Disusun Oleh :
Muhammad Agung Wicaksono 2008730092
BAB I
KASUS
IDENTITAS
Nama
: Tn. Juhri
TTL
: Cirebon 21 - 06 - 1970
Usia
: 42 tahun
: Menikah
Alamat
: Jln. H. Oyar RT/RW : 04/02 no. 58, Pegangsaan II Kelapa Gading Jkt-Utara
Pekerjaan
: Buruh Pabrik
Agama
: Islam
Tgl MRS
: 16 - 05 - 2013
ANAMNESA (Autoanamnesa)
Keluhan Utama
Nyeri perut dibagian bawah, diatas perindikan menjalar kepinggang kiri sejak 1 hari
yang lalu SMRS.
Keluhan Tambahan
Perut terasa kembung, mual-muntah, nafsu makan menurun, demam.
Riwayat Penyakit Sekarang
Os SMRS mengeluh mengalami nyeri perut bagian bawah diatas perindikan dan
menjalar kepinggang sebelah kiri sejak 1hari yang lalu, nyeri terus-menerus, Os merasakan
perut kembung, BAK lancar tapi terasa nyeri, Os berkeringat dingin dan pucat hingga
kebiruan saat nyeri dirasakan, Demam terasa setelah nyeri dirasakan.
Mengeluh pernah mengalami hal yang saam saat akhir bulan puasa 2012
Riwayat kencing batu sebesar kacang ijo, batu keluar setelah minum batugin
Mengaku pernah dirawat karena penyempitan saraf saat bulan puasa tahun 2012,
sembuh setalah melakukan pengobatan alternatif
Riwayat DM (-)
Riwayat Pengobatan
Os meminum obat batugin untuk kencing batunya, dan menjalani pengobatan
alternatif, sembuh
Riwayat psikososial
Gemar meminum kopi susu juga makan singkong, dan makan sambel
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah
: 120/90 mmHg
Suhu
: 36,5 'c
Nadi
: 90 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
Hidung
Leher
Thorax
Pulmo
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ginjal
Ekstremitas
Ekstr. Atas
Ekstr. Bawah : Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)
RESUME
Os laki-laki 42th, nyeri perut bawah bagian quadran 8, terus-menerus menjalar
kearah pinggang kiri sejak 1 hari SMRS, perut terasa kembung, mual-muntah, nyeri saat
BAK, nyeri colic sampai ketingat dingin, demam dan pucat, diRs Os terpasang kateter tetapi
tidak dapat BAK dan Os tidak bisa BAB, BAK berwarna merah kecolatan, muntah 10x 1 hari
berwarna putih kekuningan, setelah kateter dilepas saat BAK keluar batu kristal warna
merah sebesar biji kacang hijau, Os pernah mengalami hal serupa pada akhir bulan puasa
tahun 2012 lalu, Os merokok 2 bungkus 1 hari, suka minum kopi susu, jamu, dan makan
singkong, Os seering menahan BAK, nyeri tekan dalam saat palpasi di bagian quadran 8.
DIAGNOSA KERJA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batu Saluran Kemih
Definisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari
pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang
berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersama
dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan
uretra) dapat menghambat buang air kecil.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah kemaluan dan paha
sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon ureter terhadap batu tersebut,
dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.
Sistem Kemih
Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan
darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di
pergunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak di pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urine (air kemih). Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas
(sepasang ginjal dan ureter), dan saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra)
Gambar sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar
berikut:
Ginjal
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal.Ginjal merupakan organ yang
berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya
sekitar 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Ginjal adalah organ yang berfungsi
sebagai penyaring darah yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang
peritoneum melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Setiap ginjal memiliki ureter,
yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat
pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron.
Selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Fungsi yang lainnya adalah ginjal dapat
menyaring limbah metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari darah, membantu
mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D dan Kalsium.
Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu proses
majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan sekresi. Filtrasi terjadi
dalam glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah terbentuk. Tubulus nefron,
terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi mengabsorpsi dari substansi-substansi yang
berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga dengan demikian memelihara homeostatis
lingkungan dalam. Dengan cara ini makhluk hidup terutama manusia mengatur air, cairan
intraseluler, dan keseimbangan osmostiknya. Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada
dasarnya akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur
dan fungsi pada traktus urinearius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal
akibat kerusakan dari paremkim ginjal.
Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan
kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang 25-30 cm, dengan penampang 0,5
cm. Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik
saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kendung kemih. BSK
dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik
ureter). Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa),
lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan lapisan
mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesica urinearia).
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter
adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan menutup sehingga
dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih
yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di tampung dan terkumpul di dalam
kandung kemih.
