Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya, perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mengemban tiga tugas
pokok yang lebih dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilakukan
oleh seluruh civitas akademika. Ketiga dharma tersebut adalah: pendidikan dan pengajaran,
melaksanakan penelitian, dan melakukan pengabdian pada masyarakat. Pada bidang
penelitian, baik mahasiswa maupun dosen dituntut untuk melakukan penelitian secara ilmiah.
Penelitian yang dilakukan dapat berupa penelitian pengembangan keilmuan dan
teknologi, supaya dapat meningkatkan mutu pendidikan, serta memungkinkan penerapan dan
pemanfaatan hasilnya bagi kepentingan dan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebelum seseorang akan melakukan penelitian, sebaiknya harus menyusun rencana
penelitian, yang dikenal dengan usulan/proposal penelitian. Kegunaan dari proposal
penelitian tersebut adalah sebagai pedoman rencana awal yang akan dilakukan peneliti, baik
mengenai masalah, ruang lingkup, metode penelitian yang dipakai, populasi dan sampel
penelitian, perencanaan tempat dan waktu penelitian, dan instrumen penelitian.
Dalam menentukan sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah
mudah, karena sampel yang kita ambil harus dapat mewakili semua karakteristik dari
populasinya. Jika sampel yang kita jadikan tidak dapat mewakili semua karakteristik
populasinya, maka hasil penelitian tersebut tidak dapat dibuatkan generalisasinya.
Alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel

yaitu ukuran

populasi, masalah biaya, masalah waktu, percobaan yang sifatnya merusak, dan masalah
ketelitian. Dan adapun Petunjuk-petunjuk dalam pengambilan sampel yaitu meliputi, daerah
generalisasi, pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya, sumber-sumber
informasi tentang populasi, menetapkan besar kecilnya sampel, dan menetapkan teknik
sampling
Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai
teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik
sampling

pada

dasarnya

dapat

dikelompokkan

menjadi

dua

yaitu probability

sampling dan non probability sampling.


1

Probability sampling meliputi simple random sampling, proportionate stratified random


sampling, dan cluster sampling. Sedangkan non probability sampling meliputi sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, snowball sampling,
consecutive sampling, dan convenience sampling. Menentukan ukuran sampel merupakan
bagian dari teknik sampling, dimana jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran
sampel.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, selanjutnya dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian sampel ?
2. Apakah alasan penelitian menggunakan sampel ?
3. Apakah petunjuk-petunjuk untuk pengambilan sampel ?
4. Apa saja teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ?
5. Apa contoh aplikasi pengambilan sampel dalam teknik pengambilan sampel ?
1.3 Tujuan Makalah
1. Menjelaskan pengertian sampel
2. Menjelaskan alasan penelitian menggunakan sampel
3. Menjelaskan petunjuk-petunjuk untuk pengambilan sampel
4. Menjelaskan teknik-teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
5. Menjelaskan contoh aplikasi pengambilan sampel dalam teknik pengambilan sampel
1.4 Manfaat Makalah
Untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengertian sampel, alasan penelitian
menggunakan sampel, petunjuk petunjuk untuk pengambilan sampel, teknik-teknik
pengambilan sampel serta dapat menerapkannya dalam penelitian, dan contoh
pengaplikasian pengambilan sampel dalam teknik pengambilan sampel

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Sampel sendiri
secara harfiah berarti contoh. Sampel yang diambil dari populasi harus "representatif atau
2

mewakili, sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
Terdapat empat parameter yang biasa dianggap menentukan representatif suatu sampel, yaitu
variabel lintas populasi, besar sampel, teknik penentuan sampel, dan kecermatan
memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel. Sampel merupakan sebagian atau bertindak
sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari
sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Sample adalah teknik mengambil sampel dari
populasi yang ada
Ada beberapa alasan penggunaan sampling dalam penelitian diantaranya adalah
adanya penghematan waktu, biaya dan tenaga serta kemungkinan memperoleh hasil yang
akurat lebih besar dibandingkan jika menggunakan populasi sebagai subyek penelitian. Hal
ini dikarenakan jika menggunakan populasi, maka data yang diteliti mungkin akan sangat
banyak yang berakibat pada ketidaktelitian peneliti. Dengan berbagai keuntungan
penggunaan sample dalam penelitian, maka sangat jelas teknik ini menjadi favorit para
peneliti untuk digunakan. Akan tetapi, tetap perlu mempertimbangkan berbagai hal dalam
penggunaan sampel misalnya ketepatan penentuan definisi populasi, ukuran sampel serta
teknik pengambilan sampel.
2.2 Alasan Penelitian Menggunakan Sampel
Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel berikut
ini:
2.2.1

