Anda di halaman 1dari 55

1.

Tranxenamic Acid (Kalnex)

Golongan: Antifibrinolitik

Dosis:
o
o
o
o

Dosis oral : 1-1.5 gram (atau 15-25 mg/kg) 2 sampai 4 kali sehari.
Dosis injeksi intravena perlahan : 0.5 -1 g (atau 10 mg/kg) 3 kali sehari.
Dosis infus kontinyu : 25-50 mg/kg setiap hari.
Dosis anak : 25 kg/mg melalui oral atau 10 mg/kg melalui intra vena setiap 2
atau 3 kali sehari.
Sediaan:
Injeksi 50 mg/ml
Cara kerja:
Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih
poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor
dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu
asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat
fibrinolisis yang berlebihan.
Metabolisme Obat:
Metabolisme di hepar 5%, sekresi melalui urine
Kontraindikasi :
o Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat.
o Penderita perdarahan subarakhnoid.
o Penderita dengan riwayat tromboembolik.
o Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif.
o Penderita buta warna.
Waktu paruh: 2-3 jam
Efek samping :
o Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare) gejala ini akan
hilang bila dosis dikurangi.
o Hipotensi jarang terjadi.
Gambar:

2. Ondansetron (Narfoz, vomceran)

Golongan: Antiemetik
Dosis: 0,15 mg/kgBB
Sediaan
tablet 4 dan 8 mg
injeksi 4 dan 8 mg
Narfoz: ampul 4mg/2ml. 1 ampul = 2ml
Vomceran: ampul 4mg/2ml dan 8mg/4ml
Cara kerja:
Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif pada reseptor
5HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan
terjadinya refleks muntah.
Onset of Action:
Setelah pemberian per oral, Ondansetron yang diberikan dengan dosis 8 mg akan
diserap dengan cepat dan konsentrasi maksimum (30 ng / ml) dalam plasma dicapai
dalam waktu 1,5 jam. Konsentrasi yang sama dapat dicapai dalam 10 menit dengan
pemberian Ondansetron 4 mg i.v.
Metabolisme Obat:
Ondansetron dimetabolisme sanagt baik di sistem sirkulasi, sehingga hanya kurang
dari 5 % saja yang terdeteksi di urine.
Bioavalibilitas oral absolut Ondansetron sekitar 60%. Kondisi sistemik yang setara
juga dapat dicapai melalui pemberian secara i.m atau i.v. Waktu paruhnya(T1/2)
sekitar 3 jam.
Volume distribusi dalam keadaan statis sekitar 140 L. Ondansetron yang berikatan
dengan protein plasma sekitar 70 76%.
Interaksi Obat:
Karena Ondansetron dimetabolisme oleh enzim metabolik sitokrom P-450,
perangsangan dan penghambatan terhadap enzim ini dapat mengubah klirens dan
waktu paruhnya. Pada penderita yang sedang mendapat pengobatan dengan obat-obat
yang secara kuat merangsang enzim metabolisme CYP3A4 (seperti Fenitoin,
Karbamazepin dan Rifampisin), klirens Ondansetron akan meningkat secara
signifikan, sehingga konsentrasi dalam darah akan menurun.
Efek Samping
Ondansetron pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Konstipasi merupakan
efek samping yang paling sering ditemukan (11%). Kadang dapat dijumpai sakit
kepala, wajah ke merahan (flushing), rasa panas atau hangat di kepala dan epigastrium
yang bersifat sementara. Peningkatan aminotransferase tanpa disertai gejala-gejala,
Kadang juga dapat dijumpai peningkatan serum transaminase (5%) dan ruam kulit
(1%), sedasi dan diare, karena meningkatnya waktu transfer di usus besar.
Pernah dilaporkan terjadinya reaksi hipersensitif sampai kejadian anafilaksis dan
gangguan visual sementara (pandangan kabur). Juga pernah dilaporkan terjadinya
gerakan-gerakan tanpa sadar, setelah pemberian Ondansetron secara cepat, tetapi
kasus ini sangat jarang dan tanpa disertai gejala-gejala sisa

3. Oxytocin (Induxin)

Golongan: uterotonika, oxytocin sintetik


Dosis:
o Bedah caesar : injeksi intravena lambat 5 unit segera setelah persalinan
Sediaan:
Oxytocin (Generik) Cairan Inj. 10 UI/ml
Induxin ampul 10 UI/ml (1 ampul = 1 ml)
Cara kerja:
Efek klinis penting dari oxytocin adalah menyebabkan kontraksi otot polos uterus
selama masa kehamilan dan nifas. Oxytocin bekerja selektif pada otot polos uterus
dan menyebabkan kontraksi ritmis pada uterus, meningkatkan frekuensi kontraksi
yang telah ada, dan meningkatkan tonus otot-otot uterus. Dan hal ini tampaknya
tergantung dosis dan ambang rangsang uterus terhadap obat ini.
Oxytocin terutama bekerja pada akhir kehamilan, selama kehamilan dan segera
setelah proses persalinan. Oxytocin sintetik tidak mempunyai efek pada sistem
kardiovaskuler seperti peningkatan tekanan darah yang biasanya terjadi karena sekresi
vasopressin oleh pituitari posterior.
Pada kehamilan cukup bulan, pemberian infus oxytocin pada kecepatan 1-16 mU per
menit menghasilkan kadar fisiologi oxytocin yang akan menimbulkan kontraksi yang
tidak berbeda dengan yang dihasilkan pada akhir kehamilan normal. Pemberian infus
16 mU per menit meningkatkan tonus basal rahim. Oxytocin juga bekerja pada
reseptor-reseptor sel mioepitel payudara dan menstimulasi kontraksi sel-sel ini, yang
menyebabkan mengalirnya air susu ke duktus yang lebih besar, serta memudahkan
keluarnya air susu.
Onset of Action:
i.m 3-5 menit
i.v segera
Duration Of Action:
i.m 2-3 jam, i.v 20 menit
Metabolisme Obat:
Dimetabolisasi dengan cepat dan diekskresikan dalam hati
Interaksi Obat:

Pemberian bersama dengan obat-obat simpatomimetik dapat meningkatkan efek


vasopressor obat-obat tersebut.
- Pemberian bersama dengan prostaglandin dapat meningkatkan resiko ruptur uteri
dan laserasi serviks.
- Pemberian bersama dengan ergometrine memberikan keuntungan dimana
perdarahan post partum dapat dikontrol melalui dua mekanisme yang berbeda, yaitu:
oxytocin memberikan efek cepat, sementara ergometrine dapat mempertahankan
respon yang telah dicapai dari pemberian oxytocin.
Waktu Paruh (T1/2) : 1-20 menit
Efek samping
o Spasme uterus ( pada dosis rendah )
o Hiper stimulasi uterus 9 membahayakan janin : kerusakan jaringan lunak / rupture
uterus )
o Keracunan cairan dan hiponatremia ( pada dosis besar )
o Mual, muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
o Kontraksi pembuluh darah tali pusat
o Kerja antidiuretik
o Reaksi hipersensitifitas
Kontra indikasi
o Kontraksi uterus hipertonik
o Distress janin
o Prematurisasi
o Letak bayi tidak normal
o Disporposi sepalo pelvis
o Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
o Obstruksi mekanik pada jalan lahir
o Preeklamsi atau penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia 35
tahun
o Resistensi dan inersia uterus
o Uterus yang starvasi
o Gawat janin
Gambar:

4. Phetidine

Golongan: Opioid (fast acting)


Dosis:
o pediatri :1 mg/kgBB
o dewasa: 25 to 100mg im / sc 1 jam sebelum operasi
Sediaan:
Pethidine HCl injeksi 50 mg/ml
Cara kerja:
Petidin merupakan narkotika sintetik derivat fenilpiperidinan dan terutama berefek
terhadap susunan saraf pusat. Petidin terutama bekerja sebagai agonis reseptor .
Efeknya terhadap SSP adalah menimbulkan analgesia, sedasi, euphoria, dapresi
pernafasan serta efek sentral lain.
Onset of Action: 10 menit
Duration Of Action: 2-4 jam
Waktu Paruh: 3-5 jam
Metabolisme Obat:
metabolism edi hati dan diekskresikan melalui urin.
Interaksi Obat:
- Isoniazid : Meningkatkan efek samping isoniazid.
- Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan.
- Kontraseptik oral & estrogen : Menghambat metabolisme petidin.
- MAO inhibitor : Penggunaan bersama petidin menyebabkan serotonin sindrom
(agitasi, sakit kepala, hipertensi, hipotensi, konvulsi, hiperpireksia, koma),
- Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi
efek depresi sistem saraf pusat.
- Relaksan otot : Opioid dapat meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular
- Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
- Diuretik : opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung
Efek samping :
- Dosis besar meferidin menyebabkan tremor, kedutan otot, dan sangat jarang,
konvulsi.
- Hipotensi yang berat bila obat ini diberikan pasca operasi.
- Dapat menyebabkan ketergantungan.

Kontra indikasi :
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat, Depresi pernafasan, Alkoholisme
akut, kejang-kejang, Penderita asma bronchial dan payah jantung sebagai akibat dari
penyakit paru-paru kronik, Hipersensitif terhadap petidin, Penderita yang

menggunakan MAOI dalam jangka waktu 14 hari sebelumnya, Cedera kepala,


Asidosis diabetik, Hipertensi.

