I.
10
3.
4.
5.
6.
7.
II. FUNGSI
DAN
PANCASILA
11
KEDUDUKAN
12
13
III.
PANCASILA
UUD45
14
DAN
PEMBUKAAN
15
IV.
PELAKSANAAN PANCASILA
16
17
18
19
20
21
22
23
V. PANCASILA
AKTUAL
DAN
24
PERMASALAHAN
25
26
27
28
29
8. Hak kesejahteraan
9. Kewajiban menghormati hak orang lain dan
kewajiban membela negara
10. Hak perlindungan dan pemajuan.
Catatan penting tentang ketetapan MPR tentang HAM
ini adalah Tap ini merupakan upaya penjabaran lebih
lanjut tentang HAM yang bersumber pada UUD 1945
dengan mempertimbangkan Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kegiatan Belajar 3
Pancasila Dan Krisis Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi pada masa
Orba ternyata tidak berkelanjutan karena terjadinya
berbagai ketimpangan ekonomi yang besar, baik
antargolongan, antara daerah, dan antara sektor akhirnya
melahirkan krisis ekonomi. Krisis ini semula berawal
dari perubahan kurs dolar yang begitu tinggi, kemudian
menjalar ke krisis ekonomi, dan akhirnya krisis
kepercayaan pada segenap sektor tidak hanya ekonomi.
Kegagalan ekonomi ini disebabkan antara lain oleh tidak
diterapkannya
prinsip-prinsip
ekonomi
dalam
kelembagaan, ketidak- merataan ekonomi, dan lain-lain.
yang juga dipicu dengan maraknya praktek monopoli,
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme oleh para penyelenggara
negara
Sistem ekonomi Indonesia yang mendasarkan diri pada
filsafat Pancasila serta konstitusi UUD 1945, dan
landasan operasionalnya GBHN sering disebut Sistem
Ekonomi Pancasila. Prinsip-prinsip yang dikembangkan
dalam Sistem Ekonomi Pancasila antara lain: mengenal
30
31
32
33
Bidang ekonomi.
Keagamaan.
Kekuatan ideologi terdiri dati tiga dimensi, menurut DR.
Alfian, yaitu:
Dimensi realita
Dimensi idealisme
Dimensi fleksibilitas/ pengembangan
Ideologi
tersebut
memiliki
keluwesan
yang
memungkinkan dan merangsang pengembangan
pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideologi
bersangkutan tanpa menghilangkan jati diri yang
terkandung dalam rantai dasar.
Butir-Butir P4
TAP MPR NOMOR II/MPR/1978, yang juga dinamakan
EKA PRASETIA PANCAKARSA, memberi petunjuk
wujud pengalaman Pancasila sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Mahaesa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masingmasing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
b.
Hormat-menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk agama dan kepercayaan yang berbeda-beda
sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
34
d.
35
36
Landasan
37
38
39
1.
2.
3.
4.
KULIAH II
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN
IDEOLOGI BANGSA
Secara etinoligis, filsafat berasal dari bahasa
Yunani, Phile berarti cinta, Sophia berati
kebijaksanaan.
Filsafat
berarti
cinta
kebijaksanaan.
Mengapa pancasila disebut filsafat? Berikut
pendapat ahli sebagai berikut:
Prof. MR. Moh. Yamin
Ajaran pancasila tersusun secara harmonis
dalam suatu sistem filsafat.
Soedirman Kartohadiprodjo
Filsafat itu adalah isi jiwa suatu bangsa, maka
pancasila dalam filsafat bangsa Indonesia.
Prof. DR. Roeslan Abdulgani
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir
sebagai collection ideologis dari seluruh bangsa
41
Indonesia.
Pancasila
merupakan
hasil
perenungan jiwa serta tumbuh serta lahir dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
Pengertian pancasila sebagai sistem filsafat
Filsafat negara kita adalah PANCASILA yang
diakui dan diterima oleh bangsa Indonesia
sebagai pandangan hidup. Dengan pancasila
sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia kita
dapat mencapai tujuan bangsa.
Pancasila sebagai ideologi nasional
Pengertian ideologi secara umum adalah suatu
kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta
kepercayaan yang bersifat sistematis yang
mengarahkan tingkah laku seseorang dalam
berbagai kehidupan, yaitu:
1.
a.
b.
c.
d.
2.