Ukuran Populasi
Dalam hal populasi tak terhingga berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui

dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin
mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi yang jumlahnya
sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi seratus juta mahasiswa
yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
2.2.2 Masalah Biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki.
Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila
objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk
mengurangi biaya.
2.2.3 Masalah Waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian
populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan kesimpulan
diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel dalam hal ini lebih cepat.
2.2.4 Percobaan yang Sifatnya Merusak
3

Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat
merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh
seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba
seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada
sampel.
2.2.5 Masalah Ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung
jawabkan. Ketelitian dalam hal ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data.
Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan
menjadi bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindari itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
2.3 Petunjuk-Petunjuk untuk Pengambilan Sampel
Adapun petunjuk-petunjuk dalam pengambilan sampel berikut ini :
2.3.1

Daerah Generalisasi
Yang penting disini adalah menentukan dahulu luas populasinnya sebagai daerah
generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah penelitiannya.
Dalam sampling itu, yang penting adalah jika yang diselidiki hanya satu kelas saja, jangan
diperluas hingga kelas-kelas lainnya, apalagi menyimpulkan untuk universitas-universitas
lain.
2.3.2 Pengesahan Sifat-Sifat Populasi dan Ketegasan Batas-Batasnya
Bila luas populasinya telah ditetapkan, harus segera diikuti penegasan tentang sifatsifat populasinya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya valliditas dan
reabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu, haruslah ditentukan terlebih dahulu luas dan
sifat-sifat populasi, dan memberikan batas-batas yang tegas, kemudian menetapkan
sampelnya. Jangan terjadi kebalikannya,yaitu menetapkan populasilah yang lebih dahulu baru
kemudian sampelnya.
2.3.3 Sumber-Sumber Informasi Tentang Populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh melalui
bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya, sensus penduduk
dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan organisasi-organisasi, seperti
pengadilan, kepolisian, kantor kelurahan, dan sebagainnya. Meskipun demikian, haruslah
diteliti kembali apakah informasi tersebut telah menunjukkan validitasnya (kesahihan).
2.3.4 Menetapkan Besar Kecilnya Sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian,
memang tidak ada ketentuan yang pasti.
4

2.3.5 Menetapkan Teknik Sampling


Dalam masalah sampel, ada yang disebut biased sampel, yaitu sampel yang tidak
mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng. Pengambilan
sampel yang menyeleweng disebut biased sampling. Biased sampling adalah pengambilan
sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi hanya dari salah satu golongan populasi saja,
tetapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi.
2.4 Teknik-Teknik yang Digunakan dalam Pengambilan Sampel
Secara umum, pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu random
(acak) dan non random (tidak acak). Pengambilan dengan cara random yaitu pengambilan
sampel yang dilakukan dengan mengundi, menggunakan tabel bilangan acak/random atau
dengan menggunakan bantuan komputer. Sedangkan pengambilan sampel dengan nonrandom
atau disebut juga incidental sampling, dilakukan tidak secara acak.
2.4.1 Teknik Sampling Random
Ada tiga jenis sampling yang termasuk pada teknik sampling random yaitu :
a. Sampling Random Sederhana (Simple Random Sampling)
Teknik ini dikatakan random sederhana karena cara mengambil sampel dari populasi
dilakukan secara random (acak) dengan tidak mempertimbangkan strata atau tingkatan
dalam populasi. Dua cara dapat dilakukan dalam menarik simple random sample yaitu
dengan cara undian dan cara random (acak).
b. Sampling Bertingkat (stratified random sampling)
Teknik sampling bertingkat ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri
atas kelompok-kelompok yang bertingkat serta jumlah sangat banyak. Penentuan strata
dilakukan berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya : menurut umur, latar belakang
pendidikan, dan sebagainya.
c. Sampling Kluster
Proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang
terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah kodya, kecamatan, kelurahan, dan
lain-lain. Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk
membuat daftar seluruh populasi tersebut.
2.4.2 Teknik Sampling Non Random
Tidak ada prinsip kerandoman (prinsip teori peluang) pada teknik sampling non
random. Dasar penentuannya adalah pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Tanpa
prinsip ini, konsekuensinya penelitian dari sampel non random tidak dapat digunakan pada
sebuah penelitian eksplanatif yang menguji hipotesis tertentu. Teknik sampling ini secara luas
sering digunakan untuk penelitian-penelitian kualitatif atau penelitian deskriptif. Ada
beberapa jenis sampel nonrandom di antaranya adalah :
a. Sampling Sistematis (Systematical Sampling).
5

Teknik ini sebenarnya dapat termasuk kepada teknik random sampling sederhana
yang digunakan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu.
b. Sampling Aksidental (accidental sampling)
Sampel ini sering disebut sebagai sampel kebetulan karena pengambilannya tanpa
direncanakan terlebih dahulu. Hal inilah yang menjadikan sampel ini sering kali disebut
convenience sampling atau sampel keenakan. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar
dan sementara serta tidak bisa digunakan pada penelitian-penelitian yang berdampak luas
dimasyarakat.
c. Sampling Kuota (quota sampling)
Teknik sampling kuota merupakan teknik sampling yang hampir sama dengan teknik
sampling strata. Perbedaannya hanya pada cara mengambil sampel yang tidak dilakukan
secara random tetapi berdasarkan keinginan peneliti. Teknik ini sering juga disebut
judgement sampling karena berdasarkan pendapat tertentu dari peneliti.
d. Sampling Purposif (purposeful sampling)
Dasar penetuan sampel pada teknik sampling ini adalah tujuan penelitian. Teknik
purposive ini digunakan dalam upaya memperoleh data tentang masalah yang memerlukan
sumber data yang memilki kualifikasi spesifik atau kriteria khusus tertentu.
e. Sampling Bola Salju (Snowball Sampling)
Teknik penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang
diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi
sampel lain dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya
makin banyak. Seperti bola salju yang menggelinding makin lama bola salju tersebut
makin besar.
f. Consecutive Sampling
Consecutive sampling ini merupakan jenis non probability terbaik, dan seringkali
merupakan cara yang paling mudah. Pada consecutive sampling, setiap objek yang
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,
sehingga jumlah objek yang diperlukan terpenuhi.
g. Convenience Sampling
Merupakan teknik dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan
lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena
kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena
itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling (tidak disengaja). Jenis
sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian
diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa
kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
2.5 Aplikasi pengambilan sampel dalam teknik pengambilan sampel
2.5.1 Teknik Sampling Random
a. Sampling Random Sederhana (Simple Random Sampling)
6

Ingin mengetahui pendapat anggota DPR komisi II akan wacana di masyarakat, maka
nama-nama pada anggota DPR komisi II yang berjumlah sekitar 120 dimasukkan kedalam
kotak, dan nama yang keluar adalah orang yang akan menjadi responden.
b. Sampling Bertingkat (stratified random sampling)
Untuk mengetahui pendapat pemilih muda pada pemilu Indonesia 2015, maka lembaga
survey memintai pendapat pemilih muda di Provinsi Jawa Timur sejumlah 1000
responden. Dengan komposisi 60% adalah pelajar SMA dan 40% lainnya adalah anakanak yang tidak mengenyam pendidikan SMA. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
opini orang-orang yang diasumsikan lebih terpelajar.
c. Sampling Kluster
Dalam satu organisasi terdapat seratus departemen. Dalam setiap departemen terdapat
banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat
pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaanperbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai
terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat
menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau
dua departemen saja.
2.5.2 Teknik Sampling Non Random
a. Sampling Sistematis (Systematical Sampling).
Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan
sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja, dan lain-lain. Keuntungan teknik ini
ialah lebih cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya adalah kadang-kadang kurang
mewakili populasinya.
b. Sampling Aksidental (accidental sampling)
Sebuah wartawan surat kabar bertanya kepada pambaca lewat kolom kuesioner di
surat kabar tersebut. Tidak semua orang yang baca koran punya minat pada masalah di
dalam kuesioner, atau punya waktu untuk menggunting kuesioner dan mengirimkannya
pada pos kendati gratis. Andai saja ada lima ribu orang yang mengembalikan, tetapi
kendati besar sampel itu tidak bisa secara akurat menggambarkan populasi. Mungkin
saja kuesioner tersebut lebih punya nuansa menghibur daripada melakukan penelitian.
c. Sampling Kuota (quota sampling)
Di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang
peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia
harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai
perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak
dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.
d. Sampling Purposif (purposeful sampling)

Misalnya, untuk meneliti kualitas sebuah produk fashion maka diperlukan responden
yang memiliki kualifikasi kompetensi dalam bidang fashion ataupun seni tertentu.
e. Consecutive Sampling
Pengambilan pasien virus Zika selama bulan Agustus dan September mungkin tidak
menggambarkan karakteristik pasien virus Zika secara keseluruhan, mengingat puncak
wabah virus Zika biasanya pada bulan April-Juni.
f. Convenience Sampling
Misalnya ada seorang peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan Kota Surabaya ia
menanyakan kepada orang yang ada dijalan atau orang dia jumpai bukan orang yang
mengerti tentang kebersihan Kota Surabaya Selatan seperti petugas kebersihan atau
mendatangi kantor gubernur atau walikota.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.1.1

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Sampel sendiri
secara harfiah berarti contoh. Sampel yang diambil dari populasi harus "representatif
atau mewakili, sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi
populasinya. Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari
populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat
digeneralisasikan pada populasi. Sample adalah teknik mengambil sampel dari

3.1.2

populasi yang ada.


Alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel yaitu ukuran
populasi, masalah biaya, masalah waktu, percobaan yang sifatnya merusak, dan

3.1.3

masalah ketelitian.
Petunjuk-petunjuk dalam pengambilan sampel yaitu meliputi, daerah generalisasi,
pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya, sumber-sumber
informasi tentang populasi, menetapkan besar kecilnya sampel, dan menetapkan

3.1.4

teknik sampling
Probability sampling meliputi simple random sampling, proportionate stratified
random sampling, dan cluster sampling.

Sedangkan non probability sampling

meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling


purposive, snowball sampling, consecutive sampling, dan convenience sampling.
3.2 Saran
Penulis berharap dalam penelitian selanjutnya agar kesalahan dalam penelitian
diminimalisir atau penyimpangan-penyimpangan diperkecil. Oleh karena itu, kesalahan
diperkecil dengan pemakaian metode pengambilan sampel yang tepat, sedangkan kesalahan
nonsampling dapat diperkecil dengan perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang hati-hati
dan teliti.

DAFTAR PUSTAKA
Alkaf, Halid Nuraida. 2009. Metodologi Penelitian Penelitian. Ciputat: Islamic Research
publishing.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta :
Rineka Cipta.
9

Hadi, Amirul. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan II. Bandung: Pustaka Setia.
Haryono. 1998. Metode penelitian pendidikan II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nasution. 2003. Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung : Jemmars.
Riduan, dan Akdon. 2006. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta :
Bumi aksara.
Sukmadinata, Nana. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Emma, Salim. Materi Teknik Pengambilan Sampel Statistika Dasar semester 2. (online).
(http://emmasalim.blogspot.co.id/2013/09/materi-teknikpengambilan-sampel.html , diakses
17 Mei 2016).
Hendra. Jenis-jenis penelitian dan Metode Penarikan Sampel. (online).
(http://hendramarambak.blogspot.co.id/2013/03/jenis-jenis-penelitian-danmetode.html ,
diakses 17 Mei 2016).

10

Anda mungkin juga menyukai