Anda di halaman 1dari 27

Kuliah 3

oleh : H. ABIDIN
LATING
Kebijakan Umum Orde Baru
selama 32 tahun, bertopang pada
4 kebijakan utama
I. KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO yang meliputi :
1.1 kebijakan Balanced Budget yang
mempertautkan bantuan luar negeri dalam
anggaran dengan alokasi sektoral yang
mengutamakan prasarana ekonomi dan sosial.
1.2 Kebijakan Moneter dan Perbankan yang
bersifat hati-hati (Prudent) guna memelihara
nilai tukar mata uang asing yang terbuka dan
mengambang.
1.3 Kebijakan Perdagangan Luar Negeri dan
Neraca Pembayaran yang berorientasi pada
Ekspor sebagai faktor pendorong pembangunan
II. Kebijakan Perombakan Struktur Ekonomi
dari pola ekonomi penghasil bahan mentah menjadi
ekonomi industri penghasil barang jadi. Dampak
kebijakan ini lahirnya kelompok masyarakat dengan
profesi baru yang menimbulkan Diversifikasi
struktur masyarakat.
III. Kebijakan Kependudukan (ZPG)
guna meningkatkan usia harapan hidup
peningkatan kesehatan dan pendidikan, agar
mampu menanggapi perubahan-perubahan
struktur.
IV. Kebijakan Stabilitas Politik
untuk menjamin iklim politik yang kondusif bagi
terlaksananya Pembangunan Nasional.
Arah Jangka Panjang “EKONOMI-INDONESIA”
1. Meningkatnya pendapatan nasional dan menjamin pembagian
pendapatan yang merata.
2. Memperkuat usaha pembinaan dan stabilitas nasional yang sehat dan
dinamis.
3. Memperluas partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan.
4. Meningkatkan perluasan lapangan kerja.
5. Pengaturan pertumbuhan penduduk serta penyebaran yang lebih wajar.
6. Perubahan Fundamental dalam struktur ekonomi
# Produksi Nasional yang berasal dari sektor pertanian harus semakin
kecil peranannya, sedang peranan produksi nasional diluar sektor
pertanian semakin besar.
# Komposisi Ekspor Indonesia, diupayakan lebih banyak terdiri dari
bahan-bahan yang telah diolah dan barang jadi.
7. Pengarahan Dana-dana dalam negeri yang semakin meningkat,
sedangkan dana dari luar negeri dimanfaatkan sebagai pelengkap.
8. Pemanfaatan Sumber-sumber Alam Secara Rational, guna melestarikan
sumber-sumber tersebut serta peningkatan kemampuan dan
pemanfaatan teknologi dan penggunaan modal asing, sepanjang tidak
mengakibatkan ketergantungan dan merugikan kepentingan nasional.
“Tantangan yang dihadapi Kedepan dalam
PjPII”
I. Peningkatan Kualitas SDM
II. Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja pada awal PjPII
diperkirakan sebesar 2,4% pertumbuhan
penduduk ± 1,98%.
III. Perluasan Lapangan Kerja dan Perluasan Usaha,
guna mengatasi Pengangguran.
IV. Kesenjangan antar berbagai kalangan (Kota,
Desa, Kaya, Miskin, Jawa, luar Jawa, KTI, KBI
antar sektor)
V. Penanggulangan Kemiskinan dan Ketimpangan
Pembangunan antar kalangan
Reformasi “Bidang Ekonomi”
Agenda Sekarang Yang direformasi
* Landasan Bertumpu pada kekuasaan Demokratisasi, ekonomi nasional
Dasar negara

* Strategi Pertumbuhan berdasarkan Pertumbuhan kekuatan ekonomi rakyat,


Dasar konglomerat sistem pemerataan dan pertumbuhan yang
berkelanjutan
* Sistem Bank sebagai alat penguasa Fungsi bank sebagai pengendali
Moneter/ dalam mengumpulkan dana moneter dan penggerak roda ekonomi
Perbankan masyarakat yang independent
* Sistem Sentralistik dan berpihak kepada Ketahanan ekonomi yang tidak
Fisikal pemilik modal besar tergantung pada pemerintah

*Strategi Sentralisasi, monopoli hulu hilir Pemberdayaan industri kecil. Industri


Industri kerancuan comparative berdasarkan kompetensi SDM dan
advanteges dan lompatan SDA untuk menumbuhkan ekonomi
teknologi rakyat
*Iklim Usaha Tergantung pada fasilitas -Penghapusan KKN
dankoneksi (Praktek KKN) - Fair Play Competation
Masalah Ekonomi Indonesia Orde Reformasi
(1998- kini)
I. Kondisi Makro ekonomi mengalami kemerosotan sejak Mei
1997 menyebabkan krisis kepercayaan skala nasional dan
kemampuan produksi menurun tajam dan meningkatnya
pengangguran (PHK)
II. Krisis kepercayaan dari ekonomi menyebabkan variabel-
variabel harga melonjak, nilai tukar melemah, suku bunga
tinggi dan inflasi meningkat 80%-130%.
III. Meningkatnya Non Performing Loan dari Perbankan
Nasional serta rendahnya tingkat kepercayaan.
IV. Impor barang, menurun tajam, serta bunga hutang luar
negeri yang didorong Impor bahan pangan (beras, BBM).
Sehingga dapat berpotensi terjadi deficit transaksi berjalan.
V. Deficit Neraca Modal, karena terhentinya aliran modal
masuk dan meningkatnya aliran modal keluar (Capital
Flight) sebagai akibat gejolak politik dalam negara yang
mengakibatkan defisit Neraca Pembayaran dan
menurunnya devisa.
VI. Perlu pemulihan stabilitas Makro, untuk meningkatkan
kegiatan sektor Rill (industri, perdagangan, dll.)
Kebijakan Penanggulangan selama
Orde Reformasi