BUTIR-BUTIR P4
TAP MPR NOMOR II/MPR/1978, yang juga
dinamakan EKA PRASETIA PANCAKARSA,
memberi petunjuk wujud pengalaman pancasila
sebagai berikut:
Sila Ketuhanan Yang Mahaesa
Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa
sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Hormat-menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk agama dan kepercayaan yang berbedabeda sehingga terbina kerukunan hidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah
sesuai
dengan
agama
dan
kepercayaannya.
Tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan kepada orang lain.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
43
44
a.
POLA PELAKSANAAN P4
Untuk melaksanakan P4 perlu usaha yang
dilakukan secara berencana dan terarah
berdasarkan suatu pola. Berdasarkan suatu pola
itu diharapkan lebih terarah usaha-usaha:
o Pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan
pancasila.
o Pembangunan bangsa untuk mewujudkan
masyarakat pancasila.
KULIAH III
PROSES
PENGESAHAN
PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA DAN NILAINILAI PANCASILA
Pada tanggal 18 agustus 1945 PPKI mengadakan
sidang I menghasilkan keputusan sebagai
berikut:
a. Mengesahkan undang-undang dasar.
46
b. Memilih :
Ir. Soekarno sebagai presiden RI
Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden RI
c. Dalam masa peralihan presiden untuk sementara
waktu akan dibantu oleh komite nasional.
PANCASILA SEBAGAI ETIKA
Pancasila memuat nilai-nilai luhur dan
mendalam yang menjadi pandangan hidup dan
dasar negara. Nilai-nilai tersebut harus dapat
diwujudkan
dalam
perilaku
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai
tersebut adalah:
1. Nilai dasar adalah asas-asas yang diterima
sebagai dalil yang secara relatif mutlak.
2. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum
nilai-nilai dasar biasanya dalam wujud norma
sosial atau norma hukum, selanjutnya
terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang
sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu.
3. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya
dilaksanakan dalam kenyataan.
KULIAH IV
PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA
DENGAN PANDANGAN LAIN
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah
pancasila merupakan ideologi yang mampu
47
LANDASAN
NASIONAL
DALAM
KEHIDUPAN
KULIAH V
PELAKSANAAN P4 DAN PRINSIP UTAMA
KEPEMIMPINAN PANCASILA
Sasaran pelaksanaan P4 adalah perorangan,
keluarga dan masyarakat baik di lingkungan
tempat tinggal maupun di lingkungan tempat
bekerja. Langkah pertama adalah penataran
pegawai RI dan menyebarluaskan kepada
seluruh
lapisan
masyarakat
dengan
menggunakan berbagai jalur dan penciptaan
suasana yang menunjang, antara lain:
1. Jalur-jalur yang digunakan
a. Jalur pendidikan
i. Keluarga
ii. Sekolah
iii. Lingkungan
b. Jalur media massa
48
KULIAH VI
49
1.
2.
3.
4.
KULIAH VII
POKOK-POKOK
PIKIRAN
DALAM
PEMBUKAAN UUD 1945
Ada empat pokok pikiran yang sifat dan
maknanya sangat dalam, yaitu:
1. Pokok pikiran pertama : negara, melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2. Pokok pikiran kedua : negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
51
3.
4.
1.
2.
3.
KULIAH VIII
52
2.
a.
b.
c.
d.
e.
KULIAH IX
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA RI
MENURUT UUD 1945
Dalam undang undang dasar 1945 bab X pasal tentang
warga negara dan penduduk telah diamanatkan antara
lain pada pasal 26, 27, 28, dan pasal 30 sebagai berikut:
1. Pasal 26
Ayat 1 yang menjadi warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia yang asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara
56
2.
3.
4.
5.
6.
7.
57
KULIAH X
1.
2.
3.
1.
-
58
2.
3.
1.
-
2.
-
59
3.
4.
1.
2.
60
1.
2.
3.
4.
5.
6.
61
KULIAH XI
PEMBANGUNAN NASIONAL
Pembangunan nasional adalah merupakan rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan dan
meliputi seluruh aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sesuai dengan tujuan nasional.
Tujuan pembangunan nasional
62
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
2.
63
3.
4.
5.
6.
7.
1.
a.
b.
64
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
KULIAH XII
1.
2.
3.
4.
