Anda di halaman 1dari 33

Komunikasi Dokter-Pasien

Tri Nur Kristina, Asri Purwanti,Agustini Utari, Dea Amarilisa Adespin


Pendahuluan
Kompetensi yang diharapkan dari lulusan dokter dalam hal berkomunikasi
adalah mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien, anggota
keluarga, masyarakat, maupun kolega (SKDI, 2012).Bab ini hanya membahas
komunikasi efektif dokter-pasien.
Kompetensi Inti dari komunikasi efektif dokter-pasien
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal
dengan pasien, orangtua pasien dan anggota keluarganya.
Komponen kompetensi untuk pencapaian kompetensi efektif
tersebut adalah sbb:
Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal
Berempati secara verbal dan nonverbal
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan
dapat dimengerti
Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan
kesehatan secara holistik dan komprehensif
Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita
buruk, informed consent) dan melakukan konseling dengan cara
yang santun, baik dan benar
Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan
spiritual pasien dan keluarga
Penelitian membuktikan bahwa dokter yang dapat memperlihatkan hubungan
interpersonal yang efektif dan mampu berkomunikasi dengan baik,
berhubungan erat dengan kesembuhan dan peningkatan kesehatan pasien.
Sebaliknya keterampilan berkomunikasi dokter yang kurang baik atau kurang
efektif berhubungan dengan terjadinya kesalahan medikserta meningkatkan
terjadinya tuntutan malpraktek.
Kesalahan yang banyak terjadi dalam praktek dokter adalah kegagalan di
dalam komunikasi. Seringkali dokter gagal memahami pasien serta masalahmasalah lain yang dialaminya yang mungkin berhubungan dengan
penyakitnya. Kegagalan ini akan berdampak pada proses penanganan pasien
selanjutnya. Pasien akan menjadi kehilangan semangat, ketaatan, serta
kepercayaan kepada dokter. Hal tersebut juga akan mengakibatkan
pengobatan menjadi tidak efektif sehingga menimbulkan kekecewaan bagi ke
2 belah pihak.
JANGAN LUPA, keberhasilan dokter dalam berkomunikasi adalah langkah
awal keberhasilan dalam penanganan pasien.

Respon pasien sangat ditentukan oleh jalinan komunikasi efektif dokterpasien yang merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Hubungan
dokter pasien yang baik, memerlukan kemampuan berkomunikasi yang baik
pula dari dokter.Sudah terbukti bahwa dokter yang dapat berkomunikasi
efektif dengan pasien akan membuat diagnosis yang lebih akurat dan
komprehensif. Ia juga dapat mendeteksi kesulitan emosional pasien dan
meresponnya dengan cepat, memiliki pasien yang puas dengan pelayanan
yang diberikan, sertamemiliki pasien yang cenderung patuh pada nasihat
yang diberikan.
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dari bab ini adalah agar mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan dasar-dasar komunikasi efektif dokter-pasien sebagai
landasan dalam proses pembelajaran selanjutnya yang memerlukan
implementasi komunikasi dokter-pasien. Oleh karena itu, bab ini hanya
membahas aspek teori dari komunikasi efektif dokter-pasien sebagai dasar
pemahaman untuk pembelajaran Modul I.1. Pengembangan Kepribadian
Profesional.
Catatan
Pelatihan-pelatihan komunikasi dasar dokter-pasien di skills lab akan
diberikan sebagai bagian dari mata kuliah Keterampilan Klinik I yang
penjadwalannya selaras denganmata kuliah di semester I. Pelatihan-pelatihan
keterampilan komunikasi dokter-pasien lanjut yang bersifat kompleks dan sulit
akan diberikan pada mata kuliah-mata kuliah Keterampilan Klinik berikutnya
(II-VII), dan disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan pada saat yang
lebih tepat.
Tujuan, manfaat dan relevansi komunikasi efektif dokter-pasien
Secara singkat, tujuan dari komunikasi efektif dokter-pasien adalah sebagai
berikut:
- Bagi dokter:
Mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit agar lebih akurat,
sehingga diagnosis dan penatalaksanaanya lebih terarah
- Bagi pasien:
Memberikan dukungan pada pasien agar mau/ dapat memberikan
penjelasan mengenai keluhan/penyakitnya
Manfaat komunikasi efektif dokter pasien:
Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan
dasar hubungan dokter pasien yang baik
Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis
Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari
dokter

Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran dari pasien fase


terminal dalam menghadapi penyakitnya

Relevansi komunikasi efektif untuk profesi dokter adalah:


Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
masalah yang dihadapinya
Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatan pasien
Membantu rencana perawatan bersama pasien (untuk kepentingan
pasien, atas dasar kemampuan pasien termasuk kemampuan
finansial)
Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah
langkah atau hal hal yang telah disetujui pasien
Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan
pasien)
Langkah-langkah dasar dalam dalam pencapaian kompetensi
komunikasi efektif dokter-pasien.
Secara ringkas, tahap komunikasi dokter-pasien meliputi 4 tahap, yaitu:
1. Memulai wawancara (initiating the session)
2. Mengumpulkaninformasi(gathering information)
3. Penjelasandanperencanaan(explanation and planning)
4. Menutupwawancara(closing the session)

1. Memulai wawancara (initiating the session)


Dalam memulai wawancara, upaya utama yang harus dilakukan adalah
membangun hubungan melalui komunikasi verbal/ nonverbal yang
meliputi aspek membangun hubungan interpersonal, berempati secara
verbal dan nonverbal, sertamenggunakan bahasa yang santun dan
dapat dimengerti
Memberi salam dan memperlihatkan perhatian kepada pasien
Menggunakan kata-kata yang menunjukkan perhatian
Menggunakan nada suara, kontak mata dan bahasa tubuh
yang menunjukkan perhatian kepada pasien
Memberikan respon terhadap pendapat, perasaan maupun
keyakinan pasien
2. Mengumpulkan informasi (gathering information):
a. Mendengar secara aktif dan efektif
Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan
kesehatan pasien secara holistik dan komprehensif
Memulai dengan pertanyaan terbuka:
,,Jelaskan kepada saya mengenai ...............
Klarifikasi hal penting dengan pertanyaan yang spesifik atau
pertanyaan tertutup.

Meringkas dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk


mengoreksi atau menambahkan informasi
Transisi secara efektif menuju pertanyaan tambahan
Memberi kesempatan kepada pasien untuk menyelesaikan
pendapatnya tanpa interupsi.
Menunjukkan perhatian penuh terhadap pasien dengan
bertanya:Apakah ada hal lain yang akan disampaikan?

