Oleh:
DAFTAR ISI
Pendahuluan..................................................................................................................................................1
Latar Belakang Penerbitan PP Nomor 27 Tahun 2014..................................................................1
Perbedaan PP Nomor 27 Tahun 2014 dengan PP Nomor 6 Tahun 2006 dan PP Nomor
38 Tahun 2008.............................................................................................................................................2
MATRIKS PERBEDAAN NOMOR 27 TAHUN 2014 DENGAN PP NOMOR 6 TAHUN 2006
DAN
PP NOMOR 38 TAHUN 2008.................................................................................................................2
ANALISIS PERBEDAAN PP NOMOR 27 TAHUN 2014 DENGAN PP NOMOR 6 TAHUN
2006
DAN PP NOMOR 38 TAHUN 2008....................................................................................................10
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
PENDAHULUAN
Sebagaimana tertuang dalam pasal 1 Undang- undang Nomor 17 Tahun 2003,
keuangan negara tidak hanya mencakup hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, tetapi juga segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara sehubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa Barang Milik Negara merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari Keuangan Negara, maka diperlukan dasar hukum
yang mengatur mengenai pengelolaan barang milik negara.
Perlu waktu tiga tahun untuk merumuskan dan mengesahkan kebijakan
mengenai pengelolaan barang milik negara ke dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006. PP Nomor 6 Tahun 2006 mengatur pengelolaan BMN/D
yang meliputi proses perencanaan, penganggaran, pengadaan, pemeliharaan,
pengendalian, dan
pertanggungjawaban.
Keuangan
Nomor 6 Tahun 2006, terutama dalam hal yang terkait Badan Layanan Umum
dan
2.
3.
4.
Penyederhanaan birokrasi
5.
6.
sementara
PP
Nomor
27
Tahun
2014
terdiri
dari
111
pasal
yang
PP Nomor 27 Tahun 2014 mengatur secara khusus dan lebih rinci mengenai Pemusnahan, pengelolaan BMN
oleh Badan Layanan Umum, serta BMN berupa Rumah Negara dalam bab tersendiri. Selain itu juga terdapat
beberapa pasal yang mengalami perbedaan karena adanya penyempurnaan aturan pada PP Nomor 27
Tahun 2014. Berikut ini matriks perbandingan sistematika PP Nomor 27 Tahun 2014 dengan PP Nomor 6
Tahun 2006 sebagaimana dirubah dalam PP Nomor 38 Tahun 2008:
PP Nomor 27 Tahun 2014
BAB/Bagian
I. KETENTUAN UMUM
Jumla
h
Pasal
3
BAB/Bagian
I. KETENTUAN UMUM
Keteranga
n
Jumla
h
Pasal
3
BARANG MILIK
BARANG MILIK
NEGARA/DAERAH
NEGARA/DAERAH
Bagian 1: Pengelola
Barang
Bagian 1: Pengelola
Barang
pengelola barang
mendelegasikan wewenang
kepada pengguna
Bagian
2:
Pengguna
Bagian
2:
Pengguna
barang/kuasa
pengguna
barang dan
Terdapat
perubahan
wewenang
Barang/Kuasa Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna
tanggung
Barang
Barang
III.
III.
PERENCANAAN
PERENCANAAN
KEBUTUHANDAN
KEBUTUHANDAN
PENGANGGARAN
PENGANGGARAN
IV. PENGADAAN
Pengguna
perluasan ruang
lingkup perencanaan
Sinkroninasi
dengan
IV. PENGADAAN
Terdapat
jawab
Penyederhanaan lingkup
pengaturan
dan birokrasi
Tidak
ada perbedaan
berarti
V. PENGGUNAAN
1
2
V. PENGGUNAAN
Terdapat
penyederhanaan
lingkup
dasar
penetapan
status
penggunaan
pengalihan
penggunaan
dan
status
penggunaan
sementara
Terdapat
pengaturan
mengenai
VI. PEMANFAATAN
Bagian
1:
Bagian
1:
Kriteria
Pemanfaatan
Bagian
2:
Kriteria
1
Pemanfaatan
Bagian
2:
Bentuk
Bagian 3: Sewa
Terdapat
terdapat
penambahan
Pemanfaatan
2
Bentuk
Pemanfaatan
Bagian 3: Sewa
kas negara
Terdapat
perubahan
jangka
waktu
Kerja
Sama
Pemanfaatan
Bagian 5:
Kerja
kali
Terdapat perubahan aturan dalam
Sama
Pemanfaatan
Terdapat
tambahan
aturan
Terdapat
perubahan
dalam
hal
pemanfaatan
berupa
penyediaan infrastruktur
Bagian 6: Bangun Guna
Serah
atau
Bangun
Serah Guna
atau
Bangun
Serah Guna
Terdapat
perubahan
dalam
hal
yang
harus
langsung
digunakan pemerintah
Terdapat penegasan
Bangun
diserahkan
Serah
bahwa
Guna
kepada
hasil
yang
Pengelola
Kerja
Sama
Penyediaan
Bagian
8: Tender
VII.
