NPM : 1102014231
SASARAN BELAJAR
1.
Anatomi Makroskopik
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi.
Tiga fungsi dasar hepar:
a. membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam traktus intestinalis;
b. berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan dengan karbohidrat,
lemak, dan protein;
c. menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing yang masuk ke dalam
darah dari lumen intestinum.
1
Anatomi Mikroskopik
Secara mikroskopik terdiri dari Capsula Glisson dan lobulus hepar. Lobulus hepar
dibagi-bagi menjadi:
Lobulus klasik
Lobulus portal
2
Asinus hepar
Lobulus-lobulus itu terdiri dari Sel hepatosit dan sinusoid. Sinusoid memiliki sel
endotelial yang terdiri dari sel endotelial, sel kupffer, dan sel fat storing.
Lobulus hepar:
a Lobulus klasik:
Berbentuk prisma dengan 6 sudut.
Dibentuk oleh sel hepar yang tersusun radier disertai sinusoid.
Pusat lobulus ini adalah v.Sentralis
Sudut lobulus ini adalah portal area (segitiga kiernann), yang pada
segitiga/trigonum kiernan ini ditemukan:
o Cabang a. hepatica
o Cabang v. porta
o Cabang duktus biliaris
o Kapiler lymphe
b
Lobulus portal:
Diusulkan oleh Mall cs (lobulus ini disebut juga lobulus Mall cs)
Berbentuk segitiga
Pusat lobulus ini adalah trigonum Kiernann
Sudut lobulus ini adalah v. sentralis
Asinus hepar:
Diusulkan oleh Rappaport cs (lobulus ini disebut juga lobulus rappaport cs)
Berbentuk rhomboid
Terbagi menjadi 3 area
Pusat lobulus ini adalah sepanjang portal area
Sudut lobulus ini adalah v. sentralis
Berbentuk kuboid
Tersusun radier
Inti sel bulat dan letaknya sentral
Sitoplasma:
- Mengandung eosinofil
- Mitokondria banyak
- Retikulum Endoplasma kasar dan banyak
- Apparatus Golgi bertumpuk-tumpuk
Batas sel hepatosit :
- Berbatasan dengan kanalikuli bilaris
- Berbatasan dengan ruang sinusoid
- Berbatasan antara sel hepatosit lainnya
Mikroskopi sinusoid:
Ruangan yang berbentuk irregular
Ukurannya lebih besar dari kapiler
Mempunyai dinding seluler yaitu kapiler yang diskontinu
Dinding sinusoid dibentuk oleh sel hepatosit dan sel endotelial
Ruang Disse (perivascular space) merupakan ruangan antara dinding sinusoid dengan
sel parenkim hati, yang fungsinya sebagai tempat aliran lymphe
Sel endothelial pada sinusoid:
Sel endothelial:
o Berbentuk gepeng
o Paling banyak
o Sifat fagositosisnya tidak jelas
o Letaknya tersebar
Sel Kupffer:
o Berbentuk bintang (sel stellata)
o Inti sel lebih menonjol
o Terletak pada bagian dalam sinusoid
o Bersifat makrofag
o Tergolong pada RES (reticuloendothelial system)
o Sitoplasma Lisozim banyak dan apparatus golgi berkembang baik
Sel Fat Storing:
o Disebut juga Sel Intertitiel oleh Satsuki
o Disebut juga Liposit oleh Bronfenmeyer
o Disebut juga Sel Stelata oleh Wake
o Terletak perisinusoid
o Mampu menyimpan lemak
o Fungsinya tidak diketahui
Sistem duktuli hati (sistem saluran empedu), terdiri dari:
4
kanalikuli biliaris
o cabang terkecil sistem duktus intrahepatik
o letak intralobuler diantara sel hepatosit
o dibentuk oleh sel hepatosit
o pada permukaan sel terdapat mikrovili pendek
kanal hering
Termasuk apparatus excretorius hepatis: Vesica fellea:
Tunica mucosa-nya terdiri dari epitel selapis kolumnar tinggi
o Lamina propria-nya memiliki banyak pembuluh darah, kelenjar mukosanya
tersebar, dan jaringan ikat jarang
o Tidak ada muscularis mucosa
Tunica muscularis terdiri dari lapisan otot polos tipis
Tunica serosa:
o merupakan jaringan ikat berisi pembuluh darah dan lymphe
o permukaan luar dilapisi peritoneum
Pertahanan Tubuh
Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun
fungsi perlindungan. Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh
enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun yang
dihasilkan oleh tubuh sendiri. Dengan proses detoksifikasi, zat berbahaya akan diubah
menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kuffer
yang berada pada dinding sinusoid hati dengan cara vagositosis, sel kuffer dapat
membersihkan sebagian besar kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga
tidak menyebar keseluruh tubuh.
c.
