Anda di halaman 1dari 8

JAMINAN RESI GUDANG

Hukum jaminan secara sederhana dapat diartikan sebagai hukum yang


mengatur tentang jaminan utang, baik yang berbentuk jaminan kebendaan maupun
perorangan. Jaminan perorangan adalah suatu jaminan antara sorang kreditor dengan
orang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitor, sedangkan
jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditor dan debitor, atau antara kreditor
dengan orang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitor.1
Hak jaminan kebendan mencakup hak jaminan benda bergerak dan hak
jaminan benda tidak bergerak. Lembaga jaminan benda tidak bergerak dikenal
dengan Hak Tanggungan, sedangkan jaminan benda bergerak adalah gadai dan
fidusia. fungsi utama jaminan ialah untuk meyakinkan bank atau kreditor bahwa
debitor mempunyai kemampuan untuk mengembalikan atau melunasi kredit yang
diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit yang telah
disepakati bersama2. Sejak pemberlakuan UU No.9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi
Gudang dan PBI No.9 Tahun 2007, hak jaminan kebendaan bertambah jenisnya
dengan hadirnya jaminan atas hak Resi Gudang. Jaminan Resi Gudang merupakan
perkembangan lebih lanjut dari jaminan fidusia, sedangkan jaminan fidusia adalah
perkembangan lebih lanjut dari jaminan gadai. Ketiga bentuk jaminan adalah
perjanjian ikutan (accesoir) dari suatu perjanjian utang piutang sebagai perjanjian
pokok. Perbedaan yang terdapat dalam Jaminan Resi Gudang ialah jaminan atas
benda bergerak, khususnya barang hasil panen, dimana penguasaan objek jaminannya
berda di tangan pengelola gudang, namun pemilik barang (debitor) masih dapat
emperjualbelikan atau memindahtangankan dokumen resi gudang yang dimilikinya.

1 Prof. R. Subekti, S. H.,1982, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit


Menurut Hukum Indonesia, Cetakan 10, Alumni, Bandung, hlm.25
2 Abdul R. Saliman, Hermansyah, dan Ahmad Jalis, 2005, Hukum Bisnis
untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, Cetakan 1, Prenada Media,
Jakarta, hlm. 16-17

Masih sedikit literatur yang membahas mengenai Resi Gudang dibanding


pembahasan mengenai fidusia dan gadai. Resi Gudang sendiri lahir sebagai solusi
ditengah-tengah permasalahan Agribisnis, terutama yang berkaitan dengan petani
kecil, saat terjadi penurunan harga jual komoditi hasil pertanian pada masa panen
raya.
Menurut UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang, dijelaskan
bahwa Sistem Resi Gudang adalah Kegiatan Yang berkaitan dengan Penerbitan,
Pengalihan, Penjaminan dan penyelesaian transaksi Resi Gudang. Kebijakan umum di
bidang Sistem Resi Gudang (SRG) ditetapkan oleh Menteri yang melaksanakan
urusan pemerintahan di bidang Perdagangan. Sedangkan Resi Gudang (Warehouse
Receipt) merupakan warkat atau surat berharga yang diterbitkan oleh pengelola
gudang atas kepemilikan barang yang disimpan di gudang. Barang yang dimaksud
dapat disimpan di gudang adalah barang yang memiliki standar mutu tertentu
berdasarkan Pasal 3 dan 4 Permendag No26 Tahun 2007 diantaranya ialah gabah,
beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet dan rumput laut. Komoditi resi gudang masih
memungkinkan untuk ditambah dengan jenis barang baru dengan melihat
rekomendasi dari pemerintah daerah.
Subjek dari Resi Gudang yang Pertama ialah Pemilik barang (debitor) atau
pemberi jaminan Resi Gudang, dalam kaitannya dengan penjaminan debitor :
perorangan, kelompok, badan usaha Petani, Gapoktan (Gabungan Kelompok Petani),
dan Koperasi, sebagaimana tertuang dalam Permendag No. 66/M-DAG/PER/12/2009
tentangPelaksanaan Skema Sistem Resi Gudang. Kedua, Penerima Jaminan Resi
Gudang (Kreditor). Ketiga, Pengelola Gudang, sebagai penanggung jawab,
pengawasan atas barang yang disimpan dalam gudang. Pengelola Gudang diharuskan
badan usaha berbentuk badan hukum, dengan izin sebagai pengelola gudang dari
Badan Pengawas.
Resi gudang berfungsi sebagai surat berharga, berdasarkan penjelasan Pasal 2
ayat (1) UU No. 9 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa sebagai bukti kepemilikan,

