Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Vena oftalmika superior dan inferior melakukan drainase ke dalam CS. Adanya fistula
mengakibatkan terjadi jalur abnormal resistensi rendah antara sistem karotis yang
bertekanan kuat dengan sistem vena yang bertekanan rendah. Berdasarkan lokasi anatomi,
fistula digolongkan :
Intracerebral Hemorrhage (ICH) akibat direct dan indirect fistulas yang berhubungan
dengan drainase vena retrograde kortikal. ICH akibat direct CCF sering memiliki
prognosis buruk dengan resiko perdarahan ulang yang tinggi dalam jangka waktu
pendek.
Apabila peningkatan aliran darah tidak dapat diakomodasi melalui vena basilaris dan
sistem petrosus, peningkatan tekanan di dalam CS akan dikurangi melalui vena oftalmika
superior dan vena oftalmika inferior. Hal ini menyebabkan kongesti vena orbita, proptosis
(72%), pembengkakan kelopak mata, ulserasi kornea, eksoptalmus yang berdenyut,
khemosis (55%), glaukoma sekunder, CN VI palsy (49%), komplit oftalmoplegi (24%) dan
gangguan visus (18%). Pada pemeriksaan juga didapatkan bising orbita (80%) yang bisa
didengarkan dengan stetoskop, hal ini terjadi akibat konduksi tulang dari drainase posterior.
Fistula dengan kaliber yang besar dapat menyebabkan manifestasi klinis yang akut.
Kompresi mekanik, keterbatasan gerakan sekunder vena dalam orbita atau hipoperfusi
retina dan optik serta neuropati iskemik CN III, IV, V dan VI dapat terjadi akibat adanya
pencurian arterial. Gejala lain yang dapat menyertai antara lain nyeri retroorbita, nyeri pada
mata, nyeri kepala, peningkatan tekanan intraokuler dan juga dapat terjadi epistaksis
sebagai akibat dari perdarahan pada sinus sphenoid.
Klasifikasi
CCF dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, gambaran aliran angiografi, anatomi
serta angiografi-anatomi menurut Barrow :
Menurut etiologi atau mekanisme terjadinya CCF dibagi menjadi traumatik, spontan
atau iatrogenik. Iatrogenik dalam hal ini antara lain disebabkan oleh prosedur operasi
antara lain pembedahan transsphenoidal.
Menurut gambaran aliran angiografi CCF dibagi menjadi aliran tinggi (high flow) atau
aliran rendah (low flow).
Menurut anatomi atau morfologinya CCF dibagi menjadi langsung (direct fistula) dan
tidak langsung (indirect fistula), sering dipakai oleh klinisi karena mudah dikelompokan.
Klasifikasi yang umum digunakan adalah klasifikasi angiografi-anatomi menurut Barrow
et al. yang dibagi menjadi 4 tipe :
Tipe A : fistula langsung dengan aliran tinggi yang berasal dari robekan antara ICA dan
CS ; biasanya dikarenakan trauma (A1) atau karena ruptur aneurisma (A2).
Tipe B : pintas dura antara cabang meningeal ICA dan CS ; spontan.
Tipe C : pintas dura antara kedua cabang meningeal ECA dan ICA dan CS ; spontan.
Tipe D : pintas dura antara cabang meningeal ECA dan CS ; spontan.
fistula atau indirect fistula. Pada indirect fistula dapat dilihat perubahan-perubahan pada
orbita seperti proptosis, dilatasi vena oftalmik, pembesaran CS dan penebalan intrinsik otototot ekstraokuler. Sedangkan direct fistula sulit ditentukan lokasi dan ukuran tract dari
fistulanya karena high flow. CCF dapat diduga apabila pada CT scan didapatkan dilatasi CS,
dilatasi vena oftalmika superior atau tampak adanya pelebaran vena lainnya. MRI dapat
menunjukkan penyebab eksternal cedera pada nervus kranial dan sangat akurat dalam
menilai ICH dan iskemia.
Angiografi merupakan gold standard dalam menegakkan diagnosis CCF. Manuver
Heuber dapat membantu mengidentifikasi perluasan fistula ke bagian atas dan dapat
menunjukkan fistula traumatik lubang ganda dan diseksi arteri komplit, yaitu dengan
melakukan injeksi arteri vertebralis ipsilateral dengan kompresi ICA ipsilateral lesi. Akan
tampak pengisian siphon retrograd pada CS sehingga lokasi fistula akan lebih tampak.
Manuver Mehringer-Hieshima juga dapat membantu evaluasi fistula yaitu dengan injeksi
kontras sebanyak 2-3 ml/s ke dalam ICA intrakavernosus disertai dengan kompresi manual
ICA ipsilateral yang lebih proksimal pada leher.
Pada pasien dengan kolagenopati yaitu sindrom Ehlers Danlos IV, angiografi invasif
sebaiknya dihindari karena adanya kerapuhan dari dinding vaskular. Prosedur ini justru akan
mendatangkan bahaya pada keadaan tersebut, sehingga pencitraan Dopler dan MRA
merupakan pemeriksaan pilihan pada keadaan tersebut.
Direct Fistula
Direct fistula dapat diakibatkan oleh trauma, iatrogenik dan spontan. 80-90%
disebabkan oleh trauma. Pada umumnya fistula traumatik bersifat langsung dan beraliran
tinggi. Beberapa penyebab terjadinya CCF traumatik antara lain kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh, kecelakaan olahraga, luka tembak pada kepala, trauma tusuk pada kepala.
Penelitian Bhatti menunjukkan CCF traumatik paling banyak didapatkan pada kaum pria
dengan rerata umur 35,6 tahun dan onset gejala muncul setelah 23 minggu setelah trauma.
Iatrogenik disebabkan oleh prosedur transsphenoid atau operasi lainnya, sedangkan
spontan disebabkan oleh pecahnya aneurisma intracavernous atau defek jaringan
penunjang yang congenital seperti Ehler Danlos Syndrom tipe IV.
Indirect Fistula
Fistula ini terjadi akibat hubungan abnormal antara cabang ICA atau ECA (atau
keduanya) dengan CS, yang termasuk fistula ini adalah dural CCF atau dural arteriovenous
fistulas. Sering mengenai wanita usia dekade 6-7. Fistula yang tidak langsung dan beraliran
rendah biasanya berhubungan dengan aterosklerosis, hipertensi arterial, diabetes melitus
dan penyakit kolagen. Pada fistula yang bertekanan rendah dan beraliran rendah,
Pada umumnya CCF dapat dioklusi dengan detachable balloon yang dimasukkan
melalui rute arterial sehingga mempertahankan patensi ICA. Balon yang berbahan lateks
atau silikon dimasukkan melalui mikrokateter menuju CS melalui pendekatan perkutaneus
pada arteri femoralis. Pintas yang bersifat high flow akan membawa balon ke lokasi fistula
dimana balon akan dikembangkan kemudian dilepaskan sehingga terjadi oklusi fistula.
Komplikasi yang jarang terjadi pada tindakan embolisasi menggunakan detachable balloon
antara lain : peningkatan stasis vena, kongesti orbita, iskemia serebral, infark serebral dan
kerusakan neurologis permanen.
Apabila pendekatan transarterial tidak berhasil, dapat dilakukan pendekatan
transvenosus dengan menggunakan coil. Jalur vena dicapai melalui vena femoralis dimana
mikrokateter dimasukkan kemudian diarahkan ke CS, kemudian coil dimasukkan untuk
mencapai oklusi vena. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati karena coil tidak boleh
masuk kedalam lumen ICA. Apabila drainase vena terutama melalui sistem vena oftalmika,
terkadang memungkinkan untuk melakukan pembedahan langsung dengan pendekatan
melalui vena oftalmika superior dalam kateterisasi CS untuk penempatan coil secara
transvenosus. Namun teknik ini sangat berbahaya pada vena oftalmika yang berdilatasi dan
cenderung rapuh sehingga risiko perdarahan orbita lebih besar. Teknik ini digunakan untuk
fistula yang bersifat kronis.
Pada penyakit kolagenopati, karena kerapuhan dinding pembuluh darah, embolisasi
endovaskular tidak dianjurkan karena tingginya risiko terjadi diseksi atau ruptur ICA dan
risiko perdarahan pasca prosedur. Intervensi dapat berupa ligasi sederhana pada pembuluh
darah.
Radiosurgery
Radiosurgery merupakan pengobatan yang efektif pada indirect CCF yang low flow.
Hal yang tidak diinginkan dari radiosurgery ini adalah waktu yang lama untuk mengurangi
gejala dan berpotensi untuk ICH. Pollock dkk merekomendasikan pemakaian Gamma Knife
radiosurgery diikuti dengan embolisasi, hal ini akan memperkuat penutupan nidus fistula.
Dosis yang digunakan terbatas, yaitu < 10 Gy. Dengan kombinasi teknik ini dilaporkan
kemosis dan proptosis membaik sekitar 94%, resolusi gangguan visus 88% dan perbaikan
diplopia 77%. Berdasarkan follow up dengan angiografi, sekitar 80-91% pasien indirect CCF
dengan kombinasi radiosurgery-embolisasi mengalami obliterasi komplit.
Daftar Pustaka :
1. Lanzino, G. Meyer, FB. Youmans Neurological Surgery, H. Richard Winn, 6 th Ed. Elsevier Saunders : 4101-4113.