I. KEBIJAKAN FISKAL:
1. mempertahankan Defisit Anggaran pada batas
minimum dengan pengeluaran secara disiplin.
2. Pengeluaran difokuskan dalam menciptakan
kesempatan kerja, pengendalian subsidi dan
pemerataan.
3. Peningkatan penerimaan dalam negeri melalui
intensifikasi pajak dan perbaikan administrasi
pajak.
4. Monitoring dan transparansi proyek-proyek
pemerintah guna meningkatkan efficiency
pengeluaran dan pemborosan
II. KEBIJAKAN MONETER
1.Pemantauan dan pengelolaan biaya restrukrisasi
perbankan agar tidak melampaui kemampuan
anggaran Negara (BPPN).
2. Bank Indonesia segera menghentikan “Moral Hazard”
akibat jaminan yang diberikan oleh perbankan nasional
dan pemberian pinalti dan proses hukum.
3. Kontraksi Moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (SBI)
dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
effektivitas dan biaya yang harus ditanggung Bank
Indonesia.
4. Peningkatan kemampuan Monitoring, diperlukan
syarat administrasi bagi lalu lintas Modal keluar serta
modal/valuta asing yang masuk.
Masalah Ekonomi Mikro-Orde
Reformasi
I. Ekonomi Mikro yang meliputi (kondisi sektoral dan industri
perusahaan) disebabkan oleh ekonomi Makroyang terguncang
serta kondisi sektoral masing-masing.
II. Dampak krisis ekonomi Makro bagi kegiatan Mikro tergantung
faktor:
# ketergantungan pada valuta asing (Impor modal)
# ketergantungan pada modal kerja (kredit bank)
# ketergantungan pada jasa perbankan (LC)
# menurunnya daya beli masyarakat (Purchasing Power)
III. Kondisi sektor perbankan adalah sumber masalah Mikro yang
berpotensi pada sektor lain. Penyehatan perbankan mendapat
perioritas utama dalam penanganan krisis.
IV. Prioritas penanganan sektor Mikro didasarkan pada kriteria:
# kemampuan meredam inflasi/gejolak harga pada komodity
pertanian dan industri makanan.
# mampu meredam gejolak pengangguran sektor pertanian dan
industri manufactur padat karya.
# mampu menciptakan pemerataan kegiatan skala
kecil/menengah.
# meredam menghasilkan devisa Netto : kegiatan Export Primer
Kebijakan Pendapatan:
1.Pengendalian inflasi tinggi akan mempengaruhi
daya beli masyarakat dan meningkatkan tekanan
pada tingkat upah.
2. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang adil
dan profesional dalam perundingan masalah upah
antara buruh dan pengusaha. Dan tidak
menentukan upah minimum.
3. Fungsi pemerintah adalah meningkatkan
produktivitas pekerja melalui program
pendidikan/penelitian/kesehatan dan gizi serta
penyediaan arus informasi.
Kebijakan Penanganan Hutang Luar
Negeri
1. Peranan pemerintah harus dibatasi secara
tegas dalam penanganan hutang swasta yang
berjumlah (± US $ 45,5 Milyar tahun 2005)
dari total US $ 190 Milyar. Dan hanya
bertindak sebagai fasilitator/negosiator serta
meminimalkan moral Hazard dan berdisiplin.
2. Keterlibatan langsung Pemerintah dalam
proses penjadwalan ulang, diterapkan prinsip
transparansi, dan konsisten.
3. Pemerintah hanya membantu hutang luar
negeri yang bercirikan:
- Orientasi Export
- menghasilkan bahan baku industri strategis
- menciptakan lapangan kerja yang signifikan
- track record dan kesehatan perusahaan
sebelumnya
Kebijakan Sisi Penawaran :
1. Pemerintah harus mengurangi ketidak pastian (Country
Risk), melalui solusi masalah politik dan keamanan dan
menciptakan kepastian hukum. Ini sebagai syarat
(Necessery Condition) bagi aktivitas ekonomi baik dalam
maupun luar negeri guna meningkatkan produksi,
struktur produksi dan iklim persaingan.
2. Pembenahan institusi perbankan harus dijadwalkan
secara tegas dan indikator yang jelas bagi penyelesain
bank bermasalah, serta dukungan perangkat hukum dan
peraturan.
3. Subsidi produksi (pengadaan bahan baku, biaya modal
kerja) perlu dilakukan secara selektif untuk produk-
produk esensial (beras, gula, minyak goreng) dengan
sistem monitoring yang transparan dan accountable.
Impor barang kebutuhan pokok, perlu ditunjang dengan
Loby Internasional guna mendapatkan skema
pembayaran yang paling ringan/hibah/
4. Meneruskan pola jaminan L/C dari Bank Indonesia,
sebagai fasilitator untuk mengawasi masalah-masalah
dilapangan.
Kebijakan Mikro Ekonomi:
1. Kebijakan utama sektor Mikro, bertujuan memperlancar
masuknya pelaku bisnis sebagai pelaku baru, guna
mendorong kegiatan produksi dan distribusi.
2. Pelaku bisnis pada dasarnya memiliki karakteristik
“Homo Economicus” sehingga pemerintah wajib
memenuhi kelengkapan UU anti monopoli, UU
persaingan, UU perlindungan konsumen, UU perburuhan
dll. Untuk menengah tingkah laku pebisnis yang
merugikan negara.
3. Terbatasnya kemampuan pemerintah dalam
interverensi pasar dan stabilitas harga, maka perioritas
pada sektor industri dengan kriteria sebagai berikut:
 Mampu menghasilkan devisa
 Menciptakan kesempatan kerja melalui industri padat
karya
 Memperbaiki distribusi kelompok kecil menengah
 Pengadaan barang kebutuhan pokok (pangan, obat-
obatan)
Kebijakan
Industrialisasi Pajak

