Proposal Sri Novri Yunisyah
Proposal Sri Novri Yunisyah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
juga
masalah-masalah
budaya,
ilmu
pengetahuan,
teknologi
masalah
penting
sepanjang
rentang
kehidupan manusia. Kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahanperubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan
emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara
berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran
sosial melalui pengasuhan orangtua dan aktivitas individu. Secara spesifik
masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik
maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas
tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang
lain.
Kemandirian muncul dan berfungsi ketika peserta didik menemukan
diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Kemandirian
berbeda dengan tidak tergantung, karena tidak tergantung merupakan bagian
untuk memperoleh kemandirian. Dari sinilah dibutuhkan sebuah keluarga
yang mampu membimbing dan mendidik anak atau remaja yang mandiri dan
bertanggung jawab atas masa depannya.
Sebab keluarga sebagai unit terkecil merupakan identitas pertama dan
utama dimana anak tersebut tumbuh, dan dibesarkan, dibimbing dan diajarkan
1
penyabab
yang
dapat
menghambat
proses
meningkatnya
kemandirian.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, maka fenomenafenomena yang sering terjadi di SMP Negeri 2 Padangsidimpuan adalah:
1. Siswa terbiasa tergantung kepada orang lain, baik itu teman ataupun guru.
Misalnya saja terbiasa mengerjakan PR di sekolah, mencontoh ketika
belajar, tidak berani mengungkapkan pendapat, belajar setelah menjelang
ujian, mencari bocoran soal ujian ataupun meminta kisi-kisi ujian kepada
guru bidang studi, dan selalu bergantung kepada guru dalam hal materi
pelajaran.
2. Siswa tidak memiliki keberanian untuk menyelesaikan konflik dalam
dirinya, dan mereka juga tidak memiliki rasa tanggung jawab atas
perbuatan yang mereka lakukan
3. Siswa tidak mampu mengekspresikan perasaannya dengan penuh
keyakinan dan keceriaan, akibatnya siswa merasa kurang mandiri
berakibat pada gangguan mental.
4. Guru kurang memberikan layanan
bimbingan
kelompok
untuk
Psikologi
Universitas
Ahmad
Dahlan
Yogyakarta
Layanan
Bimbingan
Kelompok
untuk
Meningkatkan
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian
latar
belakang
masalah,
maka
penulis
bimbingan
kelompok
untuk
Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti jelas dan terarah karena keterbatasan
penulis dalam waktu dan untuk menghindari kesimpangan dalam penelitian
3. Bagi siswa
Siswa diharapkan dapat mengubah sikapnya yang mengarah kepada yang
baik dan memiliki sikap kemandirian.
4. Bagi peneliti
Sebagai salah satu bahan referensi bagi peneliti lain dalam penelitian
dalam topik yang berkaitan.
5. Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan untuk kajian ilmu dibidang yang relevan dan bahan
masukan untuk menjadi sumber informasi dalam hal melakukan penelitian
di bidang yang sama.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. Layanan Bimbingan Kelompok
2.1.1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan
dalam susana kelompok. Penyelenggara bimbingan kelompok oleh konselor
dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu
seseorang individu yang mengahadapi masalah.
Beberapa pengertian bimbingan kelompok menurut para ahli adalah
sebagai berikut :
Dewa K.S (2008:64) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok
layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu
(terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang
mengemukakan
bimbingan
kelompok
10
bahwa
bimbingan
kelompok
diselenggarakan
untuk
bersifat
membantu
dalam
situasi
kelompok
dengan
tujuan
dinamika
kelompok
yaitu
adanya
interaksi
saling
11
dimana
pemimpin
kelompok
menyediakan
informasi-informasi
yang
12
layanan
bimbingan
kelompok
bertujuan
untuk
mendorong
13
4. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.
5. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial.
6. Membantu siswa mengenali dan memahi dirinya dalam hubungannya
dengan orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa dalam melakukan kegiatan
bimbingan kelompok diharapkan individu yang dibimbing merasa terbantu
untuk mengatur kehidupannya sendiri tanpa harus diatur atau dibantu orang
lain. Memiliki pandangan sendiri tidak lagi ikut-ikutan dengan pendapat
orang lain atau tidak punya pendapat sendiri. Dengan diberikannya layanan
bimbingan kelompok, siswa memiliki keberanian untuk mengeluarkan
pendapatnya dan mampu mengaktifkan potensi yang ada.
2.1.4. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Dalam pelaksanaannya, bimbingan kelompok mempunyai tahapantahapan dan ketentuan yang berlaku selama kegiatan ini berlangsung.
Hartinah (2009:139) mengatakan bahwa ada empat tahap dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap
kegiatan, tahap pengakhiran.
1. Tahapan pembentukan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini:
a. Pengenalan anggota kelompok
b. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam
rangka pelayanan
c. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan kelompok
d. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri
e. Teknik khusus
f. Permainan penghangatan atau pengakrapan
2. Tahap peralihan
Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamis, kelompok sudah
mulai tumbuh dan kegiatan hendaknya dibawah lebih jauh oleh pemimpin
14
15
Lalu mengatur kapan kegiatan ini akan dilakukan kembali. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan ini akan segera
berakhir
b. Pemimpin anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil
kegiatan
c. Membahas kegiatan lanjutan dan memberikan tanggapan
d. Mengemukakan pesan dan harapan
e. Menyampaikan ucapan terima kasih
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa tahap pembentukan adalah
tahap yang harus sangat diperhatikan karena tahap ini anggota kelompok
masih merasa canggung atau takut melakukan kesalahan. Oleh sebab itu,
pemimpin
kelompok
hendaknya
memperhatikan
bagaimana
suasana
16
harapan dan hasil yang dicapai serta membahas kegiatan lanjutan.Setelah itu
kelompok menyajikan lagu perpisahan agar mereka tetap semangat meskipun
melakukan kegiatan kelompok.
2.1.5. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (2004:4) menjelaskan bahwa dalam bimbingan
kelompok berperan dua pihak, yaitu pimpinan kelompok dan anggota
kelompok:
1. Pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok memiliki peran penting, memberikan bantuan
pengarahan ataupun adanya campur tangan langsung terhadap kegiatan
kelompok dalam rangka membawa para anggotanya menuju suasana yang
mendukung tercapainya tujuan bimbingan kelompok. Peranan pemimpin
kelompok tersebut adalah:
a. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun
campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok
b. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang
berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota
tertentu maupun keseluruhan kelompok
c. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus ke arah yang dimaksud
maka pemimpin kelompok perlu memberikan arahan yang dimaksud
d. Pemimpin kelompok juga harus memberikan tanggapan atau umpan
balik tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang
bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok
e. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur
lalu lintas kegiatan kelompok, memegang aturan permainan (menjadi
wasit),
pendamaian
dan
pendorong
kerjasama
serta
suasana
17
layanan
bimbingan
kelompok
sebagian
besar
juga
18
19
secara
kreatif
20
kelompok
21
22
Materi
Tujuan
Agar siswa dapat memahami
orang tua
Faktor sistem
3
pendidikan di
sekolah
Faktor sistem
40 menit
kemandirian
Agar siswa dapat menyalurkan
2
Waktu
mandiri
Agar siswa mengetahui proses
40 menit
40 menit
40 menit
23
24
25
26
keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan yang
bijaksana.
Menurut peneliti informasi pendidikan yaitu untuk mempermudah
siswa dalam pengambilan jurusan yang sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan yang di miliki individu tersebut tanpa adanya unsure paksaan
dalam menentukan ke jenjang pendidikan yang diinginkan individu tersebut.
2. Informasi Jabatan
Saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja sering
merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu
terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga
dalam penyesuian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan
pengembangan diri selanjutnya.
Informasi jabatan/pekerjaaan yang baik sekurang-kurangnya memuat hal-hal
sebagai berikut:
a. Struktur dan kelompok-kelompok jabatan/pekerjaan utama.
b. Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan.
c. Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan.
d. Cara-cara atau prosedur penerimaan.
e. Kondisi kerja.
f. Kesempatan-kesempatan untuk pengembangan karier.
g. Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan pekerjaan, seperti kesehatan,olah
raga dan rekreasi, kesempatan pendidikan bagi anak-anak, dan
sebagainya.
3. Informasi Sosial Budaya
Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial budaya
yang meliputi, macam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dan
kepercayaan, bahasa, potensi-potensi daerah dan kekhususannya masyarakat
atau daerah tertentu.
Menurut Prayitno & Erman A. (2004:261-268) pada dasarnya jenis
dan jumlah informasi tidak terbatas. Namun, khususnya dalam rangka
27
pelayanan dan konseling hanya akan dibicarakan tiga jenis informasi yaitu (a)
informasi pendidikan, (b) informasi pekerjaan, (c) informasi sosial budaya.
4. Informasi Pendidikan
Dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau
calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau
kesulitan.Diantara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a)
pemilihan program studi, (b) pemilihan sekolah fakultas dan jurusannya, (c)
penyesuaian diri dengan dengan program study, (d) penyesuian diri dengan
suasana belajar, dan (e) putus sekolah. Mereka membutuhkan adanya
keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan yang
bijaksana.
5. Informasi Jabatan
Saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja sering
merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu
terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga
dalam penyesuian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan
pengembangan diri selanjutnya.
Informasi jabatan/pekerjaaan yang baik sekurang-kurangnya memuat hal-hal
a.
b.
c.
d.
e.
f.
sebagai berikut:
Struktur dan kelompok-kelompok jabatan/pekerjaan utama.
Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan.
Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan.
Cara-cara atau prosedur penerimaan.
Kondisi kerja.
Kesempatan-kesempatan untuk pengembangan karier.
g. Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan pekerjaan, seperti kesehatan,
olah raga dan rekreasi, kesempatan pendidikan bagi anak-anak, dan
sebagainya.
6. Informasi Sosial Budaya
Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial budaya
yang meliputi, macam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dan
28
Materi
Tujuan
Agar siswa dapat memahami
orang tua
Faktor sistem
3
pendidikan di
sekolah
40 menit
kemandirian
Agar siswa dapat menyalurkan
2
Waktu
mandiri
Agar siswa mengetahui proses
40 menit
40 menit
Faktor sistem
kemandirian siswa
Selain faktor di atas, kehidupan
kehidupan di
masyarakat
40 menit
29
Chaplin
(dalam
Desmita,
2011:185),
otonomi
atau
Kartadinata
30
dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun berpikir
dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi
lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasaan diri
usahanya.
Menurut peneliti kemandirian adalah sikap yang memungkinkan
seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri
dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya
sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang bertanggung
jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai
pertimbangan sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemandirian atau otonomi
adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan
tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi
perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan.
2.3.2. Tingkatan Dan Karakteristik Kemandirian
Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian dalam
perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian
seseorang juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan
perkembangan kemandirian tersebut. Sunaryo Kartadinata (dalam Desmita,
2011:187) mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai
berikut:
1. Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.
Ciri-cirinya adalah
a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari
b.
c.
d.
e.
31
32
orang lain
Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial
Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
Toleran terhadap ambiguitas
Peduli akan pemenuhan diri
Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal
Responsif terhadap kemandirian orang lain
Sadar akan adanya ketergantungan dengan orang lain
Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan.
semata-mata
psikologis
merupakan
lainnya,
pembawaan
kemandirian
yang
melekat
juga
pada
33
interaksi
keluarganya
akan
dapat
mendorong
kelancaran
remaja.
Sebaliknya,
proses
pendidikan
yang
lebih
34
dan
penciptaan
kompetisi
positif
akan
memperlancar
Mohammad
A(2004:119)
sejumlah
intervensi
dapat
35
perhatian
dunia
pendidikan,
seperti
perkelahian
36
terhadap
lingkungannya.
Ketidakpedulian
terhadap
individu-individu
yang
mengarungi
kehidupan
masa
mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu,
perkembangan kemandirian peserta didik menuju ke arah kesempurnaan
menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius, sistematis dan
terprogram.
37
2.4.Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan rancangan penelitian yang telah di
analisis
oleh
peneliti.
Rancangan
dalam
kerangka
berpikir
ini
kerangka
berpikir
dari
penelitian
yang
akan
bahan
dari
narasumber
tertentu
(terutama
dari
pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya seharihari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat
serta
untuk
pertimbangan
dalam
pengambilan
keputusan.
Tujuan
38
Kelas VII-2
Eksperimen
Pretest
Kontrol
Pretest
Perlakuan (Layanan
bimbingan kelompok)
Konvensional (Layanan
informasi)
Posttest
Posttest
Analisis Data
Uji Hipotesis
39
merupakan
jawaban
sementara
untuk
mengetahui
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
3.2.
