Anda di halaman 1dari 14

I.

Pengertian Teori Akuntansi Positif


Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya, terdapat dua jenis teori akuntansi yang

berkembang di dunia, yaitu teori akuntansi positif dan teori akuntansi normatif. Teori positif
merupakan teori yang menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena tertentu dalam praktik
akuntansi. Berbeda dengan teori normatif yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi atas
praktik-praktik akuntansi yang telah ada, teori positif muncul akibat ketidakpuasan terhadap
teori-teori akuntansi normatif tersebut.
Watts dan Zimmerman (dalam Deegan, 2006) menyatakan bahwa Teori Akuntansi Positif
didesain untuk menjelaskan dan memprediksi perusahaan mana yang akan dan yang tidak akan
menggunakan metode tertentu, tetapi teori ini tidak mengatakan metode mana yang harus
dipakai.
Teori Akuntansi Positif berpusat pada hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dalam
penyediaan sumber daya untuk perusahaan dan bagaimana akuntansi digunakan untuk
memfungsikan hubungan ini. Contohnya adalah hubungan antara pemilik (sebagai penyedia
modal ekuitas) dan manajer (sebagai penyedia tenaga kerja manajerial), atau antara manajer dan
penyedia utang. Hubungan dalam contoh di atas dapat dikatakan sebagai hubungan keagenan,
yaitu kontrak di mana satu orang atau lebih (principal) menyewa orang lain (agen) untuk
memberikan jasa demi kepentingan prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas
pembuatan keputusan kepada agen. Ketika kekuasaan pembuatan keputusan didelegasikan, hal
ini dapat berpengaruh pada beberapa kerugian efisiensi dan biaya konsekuensi yang harus
ditanggung prinsipal. Setiap kerugian potensial dari laba yang diakibatkan oleh kinerja manajer

yang berada di bawah performa yang seharusnya, dianggap sebagai biaya yang timbul dari
delegasi pembuatan keputusan dalam hubungan keagenan yang disebut sebagai biaya keagenan.
Teori Akuntansi Positif didasarkan pada asumsi berbasis ekonomi sentral bahwa semua
tindakan individu dikendalikan oleh kepentingan pribadi dan bahwa individu akan bertindak
oportunistis selama tindakan tersebut akan meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan
berdasar pada asumsi ini, Teori Akuntansi Positif memprediksi bahwa organisasi akan mencari
mekanisme yang menyejajarkan kepentingan manajer perusahaan (agen) dengan kepentingan
pemilik perusahaan (principal).
Dengan adanya masalah keagenan yang timbul dalam organisasi, akan muncul berbagai
biaya yang berhubungan dengan bonding dan monitoring yang terjadi. Teori positif juga
mengasumsikan bahwa tidak semua tindakan oportunistik agen dapat dikendalikan dengan
perjanjian kontraktual atau sebaliknya, akan selalu ada biaya residual berhubungan dengan
penunjukan agen.
II.

Asal Mula dan Pengembangan Teori Akuntansi Positif


Penelitian positif dalam akuntansi mulai menonjol pada pertengahan tahun 1960-an dan

menjadi paradigma penelitian yang dominan pada 1970-an dan 1980-an. Sebelum waktu ini, tipe
penelitian yang dominan adalah penelitian akuntansi normatif.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif yang menurut peneliti didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak
dapat diuji keabsahannya secara empiris. Watts (dalam Deegan, 2006) memberikan gambaran
mengenai tren penelitian akuntansi yang terjadi pada 1950-1970-an. Dia menyatakan bahwa
pengenalan penelitian positif dalam akuntansi pada pertengahan tahun 1960-an

merepresentasikan pergeseran paradigma penelitian. Dasar pemikiran untuk menganalisa teori


akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang
kuat sehingga memunculkan pergeseran ini.
Dalam Deegan (2006), Watts berargumen bahwa pergeseran paradigma juga berhubungan
dengan perubahan dalam sekolah bisnis di AS pada akhir 1950-an dan awal 1960-an.
Argumentasi lainnya menyatakan bahwa pada pertengahan tahun 1960-an dan selama 1970-an
fasilitas komputasi berkembang dengan pesat sehingga analisis statistik skala besar sebagai
sebuah pendekatan yang digunakan dalam paradigma penelitian positif lebih mudah diterapkan.
Salah satu perkembangan dari tahun 1960-an yang penting terhadap pengembangan Teori
Positif adalah karya teoritis seperti Fama, yang berhubungan dengan pengembangan EMH (the
Efficient Market Hypothesis atau Hipotesis Pasar Efisien). EMH didasarkan pada asumsi bahwa
pasar modal bereaksi dalam cara yang efisien dan tidak bias terhadap informasi yang tersedia
secara publik. Kondisi pasar disebut efisien jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk
mencapai keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia.
Akan tetapi, EMH tidak dapat menjelaskan mengapa metode akuntansi tertentu dipilih.
Penelitian tidak menyediakan hipotesis untuk memprediksi dan menjelaskan pilihan akuntansi
yang dapat diambil, penelitian yang ada hanya mempertimbangkan reaksi pasar terhadap
pengungkapan utama informasi atas harga saham.
Kebanyakan penelitian yang berdasarkan pada EMH mengasumsikan tidak ada biaya
kontrak dan biaya informasi yang mungkin muncul. Selain itu, EMH juga mengasumsikan
bahwa pasar modal dapat secara efisien membatalkan implikasi manajemen memilih metode
akuntansi yang berbeda. Contohnya jika entitas memilih untuk mengganti asumsi arus biaya

persediaan yang akan menyebabkan kenaikan laba yang dilaporkan, maka pasar diasumsikan
dapat melihat perubahan ini, dan apabila tidak ada implikasi arus kas yang jelas (misalnya
melalui perubahan pajak), tidak akan ada reaksi harga saham. Oleh karena itu, jika metode
akuntansi tertentu tidak memiliki implikasi perpajakan secara langsung, terdapat
ketidakmampuan untuk menjelaskan mengapa sebuah metode akuntansi lebih dipilih daripada
lainnya.
Namun, terdapat bukti yang mengindikasikan bahwa manajer perusahaan akan
menggunakan segala sumber daya yang memungkinkan untuk melobi regulator berhubungan
dengan metode akuntansi tertentu. Kunci untuk menjelaskan pilihan manajer terhadap metode
akuntansi khusus ini dapat dijelaskan dengan Teori Keagenan. Teori ini berfokus pada hubungan
antara principal dan agen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hubungan ini muncul karena
banyaknya asimetri informasi. Teori Keagenan menerima adanya biaya transaksi dan biaya
informasi yang mungkin muncul dalam hubungan pihak-pihak tersebut.
Asumsi dari teori keagenan adalah bahwa principal akan mengira bahwa agen (seperti
juga principal) akan dikendalikan oleh kepentingan pribadinya, dan karenanya principal akan
mengantisipasi bagaimana manajer, kecuali apabila telah dibatasi untuk bertindak sebaliknya,
akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri yang dapat merugikan atau mengganggu
kesejahteraan ekonomi principal. Agen kemudian diasumsikan akan terdorong untuk melakukan
perjanjian kontraktual yang dapat mengurangi kemampuan mereka melaksanakan tindakan yang
merugikan kepentingan principal.
Watts dan Zimmerman menjelaskan bagaimana faktor tertentu suatu organisasi mungkin
mempengaruhi manajer suatu organisasi untuk mendukung atau menolak metode akuntansi

tertentu. Watts dan Zimmerman (1990) mengidentifikasi tiga hipotesis kunci yang kemudian
sering digunakan dalam literatur Teori Akuntansi Positif untuk menjelaskan dan memprediksi
apakah suatu perusahaan akan mendukung atau menolak metode akuntansi tertentu tersebut.
Ketiga hipotesis adalah sebagai berikut :
1.

