Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS

PTERYGIUM

Disusun Untuk Memenuhi Syarat


Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter
Di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang

Diajukan Kepada :
dr. Sri Yuni Hartati, Sp.M

Disusun Oleh :
Rahmi Faridah Azzahro
20100310132

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
1

REFLEKSI KASUS
A. PENGALAMAN
Pasien laki-laki datang ke poli mata RSUD Tidar dengan keluhan penglihatan
terasa semakin kabur sejak 2 bulan terakhir. Pandangan seperti disertai selaput putih.
Kedua mata juga dirasa seperti ada yang mengganjal. Kurang lebih sekitar dua tahun
yang lalu, secara perlahan-lahan, timbul selaput pada mata kanan, kemudian muncul
pula pada mata sebelah kiri. Mata kering (+), rasa berpasir (+), mata merah (+)
minimal, nyeri/pedih (+) bila terpapar angin, Riwayat sering terpapar debu dan sinar
matahari (-). Riwayat memakai kaca mata sebelumnya (-). Riwayat penglihatan
menurun (-). Riwayat trauma (-). Riwayat Hipertensi (-). Riwayat DM (-).

B. MASALAH YANG DIKAJI


1. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada kasus?
2. Apakah setiap pterygium harus dilakukan tindakan operatif?

C. ANALISIS
Menurut kamus kedokteran Dorland, pterygium adalah bangunan mirip sayap,
khususnya untuk lipatan selaput berbentuk segitiga yang abnormal dalam fisura
interpalpebralis, yang membentang dari konjungtiva ke kornea, bagian puncak (apeks)
lipatan ini menyatu dengan kornea sehingga tidak dapat digerakkan sementara bagian
tengahnya melekat erat pada sclera, dan kemudian bagian dasarnya menyatu dengan
konjungtiva. 12
Menurut American Academy of Ophthalmology, pterygium adalah poliferasi
jaringan subconjunctiva berupa granulasi fibrovaskular dari (sebelah) nasal konjuntiva
bulbar yang berkembang menuju kornea hingga akhirnya menutupi permukaannya. 13
Pterygium adalah suatu penebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga,
mirip daging yang menjalar ke kornea, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
bersifat degeneratif dan invasif .2

Pterygium bisa menyebabkan perubahan yang sangat berarti dalam fungsi


visual atau penglihatan pada kasus yang kronis. Mata bisa menjadi inflamasi sehingga
menyebabkan iritasi okuler dan mata merah.3
Etiologi
Pterygium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari,
dan udara panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan
suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.2
Pterygium diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet,
pengeringan dan lingkungan dengan angin banyak. Faktor lain yang menyebabkan
pertumbuhan pterygium antara lain uap kimia, asap, debu dan benda-benda lain yang
terbang masuk ke dalam mata. Beberapa studi menunjukkan adanya predisposisi
genetik untuk kondisi ini. 12
Patofisiologi
Konjungtiva bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. Kontak dengan
ultraviolet, debu, kekeringan mengakibatkan terjadinya penebalan dan pertumbuhan
konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.6
Pterygium ini biasanya bilateral, karena kedua mata mempunyai kemungkinan
yang sama untuk kontak dengan sinar ultraviolet, debu dan kekeringan. Semua
kotoran pada konjungtiva akan menuju ke bagian nasal, kemudian melalui pungtum
lakrimalis dialirkan ke meatus nasi inferior.6
Daerah nasal konjungtiva juga relatif mendapat sinar ultraviolet yang lebih
banyak dibandingkan dengan bagian konjungtiva yang lain, karena di samping kontak
langsung, bagian nasal konjungtiva juga mendapat sinar ultra violet secara tidak
langsung akibat pantulan dari hidung, karena itu pada bagian nasal konjungtiva lebih
sering didapatkan pterygium dibandingkan dengan bagian temporal.6
Patofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan
proliferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi epithelium, Histopatologi
kolagen abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan basofilia bila dicat

dengan hematoksin dan eosin. Jaringan ini juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan
elastic akan tetapi bukan jaringan elastic yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini
tidak bisa dihancurkan oleh elastase.3
Histologi, pterygium merupakan akumulasi dari jaringan degenerasi subepitel
yang basofilik dengan karakteristik keabu-abuan di pewarnaan H & E . Berbentuk ulat
atau degenerasi elastotic dengan penampilan seperti cacing bergelombang dari
jaringan yang degenerasi. Pemusnahan lapisan Bowman oleh jaringan fibrovascular
sangat khas. Epitel diatasnya biasanya normal, tetapi mungkin acanthotic,
hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering menunjukkan area hiperplasia dari
sel goblet.9

