Anda di halaman 1dari 13

Etika SOFIA

BAB 1. ETIKA DAN SIKAP PROFESIONAL SARJANA


Tujuan :
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan arti etos kerja
2. Menerapkan upaya maksimal dalam melakukan pekerjaannya
3. Melakukan pekerjaan dengan memadukan niat berbuat ihsan
Diskripsi singkat :
Dalam perkuliahan ini Anda akan mempelajari arti etos kerja dan hubungan optimalisasi
nilai hasil kerja berkaitan dengan konsep ihsan. Tahapan-tahapan agar prestasi kerja
meningkat dan kerja pun bernilai ibadah. Mengaitkan kehidupan manusia dengan
berkaca dari air, jangan pernah remehkan perkara kecil, serta bagaimana menjalankan
hidup setara dan hidup sehat.
Pembahasan :

Pembangunan nasional suatu bangsa akan sukses berkesinambungan bila


rakyatnya memiliki tiga hal secara seimbang, yaitu pengetahuan, kemampuan
berorganisasi, dan etos kerja yang baik. Di atas ketiga fondasi inilah akan dihasilkan
buah-buah material finansial. (Schumacher, E. F. 1987. Kecil Itu Indah. Jakarta. LP3ES)
Etos perlu dibangun dari pilar-pilar asasi yang satu sama lainnya saling terkait satu sama
lainnya. Kurangnya satu pilar pembangun etos dapat menyebabkan cacatnya etos ini.
Pilar-pilar asasi tersebut diantaranya adalah
Kejelasan Hasrat Inti
Kejelasan hasrat yang dituangkan menjadi visi dan target yang bening bagaikan
kristal merupakan syarat perlu bagi munculnya, kerja keras, keyakinan dan fokus
adalah tiga serangkai kunci menuju keberhasilan. Disini, kerja keras merupakan elemen

pendukung yang berfungsi sebagai wahana aktualisasi diri bagi sang manusia pekerja.
Potensi diri manusia berkembang melalui kerja keras dan proses aktualisasi diri.
Esensi Kerja
Kerja sebagai kehormatan, dan karenanya kita wajib menjaga kehormatan itu
dengan menampilkan kinerja yang unggul (excellent performance). Kehormatan itu
berakar pada kualitas dan keunggulan. Hal yang utama adalah keunggulan budi dan
keunggulan karakter yang menghasilkan kerja dan kinerja yang unggul pula. Tentunya,
keunggulan tersebut berasal dari buah ketekunan seorang manusia Mahakarya.
Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai upaya menciptakan
keunggulan. Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu pekerjaan maka hakikatnya kita
sedang melakukan suatu proses pelayanan. Menghayati pekerjaan sebagai pelayanan
memerlukan kemampuan transendensi yang bersifat melampaui ruang gerak manusia
yang kecil.

Sebagian besar wanita perkasa berjualan di pasar terapung Kalimantan Selatan


Kerja Profesional.

Kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran
yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma
kerja yang integral.
Tanggung Jawab
Tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa konsep amanah (kepercayaan). Dengan
kata lain, amanah mendahului tanggung jawab; tegasnya amanah melahirkan tanggung
jawab.
Integritas Individu
Integritas disini berarti menunaikan amanah dan tanggung jawab kita hingga
tuntas selesai. Dengan menunaikannya berarti kita telah bersikap jujur pada hati kita
sendiri, dimana misi yang telah kita terima dan akui di hadapan para konstituen kita
kemudian kita tunaikan dengan segenap hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita.
Keutuhan semua ini, yakni pengakuan mulut, perasaan, pikiran, dan tenaga kita, pada
hakikatnya itulah yang disebut integritas. Integritas adalah komitmen, janji yang ditepati,
untuk menunaikan tanggung jawab hingga selesai sampai tuntas, tidak pura-pura lupa
pada tugas atau ingkar pada tanggung jawab. Dalam proses penerapannya, untuk
membangun integritas diperlukan pengetahuan akan dan komitmen kuat pada nilai-nilai
etika. Keduanya tidak terpisahkan sebagai prasyarat utama bagi kemampuan kita
mengemban

amanah.

Hal

ini

didukung

oleh

adanya

kompetensi

teknis

(keandalan/reliability) dan kompetensi etis (trustworthiness) yang dimiliki oleh pribadi.