Hal penting dan tersulit dari proses komunikasi adalah kemampuan


dokter untuk menjadi pendengar yang baik (a good listener).
Mendengarkan itu bukan sekedar mendengar suara atau kata-kata
pasien, akan tetapi juga mencoba membaca pesan pasien melalui gerak
gerik, ekspresi wajahnya serta tanda-tanda non verbal lainnya.
Banyak hasil pengamatan dan studi yang menunjukkan bahwa secara
umum dokter ternyata bukanlah pendengar yang baik. Mereka aktif
mengarahkan jalannya komunikasi dengan memberikan berbagai
pernyataan yang mendukung asumsi tentang penyakit si pasien namun
mereka jarang mendengarkan jawaban sepenuhnya dari si pasien.
Apabila kita merasa puas ketika tahu bahwa seseorang benar-benar
mau mendengarkan apa yang mau kita katakan sehingga menjadi
mengerti apa yang kita maksudkan. Maka hal ini bisa kita terapkan pula
pada pasien yang pasti akan merasa puas bila kita sebagai dokter
menjadi pendengar yang baik pula.

Gambar 1
Dokter mendengarkan keluhan pasien secara aktif

b. Mengerti perspektif pasien:


Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan
spiritual pasien dan keluarga
Bertanya mengenai kejadian penting pada dirinya/ keluarga/
orang
lain
yang
mungkin
berpengaruh
terhadap
kesehatannya.
Menggali kepercayaan dari pasien, perhatian serta
harapannya mengenai penyakit dan pengobatannya

3. Penjelasan dan perencanaan (explanation and planning)


a. Berbagi informasi:
Menjelaskan dengan menggunakan bahasa sederhana dan
mudah dimengerti oleh pasien
Memastikanpengertian pasien mengenai penyakitnya
b. Mencapai persetujuan baru/perubahan rencana
Melibatkan pasien dalam pemilihan tindakan dan keputusan
Mencek apakah pasien mengerti mengenai diagnosis
penyakitnya dan/ atau rencana pengobatan
Bertanya kepada pasien mengenai kemampuannya untuk
mengkuti prosedur diagnostik maupun pengobatan
4. Menutup wawancara (closing the session)
Melakukan penutupan pembicaraan:
Bertanya kepada pasien apakah masih ada pertanyaan atau halhal lain yang ingin disampaikan
Melakukan ringkasan dari pembicaraan
Mengklarifikasi untuk kunjungan berikutnya (follow up)
Mengucapkan terima kasih dan menutup interview
Bagan berikut inimemperlihatkan secara singkat fungsi dan tujuan komunikasi
yang efektif dokter-pasien.

memulai dan mempertahankan hubungan


menyelesaikan masalahmenentramkan hati
meringankan kesulitan

memberi informasi

KOMUNIKA
SI

membuat keputusan

menyampaikan perasaan

mengajak

Hambatan Komunikasi Dokter-Pasien


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi dokter-pasien,
antara lain:
1. Faktor Pasien :
o Masalah fisik
o Faktor psikologis yang berhubungan dengan penyakit atau
perawatan medis (contoh : cemas, depresi, marah,
penyangkalan)
o Pengalaman perawatan medis sebelumnya
o Pengalaman perawatan medis saat ini
2. Faktor Dokter :
o Pelatihan dalam keterampilan berkomunikasi
o Percaya diri dalam kemampuan berkomunikasi
o Personaliti
o Faktor fisik (contoh : kelelahan)
o Faktor psikologis (contoh : cemas)
3. Pengaturan suasana saat anamnesis, misalnya:
o Privasi
o Lingkungan yang nyaman,
o Pengaturan tempat duduk yang tepat
Hal yang sering menghambat komunikasi antara dokter-pasien antara lain
adalah:
- penggunaan istilah-istilah medis/ ilmiah yang diartikan secara berbeda
atau sama sekali tidak dimengerti oleh pasien;
- pseudo-komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal
sebenarnya pasien tidak sepenuhnya mengerti atau mempunyai
persepsi yang berbeda tentang apa yang dibicarakan);
- komunikasi non verbal (mimik muka, nada suara, gerakan yang
mungkin mempengaruhi pemahaman pesan/ informasi yang diberikan).
Seringkali pula dokter memberikan terlalu banyak informasi dan berbicara
dengan gaya paternalistik dan merendahkan pasien terutama jika si pasien
berasal dari tingkat sosial/ pendidikan yang rendah. Hal-hal ini dapat
menimbulkan kerancuan dalam proses komunikasi sehingga pesan yang
ingin disampaikan oleh kedua belah pihak tidak dapat mencapai sasaran
seperti yang diharapkan. Kesemua hal tersebut memerlukan latihan terus
menerus dan merupakan keterampilan tersendiri yang akan sangat berperan
dalam menentukan keberhasilan hubungan dokter-pasien.

Menurut Prof. Dr. L. Jan Slikerveer (Leiden University) terdapat 4 model


komunikasi dokter-pasien, yaitu:
1. Activity Passivity Relationship
Dokter bertindak sebagai orang tua yang aktif memerintah ini itu,
pasien sebagai anak kecil yang hanya menurut dan tidak dapat
mengungkapkan berbagai keluhan rasa sakit yang dia rasakan yang
menyebabkan dia berobat ke dokter.
2. Guidance Cooperation Relationship
Dalam berkomunikasi dokter bertindak sebagai orang tua dengan anak
yang sudah beranjak dewasa sebagai pasiennya. Dokter tetap penentu
kebijakan tunggal, namun bersifat arahan bukan perintah.
3. Mutual Participation Relationship
Ibarat 2 orang yang bekerjasama. saling melengkapi satu sama lain.
Dokter bukanlah satu-satunya pihak aktif, karena pasien juga aktif
dalam menyampaikan keluhan.
4. Provider Consumer Relationship
Pasien diibaratkan sebagai konsumen, dimana konsumen adalah raja
dan dokter adalah pelayan. Tugas dokter adalah memberikan
pelayanan terbaiknya untuk si konsumen
EMPATI
Hal yang sangat penting dan juga sangat mendukung komunikasi dokterpasien yang efektif adalah empati. Empati adalah kemampuan untuk
merasakan dan memahami perasaan orang lain. Dalam hubungan dokterpasien, empati merupakan kemampuan kognitif dokter untuk mengerti
kebutuhan pasien serta merupakan sensitifitas dokter terhadap perasaan
pasien.
Dokter tentu saja diharapkan dapat memperlihatkan empatinya kepada
pasien atau dengan kata lain jangan hanya berempati saja tetapi tidak
menunjukkannya kepada pasien dan/ atau keluarganya sama sekali. Empati
dapat dikembangkan apabila dokter memiliki keterampilan mendengar yang
baik (good listener)

Gambar 2
Pasien juga bisa mengalami permasalahan emosional yang
memerlukan perhatian dan empati dari dokter

Berikut ini adalah kemampuan empati yang terdiri dari 6 level, beserta contohcontohnya, yaitu:
Level 0: dokter menolak sudut pandang pasien
Mengacuhkan pendapat pasien
Tidak menyetujui pendapat pasien
Berkata yang menyakitkan, seperti: kalau anda takut buat apa datang
ke tempat praktek saya
Membuat keputusan tanpa meminta persetujuan/ pendapat pasien:
ok, nanti dioperasi saja
Level 1: dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
Misalnya, berkata: Oh begitu tapi dokter mengerjakan hal lain
Level 2: dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
Misalnya, ketika pasien berkata:pusing saya ini membuat saya sulit
bekerja.
Maka dokter menanyakan sbb:bagaimana bisnis anda akhir akhir
ini?
Level 3: dokter menghargai pendapat pasien
Sebagai contoh, dokter berkata sebagai berikut:
Anda mengatakan sangat stress sehingga datang kesini? Apakah
anda mau menceritakan lebih jauh apa yangmembuat anda
stress?
Level 4: dokter mengkonfirmasi kepada pasien
Misalnya dokter mengatakan sebagai berikut:
Anda sepertinya sangat sibuk, saya ingin tahu seberapa besar
usaha anda untuk menyempatkan berolah raga
Level 5: dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien
Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan anda berdua.
Beberapa pasien saya juga pernah mengalami aborsi spontan, dan
pada kehamilan berikutnya mereka sangat khawatir, tetapi dengan
pengobatan yang benar dan mengikuti nasehat dokter hal yang
dikhawatirkan tidak terjadi

Gambar 3
Berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien

ANAMNESIS
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu
dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four)
dan tujuh hal mendasar dalam anamnesis (The Sacred Seven).
Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis
dengan cara mencari data tentang:
1. RiwayatPenyakitSekarang(RPS)
2. RiwayatPenyakitDahulu(RPD)
3. RiwayatKesehatanKeluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan


adalahidentitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan,
agama dan pekerjaan.
Anamnesis secara potensial merupakan kekuatan utama dan alat sensitif
dalam menegakkan diagnosis awal. Peran dokter adalah untuk
mengumpulkan gambaran seakurat mungkin tentang masalah-masalah
pasien. Idealnya dokter juga berkolaborasi dengan pasien untuk
mengembangkan rencana mengatasi masalah tersebut. Hal tersebut secara
singkat akan dijelaskan dalam bagan berikut
Menjalin hubungan dengan pasien
Mengumpulkan informasi:
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan investigasi
Membuat diagnosis yang paling mungkin
Memformulasikan rencana penatalaksanaan
Menjelaskan dan mendiskusikan ini dengan pasien

Dalam melakukan anamnesis dokter harus dapat bersikap sebagai anak,


orang tua, atau teman agar pasien tidak segan menceritakan seluruh apa
yang dirasakan.
a) Identitas
Setelah sambung rasa terbina, proses selanjutnya adalah wawancara
mengenai identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, bangsa/
suku, tempat tinggal, pekerjaan, social ekonomi dan lain-lain.
Data mengenai diri pasien dapat memberikan informasi yang dapat
digunakan untuk berbagai macam keperluan dalam rangka menglola
pasien.
Misalnya :
Nama, dipakai untuk identitas diri supaya tidak keliru dengan orang
lain, untuk menyebutkan / memanggil nama agar lebih akrab, dan
dapat menunjukkan suku, bangsa, agama, dan kepercayaanya.
Umur, dipakai untuk melengkapi identitas seseorang dan dapat
menunjukkan kecenderungan penyakit pada umur tersebut .
Jenis kelamin, dipakai untuk melihat kecenderungan penyakit
berdasarkan jenis kelamin, juga dapat dipakai sebagai dasar
pemikiran tentang jenis hormon yang berbeda antara pria dan
wanita yang mempengaruhi faal tubuh secara berbeda pula.
Bangsa / suku, dipakai untuk mengetahui ketahanan penyakit
tertentu pada suku bangsa tertentu.
Tempat tinggal / alamat, dipakai untuk mengetahui kondisi
lingkungan yang berkaitan dengan hygiene, sanitasi atau daerah
endemic penyakit tertentu.
Pekerjaan, dipakai untuk mengetahui memperkirakan status
ekonomi, atau faktor resiko terhadap penyakit tertentu.
b) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu keluhan yang mendorong seorang pasien datang ke
dokter. Dalam menanyakan keluhan utama harus diperoleh informasi
tentang:
1. Intensitas penyakit, (ringan, berat, apakah mengganggu aktifitas
sehari-hari)
2. Durasi / lama serangan (berapa menit, kadang berhenti ataukah
terus-menerus)
3. Ritme / irama (teratur tiap jam, pagi atau tidak tentu)
4. Jenis / sifat rasa sakit ( cekot-cekot, semutan, pusing berputar
dan lain-lain)
5. Bagian badan yang sakit (kepala, badan, perut, lengan )
Perlu ditanyakan juga hal-hal yang berkaitan dengan keluhan utama,
misalnya keluhan utama diare ditanyakan juga sakit perut, muntah, panas
dan sebagainya.

SACRET SEVEN
Merupakan 7 (tujuh) hal mendasar (Sacret Seven) dari anamnesis
yang dilakukan secara sistematis setelah keluhan utama, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lokasi keluhan (sakit, sesak, benjolan dll): dimana ? menyebar


atau tidak ?
Onset/awitandankronologis: kapanterjadinya? sudah berapa
lama?
Kuantitas keluhan: ringan atau berat? seberapa sering terjadi ?
Kualitas keluhan: rasa sakit seperti apa ?
Faktor-faktoryangmemperberat keluhan
Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

c) Riwayat penyakit sekarang (RPS)


Dalam RPS sebiknya diperoleh keterangan yang teratur (urut kronologis)
berkenaan dengan perkembangan penyakit yang diderita mulai timbulnya
penyakit sampai sekarang. Uraian rinci tiap gejala dan hubungannya
dengan gejala lain serta terhadap fungsi normal tubuh. Perlu penjelasan
tentang tingkat gangguan kemampuan pasien. Harus ditentukan gejala
mana yang menyebabkan ketidakmempuan. Perlu ditanyakan tentang
pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasil pengobatannya.
d) Riwayat penyakit dahulu ( RPD)
Perlu ditanyakan riwayat pribadi terutama pada bayi dan anak tentang
riwayat persalinan, imunisasi, operasi bekas luka, trauma dan
sebagainnya.
e) Riwayat penyakit keluarga
Ada 2 alasan penting mengapa dokter harus menanyakan riwayat
keluarga. Pertama, kemungkinan pasien menderita penyakit yang
disebabkan faktor genetik. Kedua, pemikiran pasien tentang masalah
yang dihadapi kemungkinan berhubungan dengan pengalaman anggota
keluarga yang lain. Menanyakan riwayat keluarga harus dilakukan
dengan hati-hati. Akhirnya jangan lupa untuk meyakinkan bahwa jawaban
sudah akurat. Kalau diragukan kebenarannya lakukan cross-check yaitu
mengajukan pertanyaan dengan kalimat berbeda tetapi artinya sama.
Apabila dicurigai kemungkinanan adanya penyakit karena faktor
keturunan, sebaiknya dokter membuat pohon keluarga yang berisikan
data medis, contoh:

30th, SD

12th, SD

5th, SD
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
SD

= Sindrom Down
Gambar 4.
Contoh Pohon Keluarga pada kasus Sindrom Down

f) Masalah kesehatan lingkungan


Tanyakan pula apakah ada tetangga yang menderita penyakit/ gangguan
yang sama (umumnya penyakit menular). Tanyakan seberapa dekat jarak
dengan tetangga yang menderita penyakit atau gangguan tersebut.
g) Riwayat sosial
Riwayat sosial pasien secara umum dapat dibagi menjadi profil pasien,
gaya hidup pasien (terutama faktor-faktor resiko), dan sumber-sumber
stres serta dukungan. :
o Profil Pasien meliputi informasi tentang kehidupan keluarga,
hubungan dekat lainnya, pekerjaan dan kegiatan sehari-hari.
o Gaya Hidup Pasien: Kebiasaan merokok dan minum alkohol
sangat penting sebab merupakan faktor resiko utama pada
sebagian penyakit. Dokter sebaiknya dapat menggali beberapa
informasi yang berkaitan dengan gaya hidup pasien berikut ini:
Riwayat merokok, Riwayat minum alcohol, Riwayat penggunaan
obat-obatan (termasuk obat-obatan yang diresepkan oleh dokter
maupun obat bebas)
o Sumber-sumber Stres: Kesehatan dapat dipengaruhi oleh stres
yang berkaitan dengan pekerjaan, hubungan antar individu,
keuangan dan akomodasi. Sehingga sangatlah penting untuk
mengetahui hal ini.
h) Anamnesis Sistem
Tanyakan keluhan dari sistem lain yang relevan.

Sistem saraf (nyeri kepala, kejang, kesemutan, kelemahan


gerak, dll)
Sistem kardiovaskuler (berdebar-debar, nyeri dada, dll)
Sistem Respirasi (batuk, pilek, sesak nafas, dll)
Sistem Gastrointestinal (gangguan makan, pola buang air besar,
diare/konstipasi, mual, muntah, kembung, nyeri perut, dll)
Sistem urogenital (gangguan menstruasi, gangguan buang air
keci, nyeri saat buang air kecil, dll)
Sistem Integumentum (bercak-bercak di kulit, bintik perdarahan,
luka di kulit, gatal, dll)
Sistem endokrin (banyak berkeringat, dll)

i) Perjalanan alamiah penyakit kronis


Merupakan serangkaian kejadian dalam proses suatu penyakit yang
diderita dalam waktu lama atau sembuh kumat-kumatan (kronis)
sehingga membutuhkan proses pengobatan dan perawatan yang lama,
rutin dan teratur. Hal-hal yang perlu diketahui dalam perjalanan
alamiah penyakit kronis yaitu sumber infeksi, cara penularan, aspek
pencegahan, aspek pengobatan dan perawatan, aspek gangguan
pada kegiatan sehari-hari, komplikasi fisik yang timbul
j) Resume anamnesis.
Anamnesis harus dicatat secara runtut dan jelas mulai dari identitas,
RPS termasuk hasil anamnesis sistem, riwayat penyakit dan
perawatan, gangguan fisik serta komplikasi yang timbul, RPD, RPK
dan RPL.
k) Nasehat
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik, seseorang dokter sebaiknya
menjelaskan masalah/penyakit yang sedang dihadapi pasien. Dokter juga
perlu memberikan nasehat kepada pasien. Nasehat adalah anjuran atau
edukasi yang diberikan dokter kepada pasien supaya mengikuti saran dari
dokter.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nasehat :
1. Jagalah hubungan baik dan sambung rasa terhadap pasien.
2. Berikan nasehat yang relevan dengan penyakit yang diderita.
3. Berikan nasehat dengan lafal dan isi yang jelas.
4. Gunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang pendidikan
dan usia pasien.
5. Pertimbangkan mengenai pengetahuan ataupun usaha-usaha
pengobatan yang telah dilakukan oleh pasien/keluarganya.
6. Posisikan pasien sederajat dengan dokter dan jangan menggurui

SesiAwal
Langkahlangkah
yang
diilakukan

PengumpulanInform
asi

Mambangun
hubungan

PemeriksaanFisik
PenjelasandanPeren
canaan
Penutupan

Gambar 5
Pedoman kerangka kerja dasar Cambridge-Calgary
(Sumber: Kurtz S, Silverman J, Draper J. Edisi 2005
Teaching and Learning Communication Skills in Medicine.
Radclife Publishing, Oxford)

Aspek Perilaku Non Verbal


A. Cara Berbicara
1. Kejelasan dan artikulasi berbicara :
Agar berbicara dengan baik seseorang harus bernafas dengan
baik. Latihlah dengan menghitung angka dari 1 sampai 30 tanpa
mengambil nafas.
Latihlah lidah mengucapkan huruf dengan jelas. Tidak usah
kuatir dengan logat, yang utama adalah kejelasan
mengucapkan huruf.
Cobalah dengan latihan mengucapkan:
PAH KAH FAH RAH DAH
WWW BBB WBW WBW BWB
LLD LLL DDD LDL
HI L I GIGI BIBIR
GIGI TITI SISI
PARU SUSU BUTUH BUKU

2. Volume suara:
Sebaiknya tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan. Jika
menekankan sesuatu, volume suara boleh dinaikkan sedikit
3. Kecepatan berbicara:
Kurangi kecepatan di antara kata. Istirahat sejenak bila pindah satu
pokok bahasan ke pokok bahasan lain
4. Nada suara:
Mampu mengubah-ubah nada dalam suara seseorang. Gunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi tidak kaku.
B. Penampilan:
Perhatikan dalam penggunaan rias muka, pakaian dan perhiasan.
Kenali tipe dan karakteristik tubuh anda. Berbusana yang tidak
mencolok dan sopan. Rapi, bersih, termasuk tidak berbau, pakai
busana yang nyaman dipakai.
C. Sikap tubuh dan gerakan badan:
Gerakan badan harus disesuaikan dengan komunikasi verbal yang
dilakukan. Perhatikan kebiasaan buruk (menggigit kuku, garuk-garuk
kepala, memainkan ballpoint dll), mintalah teman mengingatkan bila
kebiasaan itu muncul. Berjalan, berdiri atau duduk dengan tegak.
Jangan menahan dagu saat mendengarkan seseorang berbicara.

Gambar 6
Gerakan badan disesuaikan dengan komunikasi verbal
D. Ekspresi muka:
Kontak mata sangat diperlukan. Apabila belum berani, pandanglah
bagian tengah alis lawan bicara, jangan ke atas, ke bawah atau ke
mana-mana. Tunjukkan ekspresi yg tidak berlebihan dan sesuai
dengan pembicaraan.

PENYAMPAIAN BERITA BURUK


Berita tentang proses penyakit, prosedur pengobatan, hasil dari perawatan
dan pengobatan sering kali tidak sesuai dengan harapan pasien dan
keluarga. Hal-hal yang mengakibatkan hasil tidak memuaskan atau
membuat kekecewaan dapat berasal dari keadaan pasien, kemampuan
dokter, fasilitas yang ada, maupun proses penyakit itu sendiri.
Keluarga yang memiliki anak dengan disabilitas dapat mengalami lima
tahapan proses sebagaimana yang dideskripsikan Kubler-Ross. Kelima
tahap tersebut adalah penyangkalan serta penarikan diri (denial and
isolation), kemarahan (anger), tawar menawar (bargaining), depresi
(depression) dan akhirnya penerimaan (acceptance). i
Penelitian yang dilakukan oleh Blacher (1984) menemukan adanya 3
tahap penyesuaian yang pada umumnya ditunjukkan oleh para orang tua
yang menjadi subjek penelitian, yaitu:
1. Tahap dimana orangtua mengalami berbagai krisis emosional, seperti
shock, ketidakpercayaan, dan pengingkaran terhadap kondisi yang
terjadi pada anaknya
2. Tahap ketika rasa tidak percaya dan pengingkaran yang terjadi diikuti
oleh perasaan-perasaan dan sikap negatif seperti marah, menyesal,
menyalahkan diri sendiri, malu, depresi, rendah diri di hadapan orang
lain, menolak kehadiran anak, atau menjadi overprotective
3. Tahap terakhir pada saat orang tua telah mencapai suatu kesadaran
terhadap situasi yang dihadapi, serta bersedia untuk menerima kondisi
anak yang berbeda.
Masing-masing pasangan orang tua memiliki reaksi yang berbeda sesuai
karakter masing-masing. Beberapa pasangan orang tua mungkin
mengalami perasaan-perasaan seperti di atas secara mendalam, ringan
atau mungkin tidak merasa sama sekali. Perasaan ini bisa muncul,
namun bisa juga tidak muncul, pada setiap tahap perubahan yang terjadi
pada anak mereka.
Pedoman Pemberian Informasi secara umum kepada Pasien
1. Susunlah informasi yang akan diberikan kepada pasien
2. Buatlah ringkasan tentang pemahaman anda terhadap masalah
pasien
3. Temukan pemahaman pasien terhadap kondisinya
4. Perhatikan struktur saat akhir anamnesis
5. Gunakan bahasa yang tepat
6. Jika relevan, gunakan gambar untuk membantu menjelaskan
informasi

7. Berikan bagian informasi yang paling penting terlebih dahulu


8. Galilah pandangan pasien mengenai informasi yang telah
diberikan kepadanya
9. Negosiasikan manajemen masalah
10. Cek pemahaman pasien tentang informasi yang telah diberikan
Pedoman memberikan informasi berita buruk kepada pasien:
Memberi informasi
Cek pemahaman pasien tentang informasi yang diberikan
Identifikasi perhatian utama pasien
Berikan contoh strategi dan kekuatan diri
serta harapan yang realistis
Gambar 7
Proses penyampaian berita buruk
Berdasarkan penelitian pada orang tua pasien anak dengan Sindrom
Down, terdapat hubungan positif antara sikap petugas kesehatan dalam
menyampikan isi informasi dengan respon pasien. Oleh karena itu
penting bagi petugas kesehatan, untuk memiliki kemampuan yang
memadai dalam hal komunikasi dan konseling terhadap pasien/ orang tua
pasien/ keluarga pasirn agar dapat memberikan saran terbaik.
Penyampaian berita buruk juga sering terkait dengan pemberian sugesti
dan nasehat. Penyampaian berita buruk harus diawali dengan sambung
rasa. Apabila pasien atau keluarga dirasakan sudah siap menerima, baru
disampaikan berita dan dilanjutkan dengan pemberian nasehat dan
sugesti. Nasehat dan sugesti penting karena bertujuan supaya pasien
atau keluarga dapat menerima kenyataan dan melanjutkan pada langkahlangkah yang harus dilakukan.
SUGESTI
Sugesti adalah suatu proses untuk mempengaruhi seseorang agar
berperilaku atau berbuat seperti yang diinginkan oleh pemberi sugesti
tanpa paksaan. Sugesti biasanya berisi tentang :
1. Penjelasan bahwa beberapa penyakit kronis memerlukan kesabaran
dan kepatuhan pasien.
2. Pemberian contoh-contoh kasus yang dapat disembuhkan atau
sembuh.

3. Dorongan pada pasien bahwa dalam dirinya terhadap kekuatan yang


besar yaitu keinginan untuk tetap hidup dan sembuh. Berikan sugesti
bahwa kesembuhan tidak hanya tergantung dari dokter atau obat tetapi
juga dari keinginan sembuh pasien itu sendiri.
4. Sugesti juga diberikan pada kasus dengan prognosis buruk agar
pasien
siap
menghadapi
segala
kemungkinan,
termasuk
mempersiapkan kecacatan atau kematian.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalammemberikansugesti:
1. Amati pasien anda, sudahkah ia siap untuk mendapatkan sugesti.
2. Gunakan bahasa nonverbal: gunakan volume,nada dan kecepatan
yang lembut, tenang dan berwibawa. Tunjukkan kontak mata.
Perlihatkan wajah cerah dan jangan ragu-ragu dalam memberikan
sugesti. Berikan sentuhan (di bahu atau di tangan) bila perlu.
Perhatikan gerak tubuh anda, jangan terlalu banyak gerakan yang
tidak perlu.
3. Sugesti tidak perlu diberikan secara panjang lebar, beberapa kalimat
bila diucapkan dengan lembut tetapi berwibawa sudah dapat
berpengaruh terhadap pasien.
Keterampilan Menolak Permintaan Pasien
Hal yang tidak kalah penting dalam komunikasi dokter-pasien adalah
kemampuan dalam menolak permintaan pasien yang sering kali tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip yang telah ditanamkan selama pendidikan di
kedokteran.
Beberapa hal berikut ini, dapat dijadikan pegangan saudara, yaitu:
Jelaskan bahwa tubuh/ badan seseorang itu berbeda-beda.
Seseorang mungkin cocok dengan obat A tetapi orang lain mungkin
tidak, dan lebih cocok dengan obat B
Jelaskan bahwa tidak semua penyakit memerlukan suntik. Selain
itu suntik dapat memberikan akibat yang tidak sama pada setiap
orang, bahkan dapat fatal bagi orang2 tertentu yang alergi terhadap
suatu bahan terapi
Kadang yang diperlukan bagi pasien hanya istirahat tanpa obat.
Jelaskan secara singkat gangguan yang dihadapi dan yakinkanlah
bahwa tanpa pengobatan, tetapi harus istirahat, pasien dapat pulih
kembali
Untuk penolakan resep obat tidur/terlarang, jelaskan bahwa resep
tidak dapat diberikan tanpa alasan/diagnosis yang jelas. Tolaklah
dengan halus bahwa saudara tidak dapat memberikan obat yang
diminta pasien tersebut.
TUGAS
Bacalah Buku Pedoman Keterampilan Komunikasi Efektif.

Lihatlah bersama teman Video-video tentang komunikasi dokter yang


menyertai buku pedoman tersebut dan diskusikan
Berlatihlah dengan teman, gunakan ceklist pada Buku Pedoman
tersebut.

Daftar Pustaka
Debra Roter, D, Hall. JA. 2006. Doctors Talking with Patients/Patients Talking
with Doctors: Improving Communication in Medical Visits. 2nd ed. Fraeger.
London
Edwards WS, Gordon TS. 1997. Making the Patient Your Partner:
Communication Skills for Doctors and Other Caregivers. 2nd ed. British Library.
Back A, Arnold R, Tulsky J. 2009. Mastering Communication with Seriously Ill
Patients: Balancing Honesty with Empathy.1st ed. Cambridge University
Press. USA.

Komunikasi dengan Mitra Kerja


Asri Purwanti,Agustini Utari
Pendahuluan
Seorang dokter bukan segalanya dalam mengobati/ mengelola penyembuhan
pasien, ia juga memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu perilaku
berwibawa, tutur kata sopan, perilaku santun, menghormati hak-hak pasien,
sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya sangat perlu diperhatikan.
Salah satu hak dokter adalah meminta rujukan kepada dokter lain yang lebih
ahli setelah mendapatkan persetujuan dari pasien. Meskipun demikian, bila
pasien dalam keadaan gawat darurat, tidak sadar dan tidak ada keluarga
terdekat yang dapat dihubungi, maka persetujuan tersebut tidak diperlukan.
Dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan
atau penggelapan, dalam menangani pasien (Kodeki,2012).Dokter juga
jangan merelakan sejawatnya terjebak dalan kekeliruan yang secara sadar
atau tidak sadar akan berpotensi merugikan pasien atau menurunkan
martabat profesi.
SEORANG DOKTER HARUS MENGHORMATI HAK-HAK PASIEN, HAKHAK SEJAWATNYA, DAN HAK TENAGA KESEHATAN LAINNYA DAN
HARUS MENJAGA KEPERCAYAAN PASIEN.
Komponen kompetensi komunikasi efektif dokter dalam berkomunikasi
dengan mitra kerja (sejawat dan profesi lain), yang tercantum pada SKDI,
2012 adalah sbb:
Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan yang baik dan benar
Membangun komunikasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan
Memberikan informasi yang sebenarnya dan relevan kepada penegak
hukum, perusahaan asuransi kesehatan, media massa dan pihak
lainnya jika diperlukan
Mempresentasikan informasi ilmiah secara efektif
Sebagai tujuan pembelajaran dalam bab ini adalah agar mahasiswa semester
I dapat menjelaskan secara umum aspek komunikasi efektif dalam
berhubungan dengan teman sejawat. Kemampuan lain yang masuk dalam
komponen kompetensi sebagaimana tercantum dalam SKDI, 2012 akan
diajarkan dan dilatihkan pada semester-semester berikutnya secara

berkesinambungan
kompleksitas, dst.

dengan

memperhatikan

aspek

tingkat

kesulitan,

Dokter dan sejawatnya.


Seorang dokter dalam berhubungan dengan sejawatnya, harus
memperlakukan sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan, dan
tidak boleh mengambil alih pasiennya kecuali dengan persetujuan atau
berdasarkan prosedur yang etis atau kehendak pasien murni/ atas dasar Hak
Azasi Manusia (HAM).
Beberapa aspek penting dalam berkomunikasi/ berhubungan dengan
teman sejawat
1.Permintaan konsul.
Dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya. Hal ini tergambar dalam permintaan konsul ke sejawatnya
secara tepat waktu, jangan menunggu terlalu lama sampai kondisi
pasien benar-benar jelek (kecuali pasien/keluarga menolaknya).
2. Batasi komentar yang tidak perlu.
Dokter jangan mengomentari secara tidak bijak atau memberi
celethukan sinis atas terapi yang diberikan sejawatnya, tanpa
mengetahui dasar kebijakan yang sesungguhnya.
3. Terima nasihat dengan ikhlas.
Seorang dokter atau dokter yunior tidak perlu sakit hati bila secara
pribadi atau empat mata diberi nasihat atau diberitahu kekurangannya
dalam menangani pasien oleh seniornya.
4. Hindari kriminalitas.
Dokter dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, jangan
sampai melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani
pasien.
5. Jangan menjadi penasihat tuntutan hukum sejawat sendiri.
Seorang dokter sedapat-dapatnya jangan menjadi penasihat tuntutan
hukum terhadap sejawatnya yang lain, kecuali menjadi saksi ahli yang
ditunjuk secara syah.