Hipotesis rencana bonus


Dalam kondisi ceteris paribus, hipotesis ini memprediksi bahwa jika seorang manajer
diberi reward berdasarkan ukuran kinerja seperti laba akuntansi, manajer tersebut akan
cenderung meningkatkan laba dengan maksud agar bonus yang diperolehnya pun akan

2.

meningkat.
Hipotesis Hutang
Hipotesis ini memprediksi bahwa semakin tinggi rasio hutang atau ekuitas pada suatu
perusahaan, manajer akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang
meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi rasio hutang atau ekuitas, semakin ketat
batasan dalam perjanjian hutang. Semakin ketat batasan dalam perjanjian, semakin
besar kemungkinan pelanggaran perjanjian dan semakin besar kemungkinan biaya yang
akan dikeluarkan karena kegagalan teknis. Manajer kemudian mengeluarkan kebijakan
dengan memilih metode akuntansi yang meningkatkan pendapatan untuk mengurangi

3.

batasan hutang dan biaya yang timbul karena kegagalan teknis.


Hipotesis Biaya Politis
Hipotesis ini menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan pihak luar yang
meskipun tidak terikat kontrak langsung dapat membebani perusahaan dengan berbagai
transfer kekayaan. Watts dan Zimmerman (1978) beranggapan bahwa manajer lebih
cenderung untuk memilih metode akuntansi yang melaporkan laba yang lebih rendah
karena faktor pajak dan pertimbangan politik. Akan tetapi untuk perusahaan kecil
dengan biaya politik yang rendah, cenderung tetap memilih standar akuntansi yang
menghasilkan laba yang lebih besar.

III.

Perspektif Oportunistik dan Efisiensi


Seperti yang dapat disimpulkan dari penjelasan sebelumnya, penelitian Teori Akuntnsi

Positif pada umumnya mengadopsi baik perspektif efisiensi ataupun perspektif oportunistik.
Dalam perspektif efisiensi, peneliti menjelaskan bagaimana berbagai mekanisme kontrak dapat
digunakan untuk meminimalkan biaya keagenan perusahaan. Perspektif efisiensi ini sering
disebut sebagai perpektif ex ante (sebelum fakta) yang mempertimbangkan mekanisme apa yang
dilakukan di awal, dengan tujuan meminimalkan masalah keagenan di masa depan dan biaya
kontrak.
Dalam perspektif efisiensi ini, praktik akuntansi yang digunakan oleh perusahaan
seringkali merupakan metode yang dapat secara tepat mencerminkan kinerja keuangan suatu
entitas. Dengan adanya ukuran kinerja yang secara tepat merefleksikan kinerja perusahaan,
investor dan pihak lain tidak perlu mengumpulkan informasi tambahan dari sumber lain sehingga
akan menghemat biaya.
Di lain sisi, perspektif oportunistik mengacu pada perjanjian kontraktual yang telah
dinegosiasikan dalam perusahaan dan berusaha menjelaskan serta memprediksi perilaku
oportunistik tertentu yang akan terjadi setelah perjanjian kontraktual tersebut. Perspektif
oportunistik disebut juga sebagai perspektif ex post (setelah fakta) karena mempertimbangkan
tindakan oportunistik yang dilaksanakan setelah perjanjian kontraktual dibuat.
Dalam perspektif oportunistik, manajer diasumsikan akan berusaha untuk
memaksimalkan kesejahteraan pribadinya, di mana hal tersebut sangat tergantung pada seberapa
besar kinerja yang dicapai terkait dengan bonus tunai (cash bonus), risiko ketenagakerjaan yang

muncul dari adanya kemungkinan dilakukan pengambilalihan atau kegagalan atau kebangkrutan
perusahaan, dan nilai saham perusahaan di pasar.
Teori akuntansi positif berasumsi bahwa principal telah memprediksi bahwa manajer
akan berperilaku oportunistik, sehingga principal seringkali mensyaratkan (dalam perjanjian
kontraktual) penggunaan metode akuntansi tertentu untuk tujuan tertentu. Namun hal ini akan
membutuhkan banyak biaya sehingga akan selalu ada celah bagi manajer untuk secara
oportunistik memilih metode akuntansi tertentu yang lebih disukai.
IV.

