Anda di halaman 1dari 2

Bab I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada perkembangan jaman sekarang ini, pemeriksaan radiologi memiliki peranan
yang penting untuk membantu mendiagnosa penyakit yang tidak dapat dilihat
dengan mata.pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang
membutuhkan sinar-x untuk menampakkan objek yang diinginkan. Untuk
menampakkan objek tersebut diperlukan kualitas radiograf yang optimum.
Kualitas radiograf merupakan suatu ketepatan atau representasi dari bagian
anatomi pasien dalam radiograf. Sebuah radiograf yang menghasilkan gambaran
struktur dan jaringan secara jelas disebut kualitas radiograf yang baik.
Sedangkan radiograf yang buruk berisi gambaran yang sulit untuk
diinterpretasikan oleh mata manusia. Kualitas radiograf dipengaruhi oleh faktor
kvp dan filtrasi. Sedangkan kuantitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain, kvp, mas, ffd, dan filtrasi (bushong 2003).
Di instalasi radiologi umumnya radiografer cenderung menaikkan kV daripada
mAs untuk mendapatkan kualitas radiograf yang baik. Pengalaman radiografer di
lapangan membuat konsep bahwa kualitas radiograf hanya dipengaruhi oleh kv.
Kenaikkan kv menjadi kebiasaan radiografer untuk menaikkan kualitas radiograf
pada pemeriksaan costae.
Kecanggihan teknologi pencitraan figital untuk diagnostik telah diaplikasikan
dalam pelayanan diagnostik imejing di rumah sakit.salah satunya adalah
penggunaan Computed Radiography (CR). Pada dasarnya computed radiography
sama dengan radiografi konvensional hanya saja penerima gambar yang
digunakan adalah imaging plate (IP). Penggunaan imaging plate ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1981 di Brussels, sebagai pengganti kaset yang berisi
film-screen (Ballinger, 2003).
Pengolahan citra radiograf menggunakan computed radiography sangat
membantu mempermudah dalam pengolahan data dan mengurangi reject film.
Pada umumnya banyak sekali masalah di lapangan yaitu terjadinya
overexposure dan underexposure. Jika kita menggunakan faktor eksposi yang
tepat maka tidak akan terjadi hal tersebut. Karena CR juga memiliki dynamic
range yang lebar sehingga dapat meminimalisir pengulangan foto. Dari hal
tersebut, penulis ingin mendapatkan faktor eksposi yang tepat untuk
mendapatkan radiograf yang optimum, untuk meminimalisir pengeditan dan
tentu saja untuk meminimalisir dosis radiasi yang diterima pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian dan
mengungkapkannya dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan
Faktor Exposi (kV dan mAs) dengan nilai indeks exposure computed radiography
pada pemeriksaan costae
B. Rumusan masalah
Berdasarkan Latar belakang yang telah penulis paparkan, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :

1. bagaimana hubungan faktor eksposi denga nilai indeks eksposure computed


radiography pada pemeriksaan costae ?
Berapa faktor eksposi yag tepat untuk mendapatkan nilai indeks eksposure yang
optimal untuk pemeriksaan costae ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. untuk mengetahui adanya hhubungan faktor eksposi terhadap nilai indek
eksposure computhed radiography pada pemeriksan costae.
2. untuk mengetahui faktor eksposi ynag tepat untuk mendapatkan nilai indeks
eksposure yang optimal untuk pemeriksaan costae.
D. manfaat penulisan
1. bagi penulis
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang faktor eksposi
terhadap indeks eksposure pada computed radiography.
2. bagi pembaca
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang faktor eksposi
terhadap indeks eksposure pada computed radiography serta untuk meneliti
lebih dalam mengenai hubungan faktor eksposi terhadap indeks eksposure pada
computed radiography.

Anda mungkin juga menyukai