Komunikasi dengan Masyarakat


Dea Amarilisa Adespin,Tri Nur Kristina

Pendahuluan
Lulusan dokter juga diharapkan terampil dalam berkomunikasi dengan
masyarakat, dengan harapan agar memudahkan mereka dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di area kerjanya.
Kompetensi tersebut tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia,
yaitu lulusan dokter diharapkan mampu:
Melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka
mengidentifikasi masalah kesehatan dan memecahkannya bersamasama
Melakukan advokasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
Oleh karena itu, mahasiswa kedokteran perlu dibekali dengan pengetahuan
sebagai dasar dalam berkomunikasi efektif dengan masyarakat, serta berlatih
di skills lab sebelum benar-benar diterjunkan dalam pembelajaran di
masyarakat.
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa mampu berbicara lancar dengan bahasa yang benardan
dimengerti oleh masyarakat, serta mampu mengimplementasikan cara
penyuluhan massa yang baik
Apabila diperlukan, dapat menggunakan media secara efektif dalam
berkomunikasi dengan masyarakat
Mampu membuat presentasi edukasi kesehatan yang benar dan
menarik, serta memberikan contoh-contoh/ ilustrasi dengan alat peraga
yang mudah dipahami
Komponen Komunikasi Massa
1. Komunikator
Komunikator atau pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide
untuk disampaikan kepada orang lain dengan harapan dapat dipahami

oleh orang yang


dimaksudkannya.

menerima

pesan

sesuai

dengan

yang

2. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan
oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan
akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. Pesan atau materi
yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan
langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk
dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya
menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman
dan untuk menarik perhatian sasaran.
3. Media
Media penyuluhan kesehatan adalah media atau alat bantu yang
digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan. Fungsi dari alat
bantu adalah :
a. Memfokuskan perhatian pada yang didiskusikan
b. Meningkatkan daya tarik dari topik yang disampaikan
c. Meningkatkan daya tahan materi pada ingatan audiens.
Media penyuluhan berdasarkan
dikelompokkan menjadi:

cara

produksinya

dapat

1) Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesanpesan visual. Media cetak terdiri dari :
a. Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan
kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar.
b. Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui
lembar yang dilipat.Isi informasi dapat berupa kalimat
maupun gambar.
c. Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa
kalimat maupun kombinasi.
d. Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan
dibaliknya berisi pesan yang berkaitan dengan gambar
tersebut.
e. Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan
suatu masalah kesehatan.
f. Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan
yang biasanya ditempel di tempat umum.
g. Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi
untuk member informasi dan menghibur.

2) Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat


dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat
bantu elektronika, misalnya : televise, radio, video, slide atau film
3) Media luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di
luar ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika
secara statis, misal : Pameran, Banner, TV Layar Lebar, Spanduk
atau Papan Reklame
4. Komunikan
Komunikan merupakan khalayak penerima pesan. Sifat audien
pada komunikasi massa adalah berjumlah besar, anonym dan
heterogen.
5. Feedback/ Umpan Balik
Feedback atau umpan balik adalah isyarat atau tanggapan yang
berisikesan dari penerima pesan dalam bentukverbal maupun non
verbal. Tanpa feedback, seorang pengirim pesan tidak akan tahu
dampakpesannya terhadap si penerima pesan. Hal ini pentingbagi
pengirim pesan untukmengetahui apakah pesan sudah diterima
dengan pemahaman yang benar dan tepat.
Umpan balikdapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang
lain yang bukan penerima pesan. Umpan balikyang
disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan
balikan langsungyangmengandung pemahaman atas pesan
tersebut dan sekaligus merupakan petunjuk apakah pesan itu
akandilaksanakan atau tidak.
Umpan balik yang diberikan oleh orang laindidapat dari
pengamatan pemberi balikanterhadapperilaku maupun ucapan
penerima pesan. Pemberi umpan balikmenggambarkan perilaku
penerimapesansebagai reaksidari pesanyang diterimanya. Umpan
balik bermanfaat untuk memberikaninformasi, saran yang dapat
menjadi
bahan
pertimbangan
dan
membantu
untuk
menumbuhkankepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan,
juga dapat memperjelas persepsi.

PENYULUHAN
Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor. Penyuluhan kesehatan
adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik
praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi
perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat
lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan


dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Tujuan penyuluhan kesehatan adalah :


1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental
dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan
Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
1. Metode Penyuluhan Perorangan (Individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina
perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual
ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbedabeda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk dari pendekatan ini antara lain:
a. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara
antara
petugas
kesehatan
dengan
anggota
masyarakatditujukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan.
Disamping itu juga untuk memngetahui apakah perilaku yang sudah/ akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

Gambar 1.
Wawancara mahasiswa kedokteran dengan tokoh masyarakat

b. Bimbingan dan penyuluhan


Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu
penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.

Gambar 2.
Mahasiswa kedokteran memberikan penyuluhan secara langsung
2. Metode Penyuluhan Kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok, kita harus mengingat
besarnya kelompok serta tingkat pendidikan formal dari sasaran/ target
penyuluhan. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda
dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula
pada besarnya sasaran penyuluhan.
Metode penyuluhan kelompok mencakup :
a) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan
seminar.
b) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15
orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi

kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan,


permainan simulasi.

Gambar 3.
Mahasiswa kedokteran memberikan penyuluhan
pada kelompok masyarakat
CERAMAH
Metode ini cukup baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun yang rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode
ceramah adalah :
a. Persiapan
Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi
apa yang akan diceramahkan. Oleh karena itu, penceramah
harus mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih
baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.
b. Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
penceramah dapat menguasai sasaran (audiens). Oleh sebab
itu,
penceramah harus dapat
menunjukkan sikap dan
penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu
dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas dan
pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan
/dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat
bantu lihat semaksimal mungkin.
SEMINAR
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari
seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
3. Metode Penyuluhan Massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada


masyarakat yang sifatnya massa atau public. Sasarannya bersifat
umum atau tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya,
sehingga pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya
menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah
ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara
pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran,
bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
sebagainya.
Hambatan Komunikasi Massa
1. Hambatan dari ProsesKomunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan
disampaikan itu sendiri belum jelas bagi pengirim pesan, hal ini
dipengaruhioleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian/ symbol.
Hal ini dapat terjadi
karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai
artilebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan
penerima tidak sama ataubahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam
penggunaan media komunikasi,misalnya gangguan pengeras suara
sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian
padasaat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka
tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif,
misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasibaik dikemukakan
oleh pemberi pesan maupun penerima kadang-kadang
mempunyaiarti mendua yang berbeda, tidak jelas, menggunakan
istilah sulit atau berbelit-belit dalam penyampaiannya.
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial juga dapat mengganggu
komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang
berbeda antara pengirimdan penerima pesan
TEKNIK PRESENTASI

Dalam rangka untuk menunjang penyuluhan massa, maka diperlukan


keterampilan presentasi. Berikut ini diuraikan langkah-langkah dalam
melakukan presentasi.
Membuat Tujuan Presentasi
Tujuan presentasi merupakan kunci keberhasilan presentasi. Tujuan
presentasi dapat memfokuskan kita pada pencapaian hasil yang
spesifik. Tujuan presentasi dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu :
a. To inform : memberikan topik baru atau tambahan tentang
sesuatu topik
b. To persuade : membentuk atau mengubah sikap audien tentang
suatu subjek
c. To mobilize :
meminta
audiens
untuk
melakukan
sesuatusetelah mendengar presentasi.
Membuat Kerangka Presentasi
Dalam membuat presentasi kita perlu memperhatikan perspektif
audien, yaitu apa yang diperlukan audiens untuk mencapai tujuan
presentasi.
Tujuan dibuatnya kerangka presentasi adalah :
a. Mempertimbangkan isi presentasi yang perlu dipresentasikan
b. Memungkinkan kita mengorganisasi dan mengurutkan isi
presentasi
Komponen presentasi adalah sebagai berikut:
KOMPONEN
Pendahuluan

TUJUAN
Mengantarkan presentasi dan membangun hubungan
antara audiens dan isi yang bisa membuat audiens
termotivasi untuk mendengarkan.

Isi

Mempressentasikan segmen isi pada audiens


dengan cara yang dapat membantu mencapai tujuan
presentasi

Transisi
(bila perlu)

Mempersiapkan audiens untuk masuk pada segmen


isi berikutnya dengan menghubungkan informasi baru
dengan segmen berikutnya.

Ringkasan

Meringkas dan memperjelas isi yang dipresentasikan

MEMBUAT DAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU VISUAL

Alat bantu visual merupakan materi yang mendukung presentasi. Alat bantu
yang sering digunakan adalah Hand out, presentasi OHP dan presentasi infocus.
a. Hand out (Lembar bagi)
Hand out adalah materi tertulis yang telah disiapkan dan
didistribusikan pada audiens. Hand out diperlukan apabila
komunikator menginginkan :
Audiens memakai informasi dikemudian hari
Audiens memperlajari informasi sesuai kemampuannya
Menghilangkan kebutuhan harus mengingat atau mencatat
Hand out yang efektif harus mencakup beberapa hal, yaitu:
Judul hand out
Gunakan kotak atau gambar untuk mengarahkan pembaca
Beri cetakan tebal, garis bawah, huruf besar atau variasi
huruf pada hal-hal yang kita tekankan
Beri ruang spasi agar mudah dibaca
Gunakan kalimat pendek dan aktif
Hindari informasi yang tidak perlu
b. Transparansi OHP
Petujuk penting pada pembuatan transparansi OHP adalah :
Gunakanlah sedikit kata untuk mengkomunikasikan ide
saudara
Informasi tidak lebih dari 6 baris dan tidak lebih dari 6 kata di
setiap barisnya
Pakailah pensil terlebih dahulu dan pakai huruf dengan
minimal 6 mm tingginya. Gunakan kertas kotak-kotak atau
kertas bergaris sebagai alas supaya penulisan rapi.
Bila diketik dengan komputer, gunakan font yang umum
dipakai, besar huruf disesuaikan dengan situasi presentasi
c. In-focus dan komputer
Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi
dengan in-fucos dan komputer:
1. Sebelum menggunakan alat, saudara harus betul-betul
menguasai cara penggunaan alat tersebut (apabila tidak ada
teknisi yang membantu).
2. Periksalah ruangan tempat saudara melakukan presentasi,
meliputi : tempat kabel, letak in-focus dan layar
3. Coba nyalakan in-focus, yakinkan apakah huruf terbaca
dengan jelas sampai kursi audiens paling belakang.
Sebaiknya 1 jam atau bahkan 1 hari sebelumnya, Saudara
sudah melakukan pemeriksaan kesiapan dan kejelasan
presentasi.
4. Untuk tampilan slide, perhatikan :

Banyaknya baris dalam satu slide sebaiknya tidak


lebih dari 6 baris.
Gunakan gambar atau ilustrasi, tetapi tidak terlalu
banyak dan mencolok
Gunakan jenis huruf yang umum dan mudah untuk
dibaca.
Slide yang ditampilkan tidak terlalu banyak, presentasi
sebainya singkat namun padat.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh presenter adalah :
Jaga kontak mata dengan audiens dan jangan melihat
terus pada tampilan
Posisi tubuh mengadap audiens dan tidak
membelakangi layar
Gunakan laser pointer untuk menunjukkan hal-hal
yang penting di layar.
Berpenampilan rapi dan menarik.

DAFTAR KEPUTAKAAN
1.

2.

3.
4.

5.

6.

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Komunikasi Teori dan Praktek.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Emilia, O. & Prabandari, Y.S. 1996. Teknik Presentasi. Modul
Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta
McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.Promosi Kesehatan Teori dan
Aplikasi .Cetakan ke 1.Jakarta : Rineka Cipta
William R. Rivers at.al., Media Massa dan Masyarakat Modern:
Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta, 2003;
Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, UMM Press, 2003.
(www.romeltea.com)
Sumber:
http://id.shvoong.com/socialsciences/1877099-definisi-komunikasi-massa/#ixzz1ThKahgiT

Anda mungkin juga menyukai