Pengorbanan
Sebuah perubahan memang kerap kali membawa korban. Namun, pengorbanan
untuk suatu idealisme adalah kebahagiaan, dan pengorbanan yang didorong oleh rasa
cinta adalah sukacita.
Pada akhirnya, perlu ada proses integrasi nilai dalam proses pembangunan etos
ini. Integrasi dengan pemahaman yang utuh dan keyakinan yang kokoh. Etos yang baik
akan menghasilkan manusia yang baik pula. Bahwa setiap kebaikan mengarah pada sifat
positif dan membangun yang melibatkan pendayagunaan potensi diri baik secara

individual

maupun

massal.

Dari

kebaikan,

maka

keterpercayaan

dibangun.

Keterpercayaan adalah hal yang bisa dipercaya. Intinya adalah stamina moral sekaligus
kompetensi bahwa kita bisa dipercaya. Keterpercayaan (trustworthiness) merupakan
semua konotasi bekerja benar penuh tanggung jawab, menjaga dan memelihara,
memperbaiki dan merawat, serta mengelola dan membina. Bangunan keterpercayaan ini
yang akan menimbulkan dedikasi penuh, dimana kita sebagai individu mempunyai
semangat yang selalu mendorong kita untuk berkomitmen sepenuh hati, sebulat pikiran,
segenap jiwa, sekuat tenaga-dengan totalitas-pada pada tujuan bangsa yang luhur dan
berharga.

Salah satu pekerjaan yang beresiko tinggi, pilot peawat tempur.


Sering muncul pernyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki etos kerja yang rendah.
Secara sosiologis kita harus mengakui bahwa umat Islam merupakan bagian terbesar
dari bangsa ini. Bertolak dari realita ini, umat Islam Indonesia dengan ajaran Islamnya
merupakan kelompok yang pertama kali bertanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan etos kerja bangsa tercinta.

Etos kerja yang rendah ini, berimplikasi menempatkan umat Islam termarjinalisasi dalam
ekonomi. Kelompok terbesar dari bangsa ini sering dikalahkan dalam bidang ekonomi
oleh kelompok minoritas tanpa melalui perebutan kekuasaan, tetapi cukup melalui
solidaritas antara sesama mereka. Untuk melakukan perbaikan ekonomi ini, etos kerja
yang tinggi perlu dimiliki, disamping peningkatan SDM (sumber daya manusia), dan
ukhuwah islamiyah.
ARTI KATA ETOS dan KERJA
Etos kerja merupakan suatu ungkapan yang terdiri dari dua kata dengan arti masingmasing yang berbeda sehingga ketika kedua kata itu digabungkan sedikit menimbulkan
kerancuan. Kata etos, berasal dari bahasa Yunani yang berarti karakter atau watak. Dari
makna ini dikembangkan pengertian etos sebagai pandangan hidup yang khas dari
individu atau kelompok manusia. Dari kata etos, muncul perkataan etika dan etis yang
menekankan kepada makna akhlak, yaitu kualitas essensial seseorang atau suatu
kelompok. Jadi kata etos mengandung makna semangat, motivasi dan falsafah hidup
seseorang atau sekelompok orang.
Sementara kata kerja adalah bahasa Indonesia yang dalam bahasa Al-Quran
dikemukakan dengan istilah shunun, amal dan fiil. Kata shunun mempunyai makna
membuat atau memproduksi sesuatu secara artistik dan berdasarkan ketrampilan.

Etos Kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi,


mencangkup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar,
pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku,sikap-sikap, aspirasiaspirasi,
keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, standar-standar.
DELAPAN ETOS KERJA MENURUT JANSEN H SINAMO
1. Kerja adalah Rahmat
bekerja tulus penuh syukur.
2. Kerja adalah Amanah
bekerja benar penuh tanggung jawab
3. Kerja adalah Panggilan

bekerja tuntas penuh integritas.


4. Kerja adalah Aktualisasi
bekerja keras penuh semangat.
5. Kerja adalah Ibadah
bekerja serius penuh kecintaan.
6. Kerja adalah Seni
bekerja cerdas penuh kreativitas.
7. Kerja adalah Kehormatan
bekerja tekun penuh keunggulan.
8. Kerja adalah Pelayanan
bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Sejak kecil anak-anak dibiasakan bekerja dengan semangat dan focus


KERJA ADALAH IBADAH
Islam menempatkan kerja atau amal sebagai kewajiban setiap muslim. Kerja bukan
sekedar upaya mendapatkan rezeki yang halal guna memenuhi kebutuhan hidup, tetapi
mengandung makna ibadah seorang hamba kepada Allah, menuju sukses di akhirat

kelak. Oleh sebab itu, muslim mesti menjadikan kerja sebagai kesadaran spiritualnya
yang transenden (agama Allah).
Dengan semangat ini, setiap muslim atau setiap manusia pada umumnya akan
berupaya maksimal dalam melakukan pekerjaannya. Ia berusaha menyelesaikan setiap
tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan berusaha pula agar setiap
hasil kerjanya menghasilkan kualitas yang baik dan memuaskan. Dengan kata lain, ia
akan menjadi orang yang terbaik dalam setiap bidang yang ditekuninya.
Ada tiga tahapan yang harus dilakukan seseorang agar prestasi kerja meningkat dan
kerja pun bernilai ibadah.
Pertama, kerja keras. Ukuran kerja keras adalah kesempatan berbuat, tanpa pamrih.
Kedua, kerja cerdas. Kepasifan dalam menghadapi pekerjaan membatasi seseorang
tidak berusaha meningkatkan kemampuan profesionalismenya. Profesionalisme
biasanya dijadikan ukuran dalam peningkatan prestasi disetiap pekerjaan.
Ketiga, ikhlas. Ukuran ikhlas berdasarkan ajaran Islam. Ikhlas dalam berkarya adalah
kunci kejujuran. Banyak para pekerja yang dalam pekerjaannya tekun dan cerdas
namun tidak ikhlas yang pada akhirnya menjadi petaka.
Dalam mengerjakan sesuatu, seorang muslim selalu melandasinya dengan mengharap
ridha Allah. Ini berimplikasi bahwa ia tidak boleh melakukan sesuatu dengan sembrono,
sikap seenaknya, dan secara acuh tak acuh.
BERBUAT IHSAN
Sebenarnya Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsana-yuhsinu sebagai kata
kerja transitif sendirinya (muta'addin binafsih) yang didefinisikan sebagai "Engkau
menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak melihat-Nya
maka (resapkanlah bahwa) Ia melihat engkau" (Qurthubi, ibid.:166-167)

Sehubungan dengan ini, optimalisasi nilai hasil kerja berkaitan dengan konsep ihsan.
Ihsan berkaitan dengan etos kerja, yaitu melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin,
sesempurna mungkin atau seoptimal mungkin.
Selain itu muslim pun diminta itqan dalam mengerjakan sesuatu. Itqan berarti membuat
atau mengerjakan sesuatu secara sungguh-sungguh dan teliti sehingga rapi, indah,
tertib dan bersesuaian dengan yang lain dari bagian-bagiannya.
Dengan demikian, bila Allah melakukan ihsan kepada manusia, maka manusia pun
dituntut melakukan ihsan dalam kehidupan. Tegasnya, perintah ihsan merupakan
perintah kepada umat Islam untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin.
Semangat ini akan melahirkan etos kerja yang tinggi dalam setiap profesi yang mereka
tekuni.
Secara literal ihsan berarti baik dan berbuat baik. Ada beberapa bentuk ihsan yang perlu
diwujudkan dalam kehidupan.
Pertama, memberikan nikmat atau sesuatu yang disenangi kepada orang lain.
Pemberian itu dipandang sebagai tolok ukur kesempurnaan iman.
Kedua, berbuat baik dan menyebarkan kebaikan. Sikap ini lahir karna pelakunya
menyadari perbuatan itu baik dan diperintahkan agama dilakukan. Sikap ihsan lahir
karena didukung pengetahuan seseorang tentang kebaikan. Semakin banyak
pengetahuan seseorang, maka ia harus semakin menjadi lebih baik.
Ketiga, berbuat baik karena menyadari perbuatan itu dibalas Allah dengan lebih baik, di
dunia dan akhirat. Perbuatan baik seseorang tidak akan disia-siakan Allah, meskipun
sedikit jumlahnya.
Keempat, melakukan pekerjaan melebihi dari yang diwajibkan dengan tidak melanggar
aturan, dan mengambil hak, kurang dari yang telah ditentukan. Bukan sebaliknya,
melakukan pekerjaan kurang dari yang telah diwajibkan, sementara haknya mau lebih
dari yang telah ditentukan. Jadi, orang yang ihsan tidak pernah mengambil yang bukan
menjadi haknya.

Secara lebih luas, ihsan harus ditampilkan pada semua aktifitas. Ini diwujudkan dengan
berusaha, melakukan yang terbaik dan menjadi yang terbaik dalam setiap aktifitas
dengan tidak mengabaikan keterbatasan-keterbatasan dirinya.
BERKACA DARI AIR
Banyak orang mengaitkan kehidupan manusia dengan air. Meski air tidak bernyawa,
namun kehadirannya tidak dapat dipisahkan dengan makhluk yang bernyawa. Air
mampu memelihara nyawa manusia, tapi juga dapat menghilangkannya. Karena air,
manusia dan tumbuh-tumbuhan dapat menebarkan pesona keindahan bagi kehidupan.
Tapi bila manusia salah bersikap terhadap air, ia dapat mendatangkan bencana. Dalam
hal ini, air tampak hidup, dan sikap hidupnya bergantung kepada perilaku manusia
kepadanya.
Sebagaimana air, manusia adalah suci dan diobsesikan oleh Allah untuk mensucikan
alam dalam tugas kekhalifahan. Dalam perjalanan selanjutnya, hanya sebagian manusia
yang mampu menjaga kesuciannya dn menebar potensi kesucian itu pada alam. Usia
yang merupakan anugrah Tuhan akhirnya bermanfaat, tidak saja untuk pribadinya, tetapi
banyak yang ikut menikmatinya.
Manusia seperti ini yang takdirnya mengalir untuk memberi kehidupan bagi orang lain. Ia
baik secara individu, tapi baik pula secara sosial. Sikap peduli, perhatian dan gemar
menyantuni senantiasa melekat, sehingga setiap kata dan perbuatan senantiasa mampu
mengisi kebutuhan banyak orang. Ia adalah dambaan semua manusia. Kelahirannya
membuat senyuman dan kematiannya mengakibatkan tangisan. Meski tidak banyak,
mereka selalu ada, dan harus diupayakan adanya disepanjang sejarah.
Di sisi lain, banyak orang gagal menjadi yang ideal seperti mereka. Sebagian besar
orang berfikir untuk dirinya sendiri. Mereka sadar akan kesucian dirinya ketika lahir,
tetapiu enggan membagi kesucian itu dengan orang lain. Mereka baik, tetapi hanya
ungtuk dirinya, bukan untuk orang lain. Orang-orang macam ini biasanya memiliki
telinga tapi kurang bisa mendengar, memiliki mata tapi kurang bisa melihat dan memiliki
lidah tapi kurang bisa bersuara. Ibarat air, mereka suci, tetapi tidak mensucikan.

Tapi ada yang lebih parah dari ini, yaitu mereka yang gemar mencemari kesuciannya
sendiri. Kelahiran yang suci telah mereka kotori dengan perilaku menyimpang. Bila hal
itu dibiarkan, maka akan menjadi kebiasaan-kebiasaan. Dan setiap kebiasaan pada
akhirnya akan dianggap kewajaran. Bagi yang tidak sadar, kewajaran menjadi identik
dengan kebenaran.
Dan prinsip ini pernah menjadi pegangan hidup Adolf Hitler. Dalam salah satu
ungkapannya ia berkata, Kesalahan yang diulang-ulang dapat menjadi suatu yang
dibenarkan. Ibarat air, orang seperti itu telah najis. Kehadirannya menjadi penyebab
bencana, yang dapat membunuh hati nurani banyak manusia.
Tiga tipologi air di atas ada di setiap masyarakat, bangsa dan negara. Pertanyaannya,
dalam kategori manakah kita berada?
JANGAN REMEHKAN PERKARA KECIL
Rusak susu sebelanga gara-gara nila setitik. Pepatah ini sangat akrab dan tidak asing
ditelinga kita. Pepatah yang kerap diungkapakan ketika ingin menyikapi suatu akibat
yang disebabkan oleh suatu perbuatan sepele. Dan kerap kali ungkapan ini disusul
dengan ekspresi kesal, karena suatu hasil yang besar yang diharapkan menjadi gagal
hanya karena suatu kesalahan kecil.
Kira-kira demikian pula posisi dosa-dosa kecil, terkadang kata kecil membuat kita
menjadi lalai atau bahkan tidak menganggapnya, sampai akhirnya kita melupakannya.
Tetapi kita baru terhenyak sadar setelah apa yang kita harapkan tidak terwujud hanya
karena perkara kecil tadi. Kita pun barandai-andai, seandainya tadi aku tidak
menganggap sepele masalah itu, pasti tidak seperti ini jadinya.
Hal-hal kecil, bisa membuat orang sukses namun sebaliknya bisa membuat orang gagal.
Umumnya orang-orang sukses tidak mengabaikan sekecil apapun suatu permasalahan,
semua masuk dalam daftar catatannya, apakah harus dikerjakan atau dihindarkan.

