Disusun Oleh :
Husni Mubarok
PFC 2014
(14030184011)
PFC 2014
(14030184022)
Virlinda Al Siska
PFC 2014
(14030184065)
PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2016BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan ilmu fisika tidak hanya terbatas dengan ilmu klasik yang
dikemukakan oleh Newton beserta para ilmuan fisika klasik lainnya. Ilmu fisika
masih benyak pengembangan-pengembangan yang perlu dilanjutkan guna
menjawab dan mengungkap suatu kebenaran yang masih belum terbukti. Salah
satunya yaitu pembahasan di dalam ilmu fisika modern, yang sudah banyak
mengungkap dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menarik yang belum
terjawab oleh ilmuan-ilmuan klasik.
Fisika modern merupakan cikal bakal dari ilmu-ilmu fisika lanjut, seperti
halnya fisika kuantum dan fisika statistik, dengan memahami fisika modern maka
akan lebih mudah untuk mempelajari dan memahami ilmu-ilmu fisika lainnya.
Oleh sebab itu dilakukanlah percobaan efek fotolistrik yang membuktikan
pengaruh cahaya terhadap aliran elektron. Berhubung alat dan bahan untuk
melakukan percobaan efek fotolistrik masih terbatas, maka dilakukanlah percobaan
fotolistrik dengan menggunakan laboratorium virtual, yang menggunakan aplikasi
phET, untuk memahami dan mempermudah analisis dari percobaan efek fotolistrik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh bahan pelat logam terhadap jumlah elektron yang
keluar?
2. Bagaimana pengaruh frekuensi terhadap Kmaks ?
3. Bagaimana pengaruh intensitas terhadap Kmaks ?
4. Bagaimana pengaruh intensitas terhadap jumlah elektron yang terpancar dari
permukaan pelat logam ?
5. Berapa nilai konstanta Plank (h) berdasarkan hasil percobaan efek fotolistrik ?
C. Tujuan Percobaan
1. Menganalisis pengaruh bahan pelat logam terhadap jumlah elektron yang
keluar
2. Menganalisis pengaruh frekuensi terhadap Kmaks
3. Menganalisis pengaruh intensitas terhadap Kmaks
4. Menganalisis pengaruh intensitas terhadap jumlah elektron yang terpancar dari
permukaan pelat logam
5. Mengetahui perbandingan nilai konstanta Plank (h) berdasarkan hasil
percobaan efek fotolistrik dengan teori
D. Manfaat Percobaan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat (logam),
bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari
energi ambang (fungsi kerja) logam dan menyerap, radiasi elektromagnetik tergantung pada
jenis permukaan. Meskipun gelombang elektromagnetik juga pembawa arus tenaga,
namun hal ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan gejala fotolistrik. Pada efek
fotolistrik, pengaruh cahaya terhadap sifat kelistrikan disebabkan oleh sifat cahaya sebagai
gelombang ekektromagnetik dan sifat cahaya sebagai paket-paket energi. Peristiwa ini
ditemukan oleh Hertz pada tahun 1887, interaksi antara berkas cahaya dan elektron-elektron
logam menunjukkan beberapa sifat, yaitu:
1. Efek fotolistrik hanya terjadi pada frekuensi cahaya yang lebih besar daripada harga
minimum tertentu (frekuensi ambang) yang bergantung pada jenis logam yang
disinari.
2. Terjadinya efek fotolistrik hampir bersamaan dengan saat datangnya sinar pada plat
logam.
3. Energi kinetik maksimum elektron fotolistrik pada logam tertentu hanya bergantung
pada frekuensi berkas cahaya yang datang, tidak bergantung pada intensitas cahaya
yang datang.
4. Besar arus fotolistrik sebanding dengan intensitas cahaya yang datang.
Sifat-sifat di atas hanya dapat dijelaskan jika cahaya yang datang pada permukaan logam
diperlakukan sebagai paket-paket energi yang disebut foton (Einstein, 1905). Menurut
hipotesa Albert Einstein bahwa gejala efek fotolistrik, cahaya harus dipandang sebagai
pancaran paket-paket energi yang disebut foton. Kemudian, muncul istilah baru dalam ilmu
fisika mengenai dualisme partikel gelombang. (Soedojo,1998). Dengan mengadopsi teori
radiasi benda hitam (Planck, 1901) yang menyatakan bahwa kuanta yang bermautan dengan
frekuensi tertentu dari cahaya, semuanya harus berenergi sama dan energi E ini berbanding
lurus dengan v (Beiser,1999).
E=h v .................................(2.1)
Dimana :
E = Energi Kuantum
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s)
v = Frekuensi
Dalam tahun 1905 Einstein menemukan bahwa paradoks yang timbul dalam efek fotolistrik
dapat dimengerti hanya dengan memasukan radikal yang telah diusulkan lima tahun
sebelumnya oleh fisika teoritis Jerman Max Planck (Halliday dan Resnick, 1996). Ketika itu
Planck menerangkan radiasi karakteristik yang dipancarkan benda mampat. Kita mengenal
pijaran dari sepotong logam yang menimbulkan cahaya tampak, tetapi panjang gelombang
yang lain yang tak terlihat maya juga terdapat. Sebuah benda tidak perlu sangat panas untuk
dapat memancarkan gelombang elektromagnetik semua benda memancarkan energi seperti
seperti itu secara kontinu tidak peduli seberapa besar temperaturnya. Pada temperatur kamar
sebagian besar radiasiny6a terdapat inframerah dari spektrum, sehingga tak terlihat.
Sifat yang dapat diamati dari radiasi benda hitam ini persamaan serupa itu akan
ditemukan alasannya (Halliday dan Resnik, 1996). Planck dapat menurunkan rumus yang
dapat menerangkan radiasi spektrum ini (yaitu kecerahan relatif dari
berbagai panjang
gelombang yang terdapat) sebagai fungsi dari temperatur benda ytang meradiasikannya jika
dianggap bawa radiasi yang dipancarkan secara diskontinu. Planck mendapatkan bahwa
kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu sebesar f dari cahaya, semuanyta harus
berenergi samadan bawa energi ini E berbanding lurus dengan f. Maka Einstein menyatakan
bahwa besar energi masing-masing foton tersebut hanya ditentukan oleh frekuensi ( f ) foton.
Efek fotolistrik hanya dapat terjadi jika energi foton datang lebih besar daripada rata-rata
energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari permukaan logam. Energi ini dikenal
sebagai fungsi kerja yang besarnya bergantung pada jenis logam dan sering disimbolkan(
wo). Besaran inilah yang menentukan frekuensi minimum atau frekuensi ambang (fo) yang
dapat menghasilkan efek fotolistrik pada suatu permukaan logam. Dalam interaksi antara
foton datang dan elektron logam yang menghasilkan efek fotolistrik, energi seluruh foton
diserap oleh elektron. Jika energi foton lebih besar daripada fungsi kerja logam maka selisih
antara energi foton dan fungsi kerja akan terbawa oleh elektron sebagai energi kinetik (Ek )
sehingga elektron-elektron tersebut dapat melintasi ruang vakum antara kedua plat logam dan
menghasilkan arus fotolistrik dalam rangkaian. Secara teori, semakin besar ikatan antara
elektron dan inti atom maka semakin besar persentase terjadinya efek fotolistrik; untuk
elektron pada kulit K akan terjadi efek fotolistrik sebesar kira-kira 80%.
Besar muatan elektron fotolistrik dapat ditentukan dengan memberikan potensial
perintang atau stopping potential, dalam rangkaian untuk menghentikan arus fotolistrik.
1
e V o =( m v 2 ) =hf
2
max
Gejala foto listrik adalah munculnya arus listrik atau lepasnya elektron yang bermuatan
negatif dari permukaan sebuah logam akibat permukaan logam tersebut disinari dengan
berkas cahaya yang mempunyai panjang gelombang atau frekuensi tertentu.
Dari gambar diatas, sinar yang dipancarkan pada katoda dapat menyebabkan elektron keluar
dan meninggalkan katoda. Karena katoda dihubungkan dengan kutub positif dan anoda
dengan kutub negatif, maka potensial anoda lebih rendah daripada potensial katoda sehingga
elektron akan tertarik ke anoda. Aliran elektron ini merupakan arus listrik. Jika potensial
cukup besar, dapat menyebabkan elektron tak dapat sampai ke anoda. Beda potensial yang
tepat akan menahan pancaran elektron yang disebut potensial penyetop (Vo). Pada keadaan
ini, berarti energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkansama dengan beda potensial
listrik elektron antara anoda dan katoda.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Logam
2. Sumber Tegangan (Baterai)
3. Sumber cahaya (Intensitas dan Panjang Gelombang)
B. Desain Percobaan
C. Variabel Percobaan
1. Percobaan 1
Variabel Manipulasi : Intensitas
Variabel Respon
: Arus, Elektron
Variabel Kontrol
2. Percobaan 2
Variabel Manipulasi
Variabel Respon
Variabel Kontrol
3. Percobaan 3
Variabel Manipulasi
Variabel Respon
Variabel Kontrol
D. Langkah Percobaan
1. Membuka aplikasi PheTSimulation
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN
Intensita
s
25%
Logam
sodium
Zink
Coper
platinum
calcium
50%
sodium
Panjang
Gelombang
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
Arus
Tegangan
Ev
0,217
0,035
0
0
0
0
0
0,217
0
0
0
0
0
0
0,221
0
0
0
0
0
0
0,221
0
0
0
0
0
0
0,221
0
0
0
0
0
0
0,441
0,071
0,026
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
1
0,85
0,75
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
7,85
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
9,85
0,25
0
0
0
0
0
10
1,5
1
0,5
0
Jml.
Elktron
13
10
7
5
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
10
8
0
0
0
0
0
14
12
11
10
0
Zink
coper
platinum
calcium
75%
sodium
zink
coper
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
0
0
0,441
0
0
0
0
0
0
0,441
0
0
0
0
0
0
0,441
0
0
0
0
0
0
0,441
0
0
0
0
0
0
0,662
0,106
0,039
0
0
0
0
0,662
0
0
0
0
0
0
0,662
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
7,85
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
9,85
0,95
0
0
0
0
0
10
1,25
1
0,5
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
6,85
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
10
8
0
0
0
0
0
15
14
13
11
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
9
0
platinum
calcium
100%
sodium
zink
coper
platinum
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
701
100
400
450
502
574
601
0
0
0
0
0
0,662
0
0
0
0
0
0
0,662
0
0
0
0
0
0
0,882
0,141
0,051
0
0
0
0
0,882
0
0
0
0
0
0
0,882
0
0
0
0
0
0
0,882
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
8,85
0,5
0
0
0
0
0
10
1
0,75
0,5
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
8,85
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
11
10
0
0
0
0
0
16
15
13
12
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
9
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
calcium
701
100
400
450
502
574
601
701
0
0,882
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9,75
0,5
0
0
0
0
0
0
13
10
0
0
0
0
0
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengaruh bahan plat terhadap jumlah elektron
Berdasarkan data yang diperoleh untuk menganalisis pengaruh jenis bahan logam
terhadap jumlah elektron. Elektron yang keluar dari pelat logam jumlahnya berbedabeda. Jumlah elektron yang paling banyak keluar terdapat pada logam sodium.
Selanjutnya jumlah elektron yang keluar lebih sedikit dari elektron yang keluar dari
logam sodium terdapat pada logam kalsium. Jumlah elektron yang keluar lebih sedikit
dari logam kalsium terdapat pada logam seng. Jumlah elektron yang keluar lebih
sedikit dari logam seng terdapat pada logam tembaga. Jumlah elektron yang keluar
lebih sedikit dari logam tembaga terdapat pada logam platinum. Hal tersebut dapat
dilihat berdasarkan tabel 4.1 dengan memanipulasi intensitas sebesar 100%, panjang
gelombang 100 nm, tegangan 0 V sebagai berikut :
Jumlah
Logam
Arus
Platinum 6
Tembag
a
Seng
Kalsium
Sodium
Elektron
7
8.85
8
9.85
10
9
10
13
16
Tabel 4.1
Sehingga urutan dari mulai terbesar adalah sodium > kalsium > seng > tembaga >
platinum. Ketika seberkas cahaya dikenakan pada pelat logam, ada elektron yang
keluar dari permukaan logam. Elektron terlepas dari permukaan logam dikarenakan
oleh frekuensi yang disinarkan ke logam lebih besar daripada frekuensi ambang (f o)
yang dimiliki logam. Frekuensi ambang yang dimiliki oleh logam berbeda-beda dan
merupakan karakteristik dari logam tersebut sehingga jenis bahan logam
mempengaruhi jumlah elektron yang terlepas. Frekuensi ambang logam sodium
sebesar 535 Hz. Frekuensi ambang logam seng sebesar 287 Hz. Frekuensi ambang
logam tembaga sebesar 262 Hz. Frekuensi ambang logam platinum sebesar 196 Hz.
Frekuensi ambang logam kalsium sebesar 428 Hz. Urutan nilai frekuensi ambang dari
yang terbesar adalah sodium > kalsium > seng > tembaga > platinum. Semakin besar
nilai frekuensi ambang suatu logam maka semakin banyak jumlah elektron yang
terlepas dari logam.
B. Pengaruh Frekuensi terhadap Kmax
Berdasarkan data yang telah diperoleh untuk menganalisis pengaruh frekuensi
terhadap energi kinetik max. Semakin besar frekuensi yang mengalir pada pelat logam
maka, akan semakin besar nilai Kmax-nya. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan
tabel 4.2 dengan manipulasi intensitas sebesar 100%, logamnya berupa logam
sodium, dan tegangan sebesar 0.
Panjang Gel
100
400
450
502
574
601
701
Frekuensi
3000000
750000
666666,7
597609,6
522648,1
499168,1
427960,1
Tabel 4.2
Kmax
10
1
0,75
0,5
0
0
0
Berdasarkan tabel tersebut bahwa semakin besar frekuensi maka semakin besar pula
besar nilai Kmax-nya. Hal tersebut di karenakan foton dari sinar memiliki energi
karakteristik yang ditentukan oleh frekuensi cahaya. Jika elektron dalam beberapa
bahan menyerap energi dari satu foton dan dengan demikian memiliki lebih banyak
energi dari pada fungsi kerja (energi ikat elektron) dari materi, itu dikeluarkan. Jika
energi foton terlalu rendah, elektron tidak bisa keluar dari materi. Tidak ada elektron
yang dilepaskan oleh radiasi dibawah frekuensi ambang, karena elektron tidak
mendapat energi yang cukup untuk mengatasi ikatan atom.
C. Pengaruh Intensitas terhadap Kmax
Berdasarkan data yang diperoleh untuk menganalisis pengaruh intensitas
terhadap nilai Kmax. Besarnya intensitas berpengaruh terhadap jumlah elektron yang
mengalir. Namun besarnya intensitas tidak berpengaruh terhadap nilai Kmax.
Peningkatan intensitas mengakibatkan jumlah foton dalam cahaya, dan meningkatkan
jumlah elektron tetapi tidak meningkatkan energi setiap elektron yang dimiliki.
Elektron memanfaatkan energi minimun Wo untuk melepaskan diri dari katoda dan
keluar sebagai energi maksimum (Kmax). Elektron yang mencapai anoda diukur
sebagai arus fotoelektron. Nilai Kmax menunjukkan nilai energi kinetik terbesar yang
dihasilkan dari pergerakan elektron. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel 4.1
dengan memanipulasi logam sodium, panjang gelombang 100 nm, tegangan 0 V
sebagai berikut :
Intensit
as
25%
50%
75%
100%
Kmax
10
10
10
10
Tabel 4.3
Pada logam sodium dengan nilai intensitas sebesar 25 %, 50 %, 75 %, 100 %
memiliki nilai Kmax sebesar 10 J. Pada logam seng dengan nilai intensitas sebesar 25
%, 50 %, 75 %, 100 % memiliki nilai K max sebesar 8 J. Pada logam tembaga dengan
nilai intensitas sebesar 25 %, 50 %, 75 %, 100 % memiliki nilai K max sebesar 7,85 J.
Pada logam platinum dengan nilai arus sebesar 25 %, 50 %, 75 %, 100 % memiliki
nilai Kmax sebesar 6 J. Pada logam kalsium dengan nilai intensitas sebesar 25 %, 50
%, 75 %, 100 % memiliki nilai K max sebesar 9,85 J. Sehingga semakin besar intensitas
tidak mempengaruhi nilai Kmax. Nilai Kmax dapat ditentukan dengan mengukur
potensial balik minimum yang diperlukan untuk menghentikan arus fotoelektron.
D. Pengaruh Intensitas terhadap Jumlah Elektron
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan untuk menganalisis
pengaruh antara intensitas dengan jumlah elektron. Semakin besar intensitas yang
dipancarkan pada pelat logam maka elektron yang terlepas dari pelat logam juga akan
semakin banyak. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel 4.4 dengan manipulasi
panjang gelombang sebesar 400, logamnya berupa logam kalsiun, dan tegangan
sebesar 0.
Intensita
s
25%
50%
75%
100%
Jumlah Elektron
10
12
14
15
Tabel 4.4
Berdasarkan tabel tersebut bahwa semakin besar intensitas yang dipancarkan pada
pelat logam maka elektron yang terlepas dari pelat logam juga akan semakin banyak.
4,2575 1034
100%. Akan tetapi berdasarkan teori sebesar nilai konstanta planck sebesar
6,6261 1034
teori sebesar 35,75 %. Hal ini disebabkan oleh pengambilan data kurang sempurna,
seperti halnya pada saat perhitungan jumlah elektron tidak bisa dihitung dengan tepat,
karena kecepetan aliran dari elektron bermacam-macam. Selain itu juga diakibatkan
dari pembacaan nilai Kmax pada grafik yang kurang teliti, dimana skala pada grafik
cukup besar, sehingga tingkat ketelitiannya kurang sempurna.
BAB VI
SIMPULAN
Berdasarkan data, analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
1. Jenis logam mempengaruhi jumlah elektron yang terlepas dari plat logam. Dimana
setiap logam memiliki frekuensi ambang yang berbeda, semakin besar nilai frekuensi
ambang suatu logam, maka semakin banyak jumlah elektron yang terlepas dari logam
2. Semakin besar frekuensi maka semkin besar Kmax yang dihasilkan
3. Intensitas tidak memberikan pengaruh terhadap besarnya Kmax yang dihasilkan
4. Semakin besar intensitas cahaya yang dipancarkan maka semakin banyak jumlah
elektron yang terlepas dari plat logam.
5. Nilai konstanta planck yang dihasilkan dari percobaan sebesar
34
4,2575 10
J.s
dengan taraf ketelitian sebesar 100%. Serta taraf perbedaan perhitungan konstanta
planck dengan teori sebesar 35,75 %.
DAFTAR PUSTAKA
Haliday dan Resnick. 1996. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kusworo, Hendro, dkk. Tanpa tahun. Penentuan Konstanta Planck Menggunakan Perangkat
Lunak Physics Education Technology (Phet). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
Nugraheni, Novi Tri, dkk. Tanpa tahun. Eksperimen Peristiwa Efek Fotolistrik pada Logam
yang Disinari Cahaya. Surabaya : Penerbit UNAIR
Prastowo, Tjipto.2014.Lecture Notes on Physics 18324304 Modern Physics. Surabaya :
Penerbit UNESA
Rahayu, Novi Rosinta. 2012.Eksperimen Efek Fotolistrik. Surabaya: Penerbit UNAIR
Sulistyo, Agus,dkk. Tanpa tahun. Menentukan Besarnya Gaya Kuantum Planck dengan
Metode Efek Fotolistrik. Semarang : Penerbit UNDIP
LAMPIRAN
A. Lampiran perhitungan konstanta planck
1 sodium
K max =
K max
h=
c
h=
hc hc
1 1
10 1019
1
1
3 10 8
9
9
100 10
535 10
h=
10 1019
3 10 8 ( 8,131 106 )
h=
10 1019
2,4393 1015
34
h=4,09962 10
2
zing
K max =
K max
h=
c
h=
h=
hc hc
1 1
8 1019
1
1
3 10 8
9
100 10
285 109
8 1019
3 10 8 ( 6,49 10 6 )
h=
8 1019
1,947 10 15
h=4,09269 1034
3
tembaga
K max =
hc hc
K max
h=
c
( 1 1 )
o
h=
8,85 1019
1
1
3 10 8
9
9
100 10
262 10
h=
8,85 1019
3 10 8 ( 6,183 10 6 )
h=
8,85 10
15
1,8549 10
19
34
h=4,77099 10
4
platinum
K max =
hc hc
K max
h=
c
( 1 1 )
o
h=
6 1019
1
1
8
3 10
9
100 10
196 109
h=
6 1019
3 10 8 ( 4,898 106 )
h=
6 1019
15
1,4694 10
h=4,08333 1034
5
kalsium
K max =
hc hc
K max
h=
c
( 1 1 )
o
h=
9,75 1019
1
1
8
3 10
9
100 10
428 109
19
h=
9,75 10
3 10 8 ( 7,664 106 )
h=
9,75 1019
15
2,2992 10
h=4,24085 1034
S
-1,5788 x 10-35
-1,64805 x 10-35
5,13491 x 10-35
-1,74163 x 10-35
-1,6643 x 10-36
SN2
2,4926 x 10-70
2,71607 x 10-70
2,63673 x 10-69
3,03329 x 10-70
2,76988 x 10-72
SN 2= 3,4637 x 10-
10-33
69
Rata-rata
h = 2,12875 x 10
X =
n
5
33
= 4,2575 x 10-34
S=h X
SN =S2
Simpangan Baku=
SN 2 =
n ( n1 )
69
3,4637 x 10
54
=1,316 1035
33
=100
E. Lampiran Gambar