Resi Gudang adalah surat berharga yang mewakili barang yang disimpan di gudang.
Selain itu dijelaskan pula dalam Pasal 2 ayat (2), bahwa bentuk Resi Gudang terbagi
atas Resi Gudang dengan Warkat dan Resi Gudang Tanpa Warkat. Resi Gudang
dengan Warkat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu Resi Gudang Atas Nama, yang
mencantumkan nama pihak yang berhak menerima penyerahan barang, untuk
pengalihan Resi gudang ini memerlukan pengalihan sebagaimana pengalihan secara
cessi dengan didahului dengan pengalihan melalui akta autentik, sedangkan Resi
Gudang Atas Perintah bertuliskan perintah pihak yang berhak menerima penyerahan
barang, jika ingin dialihkan melalui pengalihan secara endosemen yang disertai
penyerahan Resi Barang. Tata cara pengalihan Resi Gudang diatur khusus dalam
Pasal 8 UU Sistem Resi Gudang dan dalam Bab III PP No. 36 Tahun 2007.
Hal yang sangat penting dalam pengelola Resi Gudang adalah Pengelola
Gudang sebagai Penerbit Resi Gudang, Gudang sebagai tempat penyimpanan barang
dan Barang sebagai objek utama dalam Resi Gudang. Pada Pasal 1 butir 8, UU No. 9
Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 2011, Pengelola
Gudang adalah pihak yang melakukanusaha pergudangan, baik Gudang milik sendiri
maupun milik orang lain, yang melakukanpenyimpanan, pemeliharaan, dan
pengawasan barang yang disimpan oleh pemilik barang sertaberhak menerbitkan
ResiGudang. Berdasarkan UU tersebut, maka suatu Pengelola Gudang harus
memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(Bappebti). Mengacu pada ketentuan tersebut, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia, peraturan Menteri dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi, maka dibuat suatu Prosedur Operasi Standar Persetujuan
sebagai Pengelola Gudang dalam Sistem Resi Gudang yang memiliki peran utama
dalam melakukan penyimpanan, pemeliharaan, dan pengawasan barang yang
disimpan oleh pemilik barang serta berhak menerbitkan Resi Gudang. Gudang sesuai
Pasal 1 angka 4 adalah semua ruangan yang tidak bergerak, dan tidak dapat dipindahpindahkan dengan tujuan tidak dikunjungi oleh umum, tetapi untk dipakai khusus
sebagai tempat penyimpanan barang yang dapat diperdagangkan secara umum.

Resi Gudang dalam PP No. 70 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 36
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang,
diwajibkan memuat hal-hal yang menjadi isi dalam Resi Gudang, yaitu:
1. Judul Resi Gudang;
2. Jenis Resi Gudang, yaitu resi Gudang atas Nama atau Resi Gudang atas
Perintah;
3. Nama dan alamat pihak pemilik barang;
4. Lokasi gedung tempat penyimpanan barang;
5. Tanggal penerbitan;
6. Nomor penerbitan;
7. Waktu jatuh tempo;
8. Deskripsi barang;
9. Biaya penyimpanan;
10. Kode pengaman, ditetapkan oleh Pusat Registrasi;
11. Kop surat pengelola gudang; dan
12. Tanda tangan pemilik barang, dan pengelola gudang.
Perihal kelembagaan, kaitannya dengan Resi Gudang terdapat beberapa
lembaga terkait yang berkaitan dengan penataan, pengelolaan dalam Sistem Resi
Gudang, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Badan Pengawas;
Pusat Registrasi;
Lembaga penilaian Kesesuaian;
Pengelola Gudang;
Lembaga Jaminan Resi Gudang (performance Guarantee); dan
Hubungan Kelembagaan Pusat dan Daerah.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, penerbitan Resi Gudang memberi


keuntungan bagi pemegangnya mengingat Resi Gudang (dijelaskan pada Pasal 4 UU
No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang) karena dapat dialihkan dan sebagai
dokumen untuk penyerahan barang sehingga sangat memudahkan pemilik barang dan
pemegang Resi Gudang yang bersangkutan untuk memindahtangankannya. Selain itu,
Resi Gudang Juga dapat dijadikan agunan dalam pengambilan pinjaman sejumlah
uang tanpa dipersyaratkan adanya agunan tambahan lainnya, hal yang terakhir ini
merupakan salah satu landasan pembentukan UU sistem Resi Gudang sehingga
memudahkan para pihak pemilik barang terutama petani, kelompok tani dan lainnya

yang berkaitan dengan penghasil komoditas pertanian dan pemegang Resi Gudang.
Sebagai surat berharga maka Resi Gudang merupakan surat berharga yang dapat
diperdagangkan dalam bursa perdagangan. Resi gudang juga memiliki Derivatif Resi
Gudang, pada PP No. 36 Tahun 2007 dalam Pasal 9 dijelaskan bahwa Derivatif Resi
Gudang merupakan turunan Resi Gudang yang dapat berupa Kontrak Berjangka Resi
Gudang, Opsi atas Resi Gudang, Indeks atas Resi Gudang, Surat berharga Diskonto
Resi Gudang,Unit Resi Gudang dan Derivatif lainnya dari Resi Gudang yang dapat
dijadikan Instrumen Keuangan. Khusus untuk Derivatif Resi Gudang ini, maka selaku
penerbit adalah Bank, Lembaga keuangan NonBank, Pedagang Berjangka (atas
persetujuan Badan Pengawas) sebagaimana tertuang dalam Pasal 9 PP No. 37 Tahun
2007.
Resi Gudang sebagai alas hak (document of tittle), maka Resi Gudang dapat
djadikan sebagai agunan. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang
Sistem Resi Gudangdiatur perihal pembebanan Resi Gudang sebagai hak atas
Jaminan, yakniPasal 12 UU SRG dan Bab IV Pasal 16 dalam PP No. 36 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan UU No. 9/2006 tentang Sistem Resi Gudang diatur secara
khusus mengenai pembebanan Resi Gudang menjadi Jaminan.
Syarat-syarat suatu Resi Gudang dapat menjadi Jaminan, antara lain:
1. Resi Gudang tersebut memuat objek jaminan : warkat yang mewakili komiditi
(barang bergerak) Pertanian yang disimpan di gudang yang berada dalam
pengawasan pengelola gudang yang terakreditasi, sebagaimana ditentukan
dalam PermendagNomor : 26/M-DAG/PER/6/2007TentangBarang yang dapat
disimpan di Gudang dalam Penyelenggaraan Sistem Resi Gudang. Barang
didefinisikan sebagai setiap benda bergerak yang dapat disimpan dalam waktu
tertentu dan diperdagangkan secara umum. Pada Pasal 3 diatur kriteria barang
yang dapat disimpan, yakni:
a) Dapat disimpan minimum 3 (tiga) bulan,
b) Memenuhi standar mutu,
c) Memenuhi jumlah minimum barang yang dapat disimpan.
Berdasarkan Permendag tersebut juga ditetapkan barang yang dapat
disimpan dalam gudang sebagai objek Resi Gudang, yakni Komiditi
Pertanian yang unggul & strategis, sebagai komoditi tujuan ekspor,

komiditi yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Komoditas


pertanian itu terdiri atas: gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet,
rumput laut dan rotan.
2. Pengikatan jaminan didahului dengan perjanjian pokok ( yakni pinjammeminjam uang).
3. Pembebanan jaminan melalui perjanjian hak atas jaminan resi gudang, sgn
memenuhi persyaratan perjanjian tersebut memuat(Pasal 14 UUSRG) :
a) Identitas para pihak pemberi dan penerima hak jaminan
b) Data perjanjian pokok yang dijamin dengan hak jaminan,
c) Spesifikasi resi gudang yang diagunkan,
d) Nilai jaminan utang,
e) Nilai barang berdasarkan harga pasar pada saat barang dimasukkan ke
dalam gudaang.
4. Pemberitahuan pembebanan Resi Gudang sebagai agunan kepada Pusat
Registrasi.
Tata cara pembebanan dan pemberitahuan pembebanan hak jaminan ialah
diawali dengan penyampaian verifikasi Resi Gudang yang akan dibebani hak jaminan
kepada Pusat Registrasi oleh calon penerima hak jaminan. Kedua, Pusar Registrasi
melakukan verifikasi terhadap permohonan yang mencakup, keabsahan resi gudang,
keabsahan pihak pemberi hak jaminan, jangka waktu resi gudang pada saat
diterbitkan, dan telah atau belum dibebaninya hak jaminan. Ketiga, kepastian dapat
atau tidaknya dibebani hak jaminan disampaikan oleh Pusat Registrasi dengan
menyampaikan bukti konfirmasi melalui, SGR-online. Keempat, pemberi dan
penerima hak jaminan menandatangani Perjanjian Pembebanan Hak Jaminan Atas
Resi Gudang yang merupakan perjanjian ikutan dan perjanjian pokoknya, yaitu
perjanjian pinjam-meminjam yang dilakukan di bawah tangan maupun dengan akta
notariil (dapat dilakukan penambahan dan penyesuaian berdasarkan kebutuhan
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UU No.9 Tahun 2006 tentang Sistem
Resi Gudang dan Aturan Pelaksanaannya. Kelima, penerima hak jaminan wajib
memberitahukan pembebanan hak jaminan melalui SGR-online kepada Pusat
Registrasi dan Pengelola Gudang paling lambat hari berikutnya setelah
penandatanganan perjanjian pembebanan hak jaminan resi gudang. Risiko yang

timbul akibat kelalaian tidak memberitahukan, sepenuhnya ditanggung oleh penerima


hak jaminan. Selanjutnya, Pusat Registrasi melakukan pemuktahiran status Resi
Gudang dan mencatat pembebanan hak jaminan ke dalam buku Daftar Pembebanan
Hak Jaminan. Dan yang terakhir, Pusat registrasi mengirimkan bukti konfirmasi
kepada penerima hak jaminan, pemberi hak jaminan dan Pengelola Gudang paling
lambat hari berikutnya setelah berkas pembebanan hak jaminan telah diterima secara
lengkap.
Cedera janji atau Wanprestasi terjadi manakala pemberi hak atas jaminan resi
gudang tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak penerima hak atas jaminan resi
gudang. Hal ini diatur dalam Pasal 16 UU No.9 Tahun 2006, yaitu:
1. Apabila pemberi hak jaminan cedera janji, maka penerima hak jaminan
mempunyai hak menjual objek jaminan ats kekuasaan sendiri melalui
lelang umum atau melalui penjualan langsung;
2. Penerima hak jaminan memiliki hak untuk mengambil pelunasan
piutangnya atas hasil penjualan tersebut setelah dikurangi dengan biaya
penjualan dan biaya pengelolaan;
3. Penjualan objek jaminan sebagaimana tersebut pada poin 1 di atas hanya
dapat dilakukan atas sepengetahuan pihak pemberi hak jaminan.
Eksekusi terhadap Hak atas jaminan Resi Gudang diatur dalam Pasal 21 UU
Sistem Resi Gudang, yang menyatakan bahwa:
1) Dalam hal pemberi jaminan cedera janji terhadap kewajibannya kepada
penerima hak jaminan, maka penerima hak jaminan mempunyai hak untuk
melakukan penjualan objek hak jaminan atas kekusaan sendiri tanpa
memerlukan penetapan pengadilan setelah memberitahukan secara tertulis
mengenai hal itu kepada pemberi hak jaminan;
2) Penjualan sebagaimana dimaksu dalam ayat (1) dapat dilakukan melalui;
a. Lelang umum; atau
b. penjualan langsung
3) lelang umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undnagan;
4) penjualan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilakukan dengan mengupayakan harga terbaik yang menguntungkan para
pihak.

Lelang umum biasanya ditujukan unnuk lelang terhadap barang yang dinilai
mempunyai jangka waktu yang masih lama. Adapun penjualan langsung biasanya
ditujukan untuk barang yang jangka waktunya telah habis atau jika tidak dilakukan
penjualan, nilai komoditas akan bertambah turun. Untuk keadaan tertentu pengelola
gudang diberi wewenang untuk menjual langsung.

Anda mungkin juga menyukai