Uretra prostatika merupakan saluran terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk
seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin ke bawah makin dangkal
kemudian bergabung dengan uretra membranosa. Uretra membranosamerupakan saluran
yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra kavernosa merupakan saluran terpanjang
dari uretra dengan panjang kira-kira 15 cm. Pada wanita, uretra terletak di belakang simfisis
pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3-4 cm. Muara uretra pada wanita
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra laki-laki.
EPIDEMIOLOGI
Distribusi dan Frekuensi
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000, insidens rate
tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada
kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok
umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin
berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada jenis kelamin laki-laki 74 per100.000 populasi, sedangkan pada perempuan 51 per-100.000 populasi. Insidens rate
tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah pada
kelompok umur 75-84 tahun 18 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok
umur 65-74 tahun 11 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan
letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah jenis kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi
sedangkan pada perempuan 0,7 per-100.000 populasi.
Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada tahun 2005,
jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam urat 23,1%, batu struvit 5%, dan
batu cysteine 0,5%, sedangkan pada perempuan jenis batu kalsium 86,2%, batu asam urat
11,3%, batu struvit 1,3%, dan batu cysteine 1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis
kelamin di Australia Selatan pada tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis batu
kalsium oksalat 73%, batu asam urat 79%, sedangkan pada perempuan jenis batu struvit
58%. Analisis jenis batu berdasarkan kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-60
tahun, batu asam urat 60-65 tahun dan batu struvit 20-55 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di RS
dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis
kelamin laki-laki 79,9 % sedangkan wanita 20,1%.Di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun
2007 jumlah pasien rawat inap BSK 113 orang, berdasarkan
kelompok umur proporsi tertinggi adalah kelompok umur 46-60 tahun 39,8%, berdasarkan
jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki 80,5%, dan berdasarkan jenis
batu proporsi yang tertinggi adalah jenis batu kalsium oksalat 100%, struvite 96,5%, dan
Cystine 66,4% .
Determinan
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya BSK
pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal
dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
disekitarnya.
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
a.1 Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50 tahun,
sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Penyebab
pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan faktor
sosial ekonomi, budaya, dan diet. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di
RS.Sedney Australia, proporsi BSK 69% pada kelompok umur 20-49 tahun. Menurut
Basuki (2011), penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
a.2 Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki tiga
kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya kejadian BSK
pada laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih
panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar
kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air kemih perempuan kadar
sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon testosterone yang dapat
meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada
perempuan yang mampu mencegah agregasi garam kalsium. Insiden BSK di
Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per 100.000 populasi sedangkan
pada perempuan 50-100 per 100.000 populasi.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu
seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
b.1 Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi oleh
masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral seperti
phospor, kalsium, magnesium, dan sebagainya. Letak geografi menyebabkan
perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya. Faktor geografi
mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti kebiasaan
makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi predoposisi
kejadian BSK.
b.2 Faktor Iklim dan Cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya
banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi
air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Pada
orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko menderita
penyakit BSK.
b.3 Jumlah Air yang di Minum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut. Bila
jumlah air yang diminum sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air kemih,
sehingga mempermudah pembentukan BSK.
b.4 Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK. Misalnya
saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya adalah 600
mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan risiko terbentuknya
BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama protein hewani dapat
menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan
naik, konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol
dan memicu terjadinya hipertensi.
b.5 Jenis Pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk
dalam melakukan pekerjaannya.
b.6 Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air kemih
yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit.
Gejala Gejala Batu Saluran Kemih
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi
obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam,
menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit
dan secara perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya
adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan
diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien
tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehinggamenyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini
disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di
kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih
karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus.
d. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air
kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.
e. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.
Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi,
dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa
operasi, dan pembedahan terbuka
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan
tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium)
yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu
yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan
naproxen
dapat
diberikan
tergantung
pada
intensitas
nyeri.
Propantelin
ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat
menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu
yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke
sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia.
Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan
batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu
tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan
pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi
dimana batu berada, yaitu :
a.
berada di uretra
Pencegahan Batu Saluran Kemih
Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat
pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan
tersier atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya
penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK.
Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2
liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan
konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama
bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
Pencegahan Sekunder
Tujuan
dari
pencegahan
sekunder
adalah
untuk
menghentikan
Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ
yang bersangkutan :
a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan
demam (tidak selalu).
b.
kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi
batu.
d. Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.
Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita
penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan
meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih
memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah
rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan
tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup
sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA
R. Sjamsuhidajat., Wim de Jong. : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Reksoprodjo. S, dkk : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo.
LAPORAN KASUS
RETENSIO URIN e.c BPH
Dokter Pembimbing :
dr. H. Wiyoto Sukardi, Sp.B
Disusun Oleh :
Anne Ridhani Fatimah
2006730007