilakukan terapi, sebanyak 75% klien dapat melakukan interaksi sosial dan
sisanya (25%) belum bisa melakukan interaksi sosial. Dan dalam perkembangannya
didapatkan data bahwa pada klien menarik diri yang pulang dalam keadaan sembuh
sebanyak 62% klien, mulai sembuh sebanyak 13% klien dan sisanya 25% klien
belum sembuh. Terapi dengan model pendekatan komunikasi terapeutik, dilakukan
oleh perawat melalui Terapi Aktifitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) dilaksanakan 3
kali dalam seminggu, dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)
1.2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan dalam tahap preventif
kegunaannya adalah mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.
2.1.2.2. Tujuan Komunikasi terapeutik
Tujuan
komunikasi
terapeutik
adalah
membantu
pasien
untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang
diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan,
fisik dan dirinya sendiri.
2.1.3. Prinsip Komunikasi Terapeutik
Body & Nihart dalam Intansari (1998), mengemukakan tentang prinsipprinsip komunikasi terapeutik seperti di bawah ini :
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku profesional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik.
4. Kerahasiaan klien harus dijaga
5. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10
menyebutkan namanya,
memberikan pujian pada pasien atas prestasi yang dilakukan Misalnya selamat pagi
pak Amir, saya perhatikan bapak tampak ceria dan bugar hari ini, atau terimaksih
bapak telah bersedia menemani saya
2.1.4.4. Pengulangan pernyataan
Perawat mengulang sebagian pertanyaan pasien dengan mengulang katakata sendiri, yang menunjukkan bahwa perawat mendengar apa yang dikatakan
pasien, apabila isi pikirannya tidak dimengerti maka pasien dapat mengulang kembali
apa yang diucapkannya, sehingga menjadi jelas, misalnya:
Pasien : suster saya tidak dapat tidur, sepanjang malam terjaga!
Perawat : apakah bapak dapat kesulitan tidur?
2.1.4.5. Refleksi
Perawat mengulang kembali apa yang dibicarakan pasien untuk
menujukkan bahwa perawat mendengar dan mengerti apa yang dibicarakan pasien.
Teknik ini digunakan untuk membantu pasien dalam mengungkapkan masalahnya
agar menjadi lebih jelas, menyadari bahwa perawat mengharapkan dirinya untuk
11
mampu melakukan hal-hal tersebut., misalnya : anda tampak tegang dan cemas,
apakah ini berhubungan dengan yang kita bicarakan tadi?.
2.1.4.6. Klarifikasi
Menjelaskan kembali ungkapan pikiran yang dikemukakan pasien yang
kurang jelas bagi perawat, agar tidak jadi salah pengertian, misalnya; saya tidak jelas
apa yang bapak maksudkan, dapatkah bapak menjelaskannya kembali?
2.1.4.7. Pemusatan/mengarahkan pembicaraan.
Perawat membantu pasien untuk memfokuskan pembicaraan agar lebih
spesifik dan mengarahkan komunikasi kepada pencapaian tujuan, dan untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang suatu masalah, misalnya :
Pasien : saya tidak mau lagi dirawat dirumah sakit!
Perawat : barang kali bapak bisa menjelaskan apa yang bapak alami sehingga bapak
tidak mau lagi dirawat di rumah sakit ?
2.1.4.8. Berbagi Persepsi
Perawat mengungkapkan persepsinya tentang pasien dan meminta umpan
balik dari pasien, misalnya: Bapak nampak lelah hari ini, barangkali kurang
istirahat/tidur.
12
2.1.4.9. Diam
Bagi pasien depresi, diam dan duduk bersama pasien bisa diartikan
sebagai dorongan, perhatian dan peneriamaan. Dengan duduk diam beberapa saat,
kemudian mengkomunikasikan minat dan peran serta perawat secara nonverbal.
Misalnya; menggandeng/memegang tangan atau menepuk bahu pasien.