Gambar:

ATROPIN SULFAT
DOSIS
250-1000 g secara subkutan.
DOSIS
Premedikasi, injeksi intra vena 300 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia, anakanak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau intramuscular 300
600 mcg 30 60 menit sebelum induksi; anak-anak 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg).
Intra-operative bradicardia , pemberian injeksi intravena, 300 600 mcg (dosis yang lebih
besar pada kondisi emergensi); anak-anak (unlicensed indication) 1- 12 tahun 10 -20 mcg/kg
Untuk mengendalikan efek muskarinik pada penggunaan neostigmin dalam melawan
penghambatan neuromuskular kompetitif , pemberian injeksi intravena 0,6 1,2 mg ; anakanak dibawah 12 tahun (tetapi jarang digunakan) 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg) dengan
neostigmin 50 mcg/kg.
Pengobatan bradikardia, pulseless electrical activity (PEA) dalam serangan jantung. Dosis
untuk bradiasystolic adalah 0,5-1 mg IV push setiap tiga sampai lima menit, sampai dosis
maksimum 0,04 mg / kg. Untuk bradikardia gejala, dosis biasa adalah 0,5-1,0 mg IV push,
dapat mengulang setiap 3 sampai 5 menit sampai dosis maksimum 3,0 mg
MEKANISME KERJA
Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSP,
meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin.
INDIKASI
Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos
(antispasmodic)
Mydriasis dan cyclopedia pada mata
Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi
dan anestesia inhalasi
Mengembalikan bradikardi yang berlebihan

Bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising


neuromuscular
Antidotum untuk keracunan organophosphor
Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).
INTERAKSI OBAT
Meningkatkan efek/toksisitas : Antihistamin, fenotiazin, TCAs dan obat lain dengan aktivitas
antikolinergik dapat meningkatkan efek antikolinergik dari atropin jika digunakan secara
bersamaan.
Amine sympathomimetic dapat menyebabkan tachyrrhytmias; hindari penggunaan secara
bersamaan.
Menurunkan efek: Efek antagonis terjadi dengan obat phenothiazine.Efek levodopa dapat
diturunkan(data klinik tervalidasi terbatas).
Obat-obat dengan mekanisme cholinergic (metochlopramide, cisapride, bethanecol)
menurunkan efek antikolinergik atropin.
ONSET OBAT
Aksi onset : IV : cepat
Absorpsi : Lengkap

DURASI OBAT
FOTO

KALIUM CHLORIDA
DOSIS

(Floors: 10 meq/hr )
[10 meq] [100 ml] or
[20 meq] [250 ml] or
[40 meq] [500 ml]
20 meq [100 ml] [1-2 hours]
GOLONGAN
Elektrolit
MEKANISME KERJA
Kalium adalah kation utama sel-sel tubuh (160 mEq / liter air intraseluler) dan berkaitan
dengan pemeliharaan komposisi cairan tubuh dan keseimbangan elektrolit. Kalium
berpartisipasi dalam pemanfaatan karbohidrat, sintesis protein, dan sangat penting dalam
regulasi konduksi saraf dan kontraksi otot, terutama di jantung. Klorida, anion ekstraseluler
utama, erat mengikuti metabolisme natrium, dan perubahan dalam asam-basa tubuh tercermin
oleh perubahan konsentrasi klorida.
Biasanya sekitar 80 hingga 90% dari asupan kalium diekskresikan dalam urin, sisanya dalam
tinja dan sebagian kecil, dalam keringat. Ginjal tidak menghemat kalium baik sehingga
selama puasa, atau pada pasien pada diet kalium bebas, kehilangan kalium dari tubuh terus
mengakibatkan deplesi kalium. Kekurangan kalium baik atau klorida akan menyebabkan
defisit yang lain.
INDIKASI
Kalium Klorida Injeksi diindikasikan dalam pengobatan pada kekurangan kalium saat
penggantian oral tidak dapat dilakukan.
Konsentrasi yang tinggi ini berguna untuk pemeliharaan serum K+ level untuk suplemen
potasiun pada pasien yang tidak dapat mengakomodasi tambahan volume dari cairan dengan
solusi kalium konsentrasi rendah.
Bila menggunakan produk ini, pasien ini dipantai denyut jantungnya terus menerus dan
sering pengujian untuk konsentrasi kalium serum dan keseimbangan asam-basa.
KONTRAINDIKASI
Kalium Klorida Injeksi merupakan kontraindikasi pada penyakit di mana kadar kalium tinggi
dapat ditemui, dan pada pasien dengan hiperkalemia, gagal ginjal dan dalam kondisi di mana
retensi kalium.
INTERAKSI OBAT
Keracunan kalium dengan hiperkalemia ringan atau berat telah dilaporkan . Tanda-tanda dan
gejala keracunan termasuk paresthesia pada ekstremitas , areflexia , kelumpuhan otot atau

pernapasan , kebingungan mental , kelemahan , hipotensi , aritmia jantung , blok jantung ,


kelainan electrographic dan serangan jantung . EKG kelainan berfungsi sebagai cerminan
klinis keseriusan perubahan konsentrasi kalium serum : gelombang T memuncak dan interval
PR yang berkepanjangan biasanya terjadi dengan ketinggian sederhana di atas batas atas
konsentrasi kalium normal, gelombang P hilang, kompleks QRS melebar , dan akhirnya detak
jantung biasanya terjadi dengan ketinggian yang lebih tinggi .
Reaksi yang mungkin terjadi karena dari solusi atau teknik administrasi mencakup respons
demam , infeksi pada tempat injeksi, trombosis vena atau flebitis memanjang dari tempat
injeksi , ekstravasasi dan hipervolemia .
Infus larutan kalium klorida sangat terkonsentrasi dapat menyebabkan nyeri lokal dan iritasi
vena .
Reaksi dilaporkan dengan penggunaan solusi kalium yang mengandung termasuk mual ,
muntah , dan nyeri perut dan diare .
Jika reaksi yang merugikan tidak terjadi , hentikan infus , mengevaluasi pasien , lembaga
penanggulangan terapi yang tepat dan menyimpan sisa cairan untuk pemeriksaan jika
dianggap perlu .
overdosis
Dalam hal hiperkalemia , menghentikan infus segera dan lembaga terapi korektif untuk
mengurangi kadar kalium serum yang diperlukan . Penggunaan makanan yang mengandung
kalium atau obat juga harus dihilangkan .
Pengobatan ringan sampai hiperkalemia berat dengan tanda-tanda dan gejala keracunan
kalium meliputi:
Dextrose Injection , USP , 10 % atau 25 % , yang mengandung 10 unit insulin kristal per
20 gram dekstrosa intravena , 300 hingga 500 ml per jam .
Penyerapan dan pertukaran kalium menggunakan natrium atau siklus resin penukar kation
amonium , secara lisan dan sebagai retensi enema .
Hemodialisis dan dialisis peritoneal .
Dalam kasus digitalisasi , terlalu cepat menurunkan konsentrasi kalium plasma dapat
menyebabkan toksisitas digitalis .
ONSET
FOTO

MEYLON 25 (NATRIUM BICARBONATE)


DOSIS

Dewasa: PO kronis garam kehilangan kondisi Diperpanjang 2,4-4,8 g / hari, hingga 12 g /


hari.
INDIKASI
Hipertensi, gagal jantung, edema perifer atau paru, gangguan fungsi ginjal, sirosis hati,
preeklamsia. Menjaga asupan air yang cukup. Kehamilan. Inj 3 atau 5% larutan natrium
klorida harus diberikan melalui vena besar pada tingkat yang tidak melebihi 100 ml / jam.
Memantau keseimbangan cairan, elektrolit serum dan keseimbangan asam basa espcially
selama pengobatan jangka panjang. Perhatian bila digunakan pada pasien yang menerima
kortikosteroid atau kortikotropin.
KONTRAINDIKASI
Kondisi dimana admin natrium klorida akan merugikan. Tidak digunakan untuk menginduksi
muntah. Berkelanjutan tablet rilis: gangguan GI terkait dengan striktur atau divertikula.
INTERAKSI OBAT
Dapat mempengaruhi konsentrasi serum lithium.
Berpotensi Fatal: Dapat mempengaruhi konsentrasi serum lithium.
FOTO

Cordarone

Isi

: Amiodarone HCl

Golongan

: Anti-Arrhythmia Agents

Sediaan

Indikasi

: Amiodarone I.V. diindikasikan untuk memulai pengobatan dan


profilaksis fibrilasi ventrikel yang

sering berulang dan takikardia

ventrikel hemodinamik tidak stabil pada pasien refrakter terhadap


terapi lain.
Kontraindikasi

: Cordarone I.V. merupakan kontraindikasi pada pasien dengan syok


kardiogenik, bradikardia, marked sinus, dan kedua atau ketiga derajat
blok AV dengan tidak adanya alat pacu jantung. Cordarone I.V. harus
diberikan hanya oleh dokter yang berpengalaman dalam pengobatan
aritmia yang mengancam nyawa, yang benar-benar akrab dengan risiko
dan manfaat terapi Cordarone, dan yang memiliki akses ke fasilitas
yang memadai untuk memantau efektivitas dan efek samping dari
pengobatan.

Mekanisme Kerja

Metabolisme : dihepar
OOA

: lambat

Farmakokinetik

Efek antiaritmia amiodaron Ini memperpanjang durasi

potensial sel-aksi miokard (fase 3) dan refraktori periode serta bertindak sebagai
nonkompetitif a-dan b-adrenergik inhibitor.
Farmakodinamik : Amiodaron milik merupakan obat Kelas III agen antiaritmia.
obat ini digunakan dalam pengobatan berbagai tachyarhthmias jantung, termasuk ventrikel

dan supraventricular (atrial) aritmia. pada pemberian intravena, amiodaron berefek


melemaskan otot polos pembuluh darah, mengurangi resistensi pembuluh darah perifer
(afterload), dan sedikit meningkatkan indeks jantung. Amiodarone memperpanjang fase 3
dari potensial aksi jantung. Obat Ini memiliki banyak efek lain, termasuk tindakan-tindakan
yang mirip dengan kelas antiarrhythmic Ia, II, dan IV. Amiodarone berefek seperti betabloker dan kalsium channel bloker pada SA dan AV node, meningkatkan periode refrakter
melalui efek natrium dan kalium-channel, dan memperlambat konduksi intra-jantung dari
potensial aksi jantung, melalui efek natrium-channel .
Dosis

: First Rapid: 150 mg over the FIRST 10 minutes (15 mg/min). Add

3 mL of Amiodarone I.V. (150 mg) to 100 mL D5W (1.5 mg/mL) and infuse over 10 minutes.
Followed by Slow 360 mg over the NEXT 6 hours (1 mg/min). Add 18 mL of Amiodarone
I.V. (900 mg) to 500 mL D5W concentration = 1.8 mg/mL).
Maintenance Infusion
540 mg over the REMAINING 18 hours (0.5 mg/min). Decrease the rate of the slow loading
infusion to 0.5 mg/min
Efek samping

: mikrodeposit kornea, fotosensitasi & pigmentasi, hipotiroidisme,

hipertiroidisme.

Farbivent

Isi

: Ipatroprium bromide anhydrous 0.5 mg


Salbutamol sulfate 2.5 mg

Golongan

: anti kolinergik

Indikasi

: Untuk pengobatan pemeliharaan bronkospasme berhubungan dengan

penyakit paru obstruktif kronis, termasuk bronkitis kronis dan emfisema.


Kontraindikasi

: kardiomiopati obstruktif hipertrofi, takiaritmia.

Mekanisme kerja

: Obat ini bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan

pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat
ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah
mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik. Ipratropium bromida adalah agen
antikolinergik. Ia memblok reseptor kolinergik muskarinik, tanpa spesifisitas untuk subtipe,
mengakibatkan penurunan dalam pembentukan siklik guanosin monofosfat (cGMP).
Kemungkinan besar karena tindakan cGMP pada kalsium intraseluler, hasil ini dalam
penurunan kontraktilitas otot polos
Dosis

: Unit vial dosis Dewasa : 1 unit vial dosis 3-4 kali/hari.

