Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada bidang pendidikan Indonesia yang banyak ada masalah yang
besar yang sering diperbincangkan yaitu rendahnya mutu pendidikan yang
ada yang nampak dari rendahnya rata-rata prestasi belajar para siswa.
Masalah lainnya adalah pembelajaran masih didominasi oleh guru
(teacher centered). Pendidikan yang seperti itu kurang memberikan
kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk
mengembangkan

kemampuannya

yang

mana

kurang

memperhatikan

ketuntasan belajar secara individual.


Umumnya masih banyak satuan pendidikan yang belum menerapkan
pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara
tuntas. Sehingga dampaknya adalah banyak peserta didik yang tidak
menguasai materi pembelajaran meski telah lulus dari sekolah. Maka dari itu
tidak heran jika mutu pendidikan yang ada masih rendah.
Inti persoalan yang terjadi adalah pada masalah ketuntasan belajar
yaitu pada taraf pencapaian tiap individu dalam penguasaan minimal yang
ditetapkan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting,
sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama mereka yang
mengalami kesulitan belajar. Sehingga diperlukan sebuah solusi agar
terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada
peran aktif peserta didik,.
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu solusi yang dapat
digunakan dalam masalah diatas yang mana pendekatan ini bertujuan untuk
memotivasi peserta didik mencapai penguasaan terhadap kompetensi tertentu.
Dengan menempatkan pembelajaran tuntas sebagai salah satu prinsip utama
dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran, berarti pembelajaran tuntas
merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang
memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang

bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan. Sehingga tercapai


pembelajaran yang kita inginkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah yang dapat
dibuat adalah sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran tuntas?
b. Apa saja ciri-ciri pembelajaran tuntas ?
c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran tuntas ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran tuntas
b. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran tuntas
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran tuntas

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Tuntas
Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian
besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas.
Pendekatan ini diharapkan dapat mempertinggi nilai rata-rata siswa dengan
memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai dan memberikan
perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran tuntas adalah pola
pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual agar
kegagalan peserta didik dalam belajar dapat dikurangi. Strategi belajar tuntas
menganut pendekatan klasikal tetapi sangat memperhatikan individual.
Dalam proses pembelajaran, meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada
sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi tetap mengakui dan melayani
perbedaan individual peserta didik dengan sebaik baiknya. Dengan demikian
penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar
tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap
perbedaan individual masing-masing peserta didik. Untuk merealisasikan
pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu, pembelajaran juga
dapat

menggunakan

strategi

pembelajaran

yang

berasaskan

maju

berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan sistem yang


merupakan salah satu prinsip dasar dalam pembelajaran harus benar-benar
dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar kompetensi dan
kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran dipecahpecah ke dalam satuan-satuan (unit). Peserta didik belajar selangkah demi
selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya setelah
menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria
tertentu. Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan
pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran
berikutnya jika peserta didik (individu) yang bersangkutan telah menguasai

sekurang-kurangnya 75% dari kompetensi dasar yang ditetapkan atau sesuai


dengan standar yang disepakati.
2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Tuntas
Ciri-ciri pembelajaran tuntas dengan menggunakan prinsip belajar tuntas
antara lain adalah
1)Pengajajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditentukan terlebih dahulu.
Tujuan dari strategi belajar mengajar yang digunakan adalah agar
seluruh atau hampir seluruh siswa dapat mencapai tigkat penguasaan
yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditentukan. Jadi setiap hal
yang berkaitan untuk mengatur keberhasilan siswa haruslah berhubungan
dengan tujuan-tujuan pendidikan yang akan di capai.
2)Memperhatikan perbedaan individu
Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan pada saat siswa
menerima stimulus dari luar maupun dalam dirinya serta pada laju
belajarnya. Dalam hal ini sebagai guru kita harus memperhatikan
kepekaan siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung dengan metode
tertentu. Jika metode yang digunakan hanya satu saja atau hanya dengan
satu media saja maka hasil yang didapatkan tidak akan sesuai dengan
harapan. Sehingga diperlukan proses belajar dengan menggunakan
banyak metode daan banyak media untuk menambah pemahaman
masing-masing siswa, sehingga tidak ada yang tidak memahami
pembelajaran yang diberikan.
3)Evaluasi dilakukan secara kontinu dan di dasarkan atas kriteria
Evaluasi dilakukan secara kontibu ini diperlukan agar guru dapat
menerima umpan balik yang cepat, sering dan sitematis. Jadi evaluasi
dilakukan pada awal, selama, dan pada akhir proses belajar mengajar
berlangsung. Evaluasi berdasarkan kriteria mengenal 2 macam bentuk
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
Michael Scriven berhasil membedakan kedua macam bentuk
evaluasi ini. Tes keberhasilan yang diberikan pada akhir unit-unit
pelajaran dimasukkan kedalam kategori sumatif. Tes sumatif ini

dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan total terhadap suatu


pelajaran yang diberikan.
Tes formatif adalah tes yang digunakan selama siswa mempelajari
bahan pelajaran untuk menguasai tujuan instruksional yang telah
ditentukan. Menutut Michael Scriven , evaluasi formatif memiliki 2
tujuan pokok, yaitu 1) untuk menemukan sampai seberapa jauh siswa
telah mempelajari bahan pelajaran ; 2) untuk melakukan penilaian cara
mengajar yang direncanakan dan diterapkan itu telah cukup baik atau
masih memerlukan perbaikan.
4)Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan
Program perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat
dari penggunaan evaluasi yang kontinu dan berdasarkan kriteria serta
pandangan terhadap perbedaan kecepatan proses pembelajaran siswa dan
administrasi sekolah. Program perbaikan ditujukan kepada mereka yang
belum menguasai tujuan instruksional tertentu, sedangkan program
pengayaan diberikan kepada mereka yang telah menguasai unit pelajaran
yang diberikan.
5)Menggunakan prinsip siswa belajar aktif
Prinsip siswa belajar aktif memungkinkan siswa medapat
pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegatan yang dilakukan sendiri. Cara
belajar mengajar yang demikian mendorong siswa untuk bertanya bila
mengalami kesulitan, mendorong siswa untuk mencari buku0buku atau
sumber-sumber lain untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya. Selain itu prinsip siswa belajar aktif dapat mengembangkan
keterampilan kognitif, keterampilan manual kreativitas dan logika
berfikir.
6)Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
Cara belajar mengajar dengan mrnggunakan prinsip belajar tuntas
menuntut pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil.
Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat
diperlukan guna memperoleh umpan balik secepat mungkin. Dengan
demikian gutu dapat melakukakn usaha perbaikan sedini mungkin.
Unit-unit yang kecil tersebut haruslah disusun secara berurutan dari
yang mudah sampai ke yang sukar. Dengan kata lain unit yang medahului
merupakan pra-syarat bagi unit selanjutnya. Penyusunan semacam ini

akan mengurangi frekuensi pemberian test pra-syarat. Secara ideal


apabila dalam materi pelajaran terdapat dalam unit-unit pelajaran dapat
disusun secara berurutan maka test pra-syarat hanyalah diberikan pada
setiap permulaan semester.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Tuntas
Hampir semua siswa sanggup untuk menguasai bahan pelajaran yang di
tambahkan

syarat-syarat

tertentu

dengan

sepenuhnya.

Hal

tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu


1) Bakat untuk mempelajari sesuatu
John Carrol mengemukakan ppendirian yang radikal. Ia mengakui
adanya perbedaan bakat, akan tetapi ia memandang bakat sebagai
perbedaan waktu yang diperlukan untuk menguasai sesuatu. Jadi
perbedaan bakat tidak menentukan tingkat penguasaan atau jenis
bahan yang dipeajari. Jadi setiap orang dapat mempelajari bidang
studi apa pun hingga batas tertinggi asalan diberikan waktu yang
cukup di samping syarat-syarat lainnya. Ada kemungkinan seorang
siswa dapat menguasai matematika dalam waktu satu semester
sedangkan ada juga yang menguasainya dalam beberapa tahun.
Persoalan yang muncul dari hal tersebut adalah apakah seseorang
merelakan waktunya yang lama untuk mecapai tingkat penguasaan
tertentu. Maka dari itu diperlukan cara untuk mempersingkat waktu
untuk mencapai tingkat penguasaan tertentu.
2) Mutu pengajaran
Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara kelompok, akan
tetapi secara individual, menurut caranya masing-masing sekalipun ia
berada dalam kelompok. Cara belajar orang berbeda-beda untuk
menguasai

bahan-bahan

tertentu.