KETAHANAN NASIONAL
Sejak proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17-081945, bangsa Indonesia mengalami gejolak dan ancaman
baik dari dalam maupun luar negri yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara.
Beberapa gangguan keamanan antara lain:
APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung
Membentuk negara pasundan.
Raymond Westerling.
DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)
Karto suwiryo membentuk negara islam.
NIT (Negara Indonesia Timur)
Andi Aziz di Makasar.
PRRI PERMESTA (Pemerintahan Revolusioner RI dan
Perjuangan Semesta)
65
66
1.
2.
3.
4.
Mandiri
Dinamis
Wibawa.
Konsultasi dan kerjasama.
Dalam ekonomi kerakyatan, dihindari:
1. Sistem free-fight liberalism yang hanya menguntungkan
pelaku ekonomi kuat.
2. Sistem etatisme : negara beserta aparatur ekonomi
negara bersifat dominan dan mematikan potensi dan
daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor Negara.
3. Bentuk monopoli : pemusatan kekuatan ekonomi pada
satu kolompok yang merugikan masyarakat dan
bertentangan cita-cita keadilan social.
67
KULIAH XIII
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM
BERMASYARAKAT,
BERBANGSA
DAN
BERNEGARA
Dalam masalah yang populer itulah paradigma
berkembang menjadi termonilogi yang mengandung
konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari
suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu
bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan,
reformasi, maupun dalam pendidikan.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan.
Negara dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan
seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar
hakekat manusia monopuralis.
Unsur-unsur hakekat manusia monopuralis meliputi
susunan kodrat manusia, rohani (jiwa), dan jasmani
(raga), sifat kodrat manusia makhluk individu dan
makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk individu berdiri sendiri dan sebagai makhluk
Tuhan Yang Mahaesa, maka pembangunan nasional
harus meliputi aspek jiwa (rohani) berupa akal, rasa dan
kehendak, aspek rasa, aspek individu, aspek makhluk
sosial, aspek pribadi dan juga aspek ketuhanannya. Pada
gilirannya
dijabarkan
dalam
berbagai
bidang
pembangunan antara lain, politik, ekonomi, hukum,
pendidikan, sosial, budaya, IPTEK, serta bidang
kehidupan/ agama.
1. Pancasila sebagai paradigma pengembangan IPTEK.
Iptek merupakan hasil kreativitas rohani manusia, yaitu
aspek akal, rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi
68
69
70
71
KULIAH XIII
PANCASILA
SEBAGAI
PARADIGMA
REFORMASI
Ketika gelombang gerakan reformasi melanda Indonesia
maka seluruh aturan main dalam wacana politik
mengalami keruntuhan terutama praktek elit politik yang
dihinggapi penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme. Para
elit politik memanfaatkan gelombang reformasi ini
meraih kekuasaan, sehingga banyak terjadi benturan
kepentingan politik. Tragedi di Indonesia antara lain
terjadi peristiwa amuk massa di Jakarta, Tangerang,
Solo, Jawa Timur serta daerah-daerah lainnya. Bahkan
tragedi pembersihan etnis terjadi diberbagai daerah
antara lain di Dili, Kupang, Ambon, Kalimantan Barat,
serta daerah-daerah lainnya.
Kondisi ekonomi semakin memprihatinkan sektor riil
sudah tidak berdaya, banyak perusahaan maupun
perbankan yang gulung tikar sehingga terjadi PHK.
Namun demikian dibalik berbagai keterpurukan bangsa
Indonesia tersebut masih tersisa satu keyakinan nilainilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa
Indonesia yaitu nilai-nilai pancasila. Reformasi adalah
menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem
negara
dibawah
nilai-nilai
pancasila,
bukan
menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara
Indonesia.
72
Gerakan Reformasi
Pada pelaksanaan GBHN 1998, bangsa Indonesia
menghadapi bencana hebat yaitu dampak krisis ekonomi
Asia terutama Asia tenggara (South West Asia) sehingga
menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Praktek
pemerintahan dibawah orde baru hanya membawa
kebahagiaan semu, ekonomi rakyat menjadi terpuruk,
sistem ekonomi menjadi kapitalistik, kekuasaan ekonomi
di Indonesia hanya berada pada sebagian kecil
penguasa dan konglomerat.
Terlebih lagi merajalelanya praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme serta penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang dikalangan para pejabat dan pelaksana
pemerintahan negara membawa rakyat semakin
menderita.
DPR dan MPR menjadi mandul karena sendi-sendi
demokrasi telah dijangkit penyakit nepotisme. Sistem
politik dikembangkan ke arah sistem birokratik
otoritarian atau suatu sistem korporatik. Puncak dari
keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi
nasional, maka timbullah berbagai gerakan masyarakat
yang menuntut adanya reformasi disegala bidang
terutama dibidang politik, ekonomi dan hukum. Awal
keberhasilan gerakan reformasi ditandai dengan
mundurnya presiden Soeharto pada tanggal 25 Mei 1998.
Gerakan reformasi dan ideologi pancasila
Reformasi banyak disalahartikan, terbukti maraknya
gerakan masyarakat, melakukan yang tidak sesuai
dengan makna reformasi misalnya pemaksaan kehendak
dengan menduduki kantor suatu instansi, memaksa untuk
mengganti pejabat, melakukan perusakan.
73
1.
2.
3.
4.
5.
74
penegakkannya
semakin
jauh
dari
nilai-nilai
kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Subsistem
hukum tampaknya tidak mampu menjadi pelindung bagi
kepentingan masyarakat dan yang berlaku hanya bersifat
imperatif bagi penyelenggara pemerintahan. Namun
hendaklah dipahami bahwa dalam melakukan reformasi
tidak mungkin dilakukan secara spekulatif saja
melainkan harus memiliki dasar, landasan serta sumber
nilai yang jelas yaitu pancasila yang menjadi dasar citacita reformasi
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik
Landasan aksiologis (sumber nilai) bagi sistem politik
Indonesia adalah terkandung dalam deklarasi bangsa
Indonesia yaitu pembukaan UUD 1945 alinea IV:
kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan
untuk
memajukan
kesejahteraan
umum
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
dan
ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia ini
dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada ketuhanan Yang Mahaesa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh huikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam
pancasila sebagai fondasi bangunan negara yang
75
76
77
d.
1.
2.
3.
4.
78
80
81
82
83
84
85
atau nalar. Suatu ideologi sebagai rangkuman gagasangagasan dasar yang terpadu dan bulat tanpa kontradisi
atau saling bertentangan dalam aspek-aspeknya, pada
hakikatnya berupa suatu tata nilai, di mana nilai dapat
kita rumuskan sebagai hal ihwal buruk baiknya sesuatu,
yang dalam hal ini ialah apa yang dicita-citakan.
Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila
Faktor yang mendorong keterbukaan ideologi Pancasila
adalah sebagai berikut:
a. Kenyataan dalam proses pembanguan nasional
dan dinamika masyarakat yang berkembang
secara cepat.
b. Kenyataan menunjukkan bahwa bangkrutnya
ideologi yang terutup dan beku cenderung
meredupkan perkembangan dirinya, seperti
bagaimana komunisme ditinggalkan oleh sebagai
besar negara-negara Eropa Timur dan Rusia.
c. Pengalaman sejarah politik masa lampau, seperti
dominasi pemerintah Orde Baru untuk
melaksanakan penataran Pedoman Penghayatan
Pengalaman Pancasila (P4), yang mana materi
penataran P4 itu sesuatu yang dirumuskan oleh
kemauan pemerintah, bukan atas keinginan dari
segenab komponen masyarakat Indonesia,
sehingga hasilnya jauh dari harapan yang
diinginkan.
d. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilainilai dasar Pancasila yang bersifat abadi dan
hasrat mengembangkan secara kreatif dan
dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.
86
LAMPIRAN
88
89
90
91
92
93
94
95
peraturan yang tingkatannya berada di bawah UndangUndang Dasar dapat berlaku dan diberlakukan,
peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan
hukum yang lebih tinggi tersebut.
Konstitusi selalu terkait dengan paham
konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan
Constitutionalism is the name given to the trust which
men repose in the power of words engrossed on
parchment to keep a government in order 12. Untuk
tujuan to keep a government in order itu diperlukan
pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga dinamika
kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan
dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur
dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul
karena
adanya
kebutuhan
untuk
merespons
perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam
kehidupan umat manusia.
Konstitusionalisme di zaman sekarang dianggap
sebagai suatu konsep yang niscaya bagi setiap negara
modern. Seperti dikemukakan oleh C.J. Friedrich
sebagaimana dikutip di atas, constitutionalism is an
institutionalized system of effective, regularized
restraints upon governmental action. Basis pokoknya
adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus)
di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang
diidealkan berkenaan dengan negara. Organisasi negara
itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar
kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau
dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan
mekanisme yang disebut negara.13 Kata kuncinya adalah
12
Walton H. Hamilton, Constitutionalism, Encyclopedia of Social
Sciences, Edwin R.A., Seligman & Alvin Johnson, eds., 1931, hal. 255.
13
William G. Andrews, misalnya, dalam bukunya Constitutions and
Constitutionalism 3rd edition, menyatakan: The members of a political
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
Ibid.
106
26
107
28
29
108
30
32
109
34
Kelsen, General Theory, Op Cit., hal 124 125. Kelsen, Pure Theory,
Op Cit., hal. 221 224.
35
110
111
112
113
114
41
115
116
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Op Cit. (New York:
Russell & Russell, 1961), hal 157.
43
117
118
Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 junto Pasal 10 ayat (1) UndangUndang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
119
120
121
53
Bob Jessop, State Theory, (Cambridge: Polity Press, 1990), hal. 48.
54
Misalnya Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 011017/PUU-I/2003 yang mengembalikan hak politik pasif dan aktif eks anggota
PKI dan organisasi terlarang lainnya dengan menyatakan bahwa Pasal 60
huruf g Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 37,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4277) bertentangan dengan UUD 1945
dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
122
55
Misalnya Putusan Mahkamah Konstitusi No. Perkara 002/PUUI/2003 dalam perkara permohonan konstitusionalitas Undang-Undang No.
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, dan Putusan Mahkamah
Konstitusi No. Perkara 001-021-022/PUU-I/2003 yang menyatakan UndangUndang No. 20 Tahun 2002 secara keseluruhan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat karena Pasal-Pasal yang diuji dan dinyatakan bertentangan
dengan UUD 1945, yaitu Pasal 16, Pasal 17 ayat (3), dan Pasal 68 merupakan
jantung dari Undang-Undang No. 20 Tahun 2002.
56
123
Penutup
Cita-cita ideal bernegara berlaku bagi segenap
bangsa Indonesia tanpa membedakan antara laki-laki dan
perempuan. Hal ini merupakan kemajuan tersendiri bagi
bangsa Indonesia dibandingkan beberapa konstitusi
negara lain, bahkan di Amerika dan Perancis, yang
semula hanya menyebutkan kata man sebagai warga
negara. Salah satu sila dari Pancasila adalah
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal ini
menunjukkan bahwa salah satu penyangga bangsa
Indonesia adalah prinsip kemanusiaan yang adil, yang
dengan sendirinya menentang diskriminasi baik
berdasarkan ras, agama, keyakinan politik, maupun
gender.
Prinsip-prinsip dasar tersebut juga dapat dilihat
dari perumusan ketentuan UUD 1945 pada Bab XA
124
125
126
127
DAFTAR PUSTAKA
129
DAFTAR PUSTAKA
130
131
132
133
PERMASALAHAN AKTUAL
134
Pustaka Sekunder
1. Nopirin, 1980, Beberapa Hal Mengenai Falsafah
Pancasila, Pancoran Tujuh, Jakarta, Cet 9.
2. Nopirin,1999, Nilai-nilai Pancasila sebagi
Strategi Pengembangan Ekonomi Indonesia,
Internship Dosen-Desen Pancasila Se-Indonesia,
Yogyakarta.
3. Pranarka, A.M.W., 1985, Sejarah Pemikiran
Tentang Pancasila, CSIS, Jakarta.
4. Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, 1999,
Reformasi di Indonesia dalam Perspektif Filsafat
Sejarah, dalam Jurnal Pancasila No. 3 Th III Juni
1999, Pusat Studi Pancasila UGM, Yogyakarta.
5. Susilo Bambang Yudhoyono, 1999, Reformasi
Politik dan Keamanan (Refleksi Kritis), dalam
Jurnal Pancasila No. 3 Th III Juni 1999, Pusat
Studi Pancasila UGM, Yogyakarta.
6. Syaidus Syakar, 1975, Pancasila pohon
Kemasyarakatan dan Kenegaraan Indonesia,
Alumni, Bandung.
135
136