Kelainan Refraksi Miopi
Kelainan Refraksi Miopi
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Ad 1. Miopia
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata
tanpa akomodasi akan dibiaskan didepan retina. Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis
minus.
Bentuk dari Miopia menurut penyebabnya 13,14,15,16,17,18,19,20:
1.1. Miopia aksial
Diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal, walaupun
kornea dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi anatominya normal. Miopia
dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari tidak normalnya besar
segmen anterior, peripapillary myopic crescent dan exaggerated cincin skleral, dan
stafiloma posterior.
Ad 2. Hipermetropia
Hipermetropia (hyperopia) atau Far sightedness adalah suatu kelainan refraksi
daripada mata dimana sinar sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa
akomodasi dibiaskan dibelakang retina, oleh karena itu bayangan yang dihasilkan kabur.
Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis plus.
Struktur Hipermetropia berdasarkan pada konfigurasi anatomi dari bola mata :
2.1. Hipermetropia Aksial
Bola mata lebih pendek dari normal pada diameter antero-posterior, meskipun
media refraksi (misalnya lensa atau kornea) normal.
Ad 3. Astigmatisma
Astigmatisma adalah suatu kondisi dengan kurvatura yang berlainan sepanjang
meridian yang berbeda-beda pada satu atau lebih permukaan refraktif mata ( kornea,
permukaan anterior atau posterior dari lensa mata ), akibatnya pantulan cahaya dari suatu
sumber atau titik cahaya tidak terfokus pada satu titik di retina.
Pada astigmatisma, karena adanya variasi dari lengkungan kornea atau lensa pada meridian
yang berbeda-beda mencegah berkas sinar itu memfokuskan diri kesatu titik.
Jenis-jenis Astigmatisma
3.1. Astigmatisma Reguler
Secara teori, pada setiap titik pada permukaan yang lengkung, arah dari
kelengkungan yang terbesar dan yang terkecil selalu terpisah 90 derajat tetapi arah ini
bias beribah saat melewati satu titik ke titik yang lain. Bila meridian utama dari
astigmatisma mempunyai orientasi yang konstan pada setiap titik yang melewati pupil
dan apabila ukuran astigmatisma ini sama pada setiap titik. Kondisi refraktif ini
dikenal sebagai astigmatisma regular. Dan ini bisa dikoreksi dengan kacamata lensa
silindris.
Berdasarkan axis dan sudut antara 2 meridian utama, astigmatisma reguler dibagi atas:
3.1.1. Horizonto-vertikal astigmatisma
Dibagi dalam 2 bentuk :
3.1.1.1. Astigmatisma with the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian vertical lebih curam dari horizontal, dikoreksi
dengan lensa silindris positif dengan axis 9020 atau lensa silindris negatif dengan
axis 18020.
3.1.1.2. Astigmatisma against the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian horizontalnya lebih curam dari meridian vertical.
Koreksinya dengan lensa silindris positif dengan axis 18020 atau lensa silindris
negatif dengan axis 9020.
3.1.2. Astigmatisma oblique
Suatu bentuk regular astigmatisma dimana garis meridian utamanya tidak tegak lurus
tapi miring dengan axis 45 dan 135.
Ad 4. Afakia
Afakia secara literature berarti tidak adanya lensa dalam mata. Afakia akan
mengakibatkan Hipermetropia tinggi.
Penyebab :
1.
Kongenital.
Suatu keadaan yang jarang dimana lensa tidak ada sejak lahir.
2.
Post Traumatik.
Diikuti oleh trauma tumpul atau tembus, yang mengakibatkan subluksasi atau
dislokasi dari lensa.
4.
Optik Afakia dari mata : perubahan optik terjadi setelah keluarnya lensa.
1.
2.
3.
4.
Terapi : untuk mengkoreksi Afakia terdiri dari kacamata, kontak lensa, intraokular lensa.
Kelainan refraksi telah dilaporkan sebagai penyebab gangguan penglihatan yang
mencolok diberbagai belahan dunia. Prevalensi yang tinggi dari gangguan penglihatan
akibat kelainan refraksi juga telah dilaporkan terjadi diseluruh dunia, gangguan refraksi ini
dapat diterapi, dimana sebagian besar dapat dikoreksi.
Berdasarkan analisis WHO, diperkirakan terdapat 45 juta orang mengalami kebutaan
dan 135 juta orang dengan low vision atau terdapat kurang lebih 180 juta orang dengan
gangguan penglihatan diseluruh dunia.
Salah satu penyebab kebutaan adalah kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Hal; ini
dapat diketahui dari laporan-laporan penelitian mengenai kelainan refraksi. Kelainan
refraksi menjadi penyebab kebutaan ( ditandai dengan tajam penglihatan < 20/200 pada
mata yang terbaik ) pada 0,3% populasi did Andra Pradesh India. Prevalensi kebutaan
akibat kelainan refraksi pada usia 40 tahun atau lebih adalah 1,06% di Andra Pradesh India
dan 0,11% di Victoria Australia.
Prevalensi yang tinggi dari gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi yang tidak
terkoreksi atau koreksinya tidak optimal telah dilaporkan dalam 10 tahun terakhir ini dari
beberapa penelitian-penelitian survey, seperti Baltimore Eye Survey, The Blue Mountains
Eye Study, The Victoria Visual Impairment Project, dan Andra Pradesh Eye Diseases
Study.
Sebagian besar penelitian epidemiologi terhadap kelainan refraksi difokuskan pada
Miopia, mungkin hal ini disebabkan karena Miopia merupakan penyebab tersering
gangguan penglihatan pada kelainan refraksi.
Miopia juga dapat berhubungan dengan kelainan mata yang lain seperti retinal
detachment dan myopic retinal degeneration, dimana hal ini dapat mengakibatkan
hilangnya penglihatan.
Pedesaan Kabupaten Langkat pada tahun 2007 ini memiliki sarana kesehatan yang cukup
memadai yaitu : 28 buah Puskesmas, 153 Puskesmas pembantu dan 1.256 buah Pos Yandu
yang semuanya tersebar di tiap Kecamatan22.
Banyaknya sarana / pelayanan kesehatan menurut Kecamatan
Bahorok
Puskesmas
pembantu
7
Salapian
11
10
25
Sei Bingei
10
16
Kuala
18
Selesai
10
13
Binjai
Stabat
12
10
Wampu
Batang
Serangan
Sawit Seberang
13
Padang Tualang
10
Hinai
50
Secanggang
10
15
Tanjung Pura
19
Gebang
10
Babalan
Sei Lepan
14
Brandan Barat
Besitang
10
11
11
Pangkalan Susu
17
153
110
14
260
Kecamatan
Puskesmas
Balai
Pengobatan
9
Rumah
Bersalin
0
Pos Yandu
22
Serapit
Kutambaru
Pematang Jaya
Jumlah Total
28
Sumber : BPPS Kabupaten Langkat