Hal-hal kecil jika ditumpuk sedikiy demi sedikit akhirnya akan menjadi besar, seperti api,
jika masih kecil, maka sangat bermanfaat bagi kita, tetapi jika sudah membesar dia akan
berubah menjadi musuh yang mengancam keselamatan.
Jangan pernah mengenyampingkan masalah-masalah kecil, terkadang hal-hal
kecil yang justru membahayakan dan bisa memakan korban, bahkan gara-gara hal kecil
kita bisa terjerumus ke dalam jurang yang nista.
Orang bijak mengatakan sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Sekarang bukit
apakah yang ingin kita ciptakan? Apakah bukit yang ingin kita bangun merupakan
timbunan-timbunan dosa kecil atau timbunan-timbunan pahala kecil?
HIDUP SEHAT
Ada dua nikmat yang apabila dimiliki oleh manusia ia lalai untuk memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya. Sehingga ketika kedua nikmat itu menghilang, barulah ia
merasa betapa ruginya dirinya yang lalai terhadap nikmat tersebut, kedua nikmat itu
adalah nikmat sehat dan nikmat kelapangan waktu.
Ketika sakit, baru sadar kalau nikmat sehat itu sangat luar biasa. Tanpa nikmat sehat,
seseorang sulit untuk melakukan aktifitas, apakah itu aktifitas duniawi maupun akhirat.
Bahkan, karena tidak mensyukuri nikmat sehat, seseorang harus menyiapkan biaya
pengobatan yang terkadang melampaui kemampuan materinya.
Demikian juga dengan waktu, sering kali kita lalai dalam memanfaatkannya. Beberapa
orang tua banyak yang mengaku, dulu waktu mudanya, dia lalai dalam memanfaatkan
waktunya untuk beribadah (mencari ilmu/sekolah, bersosialisasi, kerja, dll) dan belajar
agama. Baru sekarang sesudah tua dia sadar. Ya, Alhamdulillah, masih lebih baik, tapi
ada yang lebih parah, sudah tua masih saja tidak sadar, waktu senggangnya dihamburhamburkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Secara sistematis, dapat diformulasikan beberapa aspek kesehatan yang secara tegas
amat penting diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan fisik.

Pertama, perhatian terhadap makan dan minum amat penting, mengkonsumsi makanan
dan minuman yang halal lagi berkualitas baik. Tidak mengkonsumsi barang-barang
haram, narkotika, obat terlarang dan hal-hal yang membahayakan kesehatan. Agar
tubuh tetap fit dan fresh, makanan yang masuk ke dalam tubuh sesuai dengan takaran,
dianjurkan tidak kelewat banyak dan tidak juga terlalu swedikit. Menurut penelitian para
ahli berbagai penyakit yang banyak ditemukan saat ini seluruhnya bersumber dari
makanan (perut merupakan sumber utama penyakit).
Kedua, menjaga kebugaran tubuh, menjaga kebersihan badan (badan tetap sehat) dan
pakaiannya (berpenampilan baik dan menarik). Olah raga yang sesuai dengan tubuh
dan keseimbangannya, usia dan lingkungan sosial, yang dapat menambah kekuatan ,
semangat dan kekebalan tubuh.
Ketiga, selalu menjaga kebersihan, dari diri sendiri dulu kemudian meluas kelingkungan
terdekat dan yang lebih luas lagi. Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.
Tubuh Anda adalah kuil Anda, peliharalah dia dengan penuh hormat dan cinta. Kita
semua pernah sakit, akan menjadi tua dan tubuh ini suatu saat akan usang dan lenyap.
Namun, sebisa mungkin kita tidak mau hal tersebut terjadi terlalu dini. Kita semua akan
mati, namun sebisa mungkin kita ingin mati secara paling manusiawi, tanpa sakit dan
penderitaan yang berkepanjangan. (Rahayu Ratnaningsih)
Jangan lupa istirahat dan tidur yang cukup.
Maka teruslah bergerak..dan bergerak!
Kesimpulan :
Kerja bukan sekedar upaya mendapatkan rezeki yang halal guna memenuhi kebutuhan
hidup, tapi mengandung makna ibadah seorang hamba kepada Allah, menuju sukses di
akhirat kelak. Sehingga kita akan berupaya maksimal dalam melakukan pekerjaannya.
Dengan tidak melupakan dua nikmat yang harus kita jaga sebaik-baiknya dan kita
syukuri yaitu nikmat sehat dan nikmat kelapangan waktu.

Anda mungkin juga menyukai