Metabolik
Disamping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai peran penting
pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
d.
Fungsi Vaskuler
Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar 1.2001.500 cc per menit. Darah tersebut berasal dari vena porta sekitar 1.200 cc dan dari arteri
hepatica sekitar 300 cc. Bila terjadi kelemahan fungsi jantung kanan dalam memompa darah,
maka darah dari hati yang dialirkan ke jantung melalui vena hepatica dan selanjutnya masuk
ke dalam vena cava inferior. Akibatnya terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh
darah yang jumlahnya sangat besar.
5
Definisi Hepatitis
Menurut Reeves (2001) Hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati
yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel.
3.3
Etiologi Hepatitis
Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui feses yang berasal dari sisa
metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui anus. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya
tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang
penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
a. Virus hepatitis A terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27nm
b. Ditularkan melalui jalur fecal-oral (feses, saliva) sanitasi yang jelek , kontak antara
manusia, penyebarannya malalui air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15-45 hari dengan rata-rata 25 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi di dalam lingkungan dengan higeine dan sanitasi yang buruk
dengan penduduk yang sangat padat
Ciri-ciri khas virus hepatitis A :
1. HAV merupakan anggota famili pikornaviradae.
2. HAV merupakan partikel membulat berukuran 27 hingga 32-nm dan mempunyai
simetri kubik, tidak mempunyai selubung serta tahan terhadap panas dan asam.
8
3. Partikel ini mempunyai genom RNA beruntai tunggal dan linear dengan ukuran 7,8
kb, sehingga cukup jelas virus ini menjadi genus pikornavirusyang baru,
Heparnavirus.
Sifat-sifat umum virus hepatitis A :
4. Virus ini dapat dirusak dengan di otoklaf (121 oC selama 20 menit), dengan dididihkan
dalam air selama 5 menit, dengan penyinaran ultra ungu (1 menit pada 1,1 watt),
dengan panas kering (180oC selama 1 jam), selama 3 hari pada 37 oC atau dengan
khlorin (10-15 ppm selama 30 menit).
5. Resistensi relative hepatitis virus A terhadap cara-cara disinfeksi menunjukkan
perlunya diambil tindakan-tindakan pencegahan istimewa dalam menangani penderita
hepatitis beserta produk-produk tubuhnya.
3.5
Patofisiologi Hepatitis A
3.6
Hepatitis A
Gejala muncul mendadak : panas, mual, muntah, tidak mau makan, dan nyeri perut.
Pada bayi dan balita gejala-gejala ini sangat ringan dan jarang dikenali, dan jarang terjadi
icterus (30%). Sebaliknya pada orang dewasa yang terinfeksi HAV, hampir semuanya (70%)
simtomatik dan dapat menjadi berat. Dibedakan menjadi 4 stadium yaitu :
1. Masa inkubasi, berlangsung selama 18-50 hari
2. Masa prodromal, terjadi selama 4 hari sampai 1 minggu atau lebih. Gejalanya :
fatigue, malaise, nafsu makan menurun, mual, muntah, rasa tidak nyaman di
daerah kanan atas, demam. Tanda yang ditemukan biasanya hepatomegaly ringan
dengan nyeri tekan
10
3. Fase ikterik, urin yang berwarna kuning tua, seperti the diikuti feses berwarna
seperti dempul, kemudian sclera dan kulit perlahan-lahan menjadi kuning. Gejala
anoreksia, lesu, mual muntah bertambah berat
4. Fase penyembuhan, ikterik menghilang dan warna feses kembali normal dalam 4
minggu setelah onset
Gejala klinis terjadi tidaki lebih dari 1 bulab, sebagian besar penderita sembuh total ,
tetapi relaps dapat terjadi dalam beberapa bulan. Tidak dikenal adanya petanda viremia
persisten maupun penyakit kronis.
Tanda-tanda dan gejala:
1. Fase preikterus:
Gejala gejala seperti influenza ( hilang nafsu makan, mual, lelah, dan rasa tidak
enak badan)
2. Hilang nafsu makan, mual, muntah, lelah, rasa tidak enak badan, demam , sakit
kepala, dan` nyeri abdomen bagian kanan atas
3. Fase ikterus:
Sclera dan kulit berwarna kuning, urin berwarna gelap, feses berwarna terang
(acholic), kulit gatal-gatal, dan gejala-gejala sistemis yang memburuk
3.7.
Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien hepatitis A bisa didapatkan demam yang tidak terlalu tinggi
dibawah 39,0 C, selain itu terdapat pula gangguan pencernaan seperti mual,muntah, lemah
badan, pusing, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, mudah silau, nyeri tenggorok, batuk dan
pilek dapat timbul sebelum badan menjadi kuning selama 1 2 minggu. Keluhan lain yang
mungkin timbul yaitu dapat berupa Buang air kecil menjadi berwarna seperti air teh (pekat
gelap) dan warna feses menjadi pucat terjadi 1 5 hari sebelum badan menjadi kuning. Pada
saat timbul gejala utama yaitu badan dan mata menjadi kuning (kuning kenari), gejala-gejala
awal tersebut biasanya menghilang, tetapi pada beberapa pasien dapat disertai kehilangan
berat badan (2,5 5 kg), hal ini biasa dan dapat terus terjadi selama proses infeksi. Hati
menjadi membesar dan nyeri sehingga keluhan dapat berupa nyeri perut kanan atas, atau atas,
terasa penuh di ulu hati. Terkadang keluhan berlanjut menjadi tubuh bertambah kuning
(kuning gelap) yang merupakan tanda adanya sumbatan pada saluran kandung empedu
(Sanityoso, 2009).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita hepatitis A didapatkan ikterus, hepatomegali ringan,
nyeri tekan pada abdomen regio hipocondriaca dextra (70%) dan splenomegali (5-20%).
Untuk Ikterus Harus dibedakan antara warna kekuningan pada sklera yang menggambarkan
11
Diagnosis Banding
1.
Demam tifoid
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella thypi atau Salmonella
parathypi A, B, atau C. Penyakit ini ditularkan lewat saluran pencernaan. Basil yang tertelan
menyerang mukosa usus halus, kemudian dibawa oleh makrofag ke kelenjar limfe regional,
lalu berkembang biak selama 1-3 minggu masa inkubasi. Pada akhir masa inkubasi, basil ini
memasuki peredaran darah mengakibatkan demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Diagnosis
ditunjang oleh : (1) splenomegali, (2) petechie, (3) brakikardi, (4) netropenia darah tepi.
Dianosis ditegakan dengan uji serologi (tes widal). Pada minggu kedua penyakit, S thypi
masuk kembali ke lumen usus melalui ekskresi empedu. Sejumlah besar jaringan limfe di
dalam usus halus dan kolon terinfeksi lagi, yang menyababkan peradangan akut, nekrosis,
dan ulserasi. Secara klinis, fase ini ditandai dengan diare dan demam terus-menerus.
Diagnosis ditegakan dengan biakan tinja dan urine (Chandrasoma,2006).
Kloramfenikol merupakan bakteriostatik yang cukup kuat untuk mengendalikan
perkembangbiakan bakteri sampai mekanisme pertahanan tubuh pulih. Tiamfenikol juga
berhasil baik untuk demam tifoid. Pencegahan dengan sanitasi yang baik dan vaksinasi
(Soedarto, 1990).
2. Malaria
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoa dari genus plasmodium. Terdapat
empat spesies plasmodium, yaitu plasmodium vivaks menimbulkan malaria tertiana yang
ringan, P falciparum menimbulkan maliria tertiana yang berat, P malariae menimbulkan
malaria quartana, dan P ovale menimbulkan malaria ovale. Cara penularan lewat nyamuk
anopeles betina yang mengandung sporozoit infektif. Dapat juga ditularkan melalui transfusi,
plasenta, dan jarum suntik dalam bentuk trofozoit.