Gejala Klinis
Gejala klinis pterygium pada tahap awal biasanya ringan bahkan sering tanpa
keluhan sama sekali (asimptomatik). Beberapa keluhan yang sering dialami pasien
antara lain:

mata sering berair dan tampak merah

merasa seperti ada benda asing

timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan pterygium tersebut,


biasanya astigmatisme with the rule ataupun astigmatisme irreguler sehingga
mengganggu penglihatan.

pada pterygium yang lanjut (derajat 3 dan 4) dapat menutupi pupil dan aksis
visual sehingga tajam penglihatan menurun.10

Pemeriksaan Fisik
Adanya massa jaringan kekuningan akan terlihat pada lapisan luar mata
(sclera) pada limbus, berkembang menuju ke arah kornea dan pada permukaan
kornea. Sclera dan selaput lendir luar mata (konjungtiva) dapat merah akibat dari
iritasi dan peradangan.11

A.

Cap: Biasanya datar, terdiri atas zona abu-abu pada kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast, menginvasi dan
menghancurkan lapisan bowman pada kornea
B.
C.

Whitish: Setelah cap, lapisan vaskuler tipis yang menginvasi kornea

Badan: Bagian yang mobile dan lembut, area yang vesikuler pada konjunctiva bulbi, area paling ujung

Berbentuk segitiga yang terdiri dari kepala (head) yang mengarah ke kornea
dan badan. Derajat pertumbuhan pterygium ditentukan berdasarkan bagian kornea
yang tertutup oleh pertumbuhan pterygium, dan dapat dibagi menjadi 4 (Gradasi klinis
menurut Youngson ):

Derajat 1: Jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea

Derajat 2: Jika pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari
2 mm melewati kornea

Derajat 3: Jika pterygium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4
mm)

Derajat 4: Jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga


mengganggu penglihatan.10

Diagnosa
Penderita dapat melaporkan adanya peningkatan rasa sakit pada salah satu atau
kedua mata, disertai rasa gatal, kemerahan dan atau bengkak. Kondisi ini mungkin
telah ada selama bertahun-tahun tanpa gejala dan menyebar perlahan-lahan, pada
akhirnya menyebabkan penglihatan terganggu, ketidaknyamanan dari peradangan dan
iritasi. Sensasi benda asing dapat dirasakan, dan mata mungkin tampak lebih kering
dari biasanya. penderita juga dapat melaporkan sejarah paparan berlebihan terhadap
sinar matahari atau partikel debu.11
Test: Uji ketajaman visual dapat dilakukan untuk melihat apakah visus
terpengaruh. Dengan menggunakan slitlamp diperlukan untuk memvisualisasikan
pterygium tersebut.11 Dengan menggunakan sonde di bagian limbus, pada pterygium
tidak dapat dilalui oleh sonde seperti pada pseudopterygium.10

Diagnosa Banding
1. Pinguekula
Penebalan terbatas pada konjungtiva bulbi, berbentuk nodul yang berwarna
kekuningan.6

2. Pseudopterygium
Pterygium umumnya didiagnosis banding dengan pseudopterygium yang
merupakan suatu reaksi dari konjungtiva oleh karena ulkus kornea. Pada pengecekan
dengan sonde, sonde dapat masuk di antara konjungtiva dan kornea.
Pseudopterygium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang
cacat akibat ulkus. Sering terjadi saat proses penyembuhan dari ulkus kornea, dimana
konjungtiva tertarik dan menutupi kornea. Pseudopterygium dapat ditemukan dimana
saja bukan hanya pada fissura palpebra seperti halnya pada pterygium. Pada
pseudopterygium juga dapat diselipkan sonde di bawahnya sedangkan pada pterygium
6

tidak. Pada pseudopterygium melalui anamnesa selalu didapatkan riwayat adanya


kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea. Selain pseudopterygium,
pterygium dapat pula didiagnosis banding dengan pannus dan kista dermoid.6

Terapi
1.

Konservatif
Pada pterygium yang ringan tidak perlu di obati. Untuk pterygium derajat 1-2

yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi
antibiotik dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari. Diperhatikan juga bahwa
penggunaan kortikosteroid tidak dibenarkan pada penderita dengan tekanan
intraokular tinggi atau mengalami kelainan pada kornea.10
2.

Bedah
Pada pterygium derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa avulsi pterygium.

Sedapat mungkin setelah avulsi pterygium maka bagian konjungtiva bekas pterygium
tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil dari konjugntiva bagian
superior untuk menurunkan angka kekambuhan. Tujuan utama pengangkatan
pterygium yaitu memberikan hasil yang baik secara kosmetik, mengupayakan
komplikasi seminimal mungkin, angka kekambuhan yang rendah. Penggunaan
Mitomycin C (MMC) sebaiknya hanya pada kasus pterygium yang rekuren,
mengingat komplikasi dari pemakaian MMC juga cukup berat.10
Indikasi Operasi:
1. Pterygium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus
2. Pterygium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil
3. Pterygium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan silau
karena astigmatismus
4. Kosmetik, terutama untuk penderita wanita.6
7

Indikasi operasi menurut Ziegler and Guilermo Pico, yaitu:


Menurut Ziegler :
1. Mengganggu visus
2. Mengganggu pergerakan bola mata
3. Berkembang progresif
4. Mendahului suatu operasi intraokuler
5. Kosmetik
Menurut Guilermo Pico :
1. Progresif, resiko rekurensi > luas
2. Mengganggu visus
3. Mengganggu pergerakan bola mata
4. Masalah kosmetik
5. Di depan apeks pterigium terdapat Grey Zone
6. Pada pterigium dan kornea sekitarnya ada nodul pungtat
7. Terjadi kongesti (klinis) secara periodik

A. Teknik Pembedahan
Tantangan utama dari terapi pembedahan pterygium adalah kekambuhan,
dibuktikan dengan pertumbuhan fibrovascular di limbus ke kornea. Banyak
teknik bedah telah digunakan, meskipun tidak ada yang diterima secara universal
karena tingkat kekambuhan yang variabel. Terlepas dari teknik yang digunakan,
eksisi pterygium adalah langkah pertama untuk perbaikan. Banyak dokter mata
lebih memilih untuk memisahkan ujung pterygium dari kornea yang
mendasarinya. Keuntungan termasuk epithelisasi yang lebih cepat, jaringan parut
yang minimal dan halus dari permukaan kornea.1
1.

Teknik Bare Sclera


Melibatkan eksisi kepala dan tubuh pterygium, sementara memungkinkan
sclera untuk epitelisasi. Tingkat kekambuhan tinggi, antara 24 persen dan 89
persen, telah didokumentasikan dalam berbagai laporan.1

2.

Teknik Autograft Konjungtiva


Memiliki tingkat kekambuhan dilaporkan serendah 2 persen dan setinggi 40
persen pada beberapa studi prospektif. Prosedur ini melibatkan pengambilan
autograft, biasanya dari konjungtiva bulbar superotemporal, dan dijahit di
atas sclera yang telah di eksisi pterygium tersebut. Komplikasi jarang terjadi,
8

dan untuk hasil yang optimal ditekankan pentingnya pembedahan secara hatihati jaringan Tenon's dari graft konjungtiva dan penerima, manipulasi
minimal jaringan dan orientasi akurat dari grafttersebut. LawrenceW. Hirst,
MBBS, dari Australia merekomendasikan menggunakan sayatan besar
untuk eksisi pterygium dan telah dilaporkan angka kekambuhan sangat
rendah dengan teknik ini.1
3.

Cangkok Membran Amnion


Mencangkok membran amnion juga telah digunakan untuk mencegah
kekambuhan pterygium. Meskipun keuntungkan dari penggunaan membran
amnion ini belum teridentifikasi, sebagian besar peneliti telah menyatakan
bahwa itu adalah membran amnion berisi faktor penting untuk menghambat
peradangan dan fibrosis dan epithelialisai. Sayangnya, tingkat kekambuhan
sangat beragam pada studi yang ada,diantara 2,6 persen dan 10,7 persen
untuk pterygia primer dan setinggi 37,5 persen untuk kekambuhan pterygia.
Sebuah keuntungan dari teknik ini selama autograft konjungtiva adalah
pelestarian bulbar konjungtiva. Membran Amnion biasanya ditempatkan di
atas sklera , dengan membran basal menghadap ke atas dan stroma
menghadap

ke bawah.

Beberapa

studi

terbaru

telah

menganjurkan

penggunaan lem fibrin untuk membantu cangkok membran amnion


menempel jaringan episcleral dibawahnya. Lemfibrin juga telah digunakan
dalam autografts konjungtiva.1
B. Terapi Tambahan
Tingkat kekambuhan tinggi yang terkait dengan operasi terus menjadi
masalah, dan terapi medis demikian terapi tambahan telah dimasukkan ke dalam
pengelolaan pterygia. Studi telah menunjukkan bahwa tingkat rekurensi telah jatuh
cukup dengan penambahan terapi ini, namun ada komplikasi dari terapi tersebut.1
MMC

telah

digunakan

sebagai

pengobatan

tambahan

karena

kemampuannya untuk menghambat fibroblas. Efeknya mirip dengan iradiasi beta.


Namun, dosis minimal yang aman dan efektif belum ditentukan. Dua bentuk
MMC saat ini digunakan: aplikasi intraoperative MMC langsung ke sclera setelah
eksisi pterygium, dan penggunaan obat tetes mata MMC topikal setelah operasi.
Beberapa

penelitian

sekarang

menganjurkan

penggunaan

MMC

hanya

intraoperatif untuk mengurangi toksisitas.1


9

Beta iradiasi juga telah digunakan untuk mencegah kekambuhan, karena


menghambat mitosis pada sel-sel dengan cepat dari pterygium, meskipun tidak ada
data yang jelas dari angka kekambuhan yang tersedia. Namun, efek buruk dari
radiasi termasuk nekrosis scleral , endophthalmitis dan pembentukan katarak, dan
ini

telah

mendorong

dokter

untuk

tidak merekomendasikan

terhadap

penggunaannya.1
Untuk mencegah terjadi kekambuhan setelah operasi, dikombinasikan
dengan pemberian:
1.

Mitomycin C 0,02% tetes mata (sitostatika) 2x1 tetes/hari selama 5 hari,


bersamaan dengan pemberian dexamethasone 0,1% : 4x1 tetes/hari kemudian
tappering off sampai 6minggu.

2.

Mitomycin C 0,04% (o,4 mg/ml) : 4x1 tetes/hari selama 14 hari, diberikan


bersamaan dengan salep mata dexamethasone.

3.

Sinar Beta.

4.

Topikal Thiotepa (triethylene thiophosphasmide) tetes mata : 1 tetes/ 3 jam


selama

6minggu,

diberikan

bersamaan

dengan

salep

antibiotik

Chloramphenicol, dan steroidselama 1 minggu.6


Komplikasi
1. Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut

Gangguan penglihatan-Mata kemerahan

Iritasi

Gangguan pergerakan bola mata.

Timbul jaringan parut kronis dari konjungtiva dan kornea

Dry Eye sindrom. 3

2. Komplikasi post-operatif bisa sebagai berikut:

Infeksi

Ulkus kornea

Graft konjungtiva yang terbuka

Diplopia

Adanya jaringan parut di kornea. 3

Yang paling sering dari komplikasi bedah pterygium adalah kekambuhan.


Eksisi bedah memiliki angka kekambuhan yang tinggi, sekitar 50-80%. Angka ini

10

bisa dikurangi sekitar 5-15% dengan penggunaan autograft dari konjungtiva atau
transplant membran amnion pada saat eksisi.3
Prognosis
Pterygium adalah suatu neoplasma yang benigna. Umumnya prognosis baik.
Kekambuhan dapat dicegah dengan kombinasi operasi dan sitotastik tetes mata atau
beta radiasi.6
Eksisi pada pterygium pada penglihatan dan kosmetik adalah baik. Prosedur
yang baik dapat ditolerir pasien dan disamping itu pada beberapa hari post operasi
pasien akan merasa tidak nyaman, kebanyakan setelah 48 jam pasca operasi pasien
bisa memulai aktivitasnya. Pasien dengan pterygia yang kambuh lagi dapat
mengulangi pembedahan eksisi dan grafting dengan konjungtiva / limbal autografts
atau transplantasi membran amnion pada pasien tertentu.3

11

D. KESIMPULAN
Pterigium tumbuh dengan lambat dari arah limbus, tempat pemunculan
pertamanya. Pertumbuhannya berjalan tidak konstan. Terdapat periode klinis yang
tenang, dan periode pertumbuhan yang cepat. Secara umum progresifitas sangat
lambat. Pterigium yang progresif tumbuh dan menjalar sampai ke tengah kornea
sehingga dibutuhkan tindakan pembedahan. Pada fase awal yang berjalan lambat
tidak diperlukan pembedahan. Dengan pengecualian pasien meminta pembedahan
dengan alasan kosmetik. Pada tipe yang progresif pasien akan mengeluh tentang
irtitasi atau penglihatan yang terganggu akibat pertumbuhan pterigium tersebut.
Bila pterigium telah menjalar mendekati pupil, tindakan pembedahan harus
dilakukan.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Ardalan Aminlari, MD, Ravi Singh, MD, and David Liang, MD. Management
of Pterygium http://www.aao.org/aao/publications/eyenet/201011/pearls.cfm?
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2007.
hal:2-6, 116 117
3. Jerome P Fisher, PTERYGIUM. 2009
http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview
4. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach; Edisi 6.
Philadelphia:Butterworth Heinemann Elsevier. 2006 :242-244.
5. Miller SJH. Parsons Disease of The Eye. 18th ed. London : Churchill
Livingstone ;1996. p.142
6. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata. Edisi III
penerbitAirlangga Surabaya. 2006. hal: 102 104
7. Voughan & Asbury. Oftalmologi umum , Paul Riordan-eva, John P. Whitcher
edisi 17Jakarta : EGC, 2009 Hal 119
8. www.en.wikipedia.org/wiki/Pterygium_(conjunctiva)
9. www.eyewiki.aao.org/Pterygium
10. www.inascrs.org/pterygium/
11. www.mdguidelines.com/pterygium18
12. Anderson, Dauglas M., et all. 2000. Dorlands Illistrated Medical Dictionary.
29th. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
13. American Academy of Ofthalmology. 2012. www.AAO.org
14. Ardalan Aminlari, MD, Ravi Singh, MD, and David Liang, MD. 2012.
ManagementofPterygium.http://www.aao.org/aao/publications/eyenet/201011/
pearls.cfm

13

LAMPIRAN
I.

IDENTITAS PASIEN
-

Nama

: Tn. Z

Umur

: 75 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan

: SD

Pekerjaaan

:-

Agama

: Islam

Alamat

: Klenteng Losari Pakis, Magelang

II.

ANAMNESIS (Tanggal 21 Desember 2015, jam 10.00 WIB)


-

Keluhan Utama

: penglihatan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :

Pasien laki-laki datang ke poli mata RSUD Tidar dengan keluhan penglihatan
terasa semakin kabur sejak 2 bulan terakhir. Pandangan seperti disertai selaput
putih. Kedua mata juga dirasa seperti ada yang mengganjal. Kurang lebih
sekitar dua tahun yang lalu, secara perlahan-lahan, timbul selaput pada mata
kanan, kemudian muncul pula pada mata sebelah kiri. Mata kering (+), rasa
berpasir (+), mata merah (+) minimal, nyeri/pedih (+) bila terpapar angin,
Riwayat sering terpapar debu dan sinar matahari (-). Riwayat memakai kaca
mata sebelumnya (-). Riwayat penglihatan menurun (-). Riwayat trauma (-).

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :

Riwayat keluhan serupa

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat trauma

: disangkal

Riwayat mondok

: 10 tahun yang lalu dengan hernia

Riwayat operasi

: 10 tahun yang lalu dengan hernia

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)

Riwayat keluhan serupa

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal
14

I.

II.

Riwayat DM

: disangkal

KESAN
-

Kesadaran

: compos mentis

Keadaan Umum : baik

OD

: tampak tenang

OS

: tampak tenang

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Pemeriksaan
Oculli dextra (OD)
1/60
Visus Jauh
Tidak dilakukan
Refraksi
Tidak dilakukan
Koreksi
Tidak dilakukan
Visus Dekat
Dapat membedakan arah
Proyeksi Sinar
sinar
Dapat membedakan warna
Proyeksi Warna

III. PEMERIKSAAN OBYEKTIF


Pemeriksaan
OD
1. Sekitar mata
Kedudukan alis
(supersilia)
baik, scar (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan
N
- Gerakan
Bebas
- Lebar rima
10 mm
- Kulit
N
- Tepi kelopak

3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar glandula
lakrimalis
- Sekitar sacus
lakrimalis
- Uji flurosensi
- Uji regurgitasi
- Tes Anel
4. Bola Mata
- Pasangan
- Gerakan

Oculli sinistra (OS)


1/60
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dapat membedakan arah
sinar
Dapat membedakan warna

OS
Kedudukan alis
baik, scar (-)

Penilaian
Simetris, scar (-)

N
Bebas
10 mm
N

Simetris
Ptosis (-), spasme (-)
Normal 9-13mm
Hiperemis (-), tumor
(-)
Trikiasis (-),
entropion (-),
ekstropion (-),

Dakriodenitis (-)

Dakriosistitis (-)

Tak dilakukan
Tak dilakukan
Tak dilakukan

N
N

N
N

Simetris
Tak ada gangguan
gerak (syaraf dan
otot penggerak bola
mata normal)
15

- Ukuran
5. TIO
6. Konjungtiva
- Palpebra
superior
- Forniks
- Palpebra inferior
- Bulbi

7. Sklera
8. Kornea
- Ukuran
- Kecembungan
- Limbus

N
N

N
N

Tampak selaput
putih berbentuk
segitiga +/- 2 cm
di bagian nasal,
hiperemis (+)
Ikterik (-),
perdarahan (-)

Tampak selaput
putih berbentuk
segitiga +/- 1 cm
di bagian nasal,
hiperemis (+)
Ikterik (-),
perdarahan (-)

10 mm
N

10 mm
N

Makroftalmus (-)
Mikroftalmus (-)
Palpasi konsistensi
kenyal, simetris
Hiperemis (-),
hordeolum (-)
Tenang
Hiperemis (-),
hordeolum (-)
OS terdapat selaput
putih

Ikterik (-),
perdarahan (-)

Lebih cembung dari


sklera
ODS Arkus senillis
(-), ODS tampak
selaput putih bagian
nasal

Arkus senillis (-) Arkus senillis (-)


tampak selaput
tampak selaput
bentuk segitiga
putih dengan
di daerah nasal
apeks melewati
dan temporal,
limbus bagian
dengan apeks
nasal, belum
melewati limbus, mencapai pupil
mencapai tepi
pupil
- Permukaan
Terdapat selaput Terdapat selaput ODS tampak selaput
putih berukuran putih berukuran
putih
+/- 2 mm di
+/- 1 mm di
bagian nasal dari bagian nasal dari
limbus
limbus
- Uji Flurosensi
Tak dilakukan
- Placido
Tak dilakukan
9. Camera oculi anterior
- Ukuran
N
N
Dbn
- Isi
Jernih, fler (-),
Jernih, fler (-),
Dbn
hifema (-),
hifema (-),
hipopion (-)
hipopion (-)
10.Iris
- Warna
Coklat
Coklat
Coklat
- Pasangan
Simetris
Simetris
Simetris
- Bentuk
Bulat
Bulat
Bulat, reguler
11. Pupil
- Ukuran
4 mm
4 mm
Pada ruangan dengan
cahaya cukup, N=
16

- Bentuk
- Tempat
- Tepi
- Reflek direct
- Reflek indirect
12. Lensa
- Ada/tidak
- Kejernihan
- Letak
- Warna
kekeruhan
13. Corpus vitreum
14. Reflek Fundus

IV.

V.

VI.

Bulat
Sentral
Reguler
+
+

Bulat
Sentral
Reguler
+
+

3-5 mm
Isokor
Sentral
Dbn
Dbn
Dbn

Ada
Jernih

Ada
Jernih

Dbn
Jernih

Sentral,
belakang iris
Jernih

Sentral,
belakang iris
Jernih

Dbn
Jernih

Jernih
Cemerlang

Jernih
Cemerlang

Jernih
Cemerlang

KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD
- Mata tenang
- Visus 1/60
- Konjungtiva bulbi tampak
selaput putih berbentuk segitiga
+/- 2 cm di bagian nasal,
hiperemis (+)
- Limbus arcus senilis (-)
- Kornea permukaan tampak
selaput bentuk segitiga di daerah
nasal dan temporal, dengan
apeks melewati limbus,
mencapai pupil
- Proyeksi sinar baik
- Persepsi warna baik

OS
-

Mata tenang
Visus 1/60
Konjungtiva bulbi tampak selaput
putih berbentuk segitiga +/- 1 cm
di bagian nasal, hiperemis (+)
Limbus arcus senilis (-)
Kornea permukaan tampak
selaput putih dengan apeks
melewati limbus bagian nasal,
belum mencapai pupil
Proyeksi sinar baik
Persepsi warna baik

DIFERENSIAL DIAGNOSIS
- Pseudopterygium
- Pingueculae
DIAGNOSIS PASTI
OD Pterigium Stadium III et OS Pterigium Stadium II
17

VII. TERAPI
- Air mata buatan drop : Lyteers 4 x gtt ODS
- Kortikosteroid drop : Tobroson 6 x gtt ODS
VIII. PROGNOSIS
- ad Visum
: dubia ad bonam
- ad Sanam
: bonam
- ad Vitam
: bonam
- ad Comesticam : dubia ad bonam

18

Anda mungkin juga menyukai