Kontrak Pemilik atau Manajer


Teori Akuntansi Positif mengadopsi asumsi sentral bahwa semua aksi individual

dikendalikan oleh kepentingan pribadi, dan bahwa kepentingan utama dari individual adalah
memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri. Tindakan manajerial terpisah dari apa yang
disyaratkan untuk memaksimalkan pengembalian laba pemegang saham. Asumsi ini sering
disebut asumsi rational economic person (orang ekonomis secara rasional).
Masalah keagenan dapat muncul dalam suatu perusahaan. Masalah ini muncul
disebabkan karena adanya asimetri informasi antara agen dan principal, di mana agen lebih
banyak mempunyai informasi dibandingkan principal sehingga dapat menyebabkan perilaku
menyimpang dari agen. Biaya dari perilaku menyimpang yang mungkin timbul sebagai hasil dari
hubungan keagenan ini disebut dengan biaya keagenan.
Dengan mengasumsikan bahwa kepentingan pribadi mengendalikan tindakan manajer,
maka perusahaan perlu membuat skema remunerasi yang dinilai dari kinerja manajer dikaitkan
dengan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat, penghargaan yang dibayarkan

pada manajer juga akan meningkat. Skema bonus yang terkait dengan kinerja perusahaan akan
menyelearaskan kepentingan manajer dan pemilik, misalnya sebagai berikut :
1. Skema bonus secara umum
Manajer diupah sejalan dengan laba perusahaan, penjualan, atau return on assets.
Remunerasi mereka didasarkan pada output dari sistem akuntansi. Manajer juga dapat
diupah sesuai dengan harga pasar dari saham perusahaan, bisa melalui kepemilikan
kepentingan ekuitas (saham) dalam perusahaan atau dengan bonus kas yang secara
eksplisit terkait dengan pergerakan nilai sekuritas perusahaan.
2. Skema bonus berdasarkan akuntansi
Jumlah yang dibayar kepada manajer terkait secara langsung dengan angka akuntansi,
maka perubahan dalam metode akuntansi yang digunakan organisasi akan berdampak
pada bonus yang akan diterima. Perubahan dalam metode akuntansi akan membawa pada
perubahan arus kas dan mengakibatkan perubahan nilai organisasi. Hal ini bertentangan
dengan pandangan pendukung awal EMH yang berpendapat bahwa perubahan metode
akuntansi tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan, kecuali berefek terhadap
peningkatan beban misalnya pajak. Dalam mempertimbangkan penerapan skema bonus
berdasarkan output akuntansi, sesuai perspektif oportunistik, terdapat kemungkinan
manajer akan terpengaruh untuk memanipulasi angka laba perusahaan sebagai dasar
kinerja perusahaan yang tentunya akan meningkatkan bonus mereka.
3. Skema bonus berdasarkan pasar
Dalam industri yang memiliki laba akuntansi yang sangat fluktuatif, para ahli Teori
Akuntansi Positif menyatakan bahwa perusahaan akan lebih sesuai memberi hadiah
kepada manajer berdasarkan nilai pasar sekuritas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan
dengan mendasarkan bonus kas pada peningkatan harga saham atau dengan menyediakan
saham atau opsi bagi saham bagi manajer dalam perusahaan. Jika nilai saham perusahaan

naik, baik manajer dan pemilik akan diuntungkan. Hal yang terpenting, manajer akan
diberikan insentif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi, pemberian hadiah
ini memiliki beberapa permasalahan, yaitu harga saham akan dipengaruhi tidak hanya
oleh faktor yang dikendalikan oleh manajer, tapi juga dari luar, faktor pasar-luas,
sehingga harga saham tidak secara langsung menggambarkan kinerja manajer. Selain itu,
insentif yang terkait pasar hanya sesuai bagi manajemen senior karena hanya mereka
yang memiliki kemungkinan untuk memiliki efek signifikan pada arus kas perusahaan
V.

dan berakibat pada nilai sekuritas perusahaan.


