Anda di halaman 1dari 11

KANDUNGAN ATOM ATAU UNSUR KANDUNGANNYA

Baja adalah logam alloy yang komponen utamanya adalah besi, dengan
karbon sebagai material campuran. Baja mengandung elemen utama Fe dan C.
Baja karbon merupakan salah satu jenis logam paduan besi karbon dengan
presentase berat karbon hingga 2,11%.
Fasa-fasa padat yang ada didalam baja :
a. Ferit (alpha) : merupakan sel satuan (susunan atom-atom yang paling kecil dan
teratur) berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus pusat badan), Ferit ini
mempunyai sifat : magnetis, agak ulet, agak kuat, dll.
b. Autenit : merupakan sel satuan yang berupa Face Centered Cubic (FCC =kubus
pusat muka), Austenit ini mempunyai sifat : Non magnetis, ulet, dll.
c. Sementid (besi karbida) : merupakan sel satuan yang berupa orthorombik,
Semented ini mempunyai sifat : keras dan getas.
d. Perlit : merupakan campuran fasa ferit dan sementid sehingga mempunyai sifat
Kuat.
e. Delta : merupakan sel satuan yang berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus
pusat badan).

STRUKTUR MIKRO BAJA KARBON


Baja karbon rendah atau sangat rendah, banyak digunakan untuk proses
pembentukan logam lembaran, misalnya untuk badan dan rangka kendaraan serta
komponen-komponen otomotif lainnya. Baja jenis ini dibuat dan diaplikasikan
dengan mengeksploitasi sifat-sifat ferrite. Ferrite adalah salah satu fasa penting di
dalam baja yang bersifat lunak dan ulet. Baja karbon rendah umumnya memiliki
kadar karbon di bawah komposisi eutectoid dan memiliki struktur mikro hampir
seluruhnya ferrite. Pada lembaran baja kadar karbon sangat rendah atau ultra
rendah, jumlah atom karbon-nya bahkan masih berada dalam batas kelarutannya
pada larutan padat sehingga struktur mikronya adalah ferrite seluruhnya

Struktur Mikro Baja Karbon Ultra Rendah. Seluruhnya Ferrite.


Pada kadar karbon lebih dari 0,05% akan terbentuk endapan karbon dalam
bentuk hard intermetallic stoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal sebagai
cementite atau carbide. Selain larutan padat alpha-ferrite yang dalam
kesetimbangan dapat ditemukan pada temperatur ruang terdapat fase-fase penting
lainnya, yaitu delta-ferrite dan gamma-austenite. Logam Fe bersifat
polymorphism yaitu memiliki struktur kristal berbeda pada temperatur berbeda.
Pada Fe murni, misalnya, alpha-ferrite akan berubah menjadi gamma-austenite
saat dipanaskan melewati temperature 910oC. Pada temperatur yang lebih tinggi,
mendekati 1400oC gamma-austenite akan kembali berubah menjadi delta-ferrite.
(Alpha dan Delta) Ferrite dalam hal ini memiliki struktur kristal BCC sedangkan
(Gamma) Austenite memiliki struktur kristal FCC.
Pada kadar karbon lebih tinggi akan mulai terbentuk endapan cementite
atau fase pearlite pada batas butirnya

Struktur Mikro Baja Karbon Rendah

Sifat cementite atau carbide yang keras dan getas berperan penting di
dalam meningkatkan sifat-sifat mekanik baja. Salah satu parameter penting yang
menunjukkan hal tersebut, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya adalah a
mean ferrite path. A mean ferrite path menunjukkan jarak antar cementite, baik
pada pearlite maupun sphreodite. Jarak antar carbide di dalam pearlite secara
khusus dikenal sebagai interlamellar spacing atau spasi antar lamel atau lembaran.

CARA PEMBUATAN BAJA


Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat
maupun cair, besi bekas ( Skrap ) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa
proses pembuatan baja antara lain :
1. Proses Konvertor

Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap
kesamping.
Sistem kerja

Dipanaskan dengan kokas sampai 1500 0C,


Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. ( 1/8 dari volume
konvertor)
Kembali ditegakkan.
Udara dengan tekanan 1,5 2 atm dihembuskan dari kompresor.
Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengelaurkan hasilnya.

Proses konverter terdiri dari:


Proses Bassemer (asam)

Lapisan bagian dalam terbuat dari batu tahan api yang


mengandung kwarsa asam atau aksid asam (SiO 2), Bahan yang diolah besi
kasar kelabu cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat bereaksi dengan
SiO2,
SiO2 + CaO

CaSiO3

Proses Thomas (basa)

Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau
dolomit [kalsium karbonat dan magnesium (CaCO3 + MgCO3)], besi yang
diolah besi kasar putih yang mengandung P antara 1,7 2 %, Mn 1 2 %

dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur Mn dan Si terbakar, P membentuk oksida


phospor (P2O5), untuk mengeluarkan besi cair ditambahkan zat kapur
(CaO),
3 CaO + P2O5

Ca3(PO4)2 (terak cair)

2. Proses Siemens Martin

Menggunakan sistem regenerator ( 3000 0C.). Fungsi dari regenerator adalah:

memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur dapur


sebagai Fundamen/ landasan dapur
menghemat pemakaian tempat
bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih,

besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika (SiO2),


besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 % MgCO3 + 60 % CaCO3)
3. Proses Basic Oxygen Furnace
logam cair dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu ditegakkan)
Oksigen ( 1000) ditiupkan lewat Oxygen Lance ke ruang bakar dengan
kecepatan tinggi. (55 m3 (99,5 %O2) tiap satu ton muatan) dengan tekanan
1400 kN/m2.
ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar P dan S.
Keuntungan dari BOF adalah:

BOF menggunakan O2 murni tanpa Nitrogen


Proses hanya lebih-kurang 50 menit.
Tidak perlu tuyer di bagian bawah
Phosphor dan Sulfur dapat terusir dulu daripada karbon
Biaya operasi murah

4. Proses dapur listrik

Temperatur tinggi dengan menggunkan busur cahaya electrode dan induksi


listrik.
Keuntungan :

Mudah mencapai temperatur tinggi dalam waktu singkat


Temperatur dapat diatur
Efisiensi termis dapur tinggi
Cairan besi terlindungi dari kotoran dan pengaruh lingkungan sehingga
kualitasnya baik
Kerugian akibat penguapan sangat kecil

5. Proses dapur kopel

mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi tuang.

Proses

pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.


Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama 15 jam.
kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas
mencapai 700 800 mm dari dasar tungku.
besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 15 % ton/jam dimasukkan.
15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahkan batu
kapur (CaCO3) dan akan terurai menjadi:
CaCO3 CaO CO2
CO2 akan bereaksi dengan karbon:
CO2 C 2CO
Gas CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan
untuk pembangkit mesin-mesin lain.
6. Proses dapur Cawan

proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja bekas dan
besi kasar dalam cawan,
kemudian dapur ditutup rapat.
kemudian dimasukkan gas-gas panas yang memanaskan sekeliling cawan
dan muatan dalam cawan akan mencair.
baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja istimewa dengan
menambahkan unsur-unsur paduan yang diperlukan.

Bagan proses pembuatan baja


Proses pembuatan baja dimulai dengan proses ekstraksi bijih besi. Proses
reduksi umumnya terjadi di dalam tanur tiup (blast furnace) di mana di
dalamnya bijih besi (iron ore) dan batu gamping (limestone) yang telah
mengalami pemanggangan (sintering) diproses bersama-sama dengan kokas
(cokes) yang berasal dari batubara. Serangkaian reaksi terjadi di dalam tanur pada
waktu dan lokasi yang berbeda-beda, tetapi reaksi penting yang mereduksi bijih
besi menjadi logam besi adalah sebagai berikut:
Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2
Luaran utama dari proses ini adalah lelehan besi mentah (molten pig
iron) dengan kandungan karbon yang cukup tinggi (4%C) beserta pengotorpengotor lain seperti silikon, mangan, sulfur, dan fosfor . Besi mentah ini belum
dapat dimanfaatkan secara langsung untuk aplikasi rekayasa karena sifat-sifat
(mekanis)-nya belum sesuai dengan yang dibutuhkan karena pengotor tersebut.
Besi mentah berupa lelehan atau coran selanjutnya dikirim menuju converter yang
akan mengkonversinya menjadi baja.
Proses pembuatan baja umumnya berlangsung di tungku oksigen-basa
(basic-oxygen furnace). Di dalam tungku ini besi mentah cair dicampur dengan
hingga 30% besi tua (scrap) yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tanur.
Selanjutnya, oksigen murni ditiupkan dari bagian atas ke dalam leburan, bereaksi
dengan Fe membentuk oksida besi FeO. Beberapa saat sebelum reaksi dengan
oksigen mulai berlangsung, fluks pembentuk slag dimasukkan dalam jumlah
tertentu.

Oksida besi atau FeO selanjutnya akan bereaksi dengan karbon di dalam
besi mentah sehingga diperoleh Fe dengan kadar karbon lebih rendah dan gas
karbon monoksida. Reaksi penting yang terjadi di dalam tungku adalah sebagai
berikut:
FeO + C Fe + CO
Selama proses berlangsung (sekitar 22 menit), terjadi penurunan kadar karbon dan
unsur-unsur pengotor lain seperti P, S, Mn, dalam jumlah yang signifikan.

Klasifikasi Baja Karbon


A. Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;

Baja karbon rendah (low carbon steel) machine, machinery dan mild
steel
- 0,05 % - 0,30% C.
Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
- 0,05 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets,
screws, nails.
- 0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.

Baja karbon menengah (medium carbon steel)


- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
- 0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % C : hammers dan sledges.

Baja karbon tinggi (high carbon steel) tool steel


- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % 1,50 % C
Penggunaan
- screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers,
vise jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools

for turning hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine
cutters.

p = kekuatan patah, u = kekuatan tarik maksimum, y = kekuatan


luluh, ef = regangan sebelum patah, x = titik patah, YP = titik luluh

STANDARISASI dan PENGKODEAN DARI BAJA KARBON


Standardisasi adalah proses merumuskan, merevisi, menetapkan, dan
menerapkan standar, dilaksanakan secara tertib dan kerjasama dengan semua
pihak. Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh instansi
teknis setelah mendapat persetujuan dari Dewan Standardisasi Nasional, dan
berlaku secara nasional di Indonesia. Struktur penomoran SNI terdiri atas
serangkaian kode dengan arti tertentu yaitu berupa kode SNI, nomor unik, nomor
bagian dan nomor seksi, serta tahun penetapan. Kode SNI menyatakan bahwa
dokumen tersebut adalah Standar Nasional Indonesia. Sedangkan nomor unik
adalah identifikasi dari suatu standar tertentu yang jumlah digitnya sesuai
kebutuhan, minimal 4 digit dan diawali dengan angka 0. Nomor bagian
merupakan identifikasi yang menunjukan nomor urutbagian dari suatu standar
yang mempunyai bagian. Nomor seksi merupakan identifikasi yang menunjukan
nomor urut seksi dari suatu standar bagian tertentu.
Selain standarisasi nasional ada pula standarisasi dari Jepang yang biasa di
singkat dengan JIS( Japan Industrial Standart ) dan dari Amerika seperti ASTM

( American Society for Testing Materials ), AISI (Americal Iron and Steel
Institute) dan dari berbagai Negara lain.
Ada beberapa tipe standarisasi yang umumnya digunakan pada baja,
termasuk baja karbon, diantaranya adalah :

AISI (American Iron Steel Institute).


SAE (Society for Automotive Engineering).
JIS (Japanese Industrial Standard).
SNI (Standar Nasional Indonesia).

A. AISI-SAE
Standarisasi dengan sistem AISI dan juga SAE merupakan tipe
standarisasi dengan berdasarkan pada susunan atau komposisi kimia yang ada
dalam suatu baja. Ada beberapa ketentuan dalam Standarisasi baja berdasarkan
AISI atau SAE, yaitu :

3.

Dinyatakan dengan 4 atau 5 angka:


Angka pertama menunjukkan jenis baja.
Angka kedua menunjukkan:
a. Kadar unsur paduan untuk baja paduan sederhana.
b. Modifikasi jenis baja paduan untuk baja paduan yang kompleks.
Dua angka atau tiga angka terakhir menunjukkan kadar karbon perseratus

4.

persen.
Bila terdapat huruf di depan angka maka huruf tersebut menunjukkan

1.
2.

proses pembuatan bajanya.


Contoh standarisasi Baja karbon dengan AISI-SAE :
SAE 1045, berarti :
Angka 1 : Baja Karbon
Angka 0 : Persentase bahan alloy (tidak ada)
Angka 45 : Kadar karbon (0.45% Karbon)

B. JIS (Japanese Industrial Standard)


Standarisasi dengan sistem JIS merupakan salah satu tipe standarisasi atas
dasar aplikasi produksi dan grade (kualifikasi untuk aplikasi tertentu). JIS
standard dikembangkan oleh Japanese Industrial Standards Comitee yang

merupakan bagian dari Kementrian Industri dan Perdagangan Internasional di


Tokyo. Sama halnya dengan standarisasi AISI-SAE, standarisasi JIS juga
mempunyai beberapa ketentuan, diantaranya :
1.

Diawali dengan SS atau G dan diikuti dengan bilangan yang menunjukkan

2.

kekuatan tarik minimum dalam kg/mm2


Diawali dengan S dan diikuti dengan bilangan yang menunjukkan

3.

komposisi kimianya.
Untuk golongan Stainless Steel biasanya menggunakan grade dari ASTM
dengan menggunakan kode huruf SUS diikuti dengan kode angka sesuai
dengan AISI atau SAE.

*) Contoh standarisasi baja karbon dengan JIS :

JIS G 5101 (Baja karbon cor).


JIS G 3201 (Baja karbon tempa).
JIS G 3102 (Baja karbon untuk konstruksi mesin).
JIS G 3101 (Baja karbon untuk konstruksi biasa).

C. SNI (Standar Nasional Indonesia)


Standarisasi SNI ini merupakan tipe standarisasi yang sama dengan JIS,
yaitu berdasarkan aplikasi produksi. Ada beberapa contoh standarisasi SNI pada
baja karbon yang umumnya terdapat di pasaran, diantaranya :

SNI 07-0040-2006 (Kawat baja karbon rendah).


SNI 07-0053-2006 (Batang kawat baja karbon rendah).
SNI 07-2052-2002 (Baja karbon untuk tulang beton).
SNI 07-0601-2006 (baja karbon dalam bentuk plat).

DAFTAR PUSTAKA
Surdia, Tata & Shindroku Saito. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta :
PT. Pradnya Paramita.
Syuaib, M. Faiz. 2006. Kuliah Perbengkelan Modul Penuntun. Bogor: IPB

http://img.alibaba.com/photo/233416762/High_strength [26 November 2009 ; 19.05 WIB]


http://www.emeraldinsight.com/fig [27 November 2009 ; 14.00 WIB ]
http://www.enican.com/LightSteelMicrostructure [27 November 2009 ; 14.05 WIB]

Anda mungkin juga menyukai