2.1.4.10. Memberi Informasi
Memberikan informasi kepada pasien mengenai hal-hal yang tidak/belum
diketahuinya atau bila pasien bertanya. Memberikan informasi yang
diperlukan
untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien dan menambah pengetahuan
pasien yang akan berguna untuk mengambil keputusan secara realistis. Misalnya
perawat menerangkan tentang jam berkunjung, dan atau tentang tindakan yang akan
dilakukan pada pasien selama dirawat
2.1.4.11. Humor
Merupakan tekhnik komunikasi yang baik bila digunakan pada waktu
yang tepat dan cara yang kontruktif, untuk mengurangi ketegangan.
2.1.4.12. Pertanyaan Terbuka (Open Ended Question)
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban ya dan mungkin. Tetapi
pertanyaan yang memerlukan jawaban yang luas, misalnya; apa yang biasanya
bapak lakukan bila sakit kepala?.
13
14
Membuat rencana pertemuan dengan klien ; spesifik data yang akan dicari,
metode yang tepat untuk wawancara, stting ruangan/waktu yang tepat
2. Fase Orientasi
Fase ini dimulai ketika perawat dan klien bertemu pertama kalinya,
mengatur suasana untuk mengingatkan hubungan perawat-klien. Ciri hubungan fase
ini masih bersifat dangkal dan sering ditandai dengan ketidakpastian dan upaya
penggalian perasaan, persepsi, pikiran dan tindakan klien. Biasanya, perawat
menggunakan tehnik wawancara untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Perawat
dan klien bertemu dan saling mengidentifikasi nama masing-masing, jika telah
terbentuk trust, pasien akan berbincang dan menanyakan sesuatu dengan cara yang
lebih informal. Kegagalan perawat untuk mengidentifikasi dirinya sendiri akan
15
16
berkembang dan memperoleh kemajuan yang lebih baik dari masalah yang
dialami.
c. Identification of problems and goals; hubungan dengan pasien menjadi sangat
kuat dan bermakna jika berhasil menemukan masalah penting apa yang dialami
pasien karena pasien mungkin tidak dapat mengidentifikasi masalahnya dengan
baik. Identifikasi masalah klien dapat mengguanakan cara-cara seperti
mendengarkan penuh perhatian (attentive lestening), memberikan pertanyaan
terbuka (open-ended questioning), membuat pra frase (paraphrasing), dan
klarifikasi masalah (clarifying). Identifikasi masalah secara tepat menfasilitasi
pengertian klien tentang peran apa yang harus dilakukan begitu juga tindakan apa
yang harus dia lakukan.
3. Fase Kerja (Working phase)
Selama fase ini hubungan akan menjadi lebih dalam dan fleksible jika
perawat dan klien menjadi lebih merasa saling memiliki. Fase kerja terbagi dalam dua
kegiatan pokok, yaitu:
a.
17
rasa nyaman mempunyai daya lihat yang tinggi. Sebaliknya, tindakan Psikologis
(emosi pasien) dan Sosio-ekonomis (merujuk pasien ke tempat pelayanan
kesehatan
tertentu,
membantu
klien
beradaptasi
dengan
lingkungan
18
b.
yang
dipunyai
terhadap
pasien
sehingga
mampu
belajar
untuk
19
perasaan negatif yang dipunyai klien, bahkan ia akan berusaha berinteraksi dengan
klien. Hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki
dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien.
Empathy, merupakan perasaan pemahaman dan penerimaan perawat
terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia pribadi
pasien. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sinsitif, dan tidak dibuat-buat
(objektif) didasarkan atas apa yang sialami orang lain. Empati berbeda dengan
simpati. Simpati merupakan kecenderuangam berfikir atau merasakan apa yang
sedang dilakukan dirasakan oleh pasien. Sebagai perawat empatik, perawat harus
berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan
dirasakan klien. Empati membolehkan perawat untuk berpartisipasi sejenak terhadap
sesuatu yang terkait dengan emosi klien.
Kehangatan (warmth). Hubungan saling membatu (helping relationship)
dibuat untuk memeberikan kesempatan klien mengeluarkan unek-uneknya
(perasaan dan nilai-nilai) secara bebas. Dengan kehangatan, perawat perawat akan
mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk
perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. Sehingga pasien akan
mengekspresikan persaannnya secara lebih dalam.
Seorang perawat tidak dapat memperoleh pengetahuan tentang pasien, jika
tidak ada kemampuan menghargai keunikan yang ada pada pasiennya. Tanpa
mengetahui kebutuhan unik pasien, perawat juga tidak mampu menolong kesulitan
20
yang dihadapi pasiennya. Maka perlu dicari metode yang bisa mengakomodasi agar
perawat mampu memperoleh pengetahuan tentang pasiennya. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi, mempersiapkan, bereaksi dan
menghargai keunikan pasien, serta mempermudah alih pengetahuan dan modifikasi
perilaku pasien. Upaya awal yang dilakukan pada saat berkomunikasi dengan pasien
biasanya menghasilkan interaksi sosial yang singkat. Interaksi yang singkat dan tidak
mendalam tersebut (superfisial) membuat orang yang terlibat didalamnya merasa
aman, dan sebagai pondasi menciptakan hubungan saling percaya yang lebih akrab
antara perawat dengan pasien, karena diskusi/interaksi yang dilakukan tidak ada niat
yang tersembunyi untuk menyingkap tabir rahasia yang dialami pasien. Selanjutnya,
perawat
yang
terampil
akan
berusaha
memelihara
kehangatan
suasana
hubungan/interaksi tersebut untuk menghasilkan rasa percaya dan rasa nyaman pada
pasien, sehingga proses tukar menukar perasaan dan sikap akan berjalan wajar sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai (Ester dalam Arwani, 2002)
2.2. INTERAKSI SOSIAL
2.2.1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyamgkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua
orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu (Gillin & Gillin, dalam
Soerjono: 61)
21
22
23
Faktor simpati.
Simpati adalah perasaan tertarik sesorang terhadap orang lain yang timbul
atas dasar penilaian perasaan. Dorongan utama yang memunculkan simpati adalah
rasa ingin mengerti dan bekerja sama dengan orang lain.
24
interpersonal.
Secara
ilmiah
percaya
didefinisikan
sebagai;
25
26
halusinasi, kebersihan diri kurang dan kegiatan hidup seharihari kurang adekuat
(Stuart and Sundeen, 1995)
Stuart dan Sundeen (1995), menyatakan bahwa Terjadinya menarik diri
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, yaitu ;
1) Faktor perkembangan.
2) Faktor genetik.
3) Faktor komunikasi dalam keluarga.
4) Faktor sosio kultural.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi,
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan
dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah
laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga dapat berakibat lanjut
terjadinya halusinasi dan gangguan komunikkasi verbal karena klien tidak mau
berinteraksi secara verbal dengan orang lain. Halusinasi pada klien dapat
menimbulkan resiko mencederai diri dan orang lain apabila halusinasinya menyuruh
klien untuk melakukan kekerasan pada diri maupun orang lain dan lingkungan
sekitarnya.
Klien dengan harga diri rendah akan membuat dirinya enggan berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Tidak adanya dukungan untuk berinteraksi membuat
klien semakin menarik diri dari lingkungannya. Akibat menarik diri, klien akan
27
mengalami halusinasi. Halusinasi pada akhirnya akan menguasai klien, pada tahapan
lebih lanjut, sehingga memunculkan resiko kekerasan. Harga diri rendah juga akan
menimbulkan koping mekanisme pada klien di mana ia mengkompensasikan
perasaannya dengan waham kebesaran untuk mengatasi harga dirinya yang rendah.
Waham akan mempengaruhi komunikasi klien dimana setiap berkomunikasi klien
selalu terarah pada wahamnya sendiri sehingga terjadi gangguan komunikasi verbal
(Stuart and Sundeen, 1995).
Afek tumpul.
Gangguan pola makan; tidak ada nafsu makan atau minum berlebih
28
Tidur berlebihan atau tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama
Aktivitas menurun
Menolak berhubungan denga orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
29
BAB III
Studi kasus ini dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan pada
suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal ini dapat berupa satu orang,
sekelompok orang atau penduduk yang terkena suatu masalah. Unit yang menjadi
kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan
kasus itu sendiri, faktor yang mempengaruhi kejadian-kejadian khusus yang muncul
berhubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu
perlakuan atau pemaparan tertentu.
hanya berbentuk unit tunggal namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai
aspek
yang
cukup
luas,
serta
berbagai
teknik
secara
integratif.
total.
Observasi
yang
berarti
pengamatan,
bertujuan
untuk
menggambarkan status fenomena dalam kontak sosial yang tengah diselidiki. Pada
observatif partisipatif, pengamat (observer) ikut berpartisipasi aktif pada aktifitas
30
31
32
Observasi dilakukan pada setiap tahap (fase) Strategi Pelaksanaan Komunikasi dalam
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Adapun wawancara (interview) dilakukan berupa pertanyaan-pertanyaan
yang sifatnya terbuka pada saat mengawali dan mengakhirinya kontak dengan klien.
33
Lampiran 1.
Pedoman Operasional Kegiatan Interaksi Perawat-Klien1
No
Operasional kegiatan
1 Tahap Pre Interaksi
1.
Mengumpulkan data tentang klien
2.
Mengekplorasi perasaan, fantasi dan kekuatan diri
3.
Membuat rencana pertemuan dengan klien.
2 Tahap Orientasi
4.
Memberikan salam dengan tersenyum pada klien
5.
Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), biasanya pada
pertemuan lanjutan.
6.
Memperkenalkan nama perawat
7.
Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
8.
Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
9.
Menjelaskan peran perawat dan klien
10.
Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
11.
Menjelaskan tujuan
12.
Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
13.
Menjelaskan kerahasiaan
3 Tahap Kerja
14.
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
15.
Menanyakan keluhan utama
16.
Memulai kegiatan dengan cara yang baik
17.
Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik
4 Tahap Terminasi
18.
Menyimpulkan hasil wawancara : evaluasi proses dan hasil
19.
Memberikan reinforcement positif
20.
Merencanakan tindak lanjut dengan klien
21.
Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik)
22.
Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik
5 Deminsi Respon
34
23
24
25
26
27
Berhadapan
Mempertahankan kontak mata
Tersenyum pada saat yang tepat
Membungkuk kearah klien
Mempertahankan sikap terbuka
Mungkin tidak perlu dilakukan pada pertemuan selanjutnya, kecuali pada kondisi tertentu.
2 Nurjannah. 2001,
Lampiran 2.
35
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Senang menyendiri, kontak dengan orang lain kurang, duduk di pojok,
termenung, enggan diajak bicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan sensori persepsi : halusinasiberhubungan dengan
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
1). Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
4. Tindakan Keperawatan
4.1. Bina hubungan saling percaya dengan mengunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
-
36
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4.2. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
-
37
Evaluasi subjektif;
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap
Evaluai objeltif;
Tersenyum, menatap perawat
38
Baiklah
pak,
bagaimana
kalau
bapak
ingat-ingat
kembali
yang
menyebabkan bapak dekat dengan seseorang dan siapa yang kira-kira dekat
dengan bapak
3.3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
Bagaimana kalu nanti kita latihan cara berkenalan dengan orang lain,
misalnya bapak dengan suster/perawat
Bapak mau ketemu lagi jam berapa?, bagaimana kalau jam 10 nanti?
Bapak mau bercakap-cakap dimana?, bagaimana kalu disini lagi
39
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Termenung, tersenyum dengan perawat, memberi salam pada perawat
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan sensori persepsi : halusinasiberhubungan dengan menarik
diri.
3. Tujuan Khusus
3). Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap (klien dan
perawat)
4. Tindakan Keperawatan
4.1. Kaji kemampuan klien membina hubungan hubungan dengan orang lain.
4.2. Dorong dan Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap komunikasi terapeutik.
4.3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
40
Fase Kerja
Menurut bapak, kalau kita ingin berkenalan apa yang harus dilakukan
Perlukah kita berjabat tangan
Perlukah berdiri
Bagus sekali, selanjutnya apa yang bapak katakan
41
Fase Terminasi
3.1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
-
Evaluasi subjektif;
Bagaimana perasaan bapak salim setelah kita latihan cara berkenalan tadi
Evaluai objektif;
Bapak Salim sudah dapat melakukan cara berkenalan dengan orang lain?,
Coba sebutkan bagaimana cara berkenalan dengan orang lain
42
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Tersenyum, menatap perawat, duduk dengan teman yang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan sensori persepsi : halusinasiberhubungan dengan menarik
diri.
3. Tujuan Khusus
4). Klien dapat mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan selama di rumah
sakit.
5). Klien dapat menerima perpisahan dengan baik.
4. Tindakan Keperawatan
4.1. melihat kembali kemajuan dari terapi dan pencapaian tujuan.
4.2. Menyediakan realitas perpisahan
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
43
44
Bagus, nanti dirumah orang yang paling dekat dengan bapak diikutsertakan
untuk membantu bapak
Bagaimana Pak Salim, adakah yang ingin Bapak tanyakan?
Menurut bapak adakah manfaat setelah kita bercakap-cakap dan belajar cara
berkenalan
3. Fase Terminasi
3.1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
-
Evaluasi subjektif;
Bagaimana perasaan Pak Salim selama dirawat disini/setelah kita bercakapcakap?
Evaluai objektif;
Coba sebutkan apa saja yang telah Bapak dapat/pelajari selama dirawat
disini?
45
Lampiran 3.
Pedoman Observasi
Dampak Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Klien Gangguan Jiwa (Menarik Diri)
(Pertemuan Awal)
Tanggal Observasi :
Observer
No
1.
:
Aspek yang dinilai
Kemampuan verbal
a. menyebutkan nama lengkap.
b. menyebutkan nama panggilan
c. mengungkapkan apa yang terjadi di rumah
d. menentukan kontrak topik, waktu, tempat untuk
membicarakan kejadian di rumah.
e. menyebutkan dengan siapa tinggal di rumah.
f. menyebutkan orang yang paling dekat
46
cakap.
Kemampuan non verbal
a. menatap perawat
b. tersenyum
c. duduk tegak menghadap perawat
d. ekspresi wajah berseri
Jumlah
Interpretasi :
Lampiran 4.
Pedoman Observasi
Dampak pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
47
Tanggal Observasi :
Observer
No
1.
:
Aspek yang dinilai
Kemampuan verbal
a. menjawab salam dari perawat dengan benar
b. mengungkapkan perasaannya saat ini.
c. menyebutkan manfaat dan kerugian berteman
d. menentukan kontrak topik, waktu, tempat
untuk latihan berkenalan.
e. mengungkapkan apa yang harus dilakukan bila
ingin berkenalan.
f. mengungkapkan perlunya berjabat tangan saat
berkenalan.
g. mengungkapkan
perlunya
berdiri
saat
berkenalan.
h. menyebutkan apa saja yang dikatakan saat
berkenalan
i. mengatakan kesanggupan untuk latihan
j. mengungkapkan perasaannya setelah latihan
cara berkenalan.
k. mengungkapkan kesanggupannya membuat
2
48
Lampiran 5.
Pedoman Observasi
Dampak Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Klien Gangguan Jiwa (Menarik Diri)
(Pertemuan Akhir)
Tanggal Observasi :
Observer
No
:
Aspek yang dinilai
Tn.
Ya
Kemampuan verbal
a. menjawab salam dari perawat dengan benar
b. mengungkapkan rencana untuk pulang ke
rumah
c. menceritakan hasil latihan berkenalan
49
untuk
Interpretasi :
50
Pedoman Wawancara/Interview
Dampak Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Klien Gangguan Jiwa (Menarik Diri)
Tanggal Intrview
Nama Interview
Identitas Responden
Nama
Usia
Alamat
Pertanyaan
1. Mengawali Kontak
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
51