Kontrak Utang
Ketika suatu pihak meminjamkan dana kepada organisasi lain, penerima dana mungkin

melakukan aktivitas yang akan mengurangi atau bahkan menghilangkan kemungkinan dana akan
dibayar kembali. Kemungkinan lain, organisasi akan mengambil level utang tambahan dan
berlebihan, yang dapat menyebabkan pemberi pinjaman baru akan bersaing dengan pemberi
pinjaman sebelumnya untuk mendapatkan pengembalian. Selain itu, perusahaan mungkin
berinvestasi dalam proyek yang sangat berisiko. Strategi ini tidak akan menguntungkan bagi
kreditur karena jika perusahaan mendapatkan laba yang tinggi, mereka tidak menerima
pengembalian yang lebih besar, sedangkan jika proyek gagal, kreditur tidak akan memperoleh
apa-apa.
Dengan demikian, pemberi utang akan mengasumsikan bahwa manajemen akan
mengambil tindakan yang tidak selalu sesuai dengan kepentingan kreditur, dan sebagai hasilnya,
mereka akan meminta perusahaan untuk membayar biaya bunga yang lebih tinggi sebagai
kompensasi bagi kreditur terhadap kemungkinan risiko yang tinggi.

Jika perusahaan setuju untuk tidak membayar dividen yang berlebihan, tidak mengambil level
utang yang tinggi, dan tidak berinvestasi dalam proyek yang berisiko tinggi, maka diasumsikan
bahwa perusahaan akan mampu memperoleh modal dari utang pada biaya yang lebih rendah.
Dengan keuntungan dari biaya bunga yang lebih rendah, manajemen akan memilih untuk
mengadakan perjanjian yang akan membatasi tindakan mereka selanjutnya.
Cotter (Dalam Deegan, 2006) menyatakan bahwa perjanjian pengungkit seringkali
digunakan dalam kontrak pinjaman bank, dengan pengungkit (leverage) paling banyak
mengukur rasio total utang terhadap aset berwujud (tangible assets). Biaya perjanjian tambahan
yang membatasi jumlah utang yang aman biasanya dimasukkan dalam term perjanjian utang
pada perusahaan besar, yang ditetapkan berdasarkan persentase terhadap total aset berwujud.
Teori Akuntansi Positif mengasumsikan bahwa eksistensi kontrak utang memberikan
manajemen insentif lanjutan (ex post) untuk memanipulasi angka akuntansi. Sebagai contoh, jika
perusahaan secara kontrak setuju bahwa rasio utang pada total aset berwujud harus dijaga
dibawah nilai tertentu, maka jika nilai tersebut terlampaui yang menyebabkan kegagalan teknis
dari perjanjian pinjaman, manajemen akan memiliki insentif baik untuk menaikkan aset atau
menurunkan kewajiban.
Kontrak utang dapat membatasi teknik akuntansi yang dapat digunakan oleh perusahaan.
Manajemen memiliki berbagai cara untuk meminimalisir efek dari pembatasan berdasarkan
akuntansi yang telah ada. Oleh karena itu, kreditur harus sejak awal menetapkan semua metode
akuntansi yang harus digunakan manajemen. Namun untuk tujuan praktik, tidak memungkinkan
bagi kreditur untuk mencantumkan secara lengkap dalam kontrak. Sebagai konsekuensinya

manajemen memiliki kemampuan secara bebas untuk menentukan cara yang memungkinkan
mereka untuk melonggarkan efek dari batasan yang dinegosiasikan dengan kreditur.
VI.