KELAS
SISWA
JUMLAH
41
LK
PR
X-1 IPS
15
17
32
X-2 IPS
13
19
32
X-3 IPS
12
19
31
X-4 IPS
15
17
32
X-5 IPS
14
16
30
X-6 IPS
14
18
32
83
106
189
Jumlah
dari
populasi.
Menurut
Suharsimi
(2010:174)
42
Sampel Penelitian
No
Kelas
1.
2.
X-2 IPS
X-4 IPS
Jumlah Siswa
Laki-Laki Perempuan
5
5
5
5
Total
Total
Keterangan
10 Siswa
10 Siswa
20 Siswa
Eksperimen
Kontrol
Tabel 3.3
Daftar Nama Siswa Kelas X-2 IPS SMA Negeri 5 Padangsidimpuan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis Kelamin
L
P
L
L
L
L
L
P
P
P
P
P
Tabel 3.4
Daftar Nama Siswa Kelas X-4 IPS SMA Negeri 5 Padangsidimpuan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3.3.
Metode Penelitian
Jenis Kelamin
L
P
L
L
L
L
L
P
P
P
P
P
43
Design
merupakan
pengembangan
dari
44
: Random
O1
O2
O3
O4
3.4.
45
yang
berhubungan
dengan
pengumpulan
data
mengenai
yaitu
kemampuan
suatu
instrumen
untuk
pada
kuesioner
terbebas
dari
penilaian
yang
46
mengukur
suatu
47
kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
1. Repeated measure atau pengukuran ulang : disini seseorang akan disodori
pertanyaan yang sama dalam waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat
apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
2. One shot atau pengukuran sekali saja :disini pengukurannya hanya sekali
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antara jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha>0,60 .
Tabel 3.5
Kisi-kisi Meningkatkan Kemandirian Siswa
Variabel
Kisi-Kisi
Angket
Indikator
- Faktor pola
asuh orang
tua
1
2
1
2
Item
+
Sifat kemandirian 1, 3,
Orangtua yang
6, 7
memiliki sifat
kemandirian
tinggi, akan
menurun kepada
anaknya
2, 4, 5
10,
8, 9,
12,
11,
13,
14,
16, 17
15,
Jlh
7
10
48
- Faktor sistem 1
pendidikan
di sekolah
- Faktor sistem 1
kehidupan
di
masyarakat
Total
Sistem
pendidikan yang
tidak
mengembangkan
demokratisasi
Proses
pendidikan yang
lebih
menekankan
pentingnya sangsi
Proses
pendidikan yang
menekankan
penghargaan
20,
18,
21,
19,
22,
25, 26
Lingkungan
masyarakat yang
aman, dan
menghargai
ekspresi potensi
remaja dalam
berbagai kegiatan
Memberikan
kebebasan untuk
mengeksplorasi
lingkungan,
mendorong rasa
ingin tahu
mereka
28,
27,
30,
29,
32, 34
31,
23,
24,
33, 35
35
item
35
49
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
3.5.
+ (Favourabel)
5
4
3
2
1
(Unfourabel)
1
2
3
4
5
Interval
80-100
70-79
60-69
Interpretasi
Sangat Baik
Baik
Cukup
50
4
5
50-59
0-49
Kurang
Gagal
Dalam penelitian ini, setelah data dari nilai test awal (pretest) dari
kelas eksperimen dan kontrol telah terkumpul. Proses pengolahan data ini
menggunakan program komputer SPSS versi 20. Data dalam bentuk angkaangka akan dianalisis menggunakan metode statistik. Dengan tahap-tahap
berikut :
1. Analisis univariat dilakukan untuk mengolah data satu variabel (tidak
dikaitkan dengan variabel lain) untuk mendapatkan nilai-nilai pemusatan,
seperti rata-rata, modus dan median. Lalu nilai-nilai penyebaran, seperti
standar deviasi dan nilai-nilai perbedaan karakteristik tertentu pada variabel
tersebut.
2. Analisis bivariat atau multivariate yang mengolah data lebih dari satu
variabel
yang
berhubungan.
Setelah
fungsi
matematika
dengan
prediksi
variabel
dependen
berdasarkan
variabel-variabel
independennya.
3.6.
Pengujian Hipotesis
Untuk
melakukan
pengujian
terhadap
hipotesis
yang
sudah
51