Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN

RENCANA PEMULANGAN PASIEN


(DISCHARGE PLANNING)
RSUD HADJI BOEJASIN

RUMAH SAKIT HADJI BOEJASIN


PELAIHARI- KALSEL
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya sehingga Panduan Rencana Pemulangan Pasien di RSUD
1

Hadji Boejasin dapat terselesaikan. Panduan ini disusun sebagai pemulangan pasien di
RS Muhammadiyah Lamongan.
Rencana pemulangan pasien (Discharge Planning) adalah suatu proses untuk
perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan oleh para pemberi asuhan yang
terlibat dalam pelayanan pasien untuk memfasilitasi perbekalan perawatan kesehatan
pasien sebelum dan sesudah pemulangan pasien.
Discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi asuhan yang terlibat dalam memberikan
pelayanan (Perry & Potter, 2006)
Oleh karena itu RSUD Hadji Boejasin menyusun panduan pemulangan pasien yang
dirawat/diberikan asuhan perawatan di RS Muhammadiyah Lamongan.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim
penyusun dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan panduan
ini, kami menyadari bahwa panduan tidak luput dari kekurangan, namun upaya
penyempurnaan akan terus dilaksanakan dan saran dari pembaca dan pengguna panduan
ini akan sangat kami perhatikan guna penyempurnaan panduan ini.
Waalaikumsalam wr.wb.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I
DEFINISI

BAB II
BAB III

2
4

A. Definisi
B. Tujuan

4
4

RUANG LINGKUP
TATA LAKSANA

5
6

1.
2.
3.
4.

6
9
11
13

Sebelum Pasien diruang Rawat Inap


Saat Pasien diruang Rawat Inap
Saat Pasien akan Dipulangkan dari Rumah Sakit
Evaluasi Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)

BAB V
DOKUMENTASI
Kepustakaan

14
15
2

Lampiran

16

BAB I
DEFINISI
1. Definisi Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
Rencana pemulangan pasien (discharge planning) adalah suatu proses untuk
perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan oleh para pemberi asuhanyang
terlibat dalam pelayanan pasien untuk memfasilitasi perbekalan perawatan
kesehatan pasien sebelum dan setelah pernulangan.
2. Tujuan Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
Tujuan rencana pemulangan pasien (discharge planning) sebagai berikut :
Mengurangi hari rawatan pasien.
Meningkatkan kemajuan perkembangan kondisi kesehatan pasien
Menurunkan komplikasi penyakit.
Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
Mencegah kekambuhan.
Menurunkan beban perawatan pada keluarga.
Membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum

dipulangkan.
Meningkatkan kontinuitas perawatan.
Meningkatkan kualitas perawatan.
Memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan.

BAB II
RUANG LINGKUP
1. Pemberi Layanan Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
Proses rencana pemulangan pasien (discharge planning) harus dilakukan secara
komprehensif dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi asuhan yang
terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006).
2. Penerima Layanan Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
Semua pasien yang rawat inap dilakukan discharge planning (Discharge Planning
Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien
beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan
setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien
dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005).
Pasien dan keluarga pasien harus mendapatkan informasi tentang semua rencana
pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008). Demikian juga pendamping pasien
atau perawat pasien di rumah, dan semua orang yang terlibat dalam penanganan
pasien setelah keluar dari rumah sakit dilibatkan dalam proses ini.
3. Kapan Dilakukan Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
Rencana pemulangan pasien (discharge planning) merupakan suatu proses yang
berkesinambungan. Untuk pasien dengan kebutuhan yang sederhana (simple)
sehingga rencana perawatannya dapat direncanakan sebelumnya/elektif, Rencana
pemulangan pasien (discharge planning) sudah dimulai sejak awal pasien datang ke
rumah sakit (pre-admission). Sedangkan pada pasien dengan kebutuhan kompleks
dan pasien emergensi, sehingga rencana perawatannya belum dapat direncanakan
sebelumnya, rencana pemulangan pasien (discharge planning) dilakukan sesegera
mungkin.

BAB III
TATA LAKSANA
1. Sebelum pasien di ruang rawat inap (pre-admission)
a. Dilakukannya asesmen pasien.

Semua pasien yang dilayani rumah sakit untuk pelayanan rawat inap harus
diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui suatu proses asesmen,

meliputi asesmen medis dan asesmen keperawatan.


Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama : mengumpulkan informasi dan
data (anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang/pemeriksaan
yang lain), melakukan analisis informasi dan data sehingga menghasilkan
suatu diagnosa untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan
pasien, membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan

pasien yang telah diidentifikasi.


Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang
pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan
berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan

ketika kondisi pasien berubah.


Dari hasil asesmen didapatkan antara lain :
-

Identitas pasien, kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien,

aspek sosial, budaya, etnis, dan finansial pasien.


Identifikasi siapa pendamping utama/penanggung jawab perawatan

pasien.
Menetapkan diagnosa awal, diagnosa banding, dan indikasi pasien

masuk rumah sakit.


Identifikasi kebutuhan pasien, apakah sederhana (simple) atau kompleks.
Menetapkan rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan
pasien yang telah diidentifikasi (rencana diagnosis, rencana terapi,
rencana monitoring, rencana edukasi/penyuluhan). Rencana pelayanan
ini harus terencana dalam waktu 24 jam setelah masuk rumah sakit.

b. Dilakukannya asesmen risiko yaitu asesmen untuk mengidentifikasikan pasien


dengan risiko tinggi. Hal ini dikarenakan pasien dengan risiko tinggi
membutuhkan rencana pemulangan pasien (discharge planning) yang baik dan
adekuat.
Berikut adalah kriteria pasien risiko tinggi :
Usia 65 tahun.
Tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung.
Stroke, Serangan jantung, PPOK, Gagal jantung kongestif, Emfisema,
Dimensia, Alzheimer, AIDS, atau penyakit dengan potensi mengancam

nyawa lainnya.
Pasien berasal dari panti jompo.
Pasien dengan alamat tidak diketahui atau berasal dan luar kota.
Tunawisma.
Dirawat kembali dalam 30 hari.
Percobaan bunuh diri.
Pasien tidak dikenal/tidak ada identitas.
Korban dan kasus kriminal.
Trauma multipel.
Tidak bekerja/tidak ada asuransi.

c. Setelah asesmen pasien dilakukan, maka dapat dimulai merancang perencanaan


pasien pulang.
d. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan perawat penanggung jawab
pasien harus memahami mengenai rencana pemulangan pasien (discharge
planning).
e. DPJP dan perawat penanggung jawab pasien berkoordinasi tentang kebutuhan
pasien dan keluarga pasien/penanggung jawab perawatan pasien, menetapkan
prioritas, dan merancang perencanaan pasien pulang.
f. Libatkan pasien dan keluarga pasien/penanggung jawab perawatan pasien dalam
rencana pemulangan pasien (discharge planning).
g. Tanyakan
mengenai
keinginan/harapan
pasien

dan/atau

keluarga

pasien/penanggung jawab perawatan pasien.


h. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf harus
memberitahukannva kepada keluarga dan menghargai keinginan pasien.
i. Selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga
pasien/penanggung jawab perawatan pasien.
6

j. Diskusikan tentang kondisi kesehatan pasien. Informasikan tentang hasil


asesmen

medis

yang

meliputi

antara

lain

diagnosis,

rencana

pelayanan/penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.


k. Jika direncanakan tindakan medis/operasi, maka diskusikan tentang tindakan
medis/operasi, indikasi, tata cara, tujuan tindakan medis yang dilakukan,
alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan,dan tarif.
l. Diskusikan rencana pemulangan pasien dengan pasien dan/atau keluarga
pasien/penanggung jawab perawatan pasien.

Pada

pasien

yang

rencana

perawatannya

dapat

direncanakan

sebelumnya/elektif, rencana pemulangannya ditentukan dalam 24 jam


setelah pasien mendapatkan perawatan rawat inap, selanjutnya ditinjau
ulang dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan pasien setiap hari oleh

DPJP.
Untuk pasien dengan kebutuhan kompleks dan pasien emergensi, sehingga
rencana perawatannya belum dapat direncanakan sebelumnya, rencana
pemulangannya

ditentukan

sesegera

mungkin

tergantung

kondisi

perkembangan pasien dan ditinjau ulang setiap hari oleh DPJP.


m. Informasikan rencana pemulangan pasien berdasarkan indikasi medis kapan
pasien diperbolehkan pulang atau dirawat di rumah.

