Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik
beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar
manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan
adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.
Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar
kesehatan masyarakat.
Istilah

kesehatan

lingkungan

seringkali

dikaitkan

dengan

istilah

sanitasi/sanitasi lingkungan yang oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO),


menyebutkan pengertian sanitasi lingkungan/kesehatan lingkungan adalah suatu
usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada
manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan
fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Kusnoputranto, 1986).
Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara
kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan halhal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup
manusia.
Sedangkan menurut Chandra (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu
kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk

7
Universitas Sumatera Utara

mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi


kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
Menurut Kusnoputranto (1986) ruang lingkup dari kesehatan lingkungan
meliputi :
1.

Penyediaan air minum.

2.

Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air.

3.

Pengelolaan sampah padat.

4.

Pengendalian vektor penyakit.

5.

Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah.

6.

Hygiene makanan.

7.

Pengendalian pencemaran udara.

8.

Pengendalian radiasi.

9.

Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan

biologis.
10. Pengendalian kebisingan.
11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari
perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi.
12. Perencanaan daerah dan perkotaan.
13. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat.
14. Pencegahan kecelakaan.
15. Rekreasi umum dan pariwisata.

Universitas Sumatera Utara

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi,


bencana alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada
umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.
Dari ruang lingkup sanitasi lingkungan di atas tempat-tempat umum
merupakan bagian dari sanitasi yang perlu mendapat perhatian dalam pengawasannya
(Kusnoputranto, 1986).
2.2. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia (Azwar, 1995).
Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran
manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah.
2.2.1. Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan
air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan
sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang
memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per
hari (Mubarak dan Chayatin, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih
harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang
terbatas yang memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon.
Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standart
kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,
antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009) :
- Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
- Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
- Tidak berasa dan tidak berbau.
- Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga.
- Memenuhi standart minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Persyaratan tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.416 Tahun 1990 . Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas ( Depkes RI, 2005).

Universitas Sumatera Utara

a.

Syarat Kuantitas
Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung

kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka
kebutuhan air akan semakin besar.
Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5
liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2
liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter (Slamet, 2002).
b.

Syarat Kualitas
Syarat

kualitas meliputi parameter

fisik, kimia,

mikrobiologis dan

radioaktivitas yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri kesehatan


RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas
Air (Slamet, 2002)
1.

Parameter Fisik
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416/Menkes/per/IX/1990,

menyatakan bahwa air yang layak pakai sebagai sumber air bersih antara lain harus
memenuhi persyaratan secara fisik yaitu, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh
(jernih) dan tidak bewarna.
2.

Parameter Kimia
Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat

kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al),
Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Derajat keasaman
(pH) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang

Universitas Sumatera Utara

digunakan

sehari-hari

hendaknya

tidak

melebihi

kadar

maksimum

yang

diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI No. 416 Tahun 1990.


Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik lagi bagi
kesehatan dan material yang digunakan manusia, contohnya pH air sebaiknya netral.
pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5-9 (Soemirat, 2000).
3.

Parameter Mikrobiologis
Parameter Mikrobiologis menurut Entjang (2000) yaitu, air tidak boleh

mengandung suatu bibit penyakit. Sebagai indikator bateriologik adalah basil koli
(escherichia coli). Apabila dijumpai basil koli dalam jumlah tertentu menunjukkan air
telah tercemar kotoran manusia maupun binatang.
4.

Parameter Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan

fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada
wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti disekitar reaktor nuklir.
2.2.1.1. Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi, air angkasa (hujan), air
permukaan, dan air tanah (Chandra, 2007)
1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau
merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran

Universitas Sumatera Utara

ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat


disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida,
nitrogen, dan amoniak.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3. Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami
proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni
dibandingkan air permukaan.
2.2.1.2. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan
penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
terutama penyakit perut (Slamet, 2002).
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan
penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Chandra, 2007) :