Biaya Politis
Perusahaan, terutama perusahaan besar, kadang-kadang berada dalam pengawasan

berbagai kelompok, seperti pemerintah, kelompok karyawan, kelompok konsumen, kelompok


lingkungan, dan sebagainya. Contohnya ukuran suatu perusahaan seringkali digunakan sebagai
indikasi kekuatan pasar dan dengan sendirinya dapat menarik perhatian lembaga regulator.
Pemerintah dan kelompok kepentingan mungkin mengemukakan pandangan bahwa
organisasi tertentu menghasilkan laba yang berlebihan dan tidak membayar bagian yang wajar
kepada segmen lain dari masyarakat. Contohnya upah yang dibayar terlalu rendah, harga produk
terlalu tinggi, pembayaran pajak terlalu rendah, dan sebagainya.
Untuk mengurangi kemungkinan adanya perhatian politis yang merugikan dan biaya yang
meliputinya, perusahaan yang sensitif secara politis akan mengadopsi metode akuntansi yang
berpengaruh pada pengurangan dari laba yang dilaporkan. Pandangan bahwa rendahnya laba
yang dilaporkan akan membawa pada rendahnya pengawasan politis dan pada akhirnya
membawa pada rendahnya transfer kekayaan keluar perusahaan mengasumsikan bahwa manajer
dapat mengelabui mereka yang terlibat dalam proses politis dengan hanya mengadopsi metode
akuntansi tertentu.
VII. Kritik-kritik Terhadap Teori Akuntansi Positif
1. Teori Akuntansi Positif tidak memberikan rekomendasi yang berarti tidak menyediakan
alat untuk meningkatkan praktik akuntansi.
2. Teori Akuntansi Positif dianggap tidak bebas. Dalam Teori Akuntansi Positif tidak ada
panduan mengenai apa yang seharusnya dilakukan seseorang. Teori Akuntansi Positif

hanya menyediakan informasi mengenai efek dari tindakan tertentu dan menyerahkan
kepada orang lain tindakan apa yang akan dilakukan.
3. Asumsi bahwa setiap orang bertindak hanya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi
dianggap terlalu negatif dan terlalu menyederhanakan ditinjau dari sudut pandang
kemanusiaan.
4. Tidak ada perkembangan yang berarti sejak tahun 1970-an dengan tiga hipotesis kunci
(hipotesis rencana bonus, hipotesis utang, dan hipotesis biaya politis)
5. Teori Akuntansi Positif dianggap cacat secara ilmiah. Hipotesis yang dikemukakan Teori
Akuntansi Positif dianggap tidak berdasar sehingga harus ditolak.
6. Peneliti Teori Akuntansi Positif mengabaikan banyak hubungan organisasi-hubungan
khusus dan informasi yang digunakan hanya informasi yang dianggap relevan oleh
peneliti.
VIII. Referensi
Deegan, Craig. 2006. Financial Accounting Theory (Europe Edition). North Ryde: The McGrawHill Companies, Inc.
Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory. Toronto: Pearson Prentice Hall.
Fuadi, Muhammad. 2016. Makalah Teori Akuntansi Positif. http://magisterakuntansi.blogspot.co.id/2016/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html diakses pada
1 April 2016.
Jaluhita, Narendra. 2013. Teori Akuntansi Positif dan Akuntansi Normatif.
http://jaluhita056.blogspot.co.id/2013/01/teori-akuntansi-positif.html diakses pada 1 April
2016.

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI POSITIF


(Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi yang diampu
oleh Prof. Dr. Bambang Subroto, MM, Akt)

Oleh:
Chyntiayu Sathya Deviana

(135020301111082)

Prasidha Anjali Putri

(135020307111027)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

Anda mungkin juga menyukai