PENGAMANAN
PEMELIHARAAN
DAN
VII.
PENGAMANAN
DAN
PEMELIHARAAN
Bagian 1: Pengamanan
Bagian 1: Pengamanan
Bagian 2: Pemeliharaan
Bagian 2: Pemeliharaan
Terdapat
mengenai
ketentuan
tambahan
VIII. PENILAIAN
Pihak
Lainketentuan mengenai
Terdapat
penilaian kembali dalam
IX. PEMINDAHTANGANAN
kondisi
tertentu
Pada PP 6
tahun 2006 Bab
X. PEMINDAHTANGANAN
Bagian
2:
Persetujuan
Pemindahtanganan
Bagian
3: Penjualan
Penghapusan
Tidak ada perubahan berarti
6
Bagian 4: Tukar
Menukar
Bagian 3: Tukar
Menukar
limit penjualan
BMNmenukar
secara lelang
Diperbolehkan
tukar
dengan
pemerintah negara lain (BMN)
dan
Bagian 4: Hibah
Bagian 6: Penyertaan
Modal Pemerintah
Bagian 5: Penyertaan
Pada
Modal Pemerintah
Pusat/Daerah
X. PEMUSNAHAN
Pusat/Daerah
-
PP
Nomor
ketentuan
XII. PENATAUSAHAAN
IX. PENGHAPUSAN
Tahun
mengenai
diuraikan
XI. PENGHAPUSAN
secara
2006,
pemusnahan
sekilas
pada
Penghapusan
Terdapat penyederhanaan birokrasi
Terdapat
Bab
XI. PENATAUSAHAAN
Bagian 1: Pembukuan
Bagian 1: Pembukuan
beberapa perubahan
terkait ketentuan
Bagian 2: Inventarisasi
Bagian 2: Inventarisasi
pembukuan
BMN/D berarti
Tidak ada perubahan
Bagian 3: Pelaporan
Bagian 3: Pelaporan
XIII.
PEMBINAAN,
PENGAWASAN,
XII.
DAN
PEMBINAAN,
PENGAWASAN,
PENGENDALIAN
DAN
PENGENDALIAN
Bagian 1: Pembinaan
Bagian 1: Pembinaan
Bagian 2: Pengawasan
Bagian 2: Pengawasan
Terdapat
dan Pengendalian
dan Pengendalian
tambahan
ketentuan
yang
membidangi
pengelolaan
BADAN
LAYANAN
UMUM
XV. BMN/D BERUPA RUMAH
NEGARA
XVI.
GANTI
DAN
SANKSI
XVII.
XIV.
GANTI
RUGI
DAN
SANKSI
KETENTUAN
LAIN-
KETENTUAN
XV.
PERALIHAN
XIX. KETENTUAN PENUTUP
KETENTUAN
PERALIHAN
3
LAIN
XVIII.
ketentuan lain-lain
Perbedaan terjadi karena menyesuaikan
isi peraturan dengan peraturan
sebelumnya
2008
definisi
kedua
istilah
tersebut
dapat
mencegah
1
0
Pemanfaatan,
dan
Pemindahtanganan.
Perubahan
ini
Hal
ini
wajar
dilakukan
mengingat
definisi
Kementerian
3)
Analisis
PP 6/2006 jo. PP 38/2008
Ruang lingkup pengelolaan BMN
meliputi: a.Perencanaan
Kebutuhan
dan Penganggaran
b. Pengadaan
c. Penggunaan
d. Pemanfaatan
e. Pengamanan dan Pemeliharaan
f. Penilaian
g.Penghapusan
h.Pemindahtanganan
i. Penatausahaan
j. Pembinaan, Pengawasan dan
Pengendalian
PP
27/2014
Ruang lingkup pengelolaan BMN
meliputi: a.Perencanaan
Kebutuhan
dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. Penggunaan;
d. Pemanfaatan;
e. pengamanan dan pemeliharaan;
f. Penilaian;
g.Pemindahtanganan;
h.Pemusnahan;
i. Penghapusan;
j. Penatausahaan; dan
k. Pembinaan,
pengawasan
dan pengendalian.