Itu

sebabnya

setiap

anak

memerlukan bantuan individual. Tidak ada satu metode yang tepat


digunakan untuk semua anak. Tiap anak memerlukan metode
tersendiri yang sesuai dengan dirinya. Maka dari itu di perlukan usaha
dalam mencari langkah-langkah , metode mengajar, alat pelajaran,
sumber pelajaran yang tepat agar setiap anak dapat belajar dengan
optimal di tengah perbedaan individual mereka masing-masing.

3) Kesanggupan untuk memahami pengajaran


Kemampuan murid untuk menguasai suatu bidang studi bergantung
pada kemampuannya untuk memahami ucapan guru. Maka dari itu
guru haruslah dapat menyampaikan buah pikirannya dengan jelas agar
mudah dipahami oleh siswanya. Selain menggunakan bahasa verbal
guru juga dapat menggunakan alat peraga lainnya seperti alat audio
visual, film, model dan lain-lainnya guna memberikan konsep pada
anak agar dapat lebih mudah memahaminya, namun penggunaan alat
pada tiap sekolah sangatlah minimal,

guru cenderung mengajar

dengan menggunakan bahasa verbal, sehingga bahasa merupakan


pelajaran yang penting yang harus dikuasai siswa.
4) Ketekunan
Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid
untuk belajar mempelajari sesuatu memerluakn julah waktu tertentu.
Juka anak diberikan waktu yang kurang dari yang ia perlukan
seharusnya, maka ia tidak dapat menguasai bahan tersebut
sepenuhnya. Ketekunan belajar berkaitan dengan

sikap dan minat

siswa dalam pelajaran. Pada suatu pelajaran ada hal yang tidak
menarik minatnya, ia akan mengesampingkan pelajaran itu karena ia
menemui kesuitan di dalamnya. Maka dari itu diperlukan suatu hal
yang memotvasinya, seperti keberhasilan dalam mengerjakan tugastugas yang diberikan sehingga mereka mendapat suatu kepuasan atas
kemampuannya dan makin besar ula ketekunan

yang tercipta di

dirinya.
5) Waktu yang tersedia untuk belajar
Dalam sistem pendidikan kita kurikulum dibagi dalam bahan yang
harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Dalam hal ini bahan ajar
yang sama dikuasai oleh semua siswa dengan jangka waktu yang
sama. Waktu yang sama tersebut tidak sesuai bagi setiap siswa karena
adanya perbedaan antar individu. Pendirian mereka yang menganut
mastery learning ialah bahwa faktor waktu sangat esensial untuk
menguasai bahan pelajaran tertentu sepenuhnya. Dengan mengizinkan

waktu secukupnya setiap murid dapat menguasai bahan pelajaran. Jika


waktunya sama bagi setiap murid, maka tingkat penguasaan
ditentukan oleh bakat murid. Anak yang berbakat lebih cepat
menangkap isi pelajaran. Anal yang tidak begitu tinggi bakatnya juga
mampu menguasai bahan sal diberikan waktu yang lebih banyak
kepadanya. Perlu adanya pemantauan sampai manakah dapat
dipertinggi efisiensi belajar siswa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran
berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
mempersyaratkan

peserta didik menguasai secara tuntas seluruh

standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.


Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik/
preskriptif. Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan
kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan
memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual
peserta didik, sehingga potensi masing-masing peserta didik
berkembang secara optimal.
2) Ciri-ciri pembelajaran tuntas dengan menggunakan prinsip belajar
tuntas antara lain adalah
a) Pengajajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditentukan terlebih dahulu
b) Memperhatikan perbedaan individu
c) Evaluasi dilakukan secara kontinu dan di dasarkan atas kriteria
d) Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan
e) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif
f) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran tuntas adalah
a) Bakat untuk mempelajari sesuatu
b) Mutu pengajaran
c) Kesanggupan untuk memahami pengajaran
d) Ketekunan
e) Waktu yang tersedia untuk belajar
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
tentang teori belajar tuntas (mastery learning) dengan baik sehingga dapat
diterapkan dalam pembelajaran ataupun hal-hal lainnya.

DAFTAR RUJUKAN
Aunurrahman,2011, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta
Kunandar , 2007, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP,) Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai