Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK CURAH

I.

Tujuan Percobaan

Membuat biodiesel dari minyak curah dengan menggunakan alat


Biotron CT-500

Untuk memperoleh optimasi proses berupa rasio perbandingan jumlah


reaktan,

Untuk memperoleh optimasi proses berupa jumlah katalis dan


kondisi temperatur reaksi terhadap pengaruhnya pada laju produksi
dan kualitas biodiesel yang dihasilkan

II.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan
o Seperangkat Alat Biotron-500
o Neraca Analitik
o Gelas Ukur
o Gelas Kimia
o Kaca Arloji
o Pipet Ukur
o Bola Karet
o Viskometer
o Flash Point Tester
o Piknometer

Bahan yang digunakan


o Minyak curah
o Metanol
o NaOH

III.

Dasar Teori
3.1 Bahan Baku

Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari komponen mayor


yaitu trigliserida, asam lemak bebas (free fatty acid, FFA) dan air serta
komponen minor yaitu phospatida, aldehid dan karoten. Komposisi dari
komponen-komponen tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen Penyusun Minyak Sawit
Komponen
Komposisi (%)
Trigliserida
Asam lemak bebas
Air
Phospatida
Karoten
Aldehid

95,62
4
0,2
0,0702
0,0351
0,0747

(Ketaren S., 2005)

Komponen penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida pada
minyak sawit ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
Jenis Asam Lemak
Komposisi (%)
Laurat
0,3
Miristat
1,1
Palmitat
44,3
Stearat
4,6
Oleat
39,2
Linoleat
10,5
(Ketaren S., 2005)

Komposisi trigliserida yang diantaranya terdiri dari asam lemak jenuh


(r=0) dan asam lemak tidak jenuh (r>0) dari tiap jenis minyak nabati dapat
digunakan untuk memperkirakan besarnya bilangan setana yang diperoleh.
Minyak sawit (CPO) mempunyai komposisi asam lemak jenuh yang lebih
tinggi dari pada minyak tumbuhan lainnya sehingga dapat diperkirakan
bahwa biodiesel dari bahan baku CPO memiliki bilangan setana yang lebih
tinggi.

Spesifikasi Bahan Baku


a. Minyak Sawit (CPO)
Berat jenis (suhu kamar) : 0,952 gr/ml
Kapasitas panas

: 0,47 + 0,0073 T kal/gr oC

Bilangan Iodin

: 13,5

Bilangan Penyabunan

: 247

Specific gravity

: 0,8980 0,9010

Titik didih

: 707,215 oC

Titik leleh

: 36 40 oC

b. Metanol
Rumus Molekul

: CH3OH

Berat Molekul

: 32 gr/gmol

Titik Beku (1 atm)

: -97,65 oC

Titik Didih (1 atm)

: 64,7 oC

Densitas (25 C)
o

Viskositas (25 C)

: 0,7866 gr/ml
: 0,541 cP

Terdapat beberapa masalah teknis yang harus dipecahkan sebelum CPO


digunakan sebagai bahan bakar motor diesel. Masalah ini disebabkan oleh
perbedaan dasar pada sifat-sifat fisika dan kimia antara CPO dan bahan bakar
solar. Sifat-sifat fisika dan kimia tersebut menyebabkan atomisasi minyak nabati
pada sistem injeksi akan lebih jelek dari pada bahan bakar fosil.
Untuk mendapatkan kinerja yang optimum pada sistem injeksi motor
diesel ada tiga pilihan yang dapat dilakukan, yaitu:

Modifikasi sifat-sifat kimia dan fisika minyak nabati melalui reaksi


transesterifikasi, sehingga sesuai dengan sifat fisika dan kimia bahan bakar
diesel

Modifikasi peralatan injeksi pada motor diesel.

Kombinasi dua modifikasi diatas.

Bahan baku harus dilakukan pretreatmen terlebih dahulu untuk


memastikan biodiesel yang dihasilkan sesuai standar. Parameter bahan baku yaitu:

FFA content max 1%

Water content max 0.1 %

Unsaponifiables max 0.8%

Kandungan Fospor max 10ppm


3.2 Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumberdaya

hayati yang berupa minyak lemak nabati atau lemak hewani. Senyawa utamanya
adalah ester. Ester mempunyai rumus bangun sebagai berikut :

Gambar 1. Rumus Bangun Ester


Biodiesel dapat dibuat dari transesterifikasi asam lemak. Asam lemak dari
minyak lemak nabati direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester dan produk
samping berupa gliserin yang juga bernilai ekonomis cukup tinggi.
Biodiesel telah banyak digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.
Bahan baku biodiesel yang dikembangkan bergantung pada sumber daya alam
yang dimiliki suatu negara, minyak kanola di Jerman dan Austria, minyak kedelei
di Amerika Serikat, minyak sawit di Malaysia, dan minyak kelapa di Filipina
Indonesia mempunyai banyak sekali tanaman penghasil minyak lemak nabati,
diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, jarak, nyamplung, dan lainlain.
Tabel 3. Beberapa Tanaman Penghasil Minyak Nabati di Indonesia
Nama latin