Gejala klinik : demam, anemia, pembesaran limpa. Terdapat 3 stadium demam : rasa
kedinginan berlangsung 20 menit- 1 jam, panas badan 1-4 jam, dan stadium berkeringat
banyak 2-3 jam. Pada malaria tertiana, demam berlangsung tiap hari ke-3 sehingga terjadi
siklus 48 jam. Pada malaria quartana demam tiap hari ke-4 (siklus 72 jam). Anemia terjadi
karena rusaknya eritrosit yang dijadikan tempat berkembangbiak plasmodium. Splenomegali
terjadi akibat bertambahnya kerja limpa untuk menghancurkan eritrosit yang rusak. Untuk
menegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan darah, yaitu tetes tebal untuk mendiagnosis
malaria, dan tetes tipis untuk menentukan spesies plasmodium. Terdapat 2 kelompok obat
antimalaria yaitu alkaloid alami dan sintetik seperti chloroquine, camoquine, dll.. Pencegahan
dengan PSN (Soedarto, 1990).
3. DHF
Adalah penyakit demam disertai perdarahan yang disebabkan oleh virus dengue.
Vektor penularnya adalah nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Gejala : demam terusmenerus 2-7 hari, tanda perdarahan (petechie, ekimosis), hepatomegali, syok. Kriteria
laboratorium : trombositopenia, dan peningkatan hematokrit. Pengobatan simptomatik. Bila
12
tanpa syok beri minum yang banyak, beri infus. Bila disertai syok, beri cairan ringers laktat,
oksigen. Pencegahan dengan PSN dan bila perlu dengan foging (Tim Field Lab FKUNS,
2008).
Ciri-Ciri khas Virus Hepatitis
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatits
E
Hepadnaviridae
Flaviviridae
Tidak
Tergolongka
n
Kalisiviri
dae
Orthohepadnaviru
s
Hep-c-virus
Deltavirus
Herpesvir
us
Virion
Ikosahedral
27 nm
Sferik, 42nm
Sferik, 30-60
nm
Sferik, 35
nm
Ikosahedr
al 27-34
nm
Selubung
Tidak
Ya (HbsAg)
Ya
Ya (HbsAg)
Tidak
Genom
SsRNA
dsDNA
ssRNA
ssRNA
ssRNA
Ukuran
Genom
7,8 kb
3,2 kb
9,4 kb
1,7 kb
7,5 kb
Stabilitas
Tahan Panas
dan asam
Sensitif asam
Sensitif eter
Sensitif asam
Tahan
panas
Penulara
n
Tinja-oral
Parenteral
Parenteral
Parenteral
TinjaOral
Prevalens
i
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah,Regi
onal
Regional
Penyakit
Jarang
Jarang
Jarang
Sering
Pada
Virus
Hepatitis A
Famili
Pikornavirida
e
Genus
Heparnavirus
Hepatitis B
13
Kehamila
n
fulminan
Penyakit
kronik
Tidak Pernah
Sering
Sering
Sering
Tidak
Pernah
Onkogeni
k
Tidak
Ya
Ya
Tidak
3.8
Tatalaksana Hepatitis A
Istirahat
Bed rest pada fase akut, untuk kembali bekerja perlu waktu berangsur-angsur.
Diet
Makanan disesuaikan dengan selera penderita
Diberikan sedikit-sedikit
Dihindari makanan yang mengandung alkohol atau hepatotoksik
3 Medikamentosa (simtomatik)
Analgetik antipiretik, bila demam, sakit kepala atau pusing
Bila muntah berkepanjangan, pasein dapat diberi antiemetik seperti metoklopramid, tetapi
bila demikan perlu baehati-hati terhadap efek efek samping yang timbuk karena dapat
mengacaukan gejal klinis pernurukan. Dalam keadaan klinis terdapat mual dan muntah
pasien diberikan diet rendah lemak
Vitamin, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan.
Viamin K diberikan bila terdapat perpanjangan masa protrombin
Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan peroral, kadar SGOTSGPT >10x normal, perubahan perilaku atau penurunan kesadaran akibat
ensefalopatihepatitis fulminan, dan prolong, atau relapsing hepatitis. Tidak ada terapi
medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh sendiri (self-limiting disease).
Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT terkonjugasi diulang pada minggu kedua untuk melihat
proses penyembuhan dan minggu ketiga untuk kemungkinan prolong atau relapsing hepatitis.