Membutuhkan Tabungan Negara


pembiayaan (surplus APBN)
Foreign Loan
Proses
industrialisasi

Hemat Ciptakan
devisa devisa

Pelaksanaan Peningkatan
subtitusi import Volume export
Masalah-masalah: Masalah-masalah:
1. Kualitas produk lebih Intern:
rendah, terutama pada 1. Sikap mental pengusaha
awal produksi
2. Daya saing komoditas
2. Biaya produksi tinggi 3. Kelembagaan
dan menurunkan daya
saing. 4. Promosi dan sarana
promosi
3. Efficiency alokasi faktor
Ekstern:
(Proteksi)
1. Proteksionisme
4. Rendahnya teknologi
2. Quota dan Jumping Sistem
dan entrepreneur
3. Perjanjian Regional
(Preferency)
4. Hambatan Proses dural
Kebijaksanaan Moneter dan
Perbankan di Indonesia
Perkembangan sejak Orde Baru (1967) dibagi dalam
4 periode:
1. Periode Stabilisasi dan Rehabilitasi 1967-1973
2. Periode Bonanza Oil 1980-1987
3. Periode Deregulasi 1987-1997
4. Periode Linguidasi dan Rekapitalisasi 1998-
sekarang (BPPN)
I. Kebijakan: - Pengendalian Inflasi dibawah 10%
- Peningkatan Ekspor (Keseimbangan
Neraca Pembayaran)
- Pencukupan sandang dan pangan
II. Kebijakan: - Penetapan laju kreditor (Cliring Credit)
- Menaikkan suku bunga kredit, bank-bank
pemerintah
- Menaikkan suku bunga deposito
- Menaikkan prosentase cadangan liqwiditas
wajib
III. Kebijakan: - Tight Money Policy (Penjadwalan ulang
proyek besar yang menggunakan devisa
luar negeri.
- Paket-paket kebijaksanaan: PakJun, Pakto,
Pakdes, Pakmar, Paktri, Pakmei
IV. Kebijakan: - Liqwidasi bank-bank bermasalah
- BPPN (proses Rekapitalisasi)
Paket Deregulasi Perbankan
Juni 1983
Kebijakan ini bersifat struktural dan mendasar.
I. Penghapusan Pagu Kredit dan Aktiva lainnya
sebagai Instrumen pengendali Moneter
II. Pengurangan KLBi (Kredit Liqwiditas Bank
Indonesia) kecuali untuk sektor-sektor yang
berpotensi tinggi (peningkatan ekspor dan usaha
kecil).
III. Pemberian kebebasan bagi bank-bank untuk
menentukan suku bunga, sumber dana deposito,
maupun tingkat bunga kredit, kecuali sektor-sektor
yang diprioritaskan
Paket Deregulasi Perbankan
27 Oktober 1988
1. Pengerahan dana masyarakat (kemudahan
pembukaan Bank/BPR)
2. Peningkatan Export Non Migas. (pembentukan
Bank Devisa dan izin Money Changer)
3. Kemampuan pengendalian kebijakan moneter
(Liqwiditas wajib minimum dari 15%-2%)
4. Iklim pengembangan Pasar Modal (pajak atas
bunga deposito dan tabungan)
Tolak Ukur Pembangunan
“Ekonomi Indonesia”
1. Pertumbuhan Ekonomi
2. Perubahan Struktur Ekonomi
3. Pengendalian Perkembangan Penduduk
4. Peluasan Kesempatan Kerja
5. Pengurangan Kemiskinan
6. Pemerataan Pembangunan
7. Peningkatan Swadaya Masyarakat
8. Peningkatan Kedaulatan Ekonomi Nasional
9. Perkembangan Partisipasi Masyarakat
10. Perkembangan Tata Ekonomi Nasional
11. Stabilitas Nasional
12. Peningkatan Taraf Modernisasi
13. Kesimbangan dan Kelestarian Alam
14. Pola Konsumsi
Growth economic growth
Population growth

Economic
Development
Changes structur changes
value of changes
7 Langkah Mengatasi Perekonomian disaat
Krisis Global
Sejak awal tahun 2009 pemerintahan telah menetapkan
beberapa agenda dalam bidang Ekonomi :
Mengatasi terjadinya Pengangguran Baru :
Akibat krisis keuangan global, diperkirakan tahun 2009 terjadi
PHK. Untuk mengatasinya diperlukan hal yang dilakukan :
a. Pembiyaan pelatihan tenaga kerja, pelatihan kewirausahaan
dan penyaluran tenaga kerja, yang dilakukan Depnaker bekerja
sama dengan dinas terkait didaerah.
b. Pembangunan INFRASTRUCTUR untuk meningkatkan sektor riil
(Agrobisnis industri makanan dan bisnis bidang industri)
pembangunan ruas jalan dikawasan perbatasan, pulau
terpencil dan terluar, rehabilitasi KA dan Bandara serta
jaringan listrik dan Telekomunikasi, ketahanan pangan nasional
dan pelabuhan perikanan.
2. Mengelola Inflasi pada Batas Tertentu:
Target pada tingkat satu digit, sehingga daya
beli tetap terjaga. Memelihara ketahanan Sistem
Keuangan dan Nilai tukar rupiah.
Perkiraan Inflasi tahun 2009:
- 5%-7% (Bank Indonesia)
- 7% ( Bank Dunia)
- 6% ( APBN-P)

3. Menjaga Pergerakan Sektor Riil:


Dalam APBN 2009 Pemerintahan menyiapkan
tambahan dana stimulus berupa incentive Fisikal
Rp 56,3 Triliyun (Tarif PPh, PPn, Pajak lainnya)
Stimulus belanja Rp 17 Triliyun terdiri dari
infrastructur Rp 12,2 triliyun dan 4,8 triliyun untuk
subsidi langsung dan energi
4. Mempertahankan Daya Beli Masyarakat:
Menurunkan BBM, peningkatan Belanja Pegawai, TNI dan
Polri pensiunan dan bantuan lain, bukan pegawai

5. Melindungi Masyarakat Miskin:


Pada tahun 2009 terus dijalankan 3 kelompok program
pengentasan kemiskinan:
Program Bantuan dan Perlindungan Nasional antara lain:
- Bantuan Lansung Tunai (BLT)
- Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
- Jaminan Kesehatan Masyarakat (JamKesMas)
- Beras Miskin (Raskin)
- PKH
- PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri.
- KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan UMKM dedaerah terisolir
dan tertinggal.
6. Memelihara Kecukupan Pangan dan Energi:
 Peningkatan Stock beras secara nasional
 Intensifikasi peningkatan produksi; melalui subsidi
pupuk dan benih serta stabilitasasi harga pangan
pokok (Minyak goreng, kedelai dan terigu)
 Peningkatan diversifikasi bahan bakar nabati dan
produksi minyak mentah, serta pembangunan
Stasiun Bahan Bakar Elpiji yang dikelola swasta
7. Menjaga Pertumbuhan Ekonomi:
Stimulus Ekonomi dan mengandalkan kekuatan pasar
domestic diharapkan menjaga pertumbuhan Ekonomi
Stimulus diarahkan pada program yang berdampak pada
lapangan kerja dan peningkatan daya beli
Krisis global: ekspor turun, tapi pasar domestic dapat
ditingkatkan guna menjaga pertumbuhan Ekonomi.
Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi oleh Lembaga:
ADB : 4.4
Bank Dunia : 4.5
IMF : 4.5
Bank Indonesi : 4.9 Pada tahun 2009
Pemerintah : 4.5
Deutshe Bank : 4.5
Economist : 3.3

Anda mungkin juga menyukai