2. Saat pasien di ruang rawat inap :


a. Lakukan asemen terhadap pasien tersebut, terutama tentang perkembangan
pasien.
b. Tentukan rencana pelayanan selanjutnya, buat prioritas mengenai hal-hal yang
dibutuhkan oleh pasien dan keluarga.
c. Menggunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun rencana pemulangan
pasien. Yang dimaksud tim mutidisiplin ini adalah para pemberi asuhan dengan
disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti dokter, perawat, fisioterapis, farmasi
klinis, dietisien, dan lain-lain.

d. DPJP dan perawat penanggung jawab pasien harus memastikan pasien


memperoleh perawatan yang sesuai dan adekuat serta proses rencana
pemulangan pasien (discharge planning) berjalan lancar.
e. DPJP, perawat penanggung jawab pasien, dan kepala ruangan harus memahami
mengenai rencana pemulangan pasien (discharge planning).
f. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam rencana
pemulangan pasien (discharge planning).
g. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf harus
memberitahukannva kepada keluarga dan menghargai keinginan pasien.
h. Jika terdapat konflik antara keinginan pasien dan keluarganya dalam merancang
rencana pemulangan pasien (discharge planning), staf harus melakukan
peninjauan ulang mengenai rencana perawatan dan mencari solusi realistik dan
masalah yang akan timbul. Salah satu cara adalah dengan konferensi kasus yang
melibatkan multidisipliner.
i. Selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga
pasien/penanggung jawab perawatan pasien.
j. Diskusikan tentang perkembangan pasien selama di ruang rawat inap, hasil
pemeriksaan lanjutan, dan rencana pelayanan selanjutnya.
k. Jika direncanakan tindakan medis/operasi, maka diskusikan tentang tindakan
medis/operasi, indikasi, tata cara, tujuan tindakan medis yang dilakukan,
alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan,dan tarif.
l. Rencana pemulangan pasien didiskusikan dengan pasien dan/atau keluarga
pasien/penanggung jawab perawatan pasien.

Pada

pasien

yang

rencana

perawatannya

dapat

direncanakan

sebelumnya/elektif, rencana pemulangannya ditentukan dalam 24 jam


setelah pasien mendapatkan perawatan rawat inap, selanjutnya ditinjau
ulang dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan pasien setiap hari oleh

DPJP.
Untuk pasien dengan kebutuhan kompleks dan pasien emergensi, sehingga
rencana perawatannya belum dapat direncanakan sebelumnya, rencana
pemulangannya

ditentukan

sesegera

mungkin

tergantung

perkembangan pasien dan ditinjau ulang setiap hari oleh DPJP.


8

kondisi

m. Informasikan tentang tanggal rencana pemulangan kepada pasien dan/atau


keluarga pasien/penanggung jawab perawatan pasien. Tetapi jika kesulitan
memberikan tanggal, maka informasikan tentang indikasi medis kapan pasien
diperbolehkan pulang atau dirawat di rumah.
n. Diskusikan tentang tanda dan gejala dari penyakit yang diderita pasien, yang
perlu diwaspadai/dilaporkan selama di rumah sakit maupun jika di rumah.
o. Diskusikan tentang tindakan/pengobatan yang dapat dilakukan sebelum ke
rumah sakit.
p. Memberikan nomor telepon ruangan rawat inap (ruangan dimana pasien
menjalani perawatan). Nomor telepon ini dapat dihubungi saat pasien
membutuhkan informasi kesehatan/bantuan.
q. Diskusikan tentang batasan aktivitas yaitu jenis aktivitas yang boleh dilakukan
di rumah dan yang tidak boleh dilakukan di rumah.
r. Identifikasi pasien-pasien yang membutuhkan alat bantu. Jika diperlukan alat
bantu maka diberikan pelatihan penggunaan alat bantu tersebut.
Berikut adalah beberapa alat bantu yang dapat digunakan pasien :
-

Peralatan yang portabel dan sederhana : mudah digunakan, instruksi

penggunaan minimal. Contoh : tongkat, toilet duduk.


Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara menggunakannya.

Contoh : tempat tidur khusus, pegangan terfiksasi (grab rails), oksigen.


- Kursi roda (manual dan listrik).
s. Identifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus/ekstra seperti :
kebutuhan perawatan personal hygiene (mandi, BAB, BAK, dan lain-lain), cara
mengenakan pakaian, cara perawatan luka, perawatan selang nasogastrik atau
nasogastric tubes, kateter, dan lain-lain. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan berikan dukungan tambahan.
t. Diskusikan tentang obat-obatan yang diberikan pada pasien selama di rumah
sakit maupun di rumah, meliputi antara lain : nama obat, kegunaan obat, efek
samping obat, dosis, waktu pemberian obat/cara pemberian obat, dan lain-lain.
u. Diskusikan dan latih tentang pengaturan diet dan nutrisi, meliputi anatara lain :
batasan makanan, pengaturan pola makan, cara pemberian makan/minum,
pengaturan berat badan jika diperlukan, dan lain-lain.

3. Saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit :


9

a. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien sebaiknya
dipulangkan dan memperoleh rencana pemulangan (discharge planning) yang
sesuai.
b. Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau tidak adalah
DPJP.
c. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam pelaksanaan
pemulangan pasien.
d. Sebelum pasien dipulangkan, lakukan asesmen pasien secara menyeluruh
(holistik). Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien.
Pertimbangkan juga aspek sosial, budaya, etnis, dan finansial pasien.
e. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari rumah
sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Penentuan tempat
ini dilakukan oleh DPJP dan para pemberi asuhan yang lain bersama dengan
pasien dan keluarga/penanggung jawab perawatan pasien.
f. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai (tidak dapat memenuhi
kebutuhan pasien), maka diskusikan dengan pasien dan keluarga/penanggung
jawab perawatan pasien. Dan buat kesepakatan tentang tempat perawatan
selanjutnya setelah pulang.
g. Sebelum di transfer ke tempat perawatan yang lain, pastikan terjadinya
komunikasi efektif antara pelaksanaan perawatan primer, sekunder, dan sosial
untuk menjamin bahwa setiap pasien menerima perawatan dan penanganan
h.
i.
j.
k.

yang sesuai dan adekuat.


Hasil-hasil pemeriksaan yang akan dibawa pulang.
Obat-obat untuk di rumah.
Alat bantu/peralatan kesehatan untuk di rumah.
Diskusikan rencana kontrol, termasuk tempat, waktu (hari, tanggal, jam), dan
dokter. Sertakan surat kontrol, beri penjelasan tentang alur kontrol di poliklinik,

dan leaflet tentang layanan yang disediakan di RSUD Hadjie Boejasin.


l. Diskusikan alat transportasi yang digunakan untuk pulang, disesuaikan dengan
kondisi pasien. Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah :

Ambulans.
Kendaraan umum, misalnya : mobil sewaan, taksi, dan lain-lain.
Mobil pribadi.

10

Pesawat terbang atau helikopter (bila diperlukan) : biasanya digunakan


untuk pasien dengan penyakit akut yang berat dan harus ditransfer ke rumah
sakit lain.

m. Informasikan tentang prosedur pengurusan administrasi.


n. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien.
o. Perencanaan pasien pulang ini disusun dalam bentuk ceklis perencanaan pasien
pulang. Ceklis rencana pemulangan pasien ini diselesaikan dalam waktu 48 jam
sebelum pasien dipulangkan.

p. Pada pasien yang ingin pulang atas permintaan sendiri atau pulang paksa (di
mana bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya), dapat dikategorikan
sebagai berikut :

Pasien memahami risiko yang dapat timbul akibat pulang paksa.


Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan

pulang paksa, dikarenakan kondisi medisnya.


Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan
pulang paksa, dikarenakan gangguan jiwa.

4. Evaluasi Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)


Monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan pasien secara
periodik, dengan cara :
a. Peninjauan ulang rekam medis/catatan pasien.
b. Gunakan checklis untuk menilai perkembangan dan kemajuan rencana
pemulangan pasien (discharge planning).
c. Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan.

11

BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi rencana pemulangan pasien di ceklis perencanaan pasien pulang dalam
rekam medis pasien.

KEPUSTAKAAN

Admissions

and

Discharge

http://www.dohc.ie/issues/health_strategy/action84.pdf?direct=1

12

Guidelines.

CMS Updates Discharge Planning Guidelines. https://www.cms.gov/Outreach-andEducation/Medicare-Learning-Network-

MLN/MLNProducts/Downloads/Discharge-Planning-Booklet-ICN908184.pdf
Discharge from hospital: pathway, process and practice. Department of Health.
http://webarchive.nationalarchives.gov.uk/20130107105354/http://www.dh.gov.uk/p
rod_consum_dh/groups/dh_digitalassets/@dh/@en/documents/digitalasset/dh_411

6525.pdf
Discharge

Planning.

http://www.institute.nhs.uk/quality_and_service_improvement_tools/quality_and_se

rvice_improvement_tools/discharge_planning.html
11
Best
Practices
of
Discharge

Planning

from

CMS.

http://www.beckershospitalreview.com/quality/11-best-practices-for-discharge-

planning-from-cms.html
Hospital
Discharge

and

Carers.

http://www.nhs.uk/CarersDirect/guide/practicalsupport/Pages/hospital-

discharge.aspx
Nice

Clinical

Guideline

Recommendations.

http://www.nice.org.uk/usingguidance/commissioningguides/assdissvcpatientscopd/

recommendations.jsp
Standardized Discharge Planning Focusing on Patient Education and Care
Coordination Increases Understanding of Postdischarge Needs and Likelihood of
Follow-up Care. http://www.innovations.ahrq.gov/content.aspx?id=1777

LAMPIRAN 1
CEKLIS RENCANA PEMULANGAN PASIEN

13

LAMPIRAN 2
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN
CEKLIS RENCANA PEMULANGAN PASIEN (DISCHARGE PLANNING)
RUMAh SAKIT HADJI BOEJASIN
1

Identitas

Ruang/ Kamar

Cek

Tanggal

Petugas

Bubuhkan identitas pasien (label print out) yang sudah


tersedia.
Tulis ruang/kamar pasien dirawat saat dilakukan rencana
pemulangan pasien (discharge plaining).
Beri tanda centang ( ) pada kolom ceklis bila item-item
informasi tersebut sudah diinformasikan kepada pasien
dan/atau keluarga atau penanggung jawab perawatan
pasien di rumah.
Tulis tanggal saat memberikan item-item informasi
tersebut, diperbolehkan menggunakan kurung kurawal jika
beberapa item informasi diberikan dalam tanggal yang
sama.
Tuliskan nama petugas yang melakukan ceklis item-item
informasi tersebut.

Informasi Kesehatan

14

Pemberian informasi tentang kondisi kesehatan pasien yang meliputi diagnosis,

penatalaksanaan/rencana pelayanan oleh DPJP.


Jika dilakukan tindakan medis/operasi : pemberian informasi tindakan
medis/operasi yang meliputi : indikasi, tata cara, tujuan tindakan medis yang
dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan,dan tarif oleh

DPJP.
Rencana pemulangan pasien didiskusikan DPJP dengan keluarga atau

penanggung jawab perawatan pasien di rumah.


Pemberitahuan tentang tanggal rencana pemulangan pasien, dan tulis tanggal
rencana pulang pasien oleh DPJP.

Informasikan dan tulis tanda dan gejala dari penyakit yang diderita pasien, yang

perlu diwaspadai/dilaporkan oleh DPJP.


Informasikan dan tulis tindakan/pengobatan yang dapat dilakukan sebelum ke

rumah sakit pada pasien oleh DPJP.


Pemberian nomor telepon staf yang bisa dihubungi saat pasien membutuhkan
informasi kesehatan/bantuan oleh perawat ruangan.

B Pemberian Informasi pada Pasien dan/atau Keluarga atau Penanggung Jawab


Perawatan Pasien

Informasikan dan tulis jenis aktivitas yang boleh dilakukan pasien di rumah oleh

petugas ruang perawatan.


Informasikan dan tulis alat bantu yang digunakan pasien dirumah oleh petugas

ruang perawatan.
Jika pasien memerlukan alat bantu, maka informasikan dan latih aktivitas dan
penggunaan alat bantu oleh dokter spesialis rehabilitasi medis dan/atau

fisioterapis.
Jika pasien memerlukan perawatan khusus selama di rumah, seperti : personal
hygiene (mandi, BAB, BAK, dan lain-lain), perawatan luka, perawatan selang

kateter, dan lain-lain, maka edukasi dan latih oleh perawat ruangan.
Pemberian informasi tentang pengaturan diet dan nutrisi selama di rumah sakit
dan di rumah oleh petugas dietisien.

15

Pemberian informasi tentang obat-obatan selama di rumah sakit dan di rumah


oleh petugas farmasi klinis, seperti : nama dan kegunaan obat, efek samping
obat, dosis dan waktu pemberian obat, dan lain-lain.

Persiapan Pemulangan
Tempat perawatan selanjutnya setelah pulang.
Hasil-hasil pemeriksaan yang akan dibawa pulang.
Obat-obat untuk di rumah.
Alat bantu/peralatan kesehatan untuk di rumah (jika diperlukan).
Rencana kontrol : tulis tempat kontrol/klinik, hari/tgl/jam oleh petugas ruangan.

Sertakan surat kontrol.


Alat transportasi yang

sakit/kendaraan umum/mobil pribadi.


Lain-lain

digunakan

16

untuk

pulang

ambulan

rumah

Anda mungkin juga menyukai