Anda di halaman 1dari 4

GUDANG GARAM, PERTAMA DI

HATIKU
Suatu hari, kabar gembira datang merayungi keluarga
Duandy. Sebuah surat diterima keluarga atas nama PT. GUDANG
GARAM Tbk. keluarga yang hanya beranggotakan 3 orang itupun
sontak ceria kegirangan setelah membaca isi surat dari PT.
GUDANG GARAM Tbk. Duandy pun langsung sujud syukur atas isi
surat tersebut. Pak Harys, ayahnya berteriak keras, Anakku
diterima... Anakku diterima... Ibunya pun mengucap syukur,
walaupun anaknya hanya diterima sebagai tukang pengepak.
Keesokan harinya, Dia dan keluarganya mengunjungi
kantor PT. GUDANG GARAM Tbk. Mereka mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bos GUDANG GARAM
tersebut. Kami juga terima kasih banyak, karena kualifikasi anak
anda lebih dari yang kami inginkan. Sehingga tak ada alasan lagi
untuk menolak Mas Duandy ini. Ujar Bos GG. dengan ramah dan
santun. terus anak saya ini bisa mulai bekerja kapan? Tanya
ibunya. Dua atau tiga hari lagi sudah bisa mulai bekerja.
Sebenarnya besok sudah bisa, tetapi besok kami persiapan untuk
menerima tamu dari Inggris. Jadi, Mas Duandy bisa masuk dua
atau tiga hari kedepan. Nanti ada pemberitahuan dari kami
melalui surat. Tutur Bos GG.
Saat itu hari Jumat, hari pertamanya kerja. Canggung dan
nervous bukan main, menginggapi hatinya. Ibu-ibu yang bekerja
sudah lama pun juga tak ketinggalan menggodanya. Namanya
siapa, Nak? Tutur salah satu ibu.
Duandy. Bu. Ungkapnya denagn malu-malu.
Biasa sajalah, Nak. Disini orang-orangnya semua ramah,
tidak ada yang galak. Sahut ibu yang lain.
iya, Bu. Saya disinikan masih baru, jadi saya masih
canggung dan sangat malu, karena masih belum tahu banyak. Ya
sudah, Bu. Saya mau memulai kerja dulu. Sahutnya.
Mas. Namanya siapa? Tanyaku pada salah satu karyawan
bagian pengepakkan.
Sigit. Kamu karyawan baru, ya? Tanya Sigit.

Iya. Mas. Saya baru hari ini kerja di GUDANG GARAM. Mas
Sigit bisa ajarin saya ngepak, tidak? Karena saya ditempakan di
bagian pengepakan. Tanyaku.
Iya. Bisa saja. Tapi jangan panggil saya Mas. Nanti saya
kelihatan tua. Saya kan masih umur 26 tahun dan baru bekerja di
GG. ini dua bulan yang lalu. Jawab Sigit sambil terus mengepak
cerutu.
Oh, ternyata sama juga, Git. Saya juga masih 26 tahun.
Jawabku.
Perbincangan pun terus berlanjut hingga pukul 1 siang. Tak
terasa 1 jam telah Dia lewati untuk bekerja di hari pertama.
Dun... Sapa Sigit kepada Duandy.
Iya. Git. Ada apa? Jawabku.
Kamu gak lapar to, Dun? Tanya Sigit.
Iya, Git. Lapar banget. Aku pengen makan tapi gak tahu
tempat beli makan dimana. Jawabku.
Ikut aku aja. Ke warung langgananku. Warungnya Cak Wal.
Murah lho. Ajak Sigit.
Beneran murah, Git? Tanyaku.
Bener. Ayo ikut? Jawab Sigit.
Oke. Ayo berangkat! Jawabku.
Sigit dan Duandy pun pergi ke warung Cak Wal.
Sesampainya di warung Cak Wal, mereka langsung memesan
LONTONG BALAP menu khas warung Cak Wal. Tak terasa sudah
satu jam lebih berlalu, karena keasyikan ngobrol dan makan
lontong balap.
Git. Ayo kembali! Ajakku.
Oke. Dun. Jawab Sigit.
Mereka pun kembali ke GG. dengan perut kenyang, dan
mereka pun kembali bekerja.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.00, berarti
jam bekerja telah usai. Duandy dan Sigit pun pulang bersamasama, karena rumah mereka searah.

Hari-hari pun berlalu. Siang-malam, panas-dingin, hujankemarau pun telah terlewati. Hingga pada suatu hari, Duandy
pun keluar dari GG. dan dia mendirikan sebuah perusahaan yang
bernama PT. CELUTU INDONESIA NASIONAL, perusahaan ini juga
bekerja di bidang yang sama dengan GG.
Suatu hari, Duandy menghubungi Sigit, karena dia ingin
mengetahui bagaimana kabar Sigit.
Halo. Assalamualaikum. Kata Sigit.
Waalaikumsalam. Jawabku.
Siapa ini? Tanya Sigit.
Ini Aku. Git. Duandy. Jawabku.
Oh. Dun. Apa kabar? Tanya Sigit.
Oh. Baik. Git. Kamu gimana? Dan sekarang lagi sibuk
apa? Tanyaku.
Baik juga. Dun. Sekarang Aku lagi sibuk jadi Direktur GG.
Dun. Kata Sigit.
Apa? Kamu sekarang jadi direktur GG.? kok. Bisa?
Tanyaku.
Ya, bisa dong. Setelah kamu pergi, direktur kita yang
bernama Zakky itu, sering sakit-sakitan, terus beliau berwasiat
kepadaku untuk memimpin perusahaan ini. Begitu ceritanya.
Terang Sigit.
Ooo... Begitu ceritanya. Kataku.
Ngomong-ngomong, kapan kamu main ke kediri, tempat
kelahiranmu? Tanya Sigit.
Mungkin bulan depan. Git. Jawabku.
Baiklah, aku tunggu bluan depan. Kamu jangn sampai
lupa. Masak sama tanah kelahirannya sendiri lupa. Jawab Sigit.
Oke, Git. Aku gak akan lupa kok. Sudah, Git. Kapan-kapan
kita sambung lagi. Jawabku.
Oke tak tunggu lo... Jawab Sigit.
Tak menyangka satu bulan telah berlalu. Tiba saatnya
kedua sahabat tersebut bertemu.

Halo. Git. Apa kabar? Tanyaku kepada Sigit, saat aku


menelepon.
Halo. Baik Dun. Gimana jadi ke Kediri kan? Jawab Sigit.
Iya. Git. Aku jadi ke Kediri. Kemarin malam aku sampai di
Kediri. Jawanku.
Ayo kita pergi mengenang masa lalu? Ajak Sigit.
Oke. Ayo pergi. Jawabku.
Akhirnya kedua sahabat tersebut pergi berdua, untuk
mengenang masa lalu mereka, saat bekerja bersama-sama.
Salah satunya, makan di tempat makan langganan mereka yaitu,
warung Cak Wal, yang sekarang berubah menjadi Restaurant Cak
Wal. Dengan menu yang masih sama yaitu, LONTONG BALAP.

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai