Anda di halaman 1dari 41

BRONKOPNEUMONIA

HUZAIPI PRATAMA
1407101030291

BAB I
PENDAHULUAN

Bronkopenumonia merupakan :
Salah satu jenis pneumonia
Ditandai bercak yang melibatkan bronkus
Sering menyertai ISPA

Riskesdas 2013, Persentase ISPA di Aceh 30%.

Riskesdas 2013, Persentase Pneumonia di Aceh 35,6%.

Riskesdas 2013, Persentase ISPA di Indonesia 25%.

BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Suku
Agama
Alamat
Besar
No CM
Tanggal Masuk

: MD
: 29 Januari 2008
: Laki-laki
: Aceh
: Islam
: Lubok Batee, Ingin jaya, Aceh
: 1019529
: 19 Maret 2016

Anamnesis
Keluhan Utama

Sesak nafas

Keluhan Tambahan

Batuk berdahak, demam

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu dan memberat malam
ini. Sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktifitas dan cuaca. Menurut pengakuan orang
tua pasien sesak semakin memberat dari hari ke hari. Pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak dalam 1 bulan yang ini. Batuk di mulai dengan batuk kering yang semakin
hari semakin memberat dan sekarang sudah berkembang menjadi batuk berdahak
dengan dahak berwarna putih. Orang tua pasien mengatakan pasien juga mengalami
demam berulang yang tidak terlalu tinggi naik turun selama 2 minggu ini. Demam
turun jika diberikan obat penurun panas. Buang air besar frekuensi 1 kali sehari
dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Buang air kecil frekuensi 2-3 kali sehari
dengan volume sekali buang air kecil kira-kira setengah botol aqua sedang ( sekitar
300 cc) dan berwarna jernih sampai kekuningan.

`
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sudah pernah memiliki riwayat sesak napas sebelumnya 1 minggu
yang lalu. Riwayat asma tidak ada. Riwayat batuk lama tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga tidak ada yang mengeluhkan keluhan seperti pasien. Tidak ada
anggota keluarga yang menderita batuk lama. Tidak ada riwayat asma
dan alergi.

Riwayat Pemakaian Obat :


Nebule Ventoline
Paracetamol Syr

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :


Ibu pasien ANC teratur ke bidan dan dokter spesialis kandungan. Saat
hamil ibu pasien mengaku tidak menderita sakit apapun.
Pasien lahir secara sectio caesarea dan cukup bulan. Berat badan lahir
3900 gram. Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara

Riwayat Imunisasi :
Pasien sudah pernah mendapatkan imunisasi namun tidak lengkap dan
keluarga pasien tidak ingat imunisasi apa saja yang sudah diberikan

Riwayat Makanan :
0 - 6 bulan : ASI
6 - 23 bulan : ASI + MP ASI
23 sekarang : Susu Formula + Makanan Biasa

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Pasien tampak sakit
sedang
Tekanan Darah : Tidak dilakukan
Heart rate
: 120x / menit
Respiratory rate : 34 x / menit
Temperatur
: 37,0 C

Berat Badan : 18 kg
Tinggi Badan : 105 cm
BB/U : 18/25,5 x100% = 71 % ( >P90 )
TB/U : 105/129 x 100% = 81 % ( <P3)
BB/TB : BBS/BBIx100% = 18/17 x100% = 105%
( %median >90 = Gizi Baik )
BMI/U : 18 kg /(1,05 m)2 = 19,8 (>P90)

HA

: 4 tahun 5 bulan

Kebutuhan Cairan : 1000 + 50 (8) ml/ hari


= 1400 ml/ hari
Kebutuhan Kalori : 70 x 18 kg
= 1260 Kkal/Hari
Kebutuhan Protein : 1 x 18 kg
= 18 gr/ Hari

Status General

Kulit
Warna
Turgor
Sianosis
Ikterus
Edema

: Putih
: Kembali cepat
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

Kepala dan Leher


Ukuran : Normocephali
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, tidak dijumpai deformitas dan edema.
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil
bulat isokor 3mm/3mm, kornea dan lensa jernih, refleks cahaya
langsung (+/+), dan refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Telinga : Normotia
Hidung : NCH (-/-), sekret (-/-)
Mulut : tidak ada sianosis pada mukosa bibir, bibir simetris,
tidak ada trismus, lidah normoglosia
Leher : tidak ada tortikolisis maupun massa, penggunaan otot
bantu sternocleidomastoideus

Thorax
Inspeksi : Simetris,
Statis: Simetris, normochest
Dinamis : Retraksi intercostal (+), pernafasan
thorakoabdominal, penggunaan otot suprasternal pada saat
bernafas.
Paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri meningkat
Perkusi : Sonor meredup
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (+/+), wheezing (-/-) RR=
58 x/menit

Jantung
Auskultasi
: BJ I > BJ II, Reguler (+), Bising
(-), HR= 124 kali/menit
Abdomen
Inspeksi
: Distensi (-)
Auskultasi
: Peristaltik kesan normal (4
kali/menit)
Anus
: Anus intak

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

- Cor dalam batas normal


- Pulmo tampak corakan infiltrat di basal dan peribronkial pada hilus paru kanan

Pemeriksaan Radiologi
Kesimpulan :
- Cor dalam batas normal
-Pulmo tampak corakan infiltrat di basal
dan peribronkial pada hilus paru kanan

Diagnosa Kerja
Bronkopneumonia

Penatalaksanaan

IVFD 4:1 30 gtt/i


Inj. Ampicilin 150 mg/6 jam (IV)
Inj. Cefotaxim 300 mg/12 jam (IV)
Nebulizer NaCl 3% 1,5cc/6 jam (Nebule)
Edukasi catch-up imunisasi

Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo Sanactionam : dubia ad bonam

Followup Harian
Tanggal / Hari
Rawatan

Catatan

Instruksi

28/3/2016

S/ Batuk Berdahak (+),


Sesak Nafas (+)

Th/

H1

O/ HR : 124 kali/menit
RR : 40 kali/menit
T : 37,0 0c
A/ - Diagnosa Kerja :
Bronkopneumonia
- Diagnosa Banding :
Bronkiolitis

-IVFD 4:1 30gtt/i


- Inj. Ampicilin 150mg/6
jam
-Inj. Cefotaxime
300mg/12jam
-Nebulizer NaCl 3%
1,5cc/6 jam
P/

Tanggal / Hari
Rawatan

Catatan

Instruksi

29/3/2016

S/ Batuk Berdahak (+),


Sesak Nafas (+)

Th/

H2

O/ HR : 120 kali/menit
RR : 38 kali/menit
T : 36,4 0c
A/ - Diagnosa Kerja :
Bronkopneumonia

-IVFD 4:1 30gtt/i


- Inj. Ampicilin 150mg/6
jam
-Inj. Cefotaxime
300mg/12jam
-Nebulizer NaCl 3%
1,5cc/6 jam
P/

Tanggal / Hari
Rawatan

Catatan

30/3/2016

S/ Batuk Berdahak (+),


Sesak Nafas (berkurang)

Th/

O/ HR : 122 kali/menit
RR : 36 kali/menit
T : 36,9 0c
A/ - Diagnosa Kerja :
Bronkopneumonia

-IVFD 4:1 30gtt/i


- Inj. Ampicilin 150mg/6
jam
-Inj. Cefotaxime
300mg/12jam
-Nebulizer NaCl 3%
1,5cc/6 jam

H3

Instruksi

P/

BAB III

Definisi

Patofisiologi

}
48 jam berikutnya

4-12 jam

3-8 hari berikutnya

7-11 hari berikutnya

Diagnosis
Gejala klinis

BRONKOPNEUMONIA

SESAK
NAFAS

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Penggunaan Otot Bantu Nafas


Vokal fremitus yang dapat meningkat
Perkusi dapat menurun
Auskultasi ditemukan rhonki basah
Leukositosis 15.000-40.000mm3
Peningkatan LED
Kultur sputum positif
AGDA dapat menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia
Foto rongent thorax akan menunjukkan peningkatan corakan
bronkovaskular dan infiltrat kecil halus yang tersebar di
lapangan paru yang seringnya di lobus basal.

Diagnosis Banding
Bronkiolitis

Perbedaan
Usia
Etiologi

Bronkiolitis

Bronkopneumonia

Bayi

<5 Tahun

RSV, parainfluenza, virus

RSV, campak, parainfluenza,


adenovirus, S.pneumoniae, S.aureus

influenza,adenovirus, rhinovirus

Masa Inkubasi

2-5 Hari

9-21 Hari (rata-rata 12


hari)

Gejala klinis

Batuk, sesak nafas,


mengi, demam subfebris

Batuk, sesak nafas,


demam tinggi, rhonki

Pemeriksaan fisik

SF menurun, wheezing,
rhonki basah halus
minimal

SF meningkat pada sisi


yang sakit, rhonki basah
halus nyaring

Laboratorium

Peningkatan minimal
dari limfosit

Leukositosis signifikan

Rongent

Hiperinflasi, airtrapping, Patchy infiltrat,


airbronkrogram

Pengobatan

Simtomatis dan
pencukupan nutrisi

Antiobiotik, simtomatis,
pencukupan nutrisi

Penatalaksanaan
Umum :
Pemberian 02 2-4L/menit sampai sesak nafas
hilang atau PaO2 pada AGDA 60 torr
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi
elektrolit jika diperlukan
Jika ditemukan asidosis berikan natrium
bikarbonat

Khusus
Mukolitik, ekspektoran dan antipiretik
Antibiotik
Amoksisilin 10-25mg/kgBB/8jam
Ampicilin 25mg/kgBB/6jam
Gentamicin 8mg/kgBB/hari (hari pertama)
6mg/kgBB (hari selanjutnya)
Cefotaxime 25mg/kgBB/12 jam (1 bulan pertama)
25mg/kgBB/8jam (lebih dari sebulan)

Analisa Kasus
Pasien dibawa keluarga dengan
keluhan nafas cepat 58 kali/menit
dan batuk berdahak. Batuk dimulai
dari batuk kering dan demam yang
mencapai 40 derajat celcius. Anak
gelisah dan dyspnea disertai dengan
penggunaan otot bantu nafas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan
fremitus meningkat, perkusi
meredup auskultasi didapatkan
rhonki basah.

Secara teoritis, bronkopneumonia dapat menyebabkan


ketidakadekuatan pernafasan (functiolaesa),
pemasukkan oksigen ke dalam tubuh haruslah sesuai
dengan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan jaringan,
hal ini merespon untuk memberikan sinyal ke otak
untuk mempercepat pernafasan dan menggunakan
otot bantu nafas lainnya untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh. Gejala ISPA seperti batuk dan
demam secara teoritis sering mendahului kejadian
bronkopneumonia, kemudian akumulasi dari eksudat
akibat dari infeksi akan didorong ke arah atas dan
akan menimbulkan refleks batuk yang disertai dengan
mukus. Fremitus meningkat akibat adanya konsolidasi
zat-zat antiinflamasi di parenkim paru yang
menyebabkan kepadatan paru bertambah sehingga
hantaran udara yang dihasilkan lebih tinggi ketika
disampaikan ke dada. Demikian pula perkusi yang
menjadi lebih solid. Rhonki basah didapatkan karena
adanya aliran udara para paru yang tersumbat oleh
cairan.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai