Anda di halaman 1dari 2

Persiapan CABG

1. Persiapan pasien
Persiapan pasien dilakukan dengan penandatangan persetujuan pasien dan penjelasan
berupa tujuan, prosedur, dan komplikasi pada tindakan CABG. Kemudian, pemeriksaan
riwayat medis untuk mengetahui resiko terjadinya komplikasi. Hal-hal yang perlu
ditanyakan adalah riwayat serangan infark myocard terakhir, riwayat operasi jantung
sebelumnya, faktor predisposisi pendarahan, disfungsi Renal, penyakit cerebrovascular,
Gangguan elektrolit, dan Infeksi Fungsi respirasi. (Bilal, RH. 2014) (March. 2005)
Kemudian, persiapan berupa pemeriksaan penunjang rutin berupa Laboratorium
Lengkap: Pemeriksaan darah lengkap ( hemoglobin, leukosit, trombosit,eritrosit,
hematokrit), fungsi ginjal ( ureum, kreatinin), koagulasi ( PT, APPT), Fungi hati ( SGOT,
SGPT, albumin, globulin), gula darah ( GDS,log GD Puasa, GD PP), serologi ( HBSAg,
anti HIV, anti HCV). Jika pasien mengalami peningkatan sel darah putih, sebaiknya
tindakan CABG dilakukan secara sangat hati-hati untuk menghindari terjadinya infeksi,
dan apabila memungkinkan tindakan dapat ditunda sampai infeksi telah teratasi atau
sembuh. (Bilal, RH. 2014)
Selanjutnya dipersiapkan pula kantong darah yang sesuai dengan golongan darah pasien.
Jenis darah yang diperlukan dalam tindakan CABG dapat berupa PRC (packed red cell),
Fresh Frozen Plasma (FFP), dan trombosit. (Bilal, RH. 2014)
Persiapan juga meliputi pencukuran pada daerah bagian tindakan jika terdapat bulu dada,
puasa selama 8-10 jam, dan memperhatikan kenyamanan istirahat dan tidur pasien. Dan
yang terakhir merupakan persiapan mental pasien. (Bilal, RH. 2014)

2. Persiapan Operasi
Premedikasi
Tujuan dilakukannya premedikasi adalah untuk meminimalisir kosumsi oksigen pada
myocardium dengan menurunkan denyut jantung, menurunkan tekanan arteri sitemik,
serta meingkatkan aliran darah pada myocardial dengan vasodilator. Obat-obatan yang
biasa digunakan adalah tranzepam yang diberikan sesaat sebelum tindakan CABG. Selain
itu, pemberian midzolam secara intravenous dosis kecil juga dapat menurunkan
kecemasan, takikardi serta hipertensi. (March. 2005)
Pasien PJK yang mengkonsumsi obat-obatan beta adrenoreceptor blocking dan kalsium
kanal antagonis ataupun nitrat sebaiknya tetap melanjutkan pengobatan sampai saat

tindakan operasi segera dilakukan. Karena penghentian obat-obatan tersebut akan


mengakibatkan takikardi, hipertensi serta hilangnya vasodilatasi arteri koroner. Sebaiknya
pasien yang mengkonsumsi obat golongan thienopyridine dihentikan penggunaannya 5-7
hari sebelum melakukan tindakan CABG. Penggunaan aspirin pada pasien dengan
sindrom koroner akut sebaiknya dilanjutkan samapi tindakan CABG. (March. 2005)
Anestesi
Anastesi dilakukan setelah alat monitoring sudah terpasang. Kemudian Anastesi dimulai
dengan cara pemberian midzolam secara intravenous dengan dosis kecil. Anestesi yang
biasa digunakan dalam tindakan operasi berupa blok neuraxial dengan pemberian
intrathecal opiod infusion dan thoracic epidural anastesi berupa anastesi dosis local.
Selain itu, Selama induksi dan intubasi trakea, sangat penting untuk mempertahankan
denyut jantung yang stabil dan tensi stabil. Induksi anastesi menggunakan dengan opioid
dosis tinggi. Kemudian dosis kecil propofol, etomidate atau thiopental untuk
memaksimalkan stabilitas system cardiovascular. Nantinya anastesi dapat dicapai dengan
cara pemberian infus opioid dan yang dikombinasikan dengan infusi propofol. (March.
2005)
3. Persiapan alat dan bahan
a) Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang, dll)
b) Alat penunjang kamar operasi
c) Linen set
d) Instrument dasar (set dasar bedah jantung dewasa )
e) Instrumen tambahan ( set tambahan bedah jantung )
f) Intrumen AV graft
(Bilal, RH. 2014)

March. 2005. ACC/AHA Pocket Guideline: Coronary Artery Bypass Graft Surgery. American
Association for Thoracic Surgery and The Society of Throracic Surgeons
Bilal, RH. 2014. Coronary Artery Bypass Grafting. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1893992-overview . akses 29 mei 2014

Anda mungkin juga menyukai