Anda di halaman 1dari 3

ADHIKA PARAMARTHA SAJJANA WIYOSO

0706276596
MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM

MAHZAB SOSIOLOGIS
A. Auguste Comte
Auguste Comte merupakan ilmuwan yang pertama kali menerapkan metode
ilmiah dalam lapangan ilmu-ilmu sosial. Ia menggunakan istilah sosiologis untuk
menamai ilmu-ilmu sosial yang bermetodologi ilmiah. Baginya, penelitian sosial
dilakukan dengan mengadakan 4 langkah, yaitu observasi, eksperimen, komparasi, dan
penelitian historis. Namun Comte tidak setia dengan sosiologis dan metode ilmiahnya,
karena ia kemudian merumuskan tahap-tahap perkembangan masyarakat secara apriori,
yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap saintifik atau positive.
B. Laissez Faire dan Herbert Spencer
Laissez Faire memiliki semboyan yang mencerminkan merambatnya teori
darwinisme ke berbagai bidang termasuk bidang sosial dan ekonomi. Herbert Spencer
merupakan ilmuwan yang percaya bahwa evolusi menjadi kunci bagi kehidupan manusia,
karena itu proses perkembangan sosial dan hukum sebaiknya berjalan sesuai dengan
hukum evolusi yang akan berjalan paralel dengan perkembangan evolusi biologis.
Kontribusi Spencer adalah membawa pemikiran evolusi pada fenomena sosial. Spencer
percaya bahwa bersamaan dengan proses evolusi biologis akan terjadi proses evolusi
sosial juga yang merupakan proses yang otomatis dan independen. Spencer yakin bahwa
kesadaran tidak dapat berperan banyak pada proses evolusi sosial yang sedemikian rupa.
Spencer melihat bahwa kemanusiaan yang merupakan bagian dari proses sosial bukanlah
barang jadi yang dapat dilihat dan diprediksi tetapi sesuatu yang masih dalam proses
pembentukan. Pendekatan sosiologi yang modern menolak prinsip seleksi alam yang
terkandung dalam prinsip Laissez Faire. Menurut Faire, kesadaran manusia mempunyai
peran dalam evolusi masyarakat manusia.
C. Jhering
Jhering memberi tekanan kuat pada fungsi hukum sebagai instrumen untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Di dalam masyarakat terjadi banyak konflik antara
kebutuhan manusia sebagai masyarakat dan kebutuhan manusia sebagai individu. Untuk
mendamaikan konflik ini maka negara menjalankan 2 metode, yaitu dengan metode
pemenuhan kebutuhan ekonomis dan dengan koersi.

ADHIKA PARAMARTHA SAJJANA WIYOSO


0706276596
MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM

D. Max Weber
Max Weber membedakan antara doktrin hukum dan sosiologi hukum. Sosiologi
hukum mencoba memahami tingkah laku anggota masyarakat berkaitan dengan hukum
yang dilaksanakan dan mencari keyakinan masyarakat yang seperti apa yang membuat
hukum dapat valid. Sosiologi hukum sebagai ilmu pengetahuan dapat menjadi penuntun
dan memfasilitasi pemahaman ahli hukum tentang masyarakat dan pemahaman
masyarakat tentang hukum. Weber dalam melihat semesta peraturan membedakannya ke
dalam 2 jenis, yaitu konvensi dan hukum. Konvensi adalah suatu sistem dari tatanan yang
validitasnya secara eksternal dan probable dijamin masyarakat. Bila ada pelanggaran
terhadap konvensi maka akan muncul reaksi ketidaksetujuan dari masyarakat. Hukum
sama seperti konvensi yaitu bagian dari tatanan, tetapi pelanggaran terhadap hukum akan
dikenakan sanksi secara fisik dan psikologis.
E. Ehrlich
Ehrlich merupakan seorang yuris yang berpikir mengenai basis sosial dari hukum.
Baginya hukum berasal dari fakta sosial dan bergantung tidak pada otoritas negara tetapi
pada kompulsi-kompulsi yang ada di masyarakat. Menurutnya sumber hukum adalah
aktivitas dari masyarakat itu sendiri, sehingga pusat dari keberadaan hukum adalah
masyarakat itu sendiri.
F. Roscoe Pound
Pound merupakan ahli sosiologis berasal dr Amerika. Dengan dipengaruhi oleh
ajaran Jhering, Pound memberikan sumbangan besar bagi perkembangan sosiologi hukum
di Amerika.

Social Engineering
Ilmu hukum kurang lebih sama dengan teknologi, maka dari itu analogi
mengenai engineering dapat diterapkan pada masalah sosial. Bagi Pound,
hukum adalah

konsiliator

dari

kepentingan-kepentingan

yang

saling

berkonflik. Kemudian ia menambahkan bahwa hukum adalah suatu pedoman


perilakuan yan bertujuan untuk menciptakan kebaikan dan menjadi alat bagi
pemenuh kebutuhan dengan sedikit sekali memunculkan friksi dan kesia-siaan.
Peran pembuat hukum vital terutama dalam menciptakan keseimbangan hak

ADHIKA PARAMARTHA SAJJANA WIYOSO


0706276596
MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM

dalam masyarakat bahkan pengadilan dalam pertimbangan hukumnya dapat


memberikan keadilan bagi anggota masyarakat yang kehilangan haknya.

Values
Menurut Pound dalam menghadapi konflik kepentingan yang terjadi setiap
masyarakat memiliki asumsi-asumsi dasar sebagai pemandunya. Asumsiasumsi tersebut berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat. Ada perbedaan yang jelas antara menguji validasi nilai-nilai etis
dengan hanya sekedar meyakinkan adanya nilai-nilai yang operasional dalam
masyarakat tertentu. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi pilihan dan
perilkau kita, dan Pound menganjurkan menjadi faktor yang sangat
berpengaruh bagi keputusan hukum. Dan nilai-nilai yang sifatnya begitu relatif
dapat dipandang dengan pandangan utilitarianistik.

G. Lasswell dan McDougal


Kedua orang ini adalah penerus dari pemikiran Pound. Mereka mempostulasikan
bahwa dalam masyarakat ada peristiwa-peristiwa yang diinginkan, yaitu kekuasaan,
pencerahan, kemakmuran, penghormatan terhadap martabat manusia, kesehatan dan
hidup sehat, keahlian, afeksi, dan kebaikan moral.
H.

Anda mungkin juga menyukai