Nama Indonesia

Nama lain (daerah)

Elaeis guineensis

Kelapa sawit

Sawit, kelapa sawit

Ricinus communis

Jarak (kastroli)

Kaliki, jarag (Lampung)

Jatropha curcas

Jarak pagar

Ceiba pentandra

Kapok

Randu (Sunda, Jawa)

Chalopyllum inophyllum

Nyamplung

Nyamplung

Ximena americana

Bidaro

Bidaro

Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar, biodiesel harus
mempunyai kemiripan sifat fisik dan kimia dengan minyak solar. Salah satu sifat
fisik yang penting adalah viskositas. Sebenarnya, minyak lemak nabati sendiri
dapat dijadikan bahan bakar, namun, viskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak
memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan bakar mesin diesel. Perbandingan
sifat fisik dan kimia biodiesel dengan minyak solar disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Sifat Fisik dan Kimia Baik Biodiesel Maupun Solar
Sifat fisik / kimia
Biodiesel
Solar
Komposisi
Ester alkil
Hidrokarbon
Densitas, g/ml
0,8624
0,8750
Viskositas, cSt
5,55
4,6
o
Titik Nyala, C
172
98
Cetane Number
62,4
53
Energi (LHV)
40,1 MJ/kg
45,3 MJ/kg
(Sumber : Hanif, 2009)

Dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel mempunyai beberapa


keunggulan. Keunggulan utamanya adalah emisi pembakarannya yang ramah
lingkungan karena mudah diserap kembali oleh tumbuhan dan tidak mengandung
SOx.
Tabel 5. Perbandingan Emisi Pembakaran Biodiesel dengan Solar
Senyawa emisi
Biodiesel
Solar
SO2, ppm
0
78
NO, ppm
37
64
NO2, ppm
1
1
CO, ppm
10
40

Partikulat, mg/Nm3
Benzen, mg/Nm3
Toluen, mg/Nm3
Xilen, mg/Nm3
Etil benzen, mg/Nm3

0,25
0,3
0,57
0,73
0,3

5,6
5,01
2,31
1,57
0,73

(Sumber : Setyadji dkk., 2007)

Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang terbuat dari minyak
nabati dan lemak hewani. Minyak nabati mengandung 90 98 % trigliserida dan
sejumlah kecil mono dan digliserida. Trigliserida adalah ester dari tiga asam
lemak rantai panjang yang terikat pada satu gugus gliserol. Dalam minyak nabati
pada umumnya terdapat lima jenis asam lemak, yaitu: asam stearat, asam palmitat,
asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Asam stearat dan asam palmitat
termasuk jenis asam lemak jenuh, sedangkan asam oleat, asam linoleat, asam
linolenat termasuk asam lemak tak jenuh, jika asam lemak terlepas dari
trigliseridanya maka akan menjadi lemak asam bebas (free fatty acids / FFA).
Melihat sumber daya energi baru, seperti biodiesel menjadi arti penting pada
tahun sekarang ini. Biodiesel yang terbuat dari minyak jelantah digunakan sebagai
pengganti untuk petroleum-based diesel, karena biodiesel adalah sumber daya
energi yang dapat diperbahurui dan sumber energi yang ramah energi. Biodiesel
atau metil ester dengan rumus bangunnya R COOCH 3 merupakan senyawa alkil
ester, yang mempunyai sifat fisiknya berbentuk cairan pada suhu kamar dan
berwarna kuning.

Gambar 2. Rumus Bangun Trigliserida


R1, R2, dan R3 merupakan rantai hidrokarbon yang berupa asam lemak
dengan jumlah atom C lebih besar dari sepuluh. Senyawa inilah yang akan
dikonversi menjadi ester melalui reaksi transesterifikasi.
Selain mengandug trigliserida, minyak lemak nabati juga mengandung
asam lemak bebas (free fatty acid), fosfolipid, sterol, air, odorants, dan pengotor-

pengotor lainnya. Asam lemak bebas merupakan pengotor yang tidak boleh ada
dalam reaksi transesterifikasi. Asam lemak bebas bereaksi dengan basa (katalis
reaksi

transesterifikasi)

membentuk

sabun

dan

air. Selain

itu,

reaksi

transesterifikasi menghasilkan produk samping berupa gliserin. Sabun sulit


dipisahkan dari gliserin, sehingga adanya asam lemak bebas dalam reaksi
transesterifikasi dapat menyebabkan kesulitan dalam pemisahan produk.
3.2.1

Reaksi Pembuatan Biodiesel


Ester dapat dibuat dari minyak lemak nabati dengan reaksi esterifikasi atau

transesterifikasi atau gabungan keduanya.


a)

Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi antara asam lemak bebas dengan

alkohol membentuk ester dan air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi endoterm,
sehingga memerlukan pasokan kalor dari luar. Temperatur untuk pemanasan tidak
terlalu tinggi yaitu 55-60 oC. Secara umum reaksi esterifikasi adalah sebagai
berikut :

Asam lemak bebas


b)

alkohol

ester alkil

air

Reaksi Transesterifikasi
Reaksi Transesterifikasi sering disebut reaksi alkoholisis, yaitu reaksi

antara trigliserida dengan alkohol menghasilkan ester dan gliserin. Alkohol yang
sering digunakan adalah metanol, etanol, dan isopropanol. Berikut ini adalah
tahap-tahap reaksi transesterifikasi :

trigliserida

alkohol

digliserida

alkohol

monogliserida

alkohol

digliserida

ester

monogliserida

ester

gliserin

ester

Secara keseluruhan reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut :

Trigliserida

3 (alkohol)

gliserin

3 (ester)

Gambar 3. Tahapan Reaksi Transesterifikasi


Sumber : Fessenden, 1997

IV.

Langkah Kerja

1) Pastikan alat BIOTRON CT-500 dan sistem pengontrolan berfungsi dengan


baik.
2) Pastikan 3 (tiga) tangki bahan baku ; crude palm oil (CPO), metanol, dan
katalis Potassium Methoxide telah tersedia.
3) Mengatur rasio jumlah bahan baku yang akan digunakan. Jumlah bahan baku
yang dipakai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Minyak Curah,
liter
6

Metanol, liter
2.3
2.3
4.6
4.6
4,6

Sodium Methoxide
NaOH, gram
Metanol, ml
53.8
50
57,6
898,5
50
53,8

4) Mengalirkan CPO, metanol, katalis Potassium Methoxide ke Dosing and


Mixer unit untuk dilakukan proses pengadukan dengan rasio yang telah kita
atur sebelumnya pada control panel.
5) Menghidupkan MCB (breaker on) peralatan biodiesel
6) Pastikan kabel LAN Biotron CT-500 dan dongle emulator terpasang pada PC
7) Menghidupkan PC dan Monitor.
8) Menjalankan program APM Biotron pada dekstop monitor dan tunggu serta
biarkan jalannya koneksi program dengan peralatan Biotron CT-500
terhubung. Akan terindikasi dengan munculnya program DCS (Dynamic
Control System) dalam kondisi sistem kontrol menyala atau berwarna.
9) Pilih bahasa yang bisa dimengerti. EN = English, RU = Rusia, dan UA =
United America.
10) Sistem kontrol yang akan dijalankan.
Automatic Mode : besarnya umpan yang dipakai akan saling terkait satu
sama lain, jalannya tahapan proses akan berlangsung secara berurutan.
Adjusting Mode : besarnya umpan dapat disesuaikan dengan yang
dibutuhkan dalam percobaan, jalannya unit peralatan dapat dipilih.
11) Pilih Adjusting Mode.
12) Atur kondisi temperatur antara 60 70oC pada regulator temperatur di
Reaktor Biotron.
13) Atur jumlah umpan yang akan direaksikan pada panel DCS, dan lama waktu
pengadukan ( 60 120 detik).
14) Setelah proses pengadukan berlangsung, hidupkan unit pompa untuk
mengalirkan bahan baku tersebut ke unit Reaktor Biotron CT-500.

15) Mengalirkan produk hasil reaksi berupa bioediesel


Biodieseldan gliserol ke unit
separator untuk melakukan proses pemisahan kedua hasil produk.
16) Menampung bioediesel yang terbentuk dan telah terpisahkan ke dalam tangki
penampungan.
17) Mengukur banyaknya biodiesel yang berhasil terbentuk.
Gliserol

18) Menganalisa kualitas biiodiesel hasil produksi : densitas, viskositas, dan titik
nyala.
19) Percobaan akan diulangi untuk rasio jumlah bahan baku yang berbeda-beda.
20) Menganalisis kelayakan ekonomi terhadap produksi bioedisel pada alat
BIOTRON CT-500 tersebut.

Minyak Nabati / Lemak Hewan

Reaktor
Etanol Murni

Mixer & Dosing Unit

Separator

Katalis

Gambar 1. Tahapan Proses Produksi Biodiesel Biotron CT-500

V.

Data Pengamatan

5.1 Pembuatan Biodiesel


No

Perlakuan

Pengamatan

Keterangan

5.2 Analisa Biodiesel


No
1
2
3
4
5

VI.

Parameter
pH
Densitas
Viskositas
Kadar Asam
Titik Nyala

Nilai

Satuan

PERTANYAAN
1. Tuliskan Fungsi Biodiesel
2. Tuliskan Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan
biodiesel
3. Bandingkan hasil biodiesel yang diperoleh antara hasil
secara konvensional dan alat biodiesel CT-500

Anda mungkin juga menyukai