1
1
Bab
mengenai
Penghapusan.
Hal
ini
tidak
relevan
karena
PP
27
Tahun
2014
sebagaimana
ketentuan
mengenai
pemindahtanganan.
2. Pada PP 6 Tahun 2006, bab mengenai Pemindahtanganan terletak setelah
Bab Penghapusan, sementara dalam PP 27 Tahun 2014 bab mengenai
Pemindahtanganan dan Pemusnahan terletak setelah Bab Penghapusan.
Perubahan
ini
penghapusan
memang
idealnya
seharusnya
terjadi
setelah
dilakukan
adanya
mengingat
pemusnahan
proses
atau
pemindahtanganan.
Kesimpulan dan Saran
Penulsi setuju dengan perubahan tersebut.
C. Perubahan Atas Wewenang dan Tanggung Jawab Pejabat Pengelolaan
Analisis
1. Terdapat perubahan wewenang pengelola BMN yang semula memberi
keputusan menjadi memberi persetujuan atas usulan pemindahtanganan;
pemanfaatan; serta pemusnahan dan penghapusan BMN. Selain untuk
menyederhanakan birokrasi, hal ini juga memang seharusnya dilakukan
mengingat pengguna/kuasa pengguna barang lebih mengetahui mengenai
kondisi BMN yang berada di dalam wewenangnya. Oleh karena itu, peran
Pengelola Barang, dalam hal ini Menteri Keuangan, memang sebaiknya
sebatas memberi persetujuan bukan memberi keputusan.
2. PP 27 Tahun 2014 membolehkan Pengelola Barang untuk mendelegasikan
kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang. Jenis kewenangan dan tanggung jawab yang dapat
BMN/D
1
2
tambahan
kewenangan
dan
tanggung
jawab
Menetapkan
pejabat
yang
mengurus
dan
menyimpan
BMD.
usul
Pemanfaatan
BMN
serta
usul
Pemusnahan
dan
pasal
sebagaimana
pada
PP
Tahun
2006.
Perubahan
ini
tapi tentu saja diperlukan peraturan turunan yang mengatur masalah ini
secara lebih rinci.
1
3
Penganggaran
Analisis
1. Dalam
PP
27
Tahun
2014,
Perencanaan
Kebutuhan
Barang
Milik
harus
dilakukan
untuk
mempertegas
bahwa
perencanaan
perencanaan
pemindahtanganan,
dan
pengadaan,
pemeliharaan,
penghapusan
BMN/D.
Hal
pemanfaatan,
ini
juga
telah
ini
sesuai
1
4
sebagaimana
merupakan
salah
satu
dasar
bagi
dengan
PP
perencanaan kebutuhan
Tahun
2006
yang
menyatakan
Jika
bahwa
disusun dalam
penyediaan
anggaran,
bukan
saat
proses
perencanaan
anggaran berlangsung.
4. Terdapat
penegasan
bahwa
Penetapan
standar
kebutuhan
oleh
untuk
kebutuhan
dan
menyamakan
standar
harga
persepsi
haruslah
bahwa
sesuai
penetapan
dengan
standar
ketentuan
1
5
peraturan
tentang
pengadaan
barang
dan
jasa
lebih
disempurnakan.
F.
Analisis
1. Pada PP 6 Tahun 2006, penetapan status penggunaan barang berlaku
untuk seluruh BMN/D. Hal ini kemudian disederhanakan di PP 27 Tahun
2014 di mana terdapat pengecualian Penetapan Status Penggunaan yang
tidak dilakukan terhadap:
a. BMN/D berupa: barang persediaan; konstruksi dalam pengerjaan;
atau barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dihibahkan.
b. BMN yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana penunjang
tugas pembantuan, yang direncanakan untuk diserahkan;
c. BMN lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang; atau
d. BMD lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur/Bupati/Walikota.
Hal ini bertujuan untuk menyederhanakan proses birokrasi. Seperti yang
kita ketahui, penggunaan barang persediaan sangatlah cepat sehingga
apabilah harus melewati proses penetapan terlebih dulu justru akan
dapat
1
6
Barang
Penggunaan
BMN
dapat
mendelegasikan
penetapan
selain
tanah/bangunan
kepada
status
Pengguna
PP
27
Tahun
2014
bahwa
BMN/D
dapat
dialihkan
status
penyelenggaraan
tugas
dan
fungsi
berdasarkan
persetujuan
Pengelola Barang. Selain itu juga disebutkan bahwa BMN/D yang telah
ditetapkan
status
penggunaannya
digunakan sementara
oleh
pada
Pengguna
Barang
dapat
dalam jangka
1
7
yang
tidak
digunakan
apabila
BMN/D
tersebut
telah
akan
buang-buang
energi
dan
justru
akan
menghambat
aturan yang
berlaku.
Khusus
untuk
pemberian
sanksi
1
8
menyerahkan BMN/D yang tidak digunakan, alangkah lebih baik jika sanksi
penundaan penyelesaian atas usulan Pemanfaatan, Pemindahtanganan, atau
Penghapusan Barang juga diterapkan dalam lingkup pengelolaan BMD.
G. Perubahan Pada Ketentuan Pemanfaatan BMN/D
Analisis
Bentuk Pemanfaatan
1. Terdapat bentuk pemanfaatan baru, yaitu: Kerja Sama Penyediaan
Infrastruktur yang masa sewanya dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang. Hal ini telah sesuai dengan dinamika pengelolaan
BMN/D saat ini.
Sewa
2. Terdapat penambahan aturan mengenai jangka waktu penyewaan dan
beKesimpulan dan Saran sewa khususnya untuk sewa infrastuktur.
Penambahan aturan ini sejalan dengan dinamika pengelolaan BMN/D dan
sesuai dengan Perpres 67/2005, 13/2010, 56/2011 dan 66/2013.
3. Terdapat batasan waktu penyetoran uang sewa yang harus dilakukan
sekaligus
secara
tunai paling
lambat
2 (dua) hari
kerja
sebelum
diperpanjang
kali.
Dengan
pembatasan
1
9
penambahan
aturan
mengenai
KSP
dengan
mekanisme
8. Terdapat
larangan
bagi
mitra
KSP
dilarang
menjaminkan
atau
KSP
dan
biaya
yang terjadi
pelaksanaan
KSP
setelah
menjadi
2
0
mempertegas hak dan kewajiban mitra KSP, perubahan ini dilakukan untuk
memperjelas
siapa
yang
wajib
menanggung
biaya
persiapan
dan
berbunyi
pelaksanaan
Semua
kerjasama
biaya
berkenaan
pemanfaatan
tidak
dengan
dapat
persiapan
dibebankan
dan
pada
ditetapkannya
mitra
BSG/BGS
dan
yang
biaya
terjadi
pelaksanaan
kewajiban
memperjelas
mitra
siapa
BGS/BSG
yang
wajib
perubahan
menanggung
ini
biaya
dilakukan
persiapan
untuk
dan
barang
2
1
secara
tunai paling
lambat
2 (dua) hari
kerja
sebelum
2
2
dalam
mitigasi
risiko
dan
telah
sangat
umum
dalam
penegasan
bahwa
biaya
pemeliharaan
BMN/D
yang
kerugian
negara
akibat
kelalaian
dalam
perjanjian
pemanfaatan BMN/D.
Kesimpulan dan Saran
Dasar hukum atas implementasi asuransi dalam BMN/D sangatlah penting
mengingat kebutuhan asuransi atas BMN/D pun semakin meningkat. Untuk itu
diperlukan peraturan turunan yang menguraikan lebih rinci mengenai
mekanisme implementasi asuransi. Penulis berharap atura tersebut disusun
dengan benar-benar mempertimbangkan asas efektifitas, efisiensi, dan
ekonomi pengelolaan aset.
Sementara itu, penegasan atas siapa yang menanggung biaya pemeliharaan
dalam hal pemanfaatan BMN/D oleh pihak lain telah tepat, hanya perlu
peningkatan dalam pengawasan dan pengendalian terutama dalam hal
pencairan dana dan pertanggungjawabannya.
2
3
I.
BMN/D
Analisis
1. Terdapat beberapa perubahan teknis terkait istilah jenis penilai dan tujuan
penilaian. Hal ini dilakukan untuk mencapai kesamaan persepsi mengenai
penilaian BMN/D serta harmonisasi dengan peraturan lainnya.
2. Terdapat ketentuan mengenai penilaian kembali dalam kondisi tertentu yang
dapat dilakukan pengelola barang atas nilai BMN/D yang telah ditetapkan dalam
neraca Pemerintah Pusat/Daerah keputusan mengenai Penilaian kembali atas nilai
BMN dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pemerintah yang berlaku secara
nasional. Perubahan ini dilakukan dalam rangka sinkronisasi kebijakan dengan
Standar Akuntansi Pemerintah berbasis
akrual
seharusnya
dilakukan
agar
tercapai
harmonisasi
kebijakan
dengan
J.
Analisis
1. Terdapat penyederhanaan birokrasi dalam hal subjek pelaksana penjualan BMN/D.
Pemisahan subjek tidak lagi berdasarkan jenis BMN/D (tanah dan bangunan atau
bukan),
tapi
berdasarkan
lingkup
penguasaan
barang.
Menurut
penulis
diperlukan
penjelasan
mengenai
faktor
penyesuaian
dan
mekanisme
2
4
3. Terdapat perluasan mitra tukar-menukar dengan diizinkannya melakukan tukarmenukar dengan pemerintah negara lain. Dengan cakupan yang lebih luas ini
diharapkan pemindahtangan dalam bentuk tukar-menukar dapat lebih
fleksibel
sosial,
keagamaan,
pemerintahan
negara/daerah,
kini
kemanusiaan,
ditambahkan
dan
penyelenggaraan
pertimbangan
kepentingan
budaya, dan pendidikan yang bersifat non komersial. Dengan perubahan ini
diharapkan cakupan hibah BMN akan lebih luas dan bermanfaat bagi masyarakat.
BMN/D
Analisis
1. Sebelumnya pada PP 6 Tahun 2006, aturan mengenai pemusnahan
digabungkan dalam aturan mengenai penghapusan. Hal ini kurang tepat
mengingat
penghapusan
BMN/D
tidak
semata-mata
akibat
adanya
pemusnahan.
2. Terdapat penjelasan mengenai cara-cara pemusnahan BMN/D, yaitu
dengan cara dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan atau cara
lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Hal ini
sangat penting untuk mencapai kesamaan persepsi tentang tindakan apa
saja yang termasuk dalam kriteria pemusnahan.
Kesimpulan dan Saran
2
5
BMN/D
Analisis
Terdapat perubahan dalam ketentuan pembukuan BMN/D yaitu adanya penjelasan
lebih rinci alur penyusunan Daftar Barang Milik Negara/Daerah yang sebelumnya
tidak dijelaskan dalam PP 6 tahun 2006. Dengan perubahan ini diharapkan tidak ada
lagi kebingungan ataupun perbedaan persepsi atas mekanisme pembukuan BMN/D.
Pengendalian
Analisis
Terdapat tambahan ketentuan penetapan indikator kinerja di bidang pengelolaan
Barang Milik Negara pada unit yang membidangi pengelolaan Barang Milik Negara
oleh Pengguna Barang sebagai salah satu proses pengawasan dan pengendalian.
Perubahan ini merupakan bentuk harmonisasi dengan kebijakan terkait penilaian
kinerja.
Kesimpulan dan Saran
Penulis menyetujui penambahan pasal sebagaimana tersebut di atas.
2
6
Umum
Analisis
Pada PP 6 Tahun 2006 tidak ada bagian khusus yang mengatur mengenai
pengelolaan BMN/D oleh BLU. Ketentuan ini ditambahkan untuk memberi
penegasan mengenai mekanisme pengelolaan BMN/D pada BLU sekaligus
sebagai bentuk harmonisasi dengan kebijakan terkait BLU.
Kesimpulan dan Saran
Pengaturan mengenai pengelolaan BMN/D mengenai BLU ini sangat penting
untuk mempertegas aturan mengenai BLU sekaligus untuk menghindari
ketidaksinkronan dengan peraturan tentang BLU.
P. Ketentuan Mengenai BMN/D Berupa Rumah Negara
Analisis
Ketentuan mengenai BMN/D berupa rumah negara sebelumnya tidak diatur dalam PP
6 Tahun 2006. Hal ini menimbulkan ketidaksinkronan dengan aturan mengenai rumah
negara.
Rumah
negara
itu
sendiri
merupakan
bagian
BMN/D
akan
tetapi
2
7
2
8