Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah B3;
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat Limbah B3 : sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Penghasil limbah B3 : orang atau badan usaha yang menghasilkan limbah B3 dan
menyimpan sementara limbah tersebut dalam lokasi kegiatannya sebelum diserahkan ke
pihak lain
Alur terbentuknya B3
Tujuan Pengelolaan Limbah B3
Tujuan identifikasi B3
Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3 sebagaimana Lampiran I, diperiksa
apakah limbah tersebut memiliki karakteristik : mudah terbakar, mudah meledak, bersifat
reaktif, bersifat korosif, infeksius, beracun.
Apabila kedua tahapan tersebut diatas telah di lakukan dan tidak memenuhi ketentuan
Limbah B3 dilakukan uji toksikologi.
Bersifat reaktif
Beracun
Menyebabkan infeksi
Bersifat korosif
Limbah lain yang secara uji toksikologi termasuk jenis limbah B-3
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (Tabel 1 Lampiran 1 PP 18/1999 Jo. PP 85/1999)
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi (Tabel 3 Lampiran 1 PP 18/1999 Jo. PP 85/1999)
Limbah B3 dari Sumber tidak spesifik yaitu berasal bukan dari proses utamanya, tetapi:
Pencucian
Pelarut kerak
Pengemasan
Contoh limbah B3 dari sumber tidak spesifik
adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan
berdasarkan kajian ilmiah.
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi (Tabel 3 Lampiran 1 PP 18/1999 Jo. PP 85/1999)
Melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi
cairan yang mengandung alkohol < 24% atau pada titik nyala tdk lebih dari 60C akan
menyala bila terjadi kontak dengan api, percikan api pada tekanan udara 760 mmHg.
Pada temp & tek standar (25C, 760 mmHg) mudah terbakar melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
Limbah B3 Infeksius
Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu:
bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi,
limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular.
pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan
bila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau
asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan
Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25C,
760 mmHg)
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi
lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 C.
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih
besar dari 12,5 yang bersifat basa.
Limbah B3 Beracun
Adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mutu
konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan
anorganik dalam limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PP 18/1999 Jo. PP
85/1999.
Bila limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat dalam Lampiran II PP
18/1999 Jo. PP 85/1999, dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari nilai dalam
Lampiran II PP 18/1999 Jo. PP 85/1999, maka limbah tersebut merupakan limbah B3.
Bila nilai konsentrasi zat pencemar lebih kecil dari nilai ambang batas pada Lampiran II
PP 18/1999 Jo. PP 85/1999, maka dilakukan uji toksikologi.
LD50
Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengukur hubungan
dosis-respons antara limbah dengan kematian hewan uji didapatkan nilai LD50.
LD50 adalah dosis limbah yang menghasilkan 50% respons kematian pada populasi
hewan uji.
Bila Nilai LD50 (oral) > 50 mg/kg berat badan lakukan Evaluasi sifat Kronis
Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang : Dokumen Limbah Bahan Berbahaya
Dan BeracunIn "Limbah"
Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1998 Tentang : Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di DaerahIn "Limbah"
Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995In "Limbah"