Universitas Sumatera Utara

1. Waterborne Mechanism
Didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat meyebabkan
peyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain
kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.
2. Waterwashed Mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :
a. infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b. infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.
c. penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water-based Mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup didalam air. Contohnya schistomiasis, dan penyakit
akibat Dracunculus medinensis.
4. Water-related Insect Vector Mechanism
Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yelow fever.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Pembuangan Kotoran Manusia


Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan (tractus digestifus). Dalam ilmu kesehatan
lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja
(feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik
tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit
saluran pencernaan (Soeparman dan Suparmin, 2002).
Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan masalah yang
sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari
lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusi. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada kotoran manusia (feces) dapat melalui berbagai
macam cara. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Air
Mati
Tangan
Makanan dan
Minuman

Tinja

Host

Lalat/serangga
Sakit
Tanah

Sumber : Haryoto Kusnoputranto (2000)

Universitas Sumatera Utara

Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran
penyakit sangat besar. Disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan,
minuman, sayuran, air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), dan bagiannagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah
menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi orang lain.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang
ditularkan lewat tinja. Penyakit-penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing gelang, cacing
kremi, cacing tambang, cacing pita), schistosomiasis, dan sebagainya (Kusnoputranto,
2000).
Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
2.2.2.1. Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran
tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman
(Depkes RI, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban yang memenuhi
syarat kesehatan, yaitu :
-

Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan,

Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter,

Konstruksi kuat,

Pencahayaan minimal 100 lux (Kepmenkes No.519 tahun 2008),

Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa),

Dibersihkan minimal 2x dalam sebulan,

Ventilasi 20% dari luas lantai,

Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang,

Murah

Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain
tertutup juga harus disemen agar tidak mencemari lingkungannya.

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman,
3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1.

Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,

2.

Di sekeliling jamban tidak ada genangan air,

3.

Tidak ada sampah berserakan,

4.

Rumah jamban dalam keadaan baik,

5.

Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat,

6.

Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,

7.

Tersedia alat pembersih,

8.

Bila ada yang rusak segera diperbaiki.


Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan :

1.

Air selalu tersedia di dalam bak atau ember,

2. Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak
bau dan mengundang lalat,
3. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai,
4. Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban,
5. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.
2.2.2.2. Jenis-jenis Jamban
Jamban dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
a.

Jamban Cubluk
Jamban ini sering kita jumpai di daerah pedesaan, tetapi sering dijumpai jamban

cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Hal
yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa jamban ini tidak boleh terlalu dalam,

Universitas Sumatera Utara

sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya. Kedalamannya
berkisar 1,5-3 meter dan jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 1,5 meter
(Notoatmodjo, 2003).
b.

Jamban Empang
Jamban empang adalah suatu jamban yang dibuat di atas kolam/empang,

sungai/rawa, dimana kotoran langsung jatuh kedalam kolam atau sungai. Jamban ini
dapat menguntungkan karena kotoran akan langsung menjadi makanan ikan, namun
menurut Depkes RI, 2004 buang air besar ke sungai dapat menimbulkan wabah.
c.

Jamban Cubluk dengan plengsengan


Jamban ini sama dengan jamban cubluk, hanya saja dibagian tempat jongkok

dibuat seng atau kaleng yang dibentuk seperti setengah pipa yang masuk ke dalam
lubang, yang panjangnya sekitar satu meter, tujuannya agar kotoran tidak langung
terlihat.
d.

Jamban Leher Angsa (angsa trine)


Jamban angsa trine ini bukanlah merupakan type jamban tersendiri, tetapi

merupakan modifikasi bentuk tempat duduk/jongkok (bowl) nya saja, yaitu dengan
bentuk leher angsa yang dapat menyimpan air sebagai penutup hubungan antara
bagian luar dengan tempat penampungan tinja, yang dilengkapi dengan alat penyekat
air atau penahan bau dan mencegah lalat kontak dengan kotoran. Untuk type angsa
trine ini akan memerlukan persediaan air yang cukup untuk keperluan membersihkan
kotoran dan penggelontor tinja.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Pengelolaan Sampah


Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi
oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi , atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Notoatmodjo, 2003).
1.

Sumber-sumber sampah
a.