Efek samping

: sakit kepala, pusing, gelisah, takikardia, tremor halus pada rangka,

palpitasi, hipokalemia serius, batuk, iritasi lokal bronkospasme, mual muntah, berkeringat,
mialgia, kelemahan otot, kram otot, penurunan TD diastolik, peningkatan TD sistolik,
aritmia, reaksi alergi, mulut kering, disfonia, komplikasi okular ( midriasis, peningkatan TIO,
glaukoma sudut tertutup, nyeri mata, gangguan motilitas GIT, retensi urin.

Calcii Glukonas

Isi

: calcium gluconas

Indikasi

: Kalsium glukonat Injeksi, USP digunakan untuk mengobati kondisi

yang timbul dari kekurangan kalsium seperti hypocalcemic tetani, hipokalsemia terkait
dengan hipoparatiroidisme dan hipokalsemia karena pertumbuhan yang cepat dari kehamilan.
Hal ini juga digunakan dalam pengobatan hitam janda gigitan laba-laba untuk meringankan
kram otot dan sebagai tambahan dalam pengobatan rakhitis, osteomalacia, kolik timbal dan
magnesium sulfat overdosis. Kalsium glukonat juga telah digunakan untuk mengurangi
permeabilitas kapiler dalam kondisi alergi, nonthrombocytopnic pupura dan dermatosis
eksudatif seperti dermatitis herpetiformis dan pruritus letusan yang disebabkan oleh obatobatan tertentu. Pada hiperkalemia, kalsium glukonat dapat membantu dalam pertentangan
toksisitas jantung, asalkan pasien tidak menerima terapi digitalis.
Kontraindikasi

: pasien dengan fibrilasi ventrikel atau hiperkalsemia. Pemberian

Intravena merupakan kontraindikasi ketika tingkat kalsium serum di atas normal.


Mekanisme kerja

: Kalsium pada garam kalsium memoderasi kinerja saraf dan

otot dan menormalkan fungsi jantung.


OOA : segera
DOA : durasi 15 30 menit

Dosis

: Dosisnya tergantung pada kebutuhan masing-masing pasien. Injeksi

glukonat kalsium intravena harus diberikan perlahan-lahan.


Intravena : Bayi dan anak-anak : 60-100 mg/kg/dosis (maksimum : 3g/dosis). Dewasa : 500800 mg ; maksimum 3 g/dosis
Efek samping

: (1% ) Nyeri abdomen, bradikardi, aritmia jantung, koma, konstipasi,

penurunan kadar magnesium dalam serum/penurunan magnesium serum, peningkatan kadar


amilase dalam serum/peningkatan amilase serum, eritema, hiperkalsemia, hiperkalsiuria,

hipotensi, lethargy, mania, lemah otot, mual, syncope, nekrosis jaringan, vasodilatasi, fibrilasi
ventrikular, muntah.

IPHADRYL

Isi :DiphenhydraminHCl
Golongan :Antagonisreseptor H1
MekanismeKerja :
Farmakokinetik :Menghambat reseptor H1. Antimuskarinik atau seperti atropine atau
antiserotogenik.Penghambat H1 dapat mencegah respon bronkokonstriksi dari histamine
namun tidak efektif untuk mencegah asma bronkiale.Memiliki efek antihistamin sebagai
antiemetic dan hipnotik sedang.
Farmakodinamik :Distribusi keseluruh tubuh termasuk SSP, Metabolisme : hepar, Ekskresi :
melalui urine
OOA : 1 jam
DOA : 4-6 jam
Dosis :Dewasa : 25-50 mg ( 0,5-1,5 mg/kgBB) PO,IM,IV setiap 6 jam.
Efeksamping :
Kardiovaskular :takikardi, aritmia jantung, angina pectoris, vasokonstriksi dengan hipertensi.
Dermatologis :kemerahan, berkeringat, acne vulgaris
Gastrointestinal : anorexia, mual
Urogenital :oliguri
Sistem saraf :kegelisahan, kebingungan, insomnia, halusinasi

DIPRIVAN 1%

Isi :Propofol
Golongan :Sedatif
Mekanisme Kerja : Induksi dari stadium anestesi umum,memfasilitasi penghambatan
transmisi yang dimediasi oleh GABA.
Metabolisme dan ekskresi :dimetabolisme oleh hati,ekskresi oleh urine.
OOA :sangat cepat seperti efek dari thiopental. Membutuhkan waktu 2-8 menit
DOA : 5-10 menit
Dosis : 2 mg/kgBB
Sediaan : aqueous solution 1% berisi 20 ml ; setiap 1 mlmengandung 10 mg.
Efek samping :hipotensi, apnea sementara, demam pasca operasi, mual, muntah, nyeri saat
injeksi

DYNASTAT

Isi :Parecoxib
Golongan : NSAID
Mekanisme kerja:
Farmakodinamik :Merupakan obat yang selektif menghambat COX 2 . Sehingga
menghambat nyeri yang dimediasi oleh prostaglandin
Farmakokinetik :Metabolisme : dihati, Eksresi : urin
Distribusi : protein plasma kuranglebih 98 %
Waktuparuh : 8 jam
OOA: 7 -14 menit
DOA: 6 jam
Dosis : 1 mg/kgBB
Kontraindikasi :hipersensitif terhadap sulfanamid, bronkospasme , rhinitis akut
Efek samping :hipertensi , dyspepsia, agitasi, pruritus
Interaksi obat :Warfarin , diuretic, antihipertensi
Sediaan : Vial 40 mg/ml

REMOPAIN

Isi :Ketorolactromethamine
Golongan : OAINS
MekanismeKerja :
Farmakodinamik
Efeknya menghambat biosintesis prostaglandin.Kerjanya menghambatenzim siklooksogenase
(prostaglandin sintetase).Selain menghambat sintese prostaglandin, juga menghambat
tromboksan A2.ketorolactromethamine memberikanefek anti inflamasi dengan menghambat
pelekatan granulosi tpada pembuluhdarah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom dan
menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan.
Farmakokinetik
Ketorolactromethamine 99% diikat oleh protein.Sebagian besar ketorolactromethamine
dimetabolisme ihati.Metabolismenya adalah hidroksilate, dan yang tidak dimetabolisme
(unchanged drug) diekresikan melalui urin.
OOA :< 1menit
DOA : 6-8 jam
Dosis :Parenteral : (IV/IM)
Dosis tunggal :
Dewasa : 30-60mg, Lansia dan dewasa dengan BB<50 kg: I5-30mg,dapat dilanjutkan dengan
oral Anak-anak usia 2-16thn : 0,5-1mg/Kg BB, max. 15-30mg. Dgn kerusakanhati/ginjal
dosis diturunkan 50%
Dosisterbagi :

30mg setiap 6 jam, max.120mg/hari Lansia dan dewasa BB < 50Kg 15mg setiap 6 jam, max.
60mg/hari Dgn kerusakan hati/ginjal dosis diturunkan 50%
Oral :Ketorolac oral hanyadigunakan sebaga terapi lanjutan dari ketorolac parenteral.
Dewasa, Dosis pertama 20mg dilanjutkan, 10mg sehari, dapat sampai 4X (setiap 4-6jam),
meskipun demikian dosis lebih tinggi masih dimungkinkan. Total lama pemakaian terapi
kombinasi parenteral dan oral tidak boleh lebih dari 5 hari

Sediaan :Tablet Salut Film 10 mg ; Parenteral IM/IV : 10 mg/ml dalam 5 ml & 30 mg/ml
dalam 5 ml

Tramal

Isi : Tramadol
Golongan : Analgesik Opioid
Mekanisme kerja :
Farmakokinetik : Bioavaibilitas tramadol 68%
(PO) dan 100% (IM). Tramadol mengalami
metabolisme di hati dan di eksresi ginjal dengan
waktu paruh eliminasi 6 jam .
Farmakodinamik: Tramadol adalah obat analgesik sintetis dengan efek agonis mu lemah dan
beberapa kerja penghambatan ambilan kembali norepinefrin dan serotonin dalam sistem saraf
pusat

OOA: analgesia timbul dalam 1 jam secara PO dan puncak 2-3 jam
DOA: 6 jam
Dosis :1 mg/kgBB
Sediaan : tablet 100 mg, kapsul 50 mg, Ampul 50 mg/ml, Ampul 100mg/2ml, tramal retard
150 mg

Efek samping: Berkeringat , pusing , muntah , mulut kering, konstipasi. Jika melebihi dosis
yang dianjurkan dapat terjadi depresi pernapasan
Kontra indikasi: Intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotika, analgesik atau psikotropika
Interaksi obat : Hindari pemberian bersama denga MAOI

Kalmethasone

Isi : Dexamethasone phospat


Golongan : Kortikosteroid
Mekanisme kerja :
Farmakokinetik : Absorbsi cepat , efek puncak tercapai dalam 1-2 jam . Mengalami
metabolisme di hati menjadi bentuk inaktif. Waktu paruh pada ginjal dengan fungsi normal
adalah 1,8 -3,5 jam . Eksresi : dikeluarkan melalui urin dan feses

Farmakodinamik : dexamethasone adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas sebagai


imunosupresan dan anti inflamasi. Sebagai imunosupresan , deksamethasone bekerja dengan
menurunkan respon imun terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti inflamasi
deksamethasone dengan jalan menekan proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang
mengalami inflamasi , mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrophil dan
mengurangi mediator inflamasi
OOA : beberapa menit
DOA : 24-72 jam

Dosis: 0,75 mg/kgBB


Sediaan : Tablet 0,5 mg, Ampul 4 mg/ml
Efek samping :
Kardiovaskuler Aritmia, bradikardi, vasculitis
SSP depresi, instabilitas emosional, sakit kepala
Dematologis Akne, dermatitis alergi , alopecia, erythema
Kontra indikasi relatif: DM, infeksi berat, tukak peptik

Pospargin
Kandungan : Methilergometrine maleat
Golongan : Alkaloid ergot
Farmakokinetik:Absorbsi nya lambat. Mengalami metabolisme lintas pertama . Kadar puncak
plasma dicapai dalam 2 jam .Eksresi melalui empedu sebagian kecil ditemukan dalam urine
dan tinja .waktu paruh 2 jam
Farmakodinamik: meningkatkan kontraksi uterus . Dosis kecil meningkatkan amplitudo dan
frekuensi kemudian diikuti relaksasi. Dosis besar menimbulkan kontraksi tetanik dan
peninggian tonus otot dalam keadaan istirahat .
Sistem kardiovaskuler : vasokontriksi perifer dan merusak endotel kapiler
Mengurangi migrain : migraine dihubungkan dengan peningkatan amplitude pulsasi arteri
kranial terutama cabang arteri karotis eksterna . Obat ini mengurangi amplitude pulsasi arteri
karotis eksterna melalui pengurangan aliran darah arteri basiler tanpa mengurangi aliran ke
hemisfer otak.

OOA :
Oral : 5 -15 menit
IM : 2-5 menit
IV : segera setelah injeksi
DOA : 3 jam
Dosis : Awal : 0,2 mg/ml IM dapat diulang 6 jam kemudian

Sediaan: Tablet salut selaput 0,125 mg , Ampul 0,2 mg/ml


Efek samping: Mual, muntah , diare, hipertensi
Kontra indikasi: hipertensi,penyakit hati dan ginjal yang parah

Fentanyl

Kandungan:Fentanyl citrate
Golongan : Opioid narkotik
Farmakokinetik : Kadar puncak dalam plasma dicapai 45 menit .Obat ini mengalami
metabolisme lintas pertama dan kadar maksimal dalam plasma tercapai 1-2 jam. Waktu paruh
3 jam.Ekresi melalui urin
Farmakodinamik : Agonis reseptor mu
OOA : 2 menit
DOA : 30 menit
Dosis :2-3 mcg /kgBB
Sediaan: Ampul 50 mcg/mlx10 ml, Transdermal patch 12mcg/jam x 5,25 mcg/jam
Efek samping: kekakuan otot
Ephedrine HCL
Golongan : agonis adrenergic
Mekanisme kerja : menstimulasi
reseptor adrenergic secara langsung
di SSP dengan meningkatkan
aktivitas noradrenalin di reseptor
dan post sinaptik. Sehingga
meningkatkan cardiac output,
vasokonstriksi perifer,

bronkodilatasi, menurunkan motilitas usus, relaksasi otot vesica urinaria. Juga


memiliki efek stimulant terhadap pusat pernapasan dan dilatasi pupil.
Metabolisme : hepar. Ekskresi melalui urine. Absorpsi untuk oral seluruhnya diserap
pada GIT
Onset of action :
oral : 15-60 menit
i.v. : langsung
duration of action : oral : 4 jam
i.v. : 1 jam
dosis : dewasa : 3-6 mg atau sampai 9 mg dilarutkan dalam 3mg/ml diberikan
secara lambat. Injeksi diulang setiap 3-4 menit sesuai kebutuhan. Dosis
maksimal : 30 mg
Ranitidine
Golongan
: AH2 blocker
Mekanisme kerja : menghambat
histamine untuk dapat terikat pada
reseptor H2 sehingga terjadi penurunan
produksi asam lambung dan
peningkatan pH di gaster.
metabolisme : terikat pada protein
plasma hanya sebesar
15%. Waktu paruhnya
berkisar antara 2-3 jam.
Eliminasi lewat ginjal
sebesar 70% tanpa mengalami perubahan.
Onset of action : 10-15 menit (i.v)
Duration of action : 8-12 jam (i.v)
Dosis : Dewasa, ampul iv: 50 mg
Durogesic patch
Golongan
: opioid
Mekanisme kerja :
menduduki reseptor spesifik di
seluruh susunansyaraf pusat
dan jaringan lainnya, masingmasing berbeda efek,
tergantung 4 reseptor yang
diduduki (, kappa, delta,
sigma). Pada obat ini, reseptor

yang di aktifasi sehingga menimbulkan efek analgesi,


depresi ketergantungan fisik, rigiditas otot. Obat ini
sebagai obat analgesia transdermal.
metabolisme : dengan berat molekul yang rendah, dan
kelarutan dalam lemak tinggi
memungkinkan obat ini di absorpsi
secara transdermal. Efek dari obat ini
tergantung dari luas permukaan obat
yang dipakai dan kondisi kulit.
Efek samping : reaksi alergi

Roculax
Golongan obat
Mekanisme kerja

: muscle relaxan
: merupakan nondepo neuromusculan agent yang bekerja

sebagai antagonis inhibitor terhadap asetilkolin


Metabolism : di hepar; waktu paruh 66-80 menit; ekskresi melalui urine & cairan
empedu
Onset of action
: cepat
Duration of action : intermediet
Efek samping : memperpanjang waktu blok neuromuscular, Takikardi, Hipotensi,
Hipertensi, Mual, Muntah, Bronkospasme, Reaksi alergi

Rantin

Nama Dagang
: Rantin
Kandungan
: Ranitidin
Golongan Obat
: Antagonis H2
Sediaan
: Ampul 50mg/2ml
Dosis
:
Dosis standar : 150mg, 2x/hari atau 300mg sebelum tidur
Dosis untuk anak : 2-4 mg/KgBB. 2hari, maksimal 300mg/hari
Dosis dewasa : ampul IM/IV
Mekanisme Kerja :

Menghambat histamine berikatan pada reseptor H2 sehingaa terjadi penurunan asam


lambut dan peningkatan pH di gaster
Metabolisme : di hepar
Waktu paruh : 2-3 jam
Ekskresi : melalui urine
OOA
1-2 jam
DOA
10-12 jam
Efek Samping
o Hepatotoksik (peningkatan serum transaminase)
o Nefritis interstitial (peningkatan kreatinin)
o Granulositopenia
o Trombositopenia

Hexilon

Nama Dagang : Hexilon


Kandungan
: 6 methylprednisolone
Golongan Obat : Kortikosteroid
Sediaan
: Vial 125 mg/2ml
Dosis : 4-48mg/hari, turunkan dosis secara bertahap sampai dosis efektif terendah
Mekanisme Kerja
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan lama kerja sedang/intermediate,
yang termasuk kategori adrenokortikoid dan mempunyai efek antiinflamasi dan
imunosupresan.
Metabolisme : di hepar
Interaksi Obat : AINS, barbiturat, rifampisin, siklosporin, ketokonazol, troleandomisin
OOA : 1-2 jam
DOA : 8-24 jam
Efek Samping
:
o Pemberian jangka pendek jarang menimbulkan efek samping yang serius.
o Pemberian jangka lama akan menimbulkan efek samping seperti yang ditimbulkan
kortikosteroid lainnya, misalnya moon face, bufallo hump, hipertensi, osteoporosis,
gangguan toleransi glukosa, gangguan sekresi hormon seks, striae pada kulit,
petechiae, akne, edema, hipokalemia, atrofi korteks adrenal, tukak peptik, hambatan
pertumbuhan pada anak, glaukoma, katarak, trombosis, psikosis.

Dobutamin (Golongan Adrenergik, katekolamin)

Dosis : Dewasa = 2,5-10 mcg/kgBB/menit


Anak = 1-15 mcg/kgBB/menit
Onset: 1-2 min; peak after 10 min; Duration: 10-15 min
Metabolisme : di jaringan dan hepar menjadi bentuk metabolit yang tidak aktif
T eliminasi (half-life elimination) : 2 menit
Interaksi : Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek/toksisitas : anastetik
umum(contoh: halothan atau siklopropan) dan dosis lazim dobutamin menyebabkan
aritmia ventricular pada hewan. Bretylium dapat mempotensiasi efek dobutamin. Beta
blocker (nonselective) dapat meningkatkan efek hipertensi,hindari penggunaan secara
bersamaan. Kokain dapat menyebabkan aritmia hebat. Guanetidin, inhibitor MAO,
metildopa, reserpin dan antidepresan trisiklik dapat meningkatkan respon presor pada
simpatomimetik. Menurunkan efek : bloker beta adrenergik dapat menurunkan efek
dobutamin dan meningkatkan risiko hipotensi yang berat.

Dopamin (Golongan Adrenergik, katekolamin)

Dosis : Anak-anak : 1-20 mcg/kgBB/menit


Dewasa : 1-5 mcg/kgBB/menit sampai 20 mcg/kg/menit
Onset : 5 menit Durasi : < 10 menit
Metabolisme : ginjal, hati, plasma; 75% menjadi bentuk metabolit inaktif oleh
monoamine oksidase dan 25 % menjadi norepinefrin
T eliminasi : 2 menit
Interaksi : Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek/toksisitas : efek dopamine
diperpanjang dan ditingkatkan oleh MAO inhibitor; alpha dan beta-adrenergic
blockers, cocaine, anestetik umum, metilldopa,fenitoin, reserpin dan antidepresan trisiklik.
Menurunkan efek: Efek antidepresan trisiklik diturunkan jika digunakan bersama
dengan dopamin. Efek hipotensif guanetdin hanya berefek sebagian; memerlukan
simpatomimetik kerja langsung.

Raivas/Vascon (Isi : Norepinefrin. Golongan Adrenergik, katekolamin)

Dosis : Dewasa : 8-12 mcg/kgBB/menit, maintenance dose : 2-4 mcg/kgBB/menit


Onset : 1-3 menit Durasi : 5-10 menit
Interaksi obat :
Blood &plasma
Chemically incompatible with norepinephrine.
Furazolidone, guanethidine, MAO inhibitors, methyldopa, rauwolfia alkaloids
May increase pressor response, resulting in severe hypertension.
Normal saline
Norepinephrine may lose potency in normal saline solution.
Oxytocic drugs
May cause severe, persistent hypertension.
Phenothiazines (eg, chlorpromazine)
May decrease pressor effect.
Tricyclic antidepressants
May increase pressor response.
Metabolisme obat :
Absorption

Norepinephrine is ineffective orally, subcutaneous absorption is poor, and IV absorption is


immediate.
Distribution

Norepinephrine is localized mainly in sympathetic nervous tissue and crosses the placenta.
Elimination

Norepinephrine is excreted in urine (small amount eliminated as unchanged).

Fapresor (Isi : Metaprolol, golongan beta blocker)

Metoprolol is a beta-blocker that affects the heart and circulation (blood flow through arteries
and veins).
Metoprolol is used to treat angina (chest pain) and hypertension (high blood pressure). It is
also used to treat or prevent heart attack.
Metoprolol may also be used for other purposes not listed in this medication guide.

Important information about metoprolol


You should not use metoprolol if you have a serious heart problem (heart block, sick sinus
syndrome, slow heart rate), severe circulation problems, severe heart failure, or a history of
slow heart beats that caused fainting.
Slideshow: Living with Your Migraines: Tips for Treatment and Prevention

Before taking metoprolol


You should not use this medication if you are allergic to metoprolol, or other beta-blockers
(atenolol, carvedilol, labetalol, nadolol, nebivolol, propranolol, sotalol, and others), or if you
have:

a serious heart problem such as heart block, sick sinus syndrome, or slow heart rate;
severe circulation problems;

severe heart failure (that required you to be in the hospital); or

history of slow heart beats that have caused you to faint.

To make sure metoprolol is safe for you, tell your doctor if you have:

asthma, chronic obstructive pulmonary disease (COPD), sleep apnea, or other


breathing disorder;
diabetes (taking metoprolol may make it harder for you to tell when you have low
blood sugar);

liver disease;

congestive heart failure;

problems with circulation (such as Raynaud's syndrome);

a thyroid disorder; or

pheochromocytoma (tumor of the adrenal gland).

FDA pregnancy category C. It is not known whether metoprolol will harm an unborn baby.
Tell your doctor right away if you become pregnant while using this medication.
Metoprolol can pass into breast milk and may harm a nursing baby. Tell your doctor if you
are breast-feeding a baby.
Do not give this medication to anyone under 18 years old without medical advice.

How should I take metoprolol?


Take metoprolol exactly as prescribed by your doctor. Follow all directions on your
prescription label. Your doctor may occasionally change your dose to make sure you get the
best results. Do not take this medicine in larger or smaller amounts or for longer than
recommended.
Take the medicine at the same time each day.
Metoprolol should be taken with a meal or just after a meal.
A Toprol XL tablet can be divided in half if your doctor has told you to do so. The half tablet
should be swallowed whole, without chewing or crushing.
While using metoprolol, you may need frequent blood tests at your doctor's office. Your
blood pressure will need to be checked often.
If you need surgery, tell the surgeon ahead of time that you are using metoprolol.
You should not stop using metoprolol suddenly. Stopping suddenly may make your condition
worse.
If you are being treated for high blood pressure, keep using this medication even if you feel
well. High blood pressure often has no symptoms. You may need to use blood pressure
medication for the rest of your life.

Store metoprolol at room temperature away from moisture and heat.

What happens if I miss a dose?


Take the missed dose as soon as you remember. Skip the missed dose if it is almost time for
your next scheduled dose. Do not take extra medicine to make up the missed dose.

What should I avoid while taking metoprolol?


Metoprolol may impair your thinking or reactions. Be careful if you drive or do anything that
requires you to be alert.
Drinking alcohol can increase certain side effects of metoprolol.

Metoprolol side effects


Get emergency medical help if you have any of these signs of an allergic reaction to
metoprolol: hives; difficulty breathing; swelling of your face, lips, tongue, or throat.
Call your doctor at once if you have:

very slow heartbeats;


a light-headed feeling, like you might pass out;

shortness of breath (even with mild exertion), swelling, rapid weight gain; or

cold feeling in your hands and feet.

Common metoprolol side effects may include:

dizziness, tired feeling;


confusion, memory problems;

nightmares, trouble sleeping;

diarrhea; or

mild itching or rash.

This is not a complete list of side effects and others may occur. Call your doctor for medical
advice about side effects. You may report side effects to FDA at 1-800-FDA-1088.

Metoprolol Dosing Information


Usual Adult Dose of Metoprolol for Angina Pectoris Prophylaxis:

Initial dose: 100 mg orally in 1 or 2 divided doses.


Maintenance dose: 100 to 450 mg/day.
Extended release may be used at the same total daily dose given once a day.
Usual Adult Dose for Hypertension:
Initial dose: 100 mg orally in 1 or 2 divided doses.
Maintenance dose: 100 to 450 mg/day.
Extended release may be used at the same total daily dose given once a day.
Usual Adult Dose for Supraventricular Tachycardia:
Initial dose: 100 mg orally in 1 or 2 divided doses.
Maintenance dose: 100 to 450 mg/day.
Extended release may be used at the same total daily dose given once a day.
Usual Adult Dose of Metoprolol for Angina Pectoris:
Initial dose: 100 mg orally in 1 or 2 divided doses.
Maintenance dose: 100 to 400 mg/day.
Extended release may be used at the same total daily dose given once a day.
Usual Adult Dose for Myocardial Infarction:
Early treatment:
IV: 3 bolus injections of 5 mg given at 2 minute intervals.
Oral: In patients who tolerate the full IV dose (15 mg), metoprolol tablets, 50 mg every 6
hours, should be initiated 15 minutes after the last IV dose and continued for 48 hours.
Maintenance dose: 100 mg orally twice a day.
Patients who appear not to tolerate the full IV dose should be started on metoprolol tablets at
25 mg or 50 mg every 6 hours 15 minutes after the last intravenous dose or as soon as their
clinical condition allows.
Late treatment:
Oral: 100 mg orally twice a day.
Patients with contraindications to treatment during the early phase of suspected or definite
myocardial infarction, patients who appear not to tolerate the full early treatment, and
patients in whom the physician wishes to delay therapy for any other reason should be started
on metoprolol tablets as soon as their clinical condition allows.
Usual Adult Dose for Congestive Heart Failure:
Initial dose: 25 mg once daily (of the XL formulation) for two weeks in patients with NYHA
class II heart failure and 12.5 mg once daily (of the XL formulation) in patients with more
severe heart failure.
Maintenance dose: This dosage should then be doubled every two weeks to the highest
dosage level tolerated or up to 200 mg.
If transient worsening of heart failure occurs, it may be treated with increased doses of
diuretics, and it may also be necessary to lower the dose or temporarily discontinue treatment.

The dose should not be increased until symptoms of worsening heart failure stabilize.
Initial difficulty with titration should not preclude later attempts to institute therapy. If heart
failure patients experience symptomatic bradycardia, the dose should be reduced.
Usual Pediatric Dose of Metoprolol for Hypertension:
Immediate release:
1 to 17 years:
Initial dose: 1 to 2 mg/kg/day, administered in 2 divided doses. Dosage should be adjusted
based on patient response.
Maximum dose: 6 mg/kg/day (less than or equal to 200 mg/day)
Extended release:
6 to 16 years:
Initial dose: 1 mg/kg orally once daily (not to exceed 50 mg once daily). The minimum
available dose is one half of the 25 mg tablet.
Maintenance dose: Dosage should be adjusted according to blood pressure response. Doses
above 2 mg/kg (or in excess of 200 mg) once daily have not been studied.

What other drugs will affect metoprolol?


Tell your doctor about all medicines you use, and those you start or stop using during your
treatment with metoprolol, especially:

bupropion;
prazosin;

terbinafine;

an antidepressant--bupropion, clomipramine, desipramine, duloxetine, fluoxetine,


fluvoxamine, paroxetine, sertraline;

an ergot medicine--dihydroergotamine, ergonovine, ergotamine, methylergonovine;

heart or blood pressure medications--amlodipine, clonidine, digoxin, diltiazem,


dipyridamole, hydralazine, methyldopa, nifedipine, quinidine, reserpine, verapamil,
and others;

an MAO inhibitor--isocarboxazid, linezolid, phenelzine, rasagiline, selegiline,


tranylcypromine; or

medicine to treat mental illness--chlorpromazine, fluphenazine haloperidol,


thioridazine.

This list is not complete. Other drugs may interact with metoprolol, including prescription
and over-the-counter medicines, vitamins, and herbal products. Not all possible interactions
are listed in this medication guide.

Morfina

Morfina adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama
yang ditemukan pada opium. Morfina bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk
menghilangkan rasa sakit.
Efek samping :
o penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur.
o mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfina
menimbulkan
o ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien ketergantungan morfina
juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.
Efek analgesik morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ;
(1) morfin meninggikan ambang rangsangnyeri ;
(2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang
timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari
thalamus ;
(3) morfinmemudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.
Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi
reseptor -opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia,
sedasi, euforia, physicaldependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak

sebagai agonis reseptor -opioid yangterkait dengan analgesia spinal dan miosis Gambar
morfin(serbuk) Gambar struktur morfin
Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos.
Efek morfinpada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi.
Digolongkan depresi yaituanalgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.
Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal,
konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH). .(Latief dkk, 2001; Sarjono dkk, 1995;
Wibowo S dan Gopur A., 1995; Omorgui, 1997).

Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin
juga dapatmenembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah
pemberian oral jauhlebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian
parenteral dengan dosis yangsama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi
janin. Ekskresi morfin terutama melaluiginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan
dalam tinja dan keringat.
Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan
nyeri hebat yangtidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya
makin besar dosis yangdiperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai ;
(1) Infark miokard ; (2) Neoplasma ;(3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4) Oklusi akut
pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner ; (5)Perikarditis akut, pleuritis dan
pneumotorak spontan ; (6) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar,fraktur dan nyeri
pasca bedah.
Dosis dan sediaan
Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan
diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi
nyeri sedang adalah 0,1-0,2mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena
dan dapat diulang sesuai yamgdiperlukan

Cedocard
Name
Accession Number
Type
Groups
Description

Isosorbide Dinitrate
DB00883 (APRD00455)
small molecule
approved
A vasodilator used in the treatment of angina pectoris. Its actions are
similar to nitroglycerin but with a slower onset of action. [PubChem]

Structure

Synonyms

Brand mixtures

Categories

Dianhydrosorbitol 2,5-dinitrate
Sorbide nitrate
Sorbide, dinitrate
Sorbidnitrate
Brand Name
Ingredients
BiDil
isosorbide dinitrate + hydralazine hydrochloride
Vasodilator Agents

Nitrates and Nitrites

Nitric Oxide Donors


87-33-2
Average: 236.1363
Monoisotopic: 236.028065242
C6H8N2O8
Taxonomy
Organic
Isosorbides

CAS number
Weight
Chemical Formula
Kingdom
Classes

Carbohydrates
Glycerol and Derivatives

Oxoazaniums

Ethers

Esters

Isosorbides

Heterocyclic compounds

Furans

Nitrates

Substructures

Carbohydrates
Pharmacology
For the prevention of angina pectoris due to coronary artery disease.
Cedocard 5/Cedocard 10/Cedocard Retard 20: Angina pectoris,
prophylaxis of anginal attacks in chronic coronary diseases, anginal
disorders after MI, heart failure. Cedocard 20: Treatment & prevention of

Indication

angina pectoris; for treatment of severe, refractory CHF. Cedocard IV


infusion: Treatment of unresponsive CHF, particularly after MI. Control
of refractory angina pectoris.
Isosorbide Dinitrate is a moderate to long acting oral organic nitrate used
for the relief and prophylactic management of angina pectoris. It relaxes
the vascular smooth muscle and consequent dilatation of peripheral
arteries and veins, especially the latter. Dilatation of the veins promotes
Pharmacodynamics peripheral pooling of blood and decreases venous return to the heart,
thereby reducing left ventricular end- diastolic pressure and pulmonary
capillary wedge pressure (preload). Arteriolar relaxation reduces
systemic vascular resistance, systolic arterial pressure, and mean arterial
pressure.
Similar to other nitrites and organic nitrates, isosorbide dinitrate is
converted to nitric oxide (NO), an active intermediate compound which
activates the enzyme guanylate cyclase (atrial natriuretic peptide receptor
A). This stimulates the synthesis of cyclic guanosine 3',5'Mechanism of
monophosphate (cGMP) which then activates a series of protein kinaseaction
dependent phosphorylations in the smooth muscle cells, eventually
resulting in the dephosphorylation of the myosin light chain of the
smooth muscle fiber. The subsequent release of calcium ions results in
the relaxation of the smooth muscle cells and vasodilation.
Absorption of isosorbide dinitrate after oral dosing is nearly complete,
but bioavailability is highly variable (10% to 90%), with extensive firstAbsorption
pass metabolism in the liver. The average bioavailability of isosorbide
dinitrate is about 25%.
Volume of
2 to 4 L/kg
distribution
Protein binding
Very low
Metabolism
Hepatic
Route of elimination Not Available
Half life
1 hour
Clearance
Not Available
Toxicity
Symptoms of overdose include reduced cardiac output and hypotension.
Adult Cedocard 5 tab Angina acute attack 1 tab. Prophylaxis: 1-2 tab 3-4
times daily. Prevention of nocturnal attacks 1-2 tab before sleep.
Cedocard 10 tab 1-3 tab 4 times daily. Cedocard 20 tab Prevention of
Dosage
expected attack or of nocturnal angina 1 tab. General dose: 30-160
mg/day, taken 3-4 times daily. CHF Initially tab. Effective dose: 40160 mg daily, in severe cases up to 240 mg daily. Cedocard IV infusion
2-10 mg/hr. Cedocard Retard tab 1 tab 2 times daily.
Should be taken on an empty stomach.: Take on an empty stomach hr
Administration
before meals. Retard tab: Swallow whole, do not chew/crush.
Marked anaemia, hypotension, cardiogenic shock. Avoid sildenafil,
Contraindications
tadalafil, vardenafil.
Glaucoma. May develop tolerance & cross-tolerance to other nitrates &
Special Precautions
nitrites.
Adverse Drug
Headache, postural hypotension, nausea.
Reactions

Epinephrine/Adrenaline
Name

Epinephrine

Type

small molecule

Groups

approved

Description

The active sympathomimetic hormone from the adrenal medulla in


most species. It stimulates both the alpha- and beta- adrenergic
systems, causes systemic vasoconstriction and gastrointestinal
relaxation, stimulates the heart, and dilates bronchi and cerebral
vessels. It is used in asthma and cardiac failure and to delay absorption
of local anesthetics.

Structure

Salts

Not Available

Brand names

Name
Company
Adnephrine
Adrenal
Adrenalin-Medihaler
Adrenamine
Adrenan

Name
Adrenapax
Adrenasol
Adrenatrate
Adrenine
Adrenodis

Categories

Company

Vasoconstrictor Agents

Sympathomimetics

Adrenergic alpha-Agonists

Mydriatics

Bronchodilator Agents

Adrenergic beta-Agonists

Adrenergic Agonists
Average: 183.2044
Monoisotopic: 183.089543287

Weight
Chemical Formula

C9H13NO3
Taxonomy

Kingdom
Classes

Substructures

Organic

Catecholamines and Derivatives

Hydroxy Compounds

Phenols and Derivatives

Catecholamines and Derivatives

Benzyl Alcohols and Derivatives

Aliphatic and Aryl Amines

Benzene and Derivatives

Amino Alcohols

Catechols

Phenethylamines

Aromatic compounds

Alcohols and Polyols

Phenyl Esters

Pharmacology
Indication

Pharmacodynamics

Mechanism of action

Absorption

Used to treat anaphylaxis and sepsis. Also one of the body's main
adrenergic neurotransmitters.
Epinephrine is indicated for intravenous injection in treatment of acute
hypersensitivity, treatment of acute asthmatic attacks to relieve
bronchospasm, and treatment and prophylaxis of cardiac arrest and
attacks of transitory atrioventricular heart block with syncopal seizures
(Stokes-Adams Syndrome). The actions of epinephrine resemble the
effects of stimulation of adrenergic nerves. To a variable degree it acts
on both alpha and beta receptor sites of sympathetic effector cells. Its
most prominent actions are on the beta receptors of the heart, vascular
and other smooth muscle. When given by rapid intravenous injection, it
produces a rapid rise in blood pressure, mainly systolic, by (1) direct
stimulation of cardiac muscle which increases the strength of
ventricular contraction, (2) increasing the heart rate and (3) constriction
of the arterioles in the skin, mucosa and splanchnic areas of the
circulation. When given by slow intravenous injection, epinephrine
usually produces only a moderate rise in systolic and a fall in diastolic
pressure. Although some increase in pulse pressure occurs, there is
usually no great elevation in mean blood pressure. Accordingly, the
compensatory reflex mechanisms that come into play with a
pronounced increase in blood pressure do not antagonize the direct
cardiac actions of epinephrine as much as with catecholamines that
have a predominant action on alpha receptors.
Epinephrine works via the stimulation of alpha and beta-1 adrenergic
receptors, and a moderate activity at beta-2 adrenergic receptors.
Usually this vasodilator effect of the drug on the circulation
predominates so that the modest rise in systolic pressure which follows
slow injection or absorption is mainly the result of direct cardiac
stimulation and increase in cardiac output.

Volume of distribution

Not Available

Protein binding

Not Available

Metabolism

Epinephrine is rapidly inactivated in the body and is degraded by


enzymes in the liver and other tissues. The larger portion of injected
doses is excreted in the urine as inactivated compounds and the
remainder either partly unchanged or conjugated. The drug becomes
fixed in the tissues and is inactivated chiefly by enzymatic
transformation to metanephrine or normetanephrine either of which is
subsequently conjugated and excreted in the urine in the form of
sulfates and glucuronides. Either sequence results in the formation of 3methoxy-4-hydroxy-mandelic acid which also is detectable in the urine.
Main metabolic enzymes include MAO and COMT
Substrate Enzymes
Epinephrine
Epinephrine

Product
Epinephrine sulfate
Epinephrine glucuronide

Route of elimination

Renal

Half life

2 minutes

Clearance

Not Available

Toxicity

Skin, LD50 = 62 mg/kg (rat)

Affected organisms

Humans and other mammals

Pathways

Not Available

Dosage forms

Form
Liquid
Liquid
Solution
Solution
Solution
Solution
Solution / drops
Solution / drops

Route
Intramuscular
Oral
Intramuscular
Intravenous
Nasal
Respiratory (inhalation)
Ophthalmic
Oral

Manufacturer

Ethica (Adrenalini Bitartras)

Contents

Adrenaline

Indication &
Dosage

For details on therapeutic uses and relevant dosage relating to the epinephrine

ATC
C01CA24 - epinephrine ; Belongs to the class of adrenergic and dopaminergic
Classification cardiac stimulants excluding glycosides. Used in the treatment of heart failure.
Presentation/Packing
Form
Packing/Price
Adrenalini Bitartras inj 1
1 mL x 100 1's (Rp110,000/box)
mg/mL

Chlorpromazine
Mechanism of Action:
Chlorpromazine is a neuroleptic that acts by blocking the postsynaptic dopamine
receptor in the mesolimbic dopaminergic system and inhibits the release of
hypothalamic and hypophyseal hormones. It has antiemetic, serotonin-blocking,
and weak antihistaminic properties and slight ganglion-blocking activity.
Onset: 15 min (IM); 30-60 min (oral).
Absorption: Readily but sometimes erratically absorbed from the GI tract (oral);
peak plasma concentrations after 2-4 hr.
Distribution: Widely distributed; crosses the blood-brain barrier and placenta;
enters breast milk.
Metabolism: Extensively hepatic by hydroxylation and conjugation with
glucuronic acid, N-oxidation, oxidation of a sulfur atom and dealkylation.
Excretion: Urine and faeces (as active and inactive metabolites); 30 hr
(elimination half-life).

MIMS Class
Antipsychotics / Antiemetics

ATC Classification

N05AA01 - chlorpromazine; Belongs to the class of phenothiazine


antipsychotics with aliphatic side-chain.;

Manufacturer

Mersifarma TM

Contents

Chlorpromazine HCl

Indications

Schizophrenia & related psychoses, tranquillisation & emergency control


in behavioural disturbances; adjunctive therapy in behavioural disorders
due to mental retardation.

Dosage

Adult 10-25 mg every 4-6 hr. Psychosis 200-800 mg daily. Childn 0.5
mg/kg body wt every 4-6 hr.

Administration

May be taken with or without food.: May be taken w/ meals to reduce GI


discomfort.

Contraindications

Bone marrow depression, severe hepatic or renal impairment, Reye's


syndrome; coma caused by barbiturates or alcohol. Childn <6 mth.

CV disease, phaeochromocytoma & other conditions where a sudden drop


in BP is undesirable, tachycardia or cardiac insufficiency, hepatic
Special Precautions dysfunction, history of jaundice or parkinsonism, epilepsy,
hypothyroidism, myasthenia gravis, prostatic hypertrophy & glaucoma.
Elderly, pregnancy & lactation.
Adverse Drug
Reactions

Jaundice, postural hypotension & resp depression, blood dyscrasias, acute


dystonia, tardive dyskinesia, visual disturbances, extrapyramidal reactions
(high doses).

Drug Interactions

Alcohol, CNS depressants, guanethidine, anticholinergics, propranolol.

ATC Classification

N05AA01 - chlorpromazine ; Belongs to the class of phenothiazine


antipsychotics with aliphatic side-chain.
Presentation/Packing

Form

Packing/Price

Cepezet film-coated tab 100


250's (Rp110,000/pack)
mg
Cepezet inj 50 mg/2 mL

Name
Accession Number
Type
Groups
Description

10 1's (Rp65,000/box)

Chlorpromazine
DB00477 (APRD00482)
small molecule
approved
The prototypical phenothiazine antipsychotic drug. Like the other drugs in
this class, chlorpromazines antipsychotic actions are thought to be due to
long-term adaptation by the brain to blocking dopamine receptors.

Chlorpromazine has several other actions and therapeutic uses, including as


an antiemetic and in the treatment of intractable hiccup. [PubChem]

Structure

Synonyms
Salts
Brand names
Brand mixtures

Categories

Not Available
Chlorpromazine hydrochloride
Name
Company
Chlorpromanyl
Technilab (Canada)
Largactil
Thorazine
Not Available
Antiemetics

Antipsychotics

Dopamine Antagonists

Phenothiazines

Antipsychotic Agents
CAS number
50-53-3
Average: 318.864
Weight
Monoisotopic: 318.095747015
Chemical Formula C17H19ClN2S
Mass Spec
(8.36 KB)
Taxonomy
Kingdom
Organic
Phenothiazines
Classes
Substructures
Ethers

Phenothiazines

Aliphatic and Aryl Amines

Thiazines

Benzene and Derivatives

Aryl Halides

Halobenzenes

Heterocyclic compounds

Aromatic compounds

Anilines

Pharmacology
For the treatment of schizophrenia, control nausea and vomiting, For relief
of restlessness and apprehension before surgery, adjunct in the treatment of
Indication
tetanus, control the manifestations of the manic type of manic-depressive
illness.
Chlorpromazine is a psychotropic agent indicated for the treatment of
schizophrenia. It also exerts sedative and antiemetic activity.
Chlorpromazine has actions at all levels of the central nervous systemPharmacodynamics primarily at subcortical levels-as well as on multiple organ systems.
Chlorpromazine has strong antiadrenergic and weaker peripheral
anticholinergic activity; ganglionic blocking action is relatively slight. It also
possesses slight antihistaminic and antiserotonin activity.
Chlorpromazine acts as an antagonist (blocking agent) on different
postsysnaptic receptors -on dopaminergic-receptors (subtypes D1, D2, D3
and D4 - different antipsychotic properties on productive and unproductive
symptoms), on serotonergic-receptors (5-HT1 and 5-HT2, with anxiolytic,
antidepressive and antiaggressive properties as well as an attenuation of
extrapypramidal side-effects, but also leading to weight gain, fall in blood
pressure, sedation and ejaculation difficulties), on histaminergic-receptors
(H1-receptors, sedation, antiemesis, vertigo, fall in blood pressure and
weight gain), alpha1/alpha2-receptors (antisympathomimetic properties,
Mechanism of
lowering of blood pressure, reflex tachycardia, vertigo, sedation,
action
hypersalivation and incontinence as well as sexual dysfunction, but may also
attenuate pseudoparkinsonism - controversial) and finally on muscarinic
(cholinergic) M1/M2-receptors (causing anticholinergic symptoms like dry
mouth, blurred vision, obstipation, difficulty/inability to urinate, sinus
tachycardia, ECG-changes and loss of memory, but the anticholinergic
action may attenuate extrapyramidal side-effects). Additionally,
Chlorpromazine is a weak presynaptic inhibitor of Dopamine reuptake,
which may lead to (mild) antidepressive and antiparkinsonian effects. This
action could also account for psychomotor agitation and amplification of
psychosis (very rarely noted in clinical use).
Readily absorbed from the GI tract. Bioavailability varies due to first-pass
Absorption
metabolism by the liver.
Volume of
20 L/kg
distribution
Protein binding
> 90% to plasma proteins, primarily albumin
Extensively metabolized in the liver and kidneys. It is extensively
metabolized by cytochrome P450 isozymes CYP2D6 (major pathway),
CYP1A2 and CYP3A4. Approximately 10 to 12 major metabolite have been
identified. Hydroxylation at positions 3 and 7 of the phenothiazine nucleus
Metabolism
and the N-dimethylaminopropyl side chain undergoes demethylation and is
also metabolized to an N-oxide. In urine, 20% of chlopromazine and its
metabolites are excreted unconjugated in the urine as unchanged drug,
demonomethylchlorpromazine, dedimethylchlorpromazine, their sulfoxide
metabolites, and chlorpromazine-N-oxide. The remaining 80% consists of

conjugated metabolites, principally O-glucuronides and small amounts of


ethereal sulfates of the mono- and dihydroxy-derivatives of chlorpromazine
and their sulfoxide metabolites. The major metabolites are the
monoglucuronide of N-dedimethylchlorpromazine and 7hydroxychlorpromazine. Approximately 37% of the administered dose of
chlorpromazine is excreted in urine.
Substrate
Chlorpromazine

Enzymes
Cytochrome P450
2D6

Product
hydroxychlorpromazine

Chlorpromazine
chlorpromazine-N-oxide
Chlorpromazine
dedimethylchlorpromazine
Chlorpromazine
demonomethylchlorpromazine
Chlorpromazine
N-dedimethylchlorpromazine
Route of elimination Kidneys, ~ 37% excreted in urine
Half life
~ 30 hours
Clearance
Not Available
Agitation, coma, convulsions, difficulty breathing, difficulty swallowing, dry
Toxicity
mouth, extreme sleepiness, fever, intestinal blockage, irregular heart rate,
low blood pressure, restlessness
Humans and other mammals
Affected organisms

Neostigmine Methylsulfate (antikolinesterase)


Neostigmine methylsulfate adalah dimethylcarbamate dari (m-hidroksifenil)-trimetil
amonium methylsulfate.
Neostigmine Methylsulfate Injeksi adalah larutan steril yang ditujukan untuk intramuskular,
subkutan atau infus lambat.
Tiap mL konsentrasi 1:1000 mengandung 1 mg methylsulfate neostigmin, Methylparaben 1,8
mg dan 0,2 mg propylparaben, natrium acetatetrihydrate 0,33 mg dalam air
FARMAKOLOGI KLINIS

Neostigmine menghambat hidrolisis asetilkolin dengan bersaing dengan asetilkolin untuk


dipasang acetylcholinesterase di situs dari transmisi kolinergik. Hal ini meningkatkan
tindakan kolinergik dengan memfasilitasi transmisi impuls di persimpangan
neuromuskular. Ini juga memiliki efek langsung pada cholinomimetic otot rangka dan
mungkin pada sel ganglion otonom dan neuron dari sistem saraf pusat. Neostigmine
mengalami hidrolisis oleh kolinesterase dan juga dimetabolisme oleh enzim mikrosomal
dalam hati. Protein mengikat serum manusia berkisar albumin dari 15 sampai 25
persen. Setelah pemberian intramuskular, neostigmin dengan cepat diserap dan
dieliminasi. Dalam sebuah penelitian terhadap lima pasien dengan myastheniagravis, kadar
puncak plasma diamati pada 30 menit dan waktu paruh berkisar 51-90 menit.
Sekitar 80 persen dari obat itu dieliminasi dalam urin dalam waktu 24 jam, sekitar 50 persen
sebagai obat tidak berubah dan 30 persen sebagai metabolit. Setelah pemberian intravena,
plasma berkisar paruh 47-60 menit telah dilaporkan dengan waktu paruh rata-rata 53 menit.
Efek klinis neostigmin biasanya dimulai dalam 20 sampai 30 menit setelah injeksi
intramuskular dan terakhir dari 2,5 sampai 4 jam.
INDIKASI DAN PENGGUNAAN
Neostigmine Methylsulfate Injeksi diindikasikan untuk:

kontrol gejala myasthenia gravis ketika terapi oral tidak praktis.

pencegahan dan pengobatan pasca operasi dan distensi retensi urin setelah obstruksi
mekanik telah dikecualikan.

pembalikan efek nondepolarisasi agen memblokir neuromuskuler (misalnya,


tubocura-rine, metocurine, gallamine atau pancuronium) setelah operasi.

KONTRAINDIKASI
Neostigmine Methylsulfate Injeksi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan dikenal
hipersensitivitas terhadap obat tersebut. Hal ini juga kontraindikasi pada pasien dengan
obstruksi peritonitis atau mekanis pada saluran usus atau kemih.
PERINGATAN
Neostigmine harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan epilepsi, asma bronkial,
bradikardia, oklusi koroner terakhir, vagotonia, hipertiroidisme, aritmia jantung atau ulkus
peptikum. Ketika dosis besar neostigmin dikelola, injeksi sebelumnya atau simultan atropin
sulfat mungkin dianjurkan. Jarum suntik yang terpisah harus digunakan untuk neostigmin dan
atropin. Karena kemungkinan hipersensitivitas pada pasien sesekali, atropin dan obat-obatan
antishock harus selalu tersedia.
PENCEGAHAN
Umum

Hal ini penting untuk membedakan antara krisis miastenia dan krisis kolinergik disebabkan
oleh overdosis dari neostigmin. Kedua kondisi mengakibatkan kelemahan otot ekstrim namun
memerlukan pengobatan yang berbeda secara radikal. (Lihat bagian overdosis .)
Interaksi Obat
Neostigmine tidak memusuhi, dan mungkin sebenarnya memperpanjang, Tahap I blok dari
relaksan otot depolariz-ing seperti succinylcholine atau decamethonium. Antibiotik tertentu,
terutama neomycin, streptomycin dan kanamycin, memiliki nondepolarisasi memblokir aksi
ringan tetapi pasti yang mungkin menonjolkan blok neuromuskuler. Antibiotik harus
digunakan pada pasien miastenia hanya apabila pasti ditunjukkan, dan penyesuaian maka hati
harus terbuat dari dosis antikolinesterasi. Lokal dan beberapa anestesi umum, agen
antiarrhythmic dan obat lain yang mengganggu transmisi neuromuskuler harus digunakan
dengan hati-hati, jika sama sekali, pada pasien dengan myasthenia gravis, dosis neostigmin
mungkin harus ditingkatkan sesuai.
EFEK SAMPING
Efek samping umumnya karena berlebihan efek farmakologis yang air liur dan fasikulasi
adalah yang paling umum. Kram usus dan diare juga dapat terjadi. Reaksi samping tambahan
berikut telah dilaporkan setelah penggunaan methylsulfate neostigmin.
alergi: Reaksi alergi dan anafilaksis.
Neurologis:. Pening, kejang, kehilangan kesadaran, mengantuk, sakit kepala, dysarthria,
miosis dan perubahan visual
Kardiovaskular: aritmia jantung (termasuk bradikardia , takikardia, AV blok dan irama nodal)
dan perubahan EKG nonspesifik telah dilaporkan, serta serangan jantung, sinkop dan
hipotensi. Ini telah terutama mencatat mengikuti penggunaan bentuk injeksi neostigmin.
Pernapasan:. oral, faring dan bronkus sekresi Peningkatan, dyspnea, depresi pernafasan,
pernapasan dan bronkospasme
Dermatologic: Ruam dan urtikaria.
Gastrointestinal: Mual, muntah, perut kembung dan peningkatan peristaltik.
kemih: Kemih frekuensi.
Muskuloskeletal: Kram otot dan kejang, arthralgia
Miscellaneous: Diaphoresis, pembilasan dan kelemahan.
DOSIS DAN ADMINISTRASI
Kontrol gejala myasthenia gravis: Satu mL larutan 1:2000 (0,5 mg) subkutan atau
intramuskular. Dosis berikutnya harus didasarkan pada respon pasien individu.
Pencegahan distensi pasca operasi dan retensi urin: 0,25 mg subkutan atau intramuskular
sesegera mungkin setelah operasi, ulangi setiap 4 sampai 6 jam selama dua atau tiga hari.
Pengobatan distensi pascaoperasi: Satu mL dari 1:2000 solusi (0.5.mg) subkutan atau
intramuskular, seperti yang dipersyaratkan. Pengobatan retensi urin : Satu mL larutan 1:2000
(0,5 mg). subkutan atau intramuskular.Jika buang air kecil tidak terjadi dalam waktu satu jam,
pasien harus kateter. Setelah pasien telah dibatalkan, atau kandung kemih telah dikosongkan,
melanjutkan suntikan 0,5 mg setiap tiga jam untuk setidaknya 5 suntikan.Pembalikan Efek

pada nondepolarisasi Agen blokir neuromuskular : Ketika Neostig-tambang Methylsulfate


Injeksi intravena, dianjurkan bahwa atropin sulfat (0,6-1,2 mg) juga diberikan secara
intravena menggunakan jarum suntik terpisah. Beberapa pihak telah merekomendasikan
bahwa atropin disuntikkan beberapa menit sebelum neostigmine daripada bersamaan. Dosis
umum adalah 0,5-2 mg Neostigmine Methylsulfate Injeksi diberikan melalui suntikan
intravena lambat, diulang sesuai kebutuhan. Hanya dalam kasus-kasus luar biasa harus total
dosis neostigmin melebihi 5 mg, dianjurkan agar pasien ventilasi yang baik dan jalan napas
paten dipertahankan sampai pemulihan lengkap respirasi normal terjamin. Waktu optimal
untuk pemberian obat adalah selama hiperventilasi ketika tingkat karbon dioksida dari darah
rendah. Ini tidak boleh diberikan di hadapan konsentrasi tinggi halotan atau cyclopropane. Dalam kasus jantung dan pasien yang sakit parah, disarankan untuk titrasi yang tepat
dosis neostigmin yang diperlukan, menggunakan saraf perifer perangkat stimulator. Di
hadapan bradycardia, denyut nadi harus ditingkatkan menjadi sekitar 80/minute dengan
atropin sebelum memberikan neostigmin. produk obat parenteral harus diperiksa secara
visual untuk partikulat dan perubahan warna sebelum administrasi, solusi dan kontainer
setiap kali izin.

LIDOCAINE
Lidocaine (XYLOCAINE, dan lain-lain), yang diperkenalkan pada tahun 1948, sekarang
merupakan anestesik lokal yang paling banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan
kedokteran gigi. Merupakan anestetika lokal yang berguna untuk infiltrasi dan memblokir
syaraf (nerve block).
Aksi Farmakologi
Lidokain cepat menghasilkan, lebih intens, lebih tahan lama dan merupakan anastesi lebih
luas daripada prokain dengan konsentrasi yang sama. Tidak seperti prokain, senyawa ini
merupakan suatu senyawa aminoetilamida dan merupakan anggota prototipikal golongan
anestetik lokal amida. Lidokain adalah pilihan alternatif untuk individual yang sensitif
terhadap anestesi lokal tipe ester. Lidokain digunakan pada perawatan ventricular cardiac
arrhytmias dan tahanan jantung dengan fibrilasi ventrikular, khususnya dengan iskemia akut,
tetapi tidak digunakan pada perawatan atrial arrhytmia.

Farmakodinamik
Lidokain di absorbsi secara cepat setelah pemberian parenteral serta dari saluran
gastrointestinal dan pernafasan. Walaupun senyawa ini efektif jika digunakan tanpa
vasokonstriktor, dengan adanya epinephrine menurunkan laju absorbsinya, sehingga
toksisitasnya menurun dan lama kerjanya diperpanjang. Disamping sediaan untuk injeksi,
tersedia sistem pengantaran obat bebas jarum (needle-free drug-delivery system) untuk
larutan dari lidocaine dan epinephrine (IONTOCAINE). Sistem ini secara umum digunakan
untuk prosedur dermal dan menghasilkan anestesi sampai kedalaman 10 mm.
Lidocaine bagian transdermal (LIDODERM) digunakan untuk nyeri yang berhubungan
dengan postherpetic neuralgia. Kombinasi dari lidocaine (2.59%) and prilocaine (2.5%)
digunakan sebagai anestesi sebelum venipuncture, skin graft harvesting, dan infiltrasi dari
anestesi ke dalam genitalia.
Lidocaine didealkylasi pada hati oleh CYPs menjadi monoethylglycine xylidide dan glycine
xylidide, yang dapat dimetabolisme lebih lanjut menjadi monoethylglycine dan xylidide.
Keduanya, monoethylglycine xylidide dan glycine xylidide menahan aktivitas anastesi lokal.
Pada manusia, sekitar 75% dari xylidide diekskresikan lewat urin sebagai metabolit lebih
lanjut 4-hydroxy-2, 6-dimethylaniline.
Penggunaan Klinik
Lidokain memiliki indeks terapi yang luas dari penggunaan klinik sebagai anestesi lokal ; ini
digunakan pada sebahagian besar aplikasi ketika diperlukan anestesi lokal dari durasi tingkat
menengah. Lidocain sering digunakan sebagai agen antiarrhytmia.
PENGGUNAAN
Lidokain digunakan pada pemberian injeksi, seperti pada sediaan yang mengandung
kortikosteroid, untuk menghilangkan rasa sakit, rasa gatal, dan iritasi lokal lainnya. Lidokain
sodium juga digunakan pada injeksi intramuskular dari beberapa antibakterial untuk
mengurangi rasa sakit pada saat injeksi.
Lidokain juga merupakan obat antiaritmik golongan Ib yang digunakan pada pengobatan
aritmia ventrikular, terutama setelah infark miokard. Lidokain juga tersedia dalam infus
intravena untuk pengobatan epilepsi yang sulit dikendalikan.
Penggunaan dosis dari lidokain hidroklorida pada anestetik lokal bergantung pada tempat
injeksi dan prosedur penggunaan. Dosis penggunaan lidokain secara spesifik untuk individual
tidak selalu tersedia pada UK, meskipun produk dari US sering menyediakan informasi
tentang penggunaannya. Ketika diberikan dengan adrenalin, dosis maksimum lidokain yang
disarankan adalah 500 mg; tanpa adrenalin yang direkomendasikan oleh UK adalah 200 mg
dan USA 300 mg, kecuali pada anestesi pada spinal. Larutan Lidocaine HCl mengandung
adrenalin 1 dalam 200.000 digunakan untuk infiltrasi anestetik dan memblok nervus termasuk
blok epidural. Konsentrasi tinggi dari adrenalin jarang dibutuhkan, kecuali pada dokter gigi.
Sedangkan larutan lidokain HCL dengan adrenalin 1 dalam 80.000 banyak digunakan. Dosis

seharusnya dikurangi pada anak-anak, orang tua dan pasien yang lemah. Dosis
percobaan,biasanya dengan adrenalin, seharusnya diberikan sebelum memulai blok epidural
untuk mendeteksi dosis intravaskular yang kurang hati-hati atau dosis subaraknoid.
Berikut ini dosis yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan anestesi lokal secara
individu di USA :

Untuk anestesi infiltrasi perkutan, 5 sampai 300 mg ( 1 dalam 60 mL dari 0,5%


larutan, atau 0,5 sampai 30 mL dari 1% larutan).

Dosis untuk memblok saraf perifer tergantung oleh rute penggunaan. Untuk memblok
plexus brankial 225 sampai 300 mg (15 sampai 20 mL) dalam larutan 1,5%.

Untuk memblok saraf simpatis larutan 1% direkomendasikan. Dosis 50 mg(5 mL)


untuk blok servical dan 50 sampai 100mg (5 sampai 10 mL) untuk blok lumbal.

Untuk anestesi epidural 2 sampai 3 mL larutan dibutuhkan. Untuk anestesi epidural


lanjutan,dosis maksimum sebaiknya tidak diulangi terus-menerus lebih dari 90 menit.

Larutan hiperbarik 1,5% atau 5% lidokain HCL dalam glukosa 7,5% tersedia untuk
anestesi spinal ; adrenalin tidak bisa digunakan. Dosis sampai 75 mg (1,5 mL) dalam
larutan 5% digunakan dalam operasi caesar. Dan 75 sampai 100 mg (1,5 sampai 2
mL) untuk prosedur operasi lainnya.

Untuk anestesi regional IV larutan 0,5% tanpa adrenalin dapat digunakan dalam dosis
50 sampai 300 mg (10 sampai 60 mL) ; dosis maksimum 4 mg/kg direkomendasikan
untuk dewasa.

Lidokain juga dapat digunakan dalam berbagai jenia formulasi anestesi permukaan.

Lidokain salep digunakan untuk anestesi pada kulit dan membran mukosa dengan
dosis yang direkomendasikan sebesar 20 g dalam 5% salep (setara 1 g lidokain basa)
dalam 24 jam.

Gels digunaan untuk anestesi pada saluran kemih dan dosisnya bermacam-macam tiap
negara. Di UK diberikan dosis 2% gel.

Larutan topikal digunakan untuk anestesi permukaan dari membran mukosa mulut,
tenggorokan, dan saluran kemih atas. Untuk mulut dan tenggorokan digunakan larutan
2%, dapat ditingkatkan 300 mg (15mL). Untuk sakit faringeal obat kumur dibutuhkan,
tidak lebih dari 3 jam sekali. Dosis yang direkomendasikan di USA untuk larutan oral
topikal adalah 2,4 g. Lidokain dalam konsentrasi 10% digunakan sebagai spray untuk
mencegah sakit pada membran mukosa.

Lidokain digunakan secara rektal sebagai supositoria, spray, salep, dan krim untuk
mengobati hemoroid dan kondisi perianal lainnya.

Tetes mata mengandung lidokain HCL 4% dengan fluoresin.

Penggunaan pada Aritmia


Untuk pengobatan aritmia ventrikular lidokain diberikan secara IV sebagai lidokain HCl.
Untuk dewasa, dosis biasanya sekitar 1 sampai 1,5 mg/kg dapat diberikan dan diulangi
sampai 3 mg/kg.
Lidokain juga digunakan untuk aritmia ventrikular lainnya pada pasien dengan kondisi yang
kurang stabil. Infus IV lanjutan biasa direkomendasikan setelah dosis awal sekitar 1 sampai 4
mg/menit. Jarang dibutuhkan infus lanjutan lebih lama dari 24 jam. Pada situasi
gawat,lidokain HCl diberikan sebagai injeksi IM 300mgdiulangi bila perlu setelah 60 sampai
90menit.

Efek samping
1. Pada SSP
Adanya reaksi psikotik dilaporkan terjadi pada 6 pasien dengan pemberian lidokain IV untuk
pengobatan penyakit jantung. Pada kasus lain pasien mengalami gejala ataxia serebral setelah
penggunaan lidokain topikal untuk endoskopi.
2. Pada kulit
Eritema dan pigmentasi pada bibir atas terjadi pada anak-anak setelah infiltrasi dental lokal
dari lidokain. Eritema juga terjadi setelah pemberian topikal pada beberapa formula lidokain
seperti transdermal patch.
3. Kehamilan
Efek samping serius dari anestesi epidural jarang terjadi tetapi lidokain mungkin memberikan
efek transient pada sistem auditory neonatal.
PERHATIAN
Sebagai anestesi lokal
Umumnya lidokain tidak diberikan pada pasien yang hipovolaemia, dan seharusnya menjadi
perhatian pada jika digunakan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, bradikardi atau
depresi pernapasan. Lidokain dimetabolisme dihati dan harus diperhatikan pemberian pada
pasien yang mengalami kerusakan hati. T1/2 lidokain mungkin diperpanjang pada kondisi
kurangnya aliran darah hati seperti gagal jantung atau gagal sirkulasi. Metabolit lidokain
mungkin berakumulasi dengan pasien yang mengalami kerusakan ginjal. Injeksi IM lidokain

mungkin meningkatkan konsentrasi kreatinin fosfokinase yang dapat mengganggu diagnosa


dari Infark myocard akut.

Anda mungkin juga menyukai