Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelas : 2 A
Kelompok : 3 ( Tiga )
DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ali Fatihudin
Arnia Ningsih
Dwi Kartikasari
Ely Noviyanti
Haris Muaziz
Khairur Risqon. D
Slamet Pambudi
Tri Yuli Khoirina
Wahyuningsih
Yeni Fita K
(11.1446.P)
(11.1454.P)
(11.1464.P)
(11.1469.P)
(11.1484.P)
(11.1494.P)
(11.1540.P)
(11.1548.P)
(11.1551.P)
(11.1557.P)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di
klinik di seluruh dunia,disamping sebagai masalah kesehatan utama
masyarakat, terutama di negara berkembang. Kelainan ini merupakan penyebab
debilitas kronik (chronic debility) yang mempunyai dampak besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Oleh karena
frekuensinya yang demikian sering, anemia, terutama anemia ringan sering kali
tidak mendapat perhatian dan dilewati oleh para dokter di praktik klinik.
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity),
tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease).
Oleh kerena itu dalam diagnosis anemia tidak lah cukup hanya sampai kepada
label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan
anemia tersebut. Hal ini penting karena sering kali penyakit dasar tersebut
tersembunyi, sehingga apabila hal ini dapat diungkap akan menuntun para
klinisi kearah penyakit berbahaya yang tersembunyi. Penentuan penyakit dasar
juga penting dalam pengelolaan kasus anemia, karena tanpa mengetahui
penyebab yang mendasari anemia tidak dapat diberikan terapi yang tuntas pada
kasus anemia tersebut.
(Sudoyo Aru W, dkk : 2009, hal:1109).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan anemia.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar Hb dan atau hitung
eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb <
14 g/dl dan Ht < 41% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht 37% pada wanita.
(Mansjoer Arif, dkk :2001 hal: 547).
Anemia adalah sindroma klinis yang di tandai oleh adanya penurunan
hematokrit, hemoglobin dan jumlah eritrosit dalam darah.
(Tjokroprawiro Askandar,dkk :2007 hal: 139).
B. Etiologi
1. Produksi eritrosit yang berkurang.
2. Pemecahan eritrosit terlalu cepat (hemolisis).
3. Kehilangan darah yang jauh lebih banyak daripada kemampuan produksi
1.
2.
3.
4.
5.
sumsum tulang.
( Sibuea W.Herdin, dkk :2005 hal: 67)
Penyebab lain dari Anemia defisiensi adalah:
Diet yang tidak mencukupi
Absorpsi yang menurun
Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
Hemoglobinurea
Perdarahan pada saluran cerna,menstruasi dan donor darah
(Mansjoer Arif, dkk :2001 hal:547)
C. Patofisiologi
anemia timbul apabila pemecahan atau pengeluaran eritrosit lebih besar
daripada pembentukan atau pembentukannya sendiri yang menurun. Oleh
karenanya anemia dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Perdarahan
Pada penderita yang mengalami perdarahan baik yang akut ataupun yang
kronis walaupun pembentukan eritrosit dalam batas normal, namun oleh
karena pengeluaran eritrosit berlebihan, maka jumlah eritrosit yang
beredar dalam sirkulasipun menjadi berkurang, dan terjadi anemia.
2. Pemecahan eritrosit yang berlebihan
Anemia dalam golongan ini lebih dikenal sebagai anemia hemolotik.
Berbagai macam keadaan yang dapat menjadi penyebab anemia hemolitik
adalah sebagai berikut :
eritrosit,
kekurangan
enzim
pembentukan
dan paru paru. Darah dengan konsentrasi Hb yang rendah harus beredar
dalam sirkulasi lebih sering dari biasanya.
Bila kadar Hb 15 gr/% maka pada keadaan istirahat curah jantung
51/menit sudah cukup. Jika kadar Hb turun menjadi 5 gr %, curah jantung
yang di butuhkan adalah 15 1/menit untuk mencukupi kebutuhan oksigen
yang sama untuk jaringan.orang yang tidak terlatih dapat meninggikan curah
jantung sampai 12 13 1/menit. Jika dibutuhkan curah jantung yang lebih
tinggi maka jantung akan mengalami kegagalan ( Sibuea W.Herdin, dkk :
2005 hal: 67-68)
E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat anemia diantaranya adalah :
Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, parestesia, dan kejang.
Pada setiap tingkat anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung lebih
besar kemungkinannya mengalami angina atau gejala gagal jantung kongestif
dari pada seseorang yang tidak mempunyai penyakit jantung (Brunner &
suddarth, 2001, hal: 937).
F. Pathways
G. Pengkajian
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang diagnostik pokok dalam
diagnosis anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari:
1. Pemeriksaan penyaring (screening test)
Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat
dipastikan adanya anemia tersebut, yang sangat berguna untuk pengarahan
diagnostik lebih lanjut.
2. Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hingga
retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatik
hematologi analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik.
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi yang sangat berharga
mengenai keadaan sistem hemetopoesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk
diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum
tulang mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia
megaloblastik, serta pada kelainan hematologik yang dapat mensupresi
sistem eritroid.
4. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi kusus, misalnya pada:
a. Anemia defisiensi besi: serum iron. TIBC (total iron binding capacity)
saturasi transferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor
transferin dan pengecatan besi pada sumsum tulang (perls stain).
b. Anemia megaloblastik: folat serum vitamin B12 serum, tes supresi
deoksiuridin dan tes Schiling.
c. Anemia hemolitik: bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis
hemoglobin dan lain lain.
d. Anemia aplastik: biopsi sumsum tulang.
(Aru W. Sudoyo, 2009, hal: 1111).
H. Diagnosa
1. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kerusakan transport
oksigen sekunder terhadap penurunan jumlah sel darah merah
Intervensi keperawatan
Promosi istirahat dan aktivitas. Pasien didorong untuk menjaga
kekuatan dan energi fisik dan emosional. Dianjurkan istirahat yang sering,
dan dukungan kelurga diperlukan untuk menjaga suasana istirahat. Jadwal
teratur mengenai istirahat dan tidur wajib untuk mempertahankan kekuatan
dan toleransi terhadap aktivitas. Dianjurkan untuk tetap bergerak dan aktif
sejauh yang dapat ditoleransi. Begitu anemia ditangani dan nilai nilai darah
kembali ke normal, pasien harus didorong untuk kembali ke aktivitas normal
secara bertahap. Aktivitas yang ternyata menyebabkan kelemahan harus
ditunda sampai ketahanan telah pulih kembali. Latihan penyasuaian dapat
digunakan untuk meningkatkan ketahanan. Peringatan keamanan ditewrapkan
untuk mencegah supaya jangan sampai jatuh akibat gangguan koordinasi,
parestesia, dan kelemahan.
Menjaga nutrisi yang adekuat. Kekurangan asupan nutrisi esensial,
seperti besi dan asam folat, dapat mengakibatkan anemia tertentu. Gejala
sehubungan dengan anemia, seperti kelemahan dan anoreksia, pada gilirannya
juga akan mempengaruhi nutrisi. Diet yang seimbang dengan makanan tinggi
protein tinggi kalori, buah buahan, dan sayuran sangat dianjurkan. Alkohol
akan mempengaruhi penggunaan nutrisi esensial,jadi pasien harus dilarang
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus :
Putri (17th) di rawat di rumah sakit dengan anemia, hasil pengkajian perawat di
dapatkan data TD 100/60 mmHg, nadi 70x/menit, RR 15x/menit, akral dingin.
Pasien tampak pucat, mengeluh pusing, lemas, sesak nafas, menurut keluarganya
putri sejak kecil tdak menyukai sayur dan daging. Hasil pemeriksaan laboratorium
Hb 6gr%.
1. Istilah
a. Akral dingin : ujung jari baik kaki/tangan yg dingin. Pada pemeriksaan
akral, Sangat berguna utk mengetahui apakah orang itu ada dalam kondisi
syok atau tidak.
(Naswantari, Dyah. 1998).
2. Permasalahan
Permasalahan utama Ketidakefektifan perfusi jaringan.
3. Pengelompokan Data
DS : mengeluh pusing, lemas, sesak nafas, menurut keluarganya putri sejak
kecil tidak menyukai sayur dan daging.
DO: TD 100/60 mmHg, Nadi 70 x/menit, RR 15 x/menit, akral dingin, pasien
tampak pucat. Hasil pemeriksaan Lab. Hb 6 gr%
4. Analisa Data
No
DATA
PENYEBAB
MASALAH
Penurunan
Ketidakefektifan
konsentrasi
perfusi jaringan
hemoglobin dalam
darah
DS : Klien mengeluh
Menurunnya
Resiko terjadi
pusing,lemas,sesak nafas,menurut
Perfusi Jaringan
syok
Hb 6 gr
TD : 100/60 mmHg
RR : 15x/menit
Akral dingin
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dalam darah,yang ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh pusing,lemas,sesak nafas,menurut keluarganya Putri
sejak kecil tidak menyukai sayur dan daging.
DO : Hb 6 gr
TD : 100/60 mmHg
RR : 15x/menit
Akral dingin
2. Resiko terjadi syok berhubungan dengan Menurunnya Perfusi Jaringan.
yang ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh pusing,lemas,sesak nafas,menurut keluarganya Putri
sejak kecil tdak menyukai sayur dan daging.
DO :
Hb 6 gr
TD : 100/60 mmHg
RR : 15x/menit
Akral dingin
Intervensi
dan haluaran
2. Pantau pembedaan ketajaman atau
berkurang,sesak nafas
berkurang,menurut
kulit
5. Berikan obat anti trombosit atau anti
koagulan jika diperlukan
TD : 100/60 mmHg
RR : 15x/menit
(Wilkison, M Judith dan Nancy R. Ahern, 2012 ed.9, halaman: 823-824)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia merupakan kelainan yang sering dijumpai. Untuk penelitian
lapangan umumnya dipakai kriteria anemia menurut WHO, sedangkan untuk
keperluan klinis dipakai kriteria Hb <10 g/dl atau hematokrit <30%. Anemia
dapat dikalasifikasikan menurut etiopatogenesisnya ataupun berdasrakan
morfologi eritrosit. Gabungan kedua klasifikasi ini sangat bermanfaat untuk
diagnosis. Dalam pemeriksaan anemia diperlukan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan
laboratorik
yang
terdiri
dari:
pemeriksaan
penyaring,
DAFTAR PUSTAKA
Naswantari, Dyah. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland.Ed. 25. Jakarta:EGC
Sibuea, W Herdin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudoyono W Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing.
Tjokroprawiro, Askandar,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Airlangga University Press.
Wilkison, M Judith dan Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan edisi 9. Jakarta: EGC.