Maya Dewayanti
Aulia Hanum
080911037
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1
Latar belakang
Indonesia terdiri atas 17.508 pulau, mempunyai daratan seluas 1,9 juta km 2 dan garis
pantai sepanjang 80.791 km, serta cakupan laut seluas 3,1 juta km2. Di negara ini terdapat
pula gunung api yang berjumlah tidak kurang dari 200, berukuran rendah sampai tinggi dan
bersalju, sungai-sungai lebar dan panjang, serta danau yang sifatnya bermacam-macam.
Keadaan demikian menyuguhkan berbagai tipe lingkungan hidup (habitat) alami bagi
tumbuhan, hewan dan mikrobia. Sistem hubungan timbal balik antara lingkungan fisik/kimia
dengan tumbuhan, hewan atau mikrobia dikenal sebagai ekosistem alami. Indonesia
diperkirakan memiliki tidak kurang dari 47 tipe ekosistem alami (Anonim, 1996).
Dalam hal kekayaan jenis tumbuhan, hewan dan mikroba, Indonesia merupakan salah
satu pusat kekayaannya. Sebanyak 28.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis binatang dan 10.000
mikrobia diperkirakan hidup secara alami di Indonesia. Luas daratan Indonesia yang hanya
1,32% luas seluruh daratan di bumi, ternyata menjadi habitat 10% jenis tumbuhan berbunga,
12% binatang menyusui, 16% reptilia dan amfibia, 17% burung, 25% ikan, dan 15% serangga
yang ada di dunia. Dari 515 jenis mamalia besar dunia, 36% endemik di Indonesia, dari 33
jenis primata, 18% endemik, dari 78 jenis burung paruh bengkok, 40% endemik, dan dari 121
jenis kupu-kupu dunia, 44% endemik di Indonesia (Mc Neely et al., 1990).
Dalam hal keanekaragaman di dalam jenis, Indonesia pun menjadi unggulan dunia dan
dianggap sebagai salah satu pusat keanekaragaman tanaman ekonomi dunia. Jenis-jenis kayu
perdagangan, buah-buahan tropis (durian, duku, salak, rambutan, pisang dan sebagainya),
anggrek, bambu, rotan, kelapa dan lain-lain sebagian besar berasal dari Indonesia. Beberapa
jenis tumbuhan, seperti pisang dan kelapa telah menyebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekarangaman hayati terbesar di dunia
(megadiversity) dan merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia (megacenter of
biodiversity) (Mac Kinnon, 1992). Forest Watch Indonesia (2000) mengatakan, hutan di
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tertinggi di dunia, meskipun luas daratannya
hanya 1,3 persen dari luas daratan di permukaan bumi. Kekayaan hayati ini meliputi 11 persen
spesies tumbuhan di dunia, 10 persen spesies mamalia dan 16 persen spesies burung di dunia.
Hutan tropis merupakan ekosistem daratan terkaya di bumi ini (Yuda, 2009). Bahkan,
Indonesia telah diakui oleh komunitas internasional sebagai satu di antara 7 negara yang
memiliki megabiodiversitas.
Kehidupan di dunia ditandai dengan hadirnya manusia, hewan, tumbuhan dan
mikrobia. Sejarah perkembangan kehidupan menunjukkan bahwa mikrobia merupakan awal
bentuk kehidupan, lalu dikuti tumbuhan berhijau daun, kemudian hewan, dan yang terakhir
manusia. Walaupun muncul paling akhir, manusia mengalami perkembangan organ dengan
fungsi paling sempurna. Tumbuhan berhijau daun merupakan makhluk yang mandiri, karena
mampu mengubah air dan CO2 menjadi karbohidrat yang diperlukan kehidupan. Makhluk lain
yang tidak memiliki hijau daun, memperoleh pangan dari tumbuhan atau makhluk lainnya.
Manusia, seperti juga mahluk hidup lain, memerlukan O2 untuk bernapas, air untuk menyusun
sebagian besar tubuh dan pangan untuk kekuatan tubuh. Pangan diperoleh manusia dari
tumbuhan, hewan dan mikrobia. Tumbuhan, hewan, mikrobia beserta habitatnya tercakup
dalam pengertian keanekaragaman hayati, sehingga keanekaragaman hayati merupakan
tumpuan hidup manusia (Astirin, 2000).
Kenyataan bahwa manusia menggantungkan diri pada keanekaragaman hayati, masih
jelas terlihat di negara-negara sedang berkembang, dimana kebutuhan dasarnya masih terbatas
pada kebutuhan primer, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Ekonomi
negara-negara demikian tergantung pada keanekaragaman hayati. Pertumbuhan ekonomi
merupakan ukuran keberhasilan pembangunan suatu negara. Pada mulanya, pertumbuhan
ekonomi Indonesia mengandalkan diri pada sumber daya alam non hayati (tidak
terperbarukan), berupa gas, minyak dan sebagainya. Dalam dua dasawarsa terakhir,
pemanfaatan keanekaragaman hayati (terperbarukan), misalnya kayu dan ikan laut yang
masih hidup liar meningkat pesat (Astirin, 2000).
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka dapat dirumuskan
bahwa tujuan dari makalah ini adalah antara lain:
1. Mengetahui tentang pengertian Indonesia sebagai Negara Megabiodiversitas
2. Mengetahui berbagai jenis keanekaragamaan hayati di Indonesia.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
Keanekaragaman
hayati
atau
biodiversity
merupakan
ungkapan
pernyataan
terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan
tingkatan genetika. Pada dasarnya keragaman ekosistem di alam terbagi dalam beberapa tipe,
yaitu ekosistem padang rumput, ekosistem hutan, ekosistem lahan basah dan ekosistem laut.
Kanekaragaman tipe-tipe ekosistem tersebut pada umumnya dikenali dari ciri-ciri
komunitasnya yang paling menonjol, dimana untuk ekosistem daratan digunakan ciri
komunitas tumbuhan atau vegetasinya karena wujud vegetasi merupakan pencerminan
fisiognomi atau penampakan luar interaksi antara tumbuhan, hewan dan lingkungannya.
Dalam menilai potensi keanekaragaman hayati , seringkali yang lebih banyak menjadi
pusat perhatian adalah keanekaragaman jenis, karena paling mudah teramati. Sementara
keragaman genetik yang merupakan penyusunan jenis-jenis tersebut secara umum lebih sulit
dikenali. Sekitar 10 % dari semua jenis makhluk hidup yang pada saat ini hidup dan
menghuni bumi ini terkandung pada kawasan negara Indonesia, yang luas daratannya tidak
sampai sepertujuh puluh lima dari luas daratan muka bumi. Secara rinci dapat diuraikan
bahwa Indonesia dengan 17.058 pulau-pulaunya mengandung 10 % dari total jenis tumbuhan
berbunga di dunia, 12 % dari total mamalia di dunia, 16 % dari total reptil dan ampibia di
dunia, 17 % dari total jenis burung di dunia dan 25 % atau lebih dari total jenis ikan di dunia.
Dokumen Biodiversity Action Plan for Indonesia (Bappenas, 1991) menuliskan bahwa
hutan tropika Indonesia adalah merupakan sumber terbesar keanekaragaman jenis jenis
palm, mengandung lebih dari 400 species meranti-merantian dari Famili Dipterocarpaceae
(yang merupakan jenis kayu pertukangan paling komersil di Asia Tenggara); dan diperkirakan
menyimpan 25.000 species tumbuhan berbunga. Tingkatan Indonesia untuk keragaman jenis
mamalia adalah tertinggi di dunia ( 515 species, di antaranya 36 species endemis ), terkaya
untuk keragaman jenis kupu-kupu ekor walet dari famili Papilionidae (121 species, 44 %
endemis), terbesar ketiga utuk keragaman jenis reptilia (lebih dari 600 species), terbesar
keempat untuk jenis burung (1519 species, 28 % endemis), terbesar kelima untuk jenis
amphibi (270 species) dan ke tujuh di dunia untuk tumbuhan berbunga. Selain itu luasnya
kawasan perairan teritorial Indonesia yang merupakan kawasan laut terkaya di wilayah IndoPasifik juga mendukung kekayaan habitat laut dan terumbu karang. Kawasan terumbu karang
di Sulawesi dan Maluku adalah salah satu bagian dari sistem terumbu dunia yang kaya akan
species karang, ikan dan organisme karang lainnya (Anonim, -).
2.2 Indonesia sebagai Negara Megadiversitas
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan
Australia. Luas wilayah Indonesia mencapai 7,7 juta km2, yang terdiri atas teritori daratan
seluas 1,9 juta km2, teritori laut 3,1 juta km2, dan teritori perairan laut terbatas seluas 2,7 juta
km2. Indonesia memiliki 17.508 pulau berukuran besar dan kecil (Supriatna, 1988).
Karakteristik pulau di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari pulau yang sempit hingga pulau
yang sangat luas; dan dari yang datar hingga berbukit serta bergunung tinggi. Hal-hal tersebut
mampu menunjang kehidupan flora, fauna, dan mikroorganisme yang beranekaragam.
Indonesia memiliki lebih dari 40 tipe ekosistem sehingga dapat disebut sebagai salah
satu negara megadiversitas. Bersama dengan Brazil, Zaire, Peru, dan Colombia, Indonesia
tergolong ke dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling
tinggi. Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia secara umum dapat disebabkan
oleh dua hal, yaitu : luas wilayah Indonesia yang terdiri atas banyak pulau dan proses
biogeografi Indonesia yang terletak di antara Asia dan Australia.
spesies tanaman dan binatang telah dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehati-hari
masyarakat, dan lebih dari 7000 jenis ikan laut dan tawar selama ini mendukung kebutuhan
masyarakat. Keragaman hayati dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu (Anonim, -):
1. Keragaman Genetik
Genetik adalah berbagai variasi aspek biokimia, struktur dan sifat organisme
yang diturunkan secara fisik dari induknya (orang tuanya). Genetik ini dibentuk dari
AND (Asam Deoksiribo Nukleat) yang berbentuk molekul-molekul yang terdapat
pada hampir semua sel.
Dalam satu spesies tumbuhan atau hewan bisa terdapat variasi genetik,
sehingga menimbulkan perbedaan yang jelas. Manusia meskipun satu spesies (Homo
sapiens), tapi ada orang kulit putih, Negro, Melayu, Mandarin, dan lainnya. Macan
Tutul dan Kumbang sama-sama spesies Panthera pardus. Bahkan sering kakak
beradik yang satu tutul yang lain hitam. Variasi genetik misalnya terlihat pada jagung.
Ada berbagai bentuk, ukuran dan warna jagung: jagung Metro, jagung Kuning, jagung
Merah. Contoh lain adalah padi. Kita mengenal ribuan varietas padi, walaupun padi itu
hanya satu spesies (Oriza sativa). Variasi genetika merupakan sumber daya pokok
yang penting untuk menciptakan varietas unggul tanaman pertanian baru. Karena itu
istilahnya sumberdaya genetika tanaman. Indonesia menawarkan berbagai
sumberdaya genetika tanaman dan binatang yang sangat berharga guna pemanfaatan
saat ini atau di masa mendatang. Sedikitnya 6.000 spesies flora dan fauna asli
Indonesia dimanfaatkan sehari-hari oleh orang Indonesia untuk makanan, obat,
pewarna dan lain-lain.
Pembentukan genetik suatu individu tidak statis. Selalu berubah akibat faktor
internal dan eksternal. Keragaman materi genetik memungkinkan terjadi seleksi alam.
Umumnya, kian besar populasi suatu spesies kian besar keanekaragaman genetiknya,
sehingga makin kecil kemungkinannya punah.
2. Keragaman Spesies
Spesies adalah kelompok organisme yang mampu saling berbiak satu dengan
yang lain secara bebas, dan menghasilkan keturunan, namun umumnya tidak berbiak
dengan anggota dari jenis lain.
dalam konservasi. Sebagian besar masyarakat telah memahami konsepsi spesies dan
mengetahui bahwa dunia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi tetapi sebagian
di antaranya sedang menuju kepunahan. Ahli biologi telah memfokuskan pada spesies
selama berabad abad dan telah mengembangkan sistem penamaan, pengkatalogan, dan
perbandingan antar spesies. Berbagai upaya konservasi telah dilakukan, mulai dari
pendanaan sampai program recovery difokuskan pada spesies. Peraturan perundangan
tentang konservasi juga memfokuskan pada spesies. Misalnya: US Endangered
Species Act, Convention on International Trade in Endangered Species, Perlindungan
Floran dan Fauna di Indonesia.
Berbagai uraian tentang keanekaragaman hayati, mulai dari berbagai kriteria
keragaman hayati, spesies terancam punah beserta kategorisasinya, serta berbagai
ancaman yang dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, melengkapi
Padang rumput ini terjadi secara alami, semi alami, atau diolah. Padang rumput
yang diolah biasanya ditanami dan dirawat secara intensif, seperti padang rumput
gandum di Eropa Barat. Tipe padang rumput ini hanya mempunyai andil kecil bagi
pemeliharaan keanekaragaman hayati. Sedangkan padang rumput semi alami,
walaupun tidak ditanami
tapi mereka
berkembang
secara luas
akibat
terdapat sekutar 600.000 km2 terumbu karang; lebih dari setengahnya terdapat di
Samudra Hindia (termasuk Laut Merah dan teluk Persia). Ekosistem laut dalam
adalah bagian laut dengan kedalaman lebih dari 200 m, sehingga hampir berada
dalam suasana gelap abadi. Bagian terdalam, yaitu 600 meter lebih, disebut zona
afotik, yang tidak mendapat cahaya sama sekali. Sedangkan zona eufotik masih
mendapat cahaya, sehingga di sinilah berlangsung semua produksi primer.
Terumbu karang Indonesia merupakan 15% dari seluruh terumbu karang dunia.
Pulau Sulawesi, Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan bagian dari
Indonesia yang letaknya sangat strategis, yaitu merupakan daerah lintasan arus laut
Indonesia. Daerah tersebut merupakan lintasan arus laut dari Laut Pasifik menuju
Samudra Hindia. Arus laut tersebut membawa larva plankton ke dalam perairan
Wallacea. Hal tersebut menyebabkan tingginya jenis-jenis spesies perairan. Di
teluk Maumere pernah teridentifikasi sebanyak 1.200 jenis ikan termasuk di
dalamnya spesies baru.
Perairan kawasan Wallacea termasuk ke dalam10 kawasan penting terumbu
karang dunia dengan luas total 346.782 km2 kekayaan kehidupan perairan lautnya
sangat kaya. Ancaman terbesar berasal dari polusi dari daratan, sedimentasi yang
berasal dari proses penebangan hutan, pertambangan, dan kegiatan eksploitasi
perikanan serta perdagangan ikan untuk memenuhi permintaan pasar Asia
Tenggara.
Selain terumbu karang terdapat pula rumput laut, merupakan salah satu sumber
senyawa fitokimia yang memiliki potensi bioaktif, antara lain karotenoid,
fikobilin, polisakarida, vitamin, sterol, tokoferol, fikosianin dan lain-lain.
Metabolit sekundernya memiliki potensi sebagai obat atau bahan obat yang
aplikasinya dapat digunakan sebagai bahan nutrasetikal, antikanker, anti mikroba,
dan toksisitas. Rhodymenia palmata (Linnaeus) adalah satu jenis alga merah dan
dikenal dengan nama dulse, dilisk atau sillosk. Rumpur laut (alga) R. Palmata
tersedia sangat ,elimpah, khususnya di perairan laut selatan Indonesia (Wikanta,
2010).
Dari beberapa ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki berbagai
macam keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga Indonesia dikatakan sebagai Negara
Megadiversitas. Oleh karena itu sebagai masyarakat Indonesia, kita harus dapat
mengupayakan berbagai pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia yang telah rusak agar
tetap terjaga kaseimbangan ekosistem di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun beberapa permasalahan yang dapat disimpulkan antara lain:
1. Indonesia merupakan negara megabiodiversitas terbukti bahwa sebagai salah satu dari
tujuh
negara
mega
biodiversitas
yang
dikenal
sebagai
pusat
konsentrasi
keanekaragaman hayati dunia yang memiliki lebih dari 40 tipe ekosistem yang mampu
menunjang kehidupan flora, fauna, dan mikroorganisme yang beranekaragam.
2. Secara umum keanekaragaman jenis hayati Indonesia dapat diuraikan bahwa
Indonesia dengan 17.058 pulau-pulaunya mengandung 10 % dari total jenis tumbuhan
berbunga di dunia, 12 % dari total mamalia di dunia, 16 % dari total reptil dan ampibia
di dunia, 17 % dari total jenis burung di dunia dan 25 % atau lebih dari total jenis ikan
di dunia
3.2 Saran
Keanekaragaman hayati Indonesia sebagai salah satu negara mega biodiversitas di
dunia perlu dijaga kelestariaannya agar beberapa kasus mengenai kepunahan dapat diatasi
dengan baik, baik pada tingkat ekosistem, jenis maupun genetika. Oleh karena itu, perlu
dilakukan inventaris, dicacah dipahami, direvisi, dimutakhirkan atau dimanfaatkan dan
diteliti secara cermat sehingga kelestarian eksistensinya dapat dimanfaatkan secara
optimum.
DAFTAR PUSTAKA