Pembatasan aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif selama SGOT-SGPT tiga kali
batas atas normal.
3.9
Komplikasi Hepatitis A
Sirosis adalah komplikasi hepatitis yang paling sering terjadi. Seseorang yang sehat
atau dalam keadaan normal, apabila terdapat sel hati yang rusak maka sel-sel tersebut akan di
gantikan dengan sel-sel yang baru. Sedangkan pada sirosis apabila terjadi kerusakan sel hati
maka akan di ganti oleh jaringan parut (sikatrik). Apabila semakin parah kerusakan maka
jaringan parut yang terbentuk semakin besar dan mengakibatkan berkurangnya jumlah sel
hati yang rusak. Dampak dari pengurangan jumlah sel hati yang rusak yaitu penurunan
sejumlah fungsi hati sehingga mengakibatkan fungsi tubuh terganggu secara keseluruhan.
14
Banyak hal yang menyebabkan komplikasi hepatitis. Sebenarnya haptitis tidak cukup
berbahaya jika mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Hepatitis merupakan
penyakit yang awal mulanya timbul mengganggu fungsi organ hati dan hepatitis merupakan
penyakit yang dapat menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Berikut penyebab
komplikasi hepatitis yaitu :
Prognosis Hepatitis A
Perawatan yang leteargis prognosis baik. Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari
99% dari pasien dengan hepatitisA infeksi sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien
berkembang menjadi nekrosishepatik akut fatal. (Wilson, 2001)
4.
Virus marker
IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya. AntiHAV yang positif tanpa IgM anti-HAV mengindikasikan infeksi lampau.
Alkalin fosfatase
Alanin
Transaminase
(ALT)/SGPT
Aspartat
Transaminase
(AST)/SGOT
Bilirubin
Gamma glutamil
transpeptidase
(GGT)
Untuk mengukur
Enzim yang dihasilkan di
dalam hati, tulang, plasenta;
yang dilepaskan ke hati bila
terjadi cedera/aktivitas normal
tertentu, contohnya :
kehamilan, pertumbuhan
tulang
Hasilnya menunjukkan
Penyumbatan saluran
empedu, cedera hepar,
beberapa kanker.
Kerusakan organ,
keracunan obat,
penyalahgunaan alkohol,
penyakit pankreas.
16
Laktat
Dehidrogenase
(LDH)
Nukleotidase
Albumin
Protein yang dihasilkan oleh
hati dan secara normal
dilepaskan ke darah.
Fetoprotein
Antibodi
mitokondria
Kerusakan hati.
Protombin Time
Waktu yang diperlukan untuk
pembekuan darah.
Membutuhkan vit K yang
dibuat oleh hati.
yang dihasilkan atau diproses oleh jaringan hati. Tes biokimia hati dapat
menggambarkan derajat keparahan atau kerusakan sel sehingga dapat menilai fungsi
hati.
PARAMETER BIOKIMIA HATI
Beberapa parameter biokimia hati yang dapat dijadikan pertanda fungsi hati, antara lain
sebagai berikut :
a.
Aminotransferase (transaminase)
Parameter yang termasuk golongan enzim ini adalah aspartat aminotransferase
(AST/SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT). Enzim enzim ini merupakan
indikator yang sensitif terhadap adanya kerusakan sel hati dan sangat membantu dalam
mengenali adanya penyakit pada hati yang bersifat akut seperti hepatitis. Dengan
demikian, peningkatan kadar enzim enzim ini mencerminkan adanya kerusakan
kerusakan sel sel hati. ALT merupakan enzim yang lebih dipercaya dalam menentukan
adanya kerusakan sel hati dibandingkan AST.
ALT ditemukan terutama dihati, sedangkan enzim AST dapat ditemukan pada hati, otot
jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak, paru, sel darah putih dan sel darah merah.
Dengan demikian, jika hanya terjadi peningkatan kadar AST maka bisa saja yang
mengalami kerusakan adalah sel sel organ lainnya yang mengandung AST. Pada
sebagian besar penyakit hati yang akut, kadar ALT lebih tinggi atau sama dengan AST.
Pada saat terjadi kerusakan jaringan dan sel sel hati, kadar AST meningkat 5 kali nilai
normal. ALT meningkat 1-3 kali nilai normal pada perlemakan hati, 3-10 kali nilai
normal pada hepatitis kronis aktif dan lebih dari 20 kali pada hepatitis virus akut dan
hepatitis toksik.
b.
Alkalin Fosfatase (ALP)
Enzim ini ditemukan pada sel sel hati yang berada didekat saluran empedu. Peningkatan
kadar ALP merupakan salah satu oetunjuk adanya sumbatan atau hambatan pada saluran
empedu. Peningkatan ALP dapat disertai dengan gejala warna kuning pada kulit, kuku,
atau bagian putih bola mata.
c.
Serum Protein
Serum protein yang dihasilkan hati, antara lain albumin, globulin, dan faktor pembekuan
darah. Pemeriksaan serum protein protein ini dilakukan untuk mengetahui fungsi
biosintesis hati.
Penurunan kadar albumin menunjukan adanya gangguan fungsi sintesis hati. Namun
karena usia albumin cukup panjang (15-20 hari) , serum protein ini kurang sensitif
digunakan sebagai indikator kerusakan sel hati. Kadar albumin kurang dari 3 g/L menjadi
petunjuk perkembangan penyakit menjadi kronis (menahun).
Globulin merupakan protein yang membentuk gammaglobulin. Gammaglobulin
meningkat pada penyakit hati kronis, seperti hepatitis kronis atau sirosis. Gammaglobulin
mempunyai beberapa tipe, seperti IgG, IgM, serta IgA. Masing masing tipe sangat
membantu dalam mengenali penyakit hati kronis tertentu.
Hampir semua faktor pembekuan darah disintesis dihati. Umur faktor faktor pembekuan
darah lebih singkat dibandingkan albumin, yaitu 5-6 hari sehingga pengukuran faktor
faktor pembekuan darah merupakan pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan dengan
albumin untuk menentukan fungsi sintesis hati. Terdapat lebih dari 13 jenis protein yang
teribat dalam pembekuan darah, salah satunya adalah protombin. Adanya kelainan pada
protein protein pembekuan darah dapat dideteksi terutama dengan menilai waktu
protombin. Waktu protombin adalah ukuran kecepatan perubahan protombin menjadi
trombin. Waktu protombin tergantung pada fungsi sintesis hati dan asupan vitamin K.
Kerusakan sel sel hati akan memperpanjang waktu protombin karena adanya gangguan
18
pada sintesis protein protein pembekuan darah. Dengan demikian, pada hepatitis dan
sirosis, waktu protombin memanjang.
d.
Bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen kuning yang dihasilkan dari pemecahan hemoglobin (Hb)
di hati. Bilirubin dikeluarkan lewat empedu dan dibuang melalui feses.
Bilirubin ditemukan didarah dalam 2 bentuk : bilirubin direk dan indirek. Bilirubin direk
larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Sedangkan bilirubin indirek tidak
larut dalam air dan terikat pada albumin. Bilirubin total merupakan penjumlahan
bilirubin direk dan indirek.
Peningkatan bilirubin indirek jarang terjadi pada penyakit hati. Sebaliknya, bilirubin
direk yang meningkat hampir selalu menunjukan adanya poenyakit pada hati dan atau
saluran empedu.
Adapun nilai normal untuk masing masing pemeriksaan laboratorium yakni :
Pemeriksaan serologi
Diagnosis hepatitis A akut berdasarkan hasil laboatorium adalah tes serologi untuk
IgM terhadap virus hepatitis A. IgM anti virus hepatitis A positif pada saat awal gejala dan
biasanya disertai dengan peningkatan kadar serum alanin aminotransferase(ALT/SGPT). Jika
telah tejadi penyembuhan, antibodi IgM akan meghiang dan akan muncul antibodi IgG.
Adanya antibodi IgG menunjukan bahwa penderita pernah terkena hepatitis A. Jika seseorang
terkena hepatitis A maka pada pemeriksaan laboratorium ditemukan beberapa diagnosis
berikut
1) Serum IgM anti-HVA positif
2) Kadar serum bilirubin, gammaglobulin, ALT dan AST meningkat ringan
3) Kadar alkalin fosfatase, gammaglobulin transferase, dan total bilirubin meningkat pada
penderita yang kuning.
19
21