Sampah yang berasal dari pemukiman


Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa makanan, kertas/plastik
pembungkus makanan, daun, dan lain-lain.

b.

Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum


Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat hiburan,
terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas,
plastik, botol, daun, dan sebagainya.

c.

Sampah yang berasal dari perkantoran


Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat
kering, dan mudah terbakar.

Universitas Sumatera Utara

d.

Sampah yang berasal dari jalan raya


Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas,
kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya.

e.

Sampah yang berasal dari industri


Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang, logam,
plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.

f.

Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan


Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sis
sayur-mayur, dan sebagainya.

g.

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan


Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai
binatang, dan sebagainya.

2.

Jenis-jenis sampah
a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya (Notoatmodjo,
2003) :
- Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
- Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,
misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
b. Sampah berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar
- Sampah yang mudah terbakar, misalnya karet, kertas, kayu, dan
sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

- Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng bekas, besi/logam


bekas, dan sebagainya.
c.

Sampah berdasarkan karakteristiknya


- Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan/pembuatan makanan yang
umumnya mudah membusuk yang berasal dari rumah tangga, pasar,
restoran, hotel, dan sebagainya.
- Rabish, sampah yang berasal dari perkantoran baik yang mudah terbakar
maupun yang tidak mudah terbakar.
- Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,
termasuk abu rokok.
- Sampah jalanan (steet sweeping), yaitu sampah yang berasal dari
pembersihan jalan.
- Sampah industri.
- Bangkai binatang (dead animal).
- Bangkai kendaraan (abandoned vehicle)
- Sampah pembangunan (construction waste)

3.

Pengelolaan sampah
Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo,
2003):
a. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pengumpulan sampah dimulai di tempat sumber dimana sampah tersebut
dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah tersebut diangkut dengan alat

Universitas Sumatera Utara

angkut sampah. Sebelum sampai ke tempat pembuangan kadang-kadang


perlu adanya suatu tempat penampungan sementara. Dari sini sampah
dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien, misalnya
dari gerobak ke truk atau dari gerobak ke truk pemadat.
Adapun Syarat tempat sampah yg di anjurkan :
- Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor.
- Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah
dibersihkan.
- Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang.
Sedangkan syarat kesehatan tempat pengumpulan sampah sementara
(Mubarak dan Chayatin, 2009) :
-

Terdapat dua pintu : untuk masuk dan untuk keluar

- Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari


- Tidak terletak pada daerah rawan banjir
- Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung
sampah untuk tiga hari.
- Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.
- Harus ada kran air untuk membersihkan.
- Tidak menjadi perindukan vektor.
- Mudah di jangkau oleh masyarakat/ dan kendaraan pengangkut.

Universitas Sumatera Utara

b. Pemusnahan dan pengolahan sampah


-

Ditaman (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat


lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan
tanah.

Dibakar (Inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan


membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).

Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi


pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa
makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk (Mubarak dan
Chayatin, 2009).

4.

Contoh sistem pengelolaan sampah yang baik di pasar.


Sistem pengelolaan sampah ini dilakukan oleh pengelola Pasar Bunder Sragen di

Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah. Pasar ini juga menjadi pasar percontohan
untuk kabupaten sragen. Sistem pengelolaan sampah ini bertujuan untuk mengubah
sampah pasar menjadi pupuk organik, dengan cara sebagai berikut :
a.

Pengumpulan Sampah dan Pemilahan Sampah


Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di ruang penampungan.

Di tempat ini sampah non organik dipisahkan dengan sampah organik. Karena
sebagian besar sampah pasar Bunder adalah sampah organik, tahapan ini bisa
dilakukan secara manual.

Universitas Sumatera Utara

b.

Pencacahan Sampah
Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non organik selanjutnya

dicacah dengan menggunakan mesin pencacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah
untuk

memperkecil

dan

menyeragamkan

bahan

baku

kompos

sehingga

mempermudah proses fermentasi. Bila di anggap terlalu basah, sampah yang telah di
cacah dapat di press lagi untuk mengurangi kadar air.
c.

Penyiapan Aktivator (PROMI)


Untuk mempercepat proses pengomposan menggunakan activator PROMI dari

Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Untuk setiap 1 Ton sampah


mentah di butuhkan 1 kg PROMI.
d.

Pencampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan


Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan dengan PROMI dan

ditampung di bak-bak pengomposan. Sampah tidak boleh diinjak-injak, karena akan


menyebabkan menjadi padat dan kandungan udara di dalam kompos berkurang.
e.

Pengadukan / Pembalikan
Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder dalam memproduksi kompos dengan

udara terbuka. Jadi 3 hari setelah sampah di masukkan ke bak pengomposan


kemudian di lakukan pemeriksaan suhu kompos di dalam bak. Bila di rasa terlalu
panas perlu di lakukan proses pengadukan atau pembalikan untuk memberikan
sirkulasi udara yang bertujuan agar proses pengomposan bisa merata. Pengadukan
di lakukan minimal 3 hari sekali.

Universitas Sumatera Utara

f.

Panen Kompos
Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi kehitaman dan menjadi
lebih lunak. Kompos sampah telah cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen
dan dibawa ke tempat pengolahan lebih lanjut. Di tempat ini kompos dicacah
sekali lagi untuk kemudian di ayak menggunakan saringan yang lebih kecil untuk
menyeragamkan ukuran dan mempercantik tampilan kompos.

g.

Pengolahan Paska Panen


Setelah kompos yang sudah jadi diayak, proses selanjutnya adalah
memasukkan kompos ke gudang penyimpanan sebelum di lakukan pengemasan.
Selain produksi dalam bentuk kompos curah, kompos hasil ayakan juga bisa di
proses lagi menjadi pupuk organik bentuk granular atau butiran.

h.

Proses Membuat Pupuk Organik Granular


Untuk membuat pupuk organik granular, kompos yang sudah di saring tadi di
masukkan ke dalam mesin molen yang berputar stasioner dengan di campur air
dan kalsit sebagai bahan perekat. Untuk membuat kompos curah menjadi bentuk
granular menggunakan mesin molen membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit
dimana sekali proses bisa di hasilkan sekitar 100kg pupuk organik granular.
Pupuk organik berbentuk granular tersebut kemudian di jemur sampai kering.
Setelah kering pupuk organik granular tersebut bisa di kemas (Pemkab Sragen,
2008).

Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Sistem Pengelolaan Air Limbah


Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007).
a.

Sumber air limbah


Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain (Mubarak dan
Chayatin, 2009):
-

Rumah tangga, misalnya air bekas cucian, air bekas mandi,


dan sebagainya.

- Perkotaan, misalnya air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan


dari tempat-tempat ibadah.
- Industri, misalnya air limbah dari proses industri.
b.

Parameter air limbah


Beberapa parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah yaitu,

kandungan zat padat (total solid, suspending solid, disolved solid), Kandungan zat
organik, Kandungan zat anorganik (mis, Pb, Cd, Mg), Kandungan gas (mis, O2, N,
CO2), Kadungan bakteri (mis, E.coli), Kandungan pH,Suhu.
c.

Pengelolaan air limbah


Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengelolaan

terlebih dahulu, untuk dapat melaksanakan pengelolaan air limbah yang efektif perlu

Universitas Sumatera Utara

rencana pengelolaan yang baik. Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran air untuk perikanan, air sungai, atau tempattempat rekreasi serta untuk keperluan sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh lalat, serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup jika tidak diolah.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap
Beberapa metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah,
diantaranya :
1.

Pengenceran (disposal by dilution)


Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,

kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya


penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya
kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau,
dan sebagainya, sehingga dapat pula menimbulkan banjir.

Universitas Sumatera Utara

2.

Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)


Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,

ganggang (algae), bakteri

dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air

limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2
meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam
harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah terbuka, sehingga memungkinkan
sirkulasi angin yang baik.
3.

Irigasi (irrigation)
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes

masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Dalam keadaan
tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau
perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat
dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong
hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi
yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
d.

Dampak buruk air limbah


Ada beberapa dampak buruk yang dapat ditimbulkan apabila air limbah tidak

dikelola dengan baik, antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009) :


1. Penurunan kualitas lingkungan
2. Gangguan terhadap keindahan

Universitas Sumatera Utara

3. Gangguan kesehatan
4. Gangguan terhadap kerusakan benda
2.3. Pengertian Sanitasi Tempat-tempat Umum
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan
yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh
kegiatan tersebut dapat dicegah (Fahmi, 2009).
Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006), merupakan problem
kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan
tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai
oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya
segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air.
Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan
kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Tempat-tempat umum harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
1.

Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum boleh keluar


masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau tanpa membayar.

2.

Harus ada gedung/ tempat peranan, artinya harus ada tempat tertentu dimana
masyarakat melakukan aktivitas tertentu.

3.

Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari pengunjung tempattempat umum tersebut.

Universitas Sumatera Utara

4.

Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus sesuai dengan
ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu yang mutlak diperlukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di tempat-tempat umum.
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi

lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara
komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat
layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum
semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan
pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman
hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lainlain (Chandra, 2007).
2.4.
2.4.1.

Pasar
Pengertian Pasar
Pasar dalam arti yang sempit adalah suatu tempat pertemuan penjual dan

pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. Sedangkan dalam pengertian
secara luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual yang mempunyai
kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang menggunakan uang untuk
membeli barang dengan harga tertentu (Adhyzal, 2003).
Ada beberapa syarat terjadinya suatu pasar, antara lain sebagai berikut :
a. Ada tempat untuk berniaga
b. Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan.
c. Terdapat penjual barang tertentu

Universitas Sumatera Utara

d. Adanya pembeli barang


e. Adanya hubungan dalam transaksi jual beli
2.4.2.

Klasifikasi Pasar
Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar

konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk
melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang diperjualbelikan
di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh
pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Namun ada juga
pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual
buahbuahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual
sayur-mayur (Adhyzal, 2003).
Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai
bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen
pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam
barang yang dijual (Adhyzal, 2003).
1) Berdasarkan manajemen pengelolaan
a) Pasar tradisional.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta,
koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los,
dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar

Universitas Sumatera Utara

tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses
penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.
b) Pasar modern.
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan
koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang
kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang
dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli
sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang.
Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.
2) Berdasarkan manajemen pelayanan.
a) Pasar swalayan (supermarket).
Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan
masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri
barang yang diinginkan. Biasanya barangbarang yang dijual barang kebutuhan seharihari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai
radio dan televisi.
b) Pertokoan (shopping centre).
Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret
di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus
pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga
dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa.

Universitas Sumatera Utara

c) Mall/plaza/supermall.
Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih
besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat,
atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran,
gedung bioskop, dan seterusnya.
3) Berdasarkan jumlah barang yang dijual.
a) Pasar eceran.
Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual
barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima,
pedagang asongan, dan sebagainya.
b) Pasar grosir.
Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang
dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain.
Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contoh:
pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya (Adhyzal, 2003).
2.5. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Pasar
Persyaratan kesehatan lingkungan pasar menurut Kepmenkes No. 519 Tahun
2008 antara lain mencakup lokasi pasar, bangunan, sanitasi pasar, Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), keamanan, dan fasilitas lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2.5.1.

Lokasi

1.

Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Setempat (RUTR),

2.

Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti banjir dan sebagainya,

3.

Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
penerbangan, termasuk sempadan jalan,

4.

Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas
lokasi pertambangan,

5.

Mempunyai batas wilayah yang jelas, antara pasar dan lingkungannya.

2.5.2.
1.

Bangunan

Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Mubarak dan Chayatin, 2009).

2.

Penataan Ruang Dagang


a. Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan
klasifikasinya seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan
unggas,
b. Pembagian zoning diberi identitas yang jelas,
c. Penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus,
d. Setiap los/kios memiliki lorong yang lebarnya minimal 1,5 meter,
e. Setiap los/kios memiliki papan karakteristik,

Universitas Sumatera Utara

f. Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar


utama minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian
minimal 1,5 ,
g. Khusus untuk jenis pestisida, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan bahan
berbahaya lainnya ditempatkan di tempat terpisah dan tidak berdampingan
dengan zona makanan dan bahan pangan.
3.

Ruang Kantor Pengelola


a. Ruang kantor memiliki ventilasi minimal 20% dari luas lantai,
b. Tingkat pencahayaan ruangan minimal 100 lux,
c. Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit-langit dari lantai
sesuai ketentuan yang berlaku,
d. Tersedia toilet terpisah bagi laki-laki dan perempuan,
e. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir
(Mukono, 2006).

4.

Tempat Penjualan Bahan Pangan dan Makanan


a. Tempat penjualan bahan pangan basah
- Meja tempat penjualan harus tahan karat, rata, kemiringan, dan tinggi 60 cm,
- Karkas daging digantung,
- Alas pemotong (talenan) tidak terbuat dari kayu, tidak beracun, kedap air dan
mudah dibersihkan,
- Tempat penyimpanan bahan pangan dengan rantai dingin (cold chain) bersuhu
(4-10 C),

Universitas Sumatera Utara

- Tersedia tempat pencucian bahan pangan dan peralatan,


- Tempat cuci tangan dilengkapi sabun dan air mengalir,
- Saluran pembuangan limbah tertutup, dengan kemiringan yang sesuai
ketentuan, serta tidak melewati area penjualan,
- Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup, dan mudah
diangkat,
- Bebas dari vektor penyakit dan tempat perindukannya.
b.

Tempat Penjualan Bahan Pangan Kering


- Meja tempat penjualan dengan permukaan rata, mudah dibersihkan, dan tinggi
minimal 60cm,
- Meja terbuat dari bahan tahan karat,
- Tempat sampah harus terpisah basah dan kering, kedap air, tertutup dan
mudah diangkat,
- Tempat cuci tangan dilengkapi sabun dan air mengalir,
- Bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya.

c.

Tempat Penjualan Makanan Jadi/Siap Saji


- Tempat penyajian makanan tertutup, bahan tahan karat, permukaan rata,
mudah dibersihkan, dan tinggi minimal 60 cm dari lantai,
- Tempat cuci tangan dilengkapi sabun dan ari yang mengalir,
-

Tempat cuci peralatan harus kuat, aman, tidak berkarat, dan mudah
dibersihkan,

Universitas Sumatera Utara

- Tempat sampah terpisah antara sampah basah dan kering, kedap air, dan
bertutup,
-

Bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya,

Pisau yang digunakan untuk memotong bahan mentah dan bahan matang
berbeda dan tidak berkarat,

- Saluran pembuangan limbah tertutup.


5.

Area Parkir
- Ada pemisah yang jelas dengan batas wilayah pasar,
- Parkir mobil, motor, sepeda, andong/delman, becak terpisah,
- Tersedia area parkir khusus kendaraan pengangkut hewan hidup dan hewan
mati,
- Tersedia area khusus bongkar muat barang,
- Tidak ada genangan air,
- Tersedia tempat sampah yang terpisah setiap radius 10 meter,
- Ada jalur dan tanda masuk dan keluar kendaraan yang jelas,
- Ada tanaman penghijauan,
- Adanya area resapan air di pelataran parkir (Mukono, 2006).

6.

Konstruksi

a.

Atap
- Atap yang digunakan kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
vektor,
- Kemiringan atap cukup dan tidak memungkinkan genangan air,

Universitas Sumatera Utara

- Atap dengan ketinggian lebih 10 meter dilengkapi penangkal petir (Mubarak


dan Chayatin, 2009).
b.

Dinding
- Keadaan dinding bersih, tidak lembab, dan berwarna terang,
- Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang
kuat dan kedap air,
- Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk lengkung (conus).

c.

Lantai
- Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak
retak, dan mudah dibersihkan,
- Lantai kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya mempunyai kemiringan ke
saluran pembuangan.

7.

Tangga
- Tinggi, lebar dan kemiringan yang sesuai dengan ketentuan,
- Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga,
- Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak licin,
- Memiliki pencahayaan minimal 100 lux.

8.

Ventilasi
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20% dari luas lantai dan saling

berhadapan (cross ventilation).

Universitas Sumatera Utara

9.

Pencahayaan
Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup terang agar dapat melakukan

kegiatan dengan jelas minimal 100 lux, dimana pencahayaan atau penerangan tidak
menyilaukan dan tersebar merata sehingga tidak menimbulkan bayangan yang nyata
(Mubarak dan Chayatin, 2009).
10. Pintu
Khusus untuk pintu los/kios penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang
berbau tajam agar menggunakan pintu yang dapat membuka dan menutup sendiri atau
tirai plastik untuk menghalangi vektor penyakit masuk
2.5.3. Sanitasi
1.

Air bersih
- Air bersih selalu tersedia dalam jumlah yang cukup (minimal 40 liter per
pedagang),
-

Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan, sesuai Peraturan Menteri


Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Pasal 1 bahwa air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak,

Jarak sumber air bersih dengan septick tank minimal 10 meter,

- Pengujian kualitas air bersih dilakukan 6 bulan sekali.


2.

Kamar mandi dan toilet


-

Harus tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, yang
dilengkapi dengan tanda/simbol yang jelas dengan proporsi sbb:

Universitas Sumatera Utara

No.
1.
2.
3.

Jumlah Pedagang
s/d 25
26 s/d 50
51 s/d 100

Jumlah Kamar
Jumlah Toilet
Mandi
1
1
2
2
3
3
Setiap penambahan 40-100 orang
harus ditambah satu kamar mandi
dan satu toilet

- Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik,
- Toilet dengan leher angsa, dan peturasan,
- Tersedia tempat cuci tangan dan sabun,
- Tersedia tempat sampah yang tertutup,
- Tersedia septik tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat
kesehatan,
- Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan
pangan,
- Ventilasi minimal 20% dari luas lantai,
- Pencahayaan minimal 100 lux,
-

Lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dengan kemiringan cukup
(Mubarak dan Chayatin, 2009).

3. Pengolahan sampah
-

Setiap kios/lorong/los tersedia tempat sampah basah dan kering,

Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, kuat
tertutup dan mudah dibersihkan,

Tersedia alat pengangkut sampah yang kuat dan mudah dibersihkan,

Universitas Sumatera Utara

Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang kuat, kedap air,
mudah dibersihkan dan mudah dijangkau,

- TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit,


- TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari
bangunan pasar,
- Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam (Mubarak dan Chayatin, 2009).
4.

Drainase
- Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari logam dan mudah dibersihkan,
- Limbah cair mengalir lancar,
- Limbah cair harus memenuhi baku mutu,
- Tidak ada bangunan di atas saluran,
- Pengujian kualitas limbah cair berkala setiap 6 bulan sekali.

5.

Tempat cuci tangan


- Lokasi mudah dijangkau,
- Dilengkapi sabun,
- Tersedia air mengalir,
- Limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup (Mubarak dan
Chayatin, 2009).

6.

Vektor penyakit
-

Los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa, dan
tikus,

- Angka kepadatan tikus nol,

Universitas Sumatera Utara

- Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran,


- Angka kepadatan lalat maksimal 30 per gril net di tempat sampah dan drainase,
- Container Indeks (CI) jentik nyamuk aedes tidak melebihi 5%.
7.

Kualitas makanan dan bahan pangan


-

Tidak basi,

Tidak mengandung bahan berbahaya,

Tidak mengandung residu pestisida di atas ambang batas,

Kualitas makanan siap saji sesuai dengan peraturan,

Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalam suhu 4-10 C,

Ikan, daging, dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4 C,

Sayur dan buah disimpan dalam suhu 10 C, telor, susu dan olahannya
disimpan dalam suhu 5-7C,

Penyimpanan bahan makanan dengan jarak 15 cm dari lantai, 5 cm dari


dinding, dan 60 cm dari langit-langit,

Kebersihan peralatan makanan maksimal 100 kuman per cm2 permukaan dan
E-coli nol.

8.

Desinfeksi Pasar
- Dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan,
- Bahan desinfeksi tidak mencemari lingkungan,

2.5.4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


1.

Perilaku pedagang dan pekerja


-

Pedagang daging/unggas dan ikan menggunakan alat pelindung diri,

Universitas Sumatera Utara

Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),

- Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala minimal 6


bulan sekali,
- Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular
langsung seperti : diare, hepatitis, TBC, kudis, dll.
2.

Perilaku pengunjung
- Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
-

Cuci tangan dengan sabun setelah memegang unggas/hewan hidup, daging


atau ikan.

3.

Perilaku pengelola
Memahami dan mempunyai keterampilan tentang hygiene sanitasi dan keamanan

pangan.
2.5.5. Keamanan
1.

Pemadam Kebakaran
- Tersedia peralatan pemadam kebakaran dengan jumlah cukup dan berfungsi
80%,
- Tersedia hydran air,
-

Letak peralatan pemadaman kebakaran mudah dijangkau dan ada petunjuk


arah
penyelamatan,

- Adanya petunjuk penggunaan alat pemadam kebakaran.

Universitas Sumatera Utara

2.

Keamanan
- Ada Pos Keamanan,
- Ada personil/petugas keamanan.

2.5.6. Fasilitas Lain


1.

Sarana ibadah
- Tersedia tempat ibadah yang bersih, dan tempat wudhu,
- Tersedia air dengan jumlah yang cukup,
- Ventilasi dan pencahayaan sesuai dengan persyaratan.

2.

Tempat penjualan unggas hidup


- Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utama,
- Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut unggas tersendiri,
- Kandang tempat penampungan unggas kuat dan mudah dibersihkan,
- Tersedia fasilitas pemotongan unggas umum yang memenuhi syarat,
- Tersedia sarana cuci tangan dengan sabun dan air bersih,
- Tersedia saluran pembuangan limbah,
- Tersedia penampungan sampah terpisah dari sampah pasar,
- Tersedia sarana desinfeksi khusus di pintu masuk.

3.

Pos Kesehatan/P3K
Tersedia ruang/pos pelayanan kesehatan dan Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) yang mudah dijangkau (Mukono, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.6. Konsep Perilaku


Perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri yang mencakup : berjalan, berbicara,
bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku dapat juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengamatan,
motivasi dan persepsi. Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi
atau rangsangan dari luar.
b. Perilaku dalam bentuk sikap, yakni tanggapan bathin terhadap keadaan
atau rangsangan dari luar diri subjek atau kecenderungan untuk berespon
(secara positif dan negatif) terhadap orang banyak, objek dan situasi
tertentu.
c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan
terhadap situasi dan rangsangan dari luar.
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Terdapat 6
tingkatan pengetahuan yaitu (Notoatmodjo, 2003):

Universitas Sumatera Utara

a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan,

dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

Universitas Sumatera Utara

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan,

dan

sebagainya.
e. Sintesis (synthetis)
Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
Untuk mengukur pengetahuan ini dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden (Notoadmodjo, 2003).
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap
adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Notoatmojo, 2003). Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri
dari beberapa tingkatan yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan stimulus
yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan
dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah.
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan
atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pengukuran secara langsung juga dapat
dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau
tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu.

Universitas Sumatera Utara

3. Tindakan (Practice)
Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah adanya fasilitas. Tingkatan-tingkatan dari tindakan (practice) yaitu :
a. Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
b. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.
Pengukuran tindakan secara tidak langsung dapat dilakukan yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall). Sedangkan pengukuran secara langsung dapat dilakukan
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Pelaksanaan
Penyelenggaraan Sanitasi
Dasar Pasar Tradisional
- Penyediaan Air Bersih
- Sistem Pengelolaan
Sampah
- Sistem Pengelolaan Air
Limbah (SPAL)
- Pembuangan Kotoran
Manusia

Perilaku pengelola pasar

Perilaku pedagang

Pengetahuan

Pengetahuan

Sikap

Sikap

Tindakan

Tindakan

Dukungan Pengelola

Dukungan Pedagang

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai