Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sebagian besar masalah bayi baru lahir berasal dari ketidakmampuan mereka
menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk yang dapat dipahami orang
lain dan ketidakmampuan mereka memahami kata dan isyarat yang digunakan orang
lain. Ketidakberdayaan ini berkurang dengan cepat pada awal tahun kehidupan, pada
waktu anak dapat mengendalikan otot yang diperlukan untuk mekanisme komunikasi.
Kemampuan berbicara merupakan hal yang penting dalam kehidupan anak,
yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara
lain anak mungkin bisa berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum
mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok tersebut. Seperti perkembangan
dalam bidang lainnya, tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan
bicara anak, dimana dasar untuk perkembangan bicara berada dalam masa tersebut.
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada
anak. Menurut NCHS, berdasarkan laporan orang tua (diluar gangguan pendengaran
serta palatoskisis), terdapat 0.9% kejadian pada anak dibawah umur 5 tahun dan 1.94%
pada anak usia sekolah, dimana angka kejadianya 3.8 kali lebih tinggi dibandingkan
hasil wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada
anak adalah sekitar 4-5%.
Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebab dari gangguan bicara dapat
segera

dicari, sehingga pengobatan serta pemulihannya dapat dilakukan sedini

mungkin. Contohnya, pada seorang anak dengan tuli konduksi tetapi cerdas yang
terlambat mendapat alat bantu pendengaran dan terapi wicara, serta tidak diberi
kesempatan mengembangkan sistem komunikasi non verbal pada dirinya sendiri
sebelum usia 3 tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya supaya bisa berbicara yang
dapat dimengerti, jelas dan terang telah hilang.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Speech Disorder

Page 1

Menjelaskan mengenai definisi, epidemologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi


klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan dari Speech Disorder.
1.3. TUJUAN
Diharapkan untuk mahasiswa/i, khususnya Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Al-Azhar agar dapat mengetahui dan memahami mengenai masalah Speech
Disoder.

BAB II
Speech Disorder

Page 2

PEMBAHASAN
2.1. Fisiologi Bicara 1
Terdapat dua aspek dalam proses terjadinya bicara, yaitu aspek sensorik (input bahasa)
dan motorik (output bahasa). Aspek sensorik meliputi pendengaran, penglihatan, dan
rasa raba yang berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat, dan dirasa. Aspek
motorik melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.
Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat
bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta, satu pusat
lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan.
Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau system susunan saraf pusat.
Kedua

pusat

bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area

Wernicke,

merupakan pusat persepsi auditoroleksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian


segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 Broadman adalah
pusat persepsi visuoleksik yangmengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu
yang bersangkutan dengan bahasa tulis.Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa
ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan
masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane
timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah
ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk
pendengaran yang disebut koklea. Saat gelombang suara mencapai koklea maka impuls
ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area
Wernicke. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi,
diteruskan

ke

area

motorik

di

otak

yang

mengontrol

gerakan

bicara.

Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh
aliran udara dari paruparu sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah
dan palatum (langitlangit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi system saraf
motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Untuk dapat mengucapkan katakata sebaikbaiknya, sehingga bahasa yang
didengar dapat ditangkap dengan jelas dan setiap suku kata dapat terdengar secara
terinci, maka, mulut, lidah, bibir, palatum mole dan pita suara, serta otototot pernafasan
harus melakukan gerakan sempurna.Bila ada salah satu gerakan tersebut diatas
Speech Disorder

Page 3

terganggu, timbullah cara berbahasa yang kurang jelas ada katakata yang seolaholah
ditelan terutama pada akhir kalimat.
Tahap perkembangan bicara dan bahasa pada anak normal tampak pada table berikut:
Umur
(bulan)
1

Bahasa reseptif

Bahasa ekspresif

(bahasa pasif)
(bahasa aktif)
Kegiatan anak terhenti Vokalisasi yang masih
akibat suara

Tampak

sembarang, terutama huruf


hidup
mendengarkan Tanda-tanda

vokal

ucapan pembicara, dapat menunjukkan


tersenyum

yang

perasaan

pada senang, senyum sosial

pembicaraan
Melihat kearah pembicara

terhadap pembicara
Memberi tanggapan yang Jawaban vokal terhadap
berbeda

terhadap

Tersenyum sebagai jawaban

suara rangsang sosial

bernada marah/ senang


Bereaksi
terhadap Mulai meniru suara

panggilan namanya
Mulai mengenal kata-kata Protes

da da, papa, mama


kerana kegirangan
Bereaksi terhadap kata-kata Mulai menggunakan suara

naik, kemari, dada


mirip kata-kata kacau
Menghentikan aktifitas bila Menirukan rangkaian suara

namanya dipanggil
Menghentikan kegiatan bila Menirukan rangkaian suara

10

dilarang
Secara tepat

11

variasi suara tinggi


muncul
Reaksi terhadap pertanyaan Kata-kata

12

menirukan Kata-kata

vokal,

berteriak

pertama

mulai

kacau

mulai

sederhana dengan melihat dapat dimengerti

dengan

atau menoleh
baik
Reaksi dengan melakukan Mengungkapkan kesadaran
gerakan terhadap berbagai tentang obyek yang telah
pertanyaan verbal

15

namanya
Mengetahui dan mengenali Kata-kata
nama-nama bagian tubuh

Speech Disorder

akrab

Page 4

dan

menyebut
yang

benar

terdengar diantara kata-kata

yang kacau, sering dengan


18

Dapat

disertai gerakan tubuhnya


dan Lebih banyak menggunakan

mengetahui

mengenali gambar-gambar kata-kata daripada gerakan


obyek yang sudah akrab untuk
denganya
21

jika

obyek keingingannya.

tersebut disebut namanya


Akan mengikuti petunjuk Mulai
yang

mengungkapkan

berurutan

mengkombinasikan

(ambil kata-kata

(mobil

papa,

topimu dan letakkan di atas mama berdiri)


24

meja)
Mengetahui lebih banyak Menyebut nama sendiri
kalimat yang lebih rumit

Perkembangan bicara normal melalui beberapa tahapan perkembangan bicara


yaitu coding, babbling, echolalia, jargon, kata dan kombinasi kata dan pembentukan
kalimat, seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel perkembangan bicara normal

Pendengaran dan Pengertian


Bicara
4-8 bulan:
Mata bergerak ke arah suara
Babbling dengan berbagai huruf awal
Respons terhadap suara
b, p, m
Perhatian terhadap mainan yang
Suara kegembiraan atau sedih
mengeluarkan suara
Suara saat sendiri atau bermain
Pengertian terhadap musik
7-12 bulan:
Mengerti permainan ciluk-ba
Babbling dengan kata panjang dan
Menoleh dan melihat ke arah suara
pendek seperti tata, bibibi
Mendengarkan saat orang berbicara

Menggunakan kata atau suara untuk


Mengerti beberapa kata: sepatu,
mendapat perhatian
gelas

Mengucapkan 1-2 kata


Respon
terhadap
permintaan
sederhana seperti ke sini, mau lagi
1-2 tahun:
Menunjuk anggota tubuh
Kata-kata bertambah tiap bulan
Mengikuti perintah dan permintaan Menggunakan 1-2 kata tanya
Mengucapkan dua kata bersamaan
yang mudah
Mendengar cerita sederhana, lagu Mengucapkan 10 kata saat usia 19
dan irama
Menunjuk gambar sesuai dengan

Speech Disorder

bulan

Page 5

namanya
2-3 tahun:
Mengerti perbedaan dengan artinya
Mempunyai kata untuk semua benda
Mengikuti 2 tahap perintah: ambil Berbicara dengan 2-3 kata dalam
buku itu dan letakkan di meja

kalimat

2.2. Definisi Speech Disorder 1,2


Bicara dan bahasa merupakan dua istilah yang berbeda, yang mana penggunaan
istilah ini terkadang sering kali dipertukarkan. Bahasa mencakup setiap sarana
komunikasi dengan menyimpulkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan maksud
kepada orang lain, termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas
seperti : tulisan, bicara, bahasa, simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim, dan seni.
Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakkan artikulasi atau kata untuk
menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling
efektif, maka penggunanya pun juga paling luas dan paling penting. Masalah bicara
dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih.
Gangguan bicara adalah gangguan yang berhubungan dengan intensitas dan
penekanan bunyi dengan kesulitan menghasilkan bunyi yang spesifik untuk bicara atau
gangguan dalam kualitas suara. Gangguan perkembangan ini berhubungan erat dengan
umur, jenis kelamin, dan latar belakang budaya.
Gangguan bicara terdiri

dari masalah

artikulasi, masalah

suara

(resonance disorders), masalah kelancaran berbicara (fluency), dan afasia (kesulitan


dalam menggunakan katakata, biasanya akibat cedera otak). Masalah artikulasi
mencakup kesulitan memproduksi suara atau mengucapkan kata yang salah. Masalah
kelancaran bicara mencakup masalah gagap (stuttering) yang merupakan kondisi
dimana kelancaran bicara terganggu akibat abnormal stoppages, pengulangan (st-ststuttering), atau suara prolong (ssssstuttering). Sedangkan masalah resonansi mencakup
masalah nada, volume, atau kualitas suara anak.1
2.3. Prevalensi Speech Disorder 2
Perkembangan normal bicara dan bahasa dapat diprediksi dengan kemampuan
anak untuk mendengar, melihat, mengolah, dan mengingat. Gangguan bicara dan
bahasa merupakan gangguan perkembangan yang banyak ditemukan pada anak usia 316 tahun. Prevalensi dari gangguan ini berkisar antara 1-32% yang dipengaruhi oleh
umur saat ditemukan dan metode diagnosis yang digunakan.

Speech Disorder

Page 6

Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Gangguan
keterlambatan bicara terjadi sebanyak 20% pada anak umur 2 tahun dan 19% pada
anak umur 5 tahun. Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja.
Laki-laki memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada
wanita.
2.4. Etiologi Speech Disorder 2
Penyebab kelainan berbahasa ada bermacam-macam yang melibatkan
berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi : antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya.
Seorang anak mungkin kehilangan pendengaran sensoneural dari sedang sampai berat.
Sedangkan yang lain mungkin kehilangan pendengaran konduksi berulang, sehingga
kemampuan bicara keseluruhannya menurun. Demikian pula suatu gangguan bicara
(disfasia) dapat terjadi tanpa adanya cedera otak atau keadaan lainnya. Blagger (1981)
membagi penyebab gangguan bicara dan bahasa sebagai berikut:
Penyebab

Efek pada perkembangan bicara

1. Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang

Terlambat

b. Tekanan keluarga

Gagap

c. Keluarga bisu

Terlambat pemerolehan bahasa

d. Di rumah menggunakan bahasa


bilingual

Terlambat pemerolehan struktur bahasa

2. Emosi
a. Ibu yang tertekan

Terlambat pemerolehan bahasa

b. Gangguan serius pada orang tua

Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa

c. Gangguan serius pada anak

Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa

3. Masalah pendengaran
a. Kongenital

Terlambat/gangguan bicara yang permanen

b. Didapat

Terlambat/gangguan bicara yang permanen

4. Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat

Terlambat bicara

b. Perkembangan lambat, tetapi masih

Terlambat bicara

Speech Disorder

Page 7

dalam batas rata-rata


c. Retardasi mental

Pasti terlambat bicara

5. Cacat bawaan
a. Palatoschizis

Terlambat dan terganggu kemampuan bicaranya

b. Sindrom down

Kemampuan bicaranya lebih rendah

6. Kerusakan otak
Mempengaruhi
a. Kelainan neuromuskular

kemampuan

mengisap,

menelan,
mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan
bicara
dan artikulasi seperti disartria

b. Kelainan sensorimotor

Mempengaruhi kemampuan mengisap


dan menelan, akhirnya menimbulkan gangguan
artikulasi, seperti dispraksia
Berpengaruh pada pernafasan, makan dan

c. Palsi serebral

timbul
juga masalah artikulasi yang dapat
mengakibatkan disartria dan dispraksia

d.Kelainan persepsi

Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa,


simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya
menimbulkan kesulitan belajar di sekolah

Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu
harus dicari dalam keluarga apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga. Di
samping itu kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan.
Hal ini karena pada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri
lebih baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik,
yaitu untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.
Sedangkan Aram DM (1978), mengatakan bahwa gangguan bicara pada anak
dapat disebabkan oleh kelainan di bawah ini:
Speech Disorder

Page 8

1. Lingkungan sosial anak


Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan
perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan
gangguan bicara dan bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/ input
Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak.
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak
dengan otitis media kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami
keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan
bicara juga terdapat pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli
primer), tuli neurosensorial (infeksi intra uterin: sifilis, rubella, toksoplasmosis,
sitomegalovirus), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral
(sama sekali tidak dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (terjadi
kegagalan integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang
menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme infantile, keadaan
cemas dan reaksi psikologis lainnya.
Pola bahasa juga akan terpengaruh pada anak dengan gangguan
penglihatan yang berat, demikian pula dengan anak dengan defisit taktil-kinestetik
akan terjadi gangguan artikulasi.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan susunan saraf puast akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi,
formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktivitas dan kemampuan intelektual
dari anak. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental,
misalnya pada Sindrom Down.
4. Sistem produksi
Sistem produksi suara seperti laring, faring, hidung, struktur mulut, dan mekanisme
neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi
laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,
faring, dan rongga mulut.
2.5. Patofisiologi Speech Disorder 2
Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi: pertama, aspek sensorik (input bahasa),
yang melibatkan telinga dan mata, dan kedua, aspek motorik (output bahasa), yang
melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.1

Speech Disorder

Page 9

Urutan proses komunikasi-input bahasa dan output bahasa adalah sebagai


berikut:
1. Sinyal bunyi mula-mula diterima oleh area auditorik primer yang nantinya akan
menyandikan sinyal tadi dalam bentuk kata-kata
2. Kata-kata lalu diinterpretasikan di area Wernicke
3. Penentuan buah pikiran dan kata-kata yang akan diucapkan juga terjadi di dalam
area Wernicke
4. Penjalaran sinyal-sinyal dari area Wernicke ke area Broca melalui fasikulus arkuatus
5. Aktivitas program keterampilan motorik yang terdapat di area Broca untuk
mengatur pembentukan kata
6. Penjalaran sinyal yang sesuai ke korteks motorik untuk mengatur otot-otot bicara.
Apabila terjadi kelainan pada salah satu jalannya impuls ini, maka akan terjadi
kelainan bicara.

Apek sensorik pada komunikasi


Bila ada kerusakan pada bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual pada
korteks, maka dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata yang
diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-berturut disebut
sebagai afasia reseptif auditorik dan afasia reseptif visual atau lebih umum , tuli
kata-kata dan buta kata-kata (disebut juga disleksia).4
Afasia Wernicke dan Afasia Global
Beberapa orang mampu mengerti kata-kata yang diucapkan atau pun
kata-kata yang dituliskan namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang

Speech Disorder

Page 10

diekspresikan. Keadaan ini sering terjadi bila area Wernicke yang terdapat di
bagian posterior hemisfer dominan girus temporalis superior mengalami
kerusakan atau kehancuran. Oleh karena itu, tipe afasia ini disebut afasia
Wernicke.
Bila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar (1) ke belakang
ke regio girus angular, (2) ke inferior ke area bawah lobus temporalis, dan (3) ke
superior ke tepi superior fisura sylvian, maka penderita tampak seperti benarbenar terbelakang secara total (totally demented) untuk mengerti bahasa atau
berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderita afasia global.
Aspek motorik komunikasi
Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental: (1) membentuk buah
pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akan digunakan, kemudian
(2) mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri.
Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area
asosiasi sensorik otak. Sekali lagi, area Wernicke pada bagian posterior girus
temporalis superior merupakan hal yang paling penting untuk kemampuan ini. Oleh
karena itu, penderita yang mengalamai afasia Wernicke atau afasia global tak
mampu memformulasikan pikirannya untuk dikomunikasikan. Atau, bila lesinya tak
begitu parah, maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun
tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama
untuk mengekspresikan pikirannya. Seringkali, penderita fasih berkata-kata namun
kata-kata yang dikeluarkan tidak beraturan.4
Afasia motorik akibat hilangnya Area Broca
Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin
dikatakannya, dan mampu bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem
vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Efek ini, disebut
afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, yang terletak
di regio prefontal dan fasial premotorik kortekskira-kira 95 persen
kelainannya di hemisfer kiri. Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang
dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot-otot
lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini.
Artikulasi

Speech Disorder

Page 11

Kerja artikulasi berarti gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita


suara, dan sebagainya, yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan
perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regio fasial dan laringela
korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebelum, ganglia basalis, dan
korteks sensorik semuanya membantu mengatur urutan dan intensitas dari
kontraksi otot, dengan mekanisme umpan balik sereberal dan fungsi ganglia
basalis. Kerusakan setiap regio ini dapat menyebabkan ketidakmampuan parsial
atau total untuk berbicara dengan jelas.
2.6. Manifestasi Klinis Speech Disorder
Aram DM (1978) dan Towne (1983), mengatakan bahwa dicurigai adanya gangguan
perkembangan kemampuan bahasa pada anak, kalau ditemukan gejala-gejala seperti
berikut 3
1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap
suara yang datang dari belakang atau samping.
2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
3. Pada umur 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan,
da-da, dan sebagainya.
4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal.
5. Pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,
kemari, berdiri).
6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2
buah kata.
8. Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat
sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase.
9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga.
10. Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana.
11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan kata tanya yang sederhana.
12. Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang di luar keluarganya.
13. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba
untuk ban, dan lain-lain).
14. Setelah berusia 4 tahun tidak lancar berbicara/gagap.
15. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.
Speech Disorder

Page 12

16. Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasaliatas yang nyata atau
mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak dapat
didengar serta terus-menerus memperdengarkan suara yang serak.
2.7. Diagnosis Speech Disorder 2
American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptifekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala
seperti perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata,
mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang
dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun
pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia
18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan
menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya. Jika anak akhirnya
bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th,
r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut
mendukung diagnosis.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif reseptif, selain ditemukan gejalagejala gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan
kalimat. Ciri klinis penting dari gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna
pada pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa. Gangguan ini biasanya tampak sebelum
usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat
sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif ekspresif
campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol
visual seperti arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan
simbol auditorik maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk
mainan truk dan mainan mobil penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran
reseptif ekspresif biasanya tampak tuli.
Anak dengan kesulitan bebicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu
berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi
suara.
Speech Disorder

Page 13

Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi
pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata dan sangat sering disertai
mengedipkan mata dan menggoyangkan kepala.
Secara lebih spesifik lagi gangguan bicara motorik dibagi antara lain berupa:
disartria, verbal apraxia, gangguan fonologik, gangguan bicara yang disebabkan oleh
gangguan pendengaran, serta gagap. Untuk penegakan diagnosis gangguan bicara
didasarkan dari hasil pengumpulan dan analisis data-data yang diperoleh selama
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan bila diperlukan dari pemeriksaan penunjang.

Anamnesis
Anamnesis yang holistik meliputi keluhan utama yang jelas dan dapat
langsung mengarah pada kemungkinan diagnosis, riwayat penyakit dahulu (infeksi
susunan saraf, trauma kepala, kejang, obat-obatan), riwayat keturunan atau penyakit
anggota keluarga lainnya, riwayat kehamilan ibu (infeksi TORCH, penyakit ibu,
obat-obatan), riwayat perinatal (trauma perinatal, infeksi atau asfiksia, perdarahan
intrakranial) dan persalinan (adakah trauma perinatal, infeksi atau asfiksia saat
hamil), psikososial, riwayat pengobatan. Kemudian riwayat imunisasi, pertumbuhan
dan perkembangan anak terutama motorik dan bicara, yaitu perkembangan bicara
pada anak dikategorikan dalam kondisi bahaya, bila ditemukan.
a. 46 Bulan
-

Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;


Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak

b. 8-10 Bulan
-

Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.


Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
Usia 9-10 bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.

c. 12-15 Bulan
-

12 bulan, belum menunjukkan mimik.


12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti mama, dada.
12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan

sesuatu.
15 bulan, belum mampu memahami arti tidak boleh atau daag.
15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.
16 bulan, belum dapat mengucapkan 13 kata.

d. 18-24 Bulan
Speech Disorder

Page 14

18 bulan, belum dapat mengucapkan 610 kata.


18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
18-20 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.
24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi

dantelepon.
24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau katakata orang lain.
24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.

e. 30-36 Bulan
-

30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.


36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak
dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.

f. 3-4 Tahun
-

3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan

tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya.


- 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti ayah diucapkan aya.
- 4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari
gangguan bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali
telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan
pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan
mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka.
Pada bayi diperhatikan respon pendengaranya dalam ingkah laku seharihari, tingkh laku pre linguistik buruk, seperiti respon visual yang buruk dan gagal
terhadap tes dasar yang dilakukan harus diwaspadai sebagai tanda akan terjadinya
gangguan bicara.

Pemeriksaan Penunjang 3,4


1. Pemeriksaan audiometri
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan
untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4
kategori pengukuran dengan audiometri :
a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi.
Mulai dapat dilakukan pada bayi usia 4-7 bulan dimana kontrol neuromotor
berupa kemampuan mencari sumber bunyi sudah berkembang. Respon

Speech Disorder

Page 15

yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari
sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atau kedap
suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian
dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.
b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan
sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek
pada tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat dilakukan pada usia
2-5 tahun bila anak cukup kooperatif.
c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam
silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB
List). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui
kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat membedakan
bunyi s, r, n, c, h, ch. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai
kemampuan anak dalam pembicaraan sehari-hari dan untuk menilai
pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.
2. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem
auditorik, bersifat obyektif, tidak invasif. Dapat dilakukan pada bayi dan anak
yang tidak kooperatif yang sulit diperiksa dengan pemeriksaan konvensional.
BERA merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik
yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak)
sebagai respon terhadap stimulus auditorik. Stimulus bunyi yang digunakan
berupa bunyi click atau toneburst yang diberikan melalui headphone,insert
probe, bone vibrator.
3. Timpanometri
Digunakan untuk menilai kondisi telinga tengah (mengukur kelenturan
membrana timpani dan sistem osikular). Gambaran timpanometri yang abnormal
(adanya cairan atau tekanan negative di telinga tengah) merupakan petunjuk
adanya angguan pendengaran konduktif.
Melalui probe tone (sumbat liang telinga) yang dipasang pada liang
telinga dapat diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi
suara yang dipantulkan kembali (ke arah luar) oleh gendang telinga. Pada bayi
berusia di atas 7 bulan digunakan probe tone frekuensi 226 Hz. Khusus untuk
Speech Disorder

Page 16

bayi di bawah usia 6 bulan tidak digunakan probe tone 226 Hz karena akan
terjadi resonansi pada liang telinga sehingga harus digunakan probe tone
frekuensi tinggi (668, 678 atau 1000 Hz).
4. Otoacoustic Emission (OAE)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang
obyektif, otomatis, tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan
praktis sehingga sangat efisien untuk program skrining pendengaran bayi baru
lahir (Universal newborn Hearing Screening). Pemeriksaan tidak harus di ruang
kedap suara, cukup di ruangan yang tenang. Untuk memperoleh hasil yang
optimal diperlukan pemilihan probe (sumbat liang telinga) sesuai ukuran liang
telinga.
2.8. Penatalaksanaan Speech Disorder
Gangguan bicara biasanya pertama kali dikenal pasti oleh orang tua pasien atau
pengasuh anak. Jika dicurigai gangguan bicara perlu dilakukan tes pendengaran oleh
ahli bicara dan bahasa sebagai langkah pertama. Jika memang gangguan bicara
disebabkan oleh gangguan pendengaran, dapat dipasang alat bantu dengar.3
Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat
berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa.
Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sulit karena
diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua
baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada
anaknya, sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan
rehabilitatif dibandingkan preventif. Tatalaksana dini terhadap gangguan ini akan
membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan
dimasa sekolah.3
Terapi bicara
Terapi bicara melibatkan dokter ahli bicara bersama anak secara
perorangan dalam sebuah kelompok kecil atau secara langsung didalam sebuah
kelas untuk mengatasi gangguan tertentu. Terapi bicara menggunakan berbagai
cara termasuk intervensi bahasa dan terapi artikulasi. Seorang terapis mungkin
menggunakan objek-objek, gambar, buku atau peristiwa penting untuk merangsang
perkembangan bicara. Terapis juga merupakan contoh terhadap pengucapan yang

Speech Disorder

Page 17

benar dan menggunakan latihan mengulang sebutan untuk membangun


keterampilan berbicara dan berbahasa.3
Terapi artikulasi
Terapi artikulasi melibatkan ahli terapis sebagai model yang benar
terhadap pengucapan yang benar untuk anak, selama kegiatan bermain. Tingkatan
permainan tersebut adalah berdasarkan umur dan sesuai dengan kebutuhan anak.
Terapi ini melibatkan fisik anak tentang bagaimana membuat suara tertentu seperti
R.

Seorang

terapis

bicara

seharusnya

menunjukkan

bagaimana

cara

menggerakkan lidah untuk menghasilkan suara tertentu.3


Terapi perilaku
Terapi perilaku adalah terapi yang bertujuan untuk merubah atau
menghilangkan tingkah laku anak yang dianggap tidak layak. Terapi perilaku ini
lebih dikenal dengan nama ABA (Applied Behavior Analysis) yang dilakukan
dengan metode Lovas, yang dalam prakteknya menggunakan prinsip stimulus
respons. Terapi ini disukai karena terstruktur, terarah dan terukur. Yang ingin
dipacu pada terapi ini adalah peningkatan pemahaman dan kepatuhan akan aturan.
Terapi ini diberikan pada anak autisme, gangguan perkembangan pervasive, anak
dengan ADD, anak dengan gangguan emosional, dan sebagainya.3,4
Terapi sensori integrasi
Terapi sensori integrasi adalah suatu pendekatan untuk menilai dan
melakukan terapi pada anak-anak yang menunjukkan masalah perilaku atau
kesulitan belajar. Dalam terapi ini, anak dibimbing untuk melakukan berbagai
aktivitas yang dapat memberikan masukan berbagai informasi sensorik, yang
penting adalah partisipasi aktif dari anak agar timbul perubahan positif yang dapat
memperbaiki struktur halus pada otak anak yang masih mempunyai daya plastisitas
yang baik. Dalam memberikan terapi, anak didukung untuk memilih kegiatan yang
disukainya dan terapis akan mengarahkan agar kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan tantangan yang tepat. Dengan tantangan ini, maka perlahan-lahan
kemampuan anak akan bertambah. Diharapkan dengan ini fungsi otak yang lebih
kompleks, seperti berfikir secara emotif, kreatif, dan fleksibel serta pemahaman
terhadap konsep-konsep abstrak seperti berbahasa akan berkembang lebih baik.

Speech Disorder

Page 18

Terapi ini dirancang untuk dapat memberikan rangsangan vestibuler, proprioseptif,


taktil auditori, visual, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan individual anak.
Terapi okupasi
Terapi

okupasi

adalah

penggunaan

aktivitas

yang

bertujuan

mengintervensi, sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan dan fungsi


perkembangan ke tingkat yang lebih tinggi dari seseorang yang mengalami
keterbatasan yang disebabkan penyakit fisik, kondisi fungsional, gangguan
kognitif, disfungsi psikososial, gangguan mental, disabilitas perkembangan. Terapi
okupasi bertujuan membuat individu mandiri dalam aktifitasnya sehari-hari,
memiliki produktifitas, dan pengisian waktu luang yang sesuai usia individu
tersebut. Terapi ini meliputi pengajaran keterampilan dalam aktivitas sehari-hari
(makan, minum, mandi, berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan),
pengembangan keterampilan motorik, keterampilan sensori integrasi, keterampilan
bermain dan kapasitas kerja, maupun memanfaatkan waktu luang. Selain itu, terapi
okupasi berperan dalam menyediakan fasilitas untuk meningkatkan dan
memperbaiki fungsi sensorimotor, neuromuskular, emosional, kognitif, dan kinerja
psikososial.3,4
Fisioterapi
Fisioterapi digunakan sebagai metode untuk membantu rehabilitasi
terhadap anak-anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang, seperti
keterlambatan dalam gerak motorik kasar (tengkurap, duduk, berdiri, dan berjalan)
dan motorik halus (menggunakan fungsi tangan). Metode yang digunakan adalah
metode Bobath yaitu terapi yang berdasarkan pada perkembangan normal saraf,
sehingga disebut juga neurodevelopmental treatment. Metode ini menggunakan
sensori-motor dari indera (taktil perabaan, penglihatan, pengecapan, dan
penciuman), juga perkembangan neuropsikososial.
Stimulasi floor time
Floor time merupakan cara berinteraksi antara orang dewasa dengan anak
dalam suasana yang dapat membentuk emosi yang sehat, sosial, dan intelektual.
Mengerti emosi anak merupakan kunci yang efektif dalam memberikan
pengajaran. Para profesional (dokter, terapis, psikolog, pedagogik) membantu
orang tua menganalisis, memberi umpan balik, dan ide bagaimana orangtua
melakukannya. Prinsip utama floor time adalah memanfaatkan setiap kesempatan
Speech Disorder

Page 19

yang muncul untuk berinteraksi dengan cara yang disesuaikan dengan tahap
perkembangan emosi anak. Interaksi yang terjadi diharapkan bermula dari inisiatif
anak, pengasuh atau orang tua mengikuti anak dan memanfaatkan emosi sebagai
titik awal interaksi, diperluas dan dikembangkan menjadi lebih bermakna dan
timbal balik.
Untuk membantu anak dalam mencapai terapi yang maksimal, selain
dibutuhkan berbagai macam terapi, orangtua juga berperan penting untuk terapi di
rumah. Beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua di rumah adalah :
1. Selalu berbicara dengan anak
2. Berikan dorongan pada anak untuk bertanya, memilih dan menjawab
pertanyaan dengan kemampuan bahasanya.
3. Dengarkan anak
4. Berikan dorongan untuk bermain. Diharapkan anak dapat bermain cukup lama
dengan orangtua
5. Ajarkan anak lagu baru yang dia sukai
6. Rencanakan berjalan-jalan dengan anak
7. Bacakan cerita pada anak. Ajarkan mengucapkan kata atau ide
8. Setiap mengajarkan kata, tunjukkan benda objeknya
Pemilihan terapi yang tepat
Pemilihan terapi yang tepat tergantung dari tiap anak, sesuai etiologi dan
kebutuhannya. Anak dengan gangguan pendengaran, bisa menggunakan alat bantu
dengar atau implant koklea yang dikombinasikan dengan terapi bicara. Anak yang
mempunyai perilaku agresif sebaiknya diberikan lebih dahulu terapi perilaku atau
sensori integrasi. Bila anak telah mulai berinteraksi cukup baik barulah diberikan
terapi bicara. Pemakaian beberapa bahasa di rumah, sebaiknya diseragamkan lebih
dulu. Keadaan ini diharapkan dapat membantu anak untuk menguasai satu bahasa
dahulu dengan baik. Karena terapi yang diberikan bukan pengobatan, hasil terapi
biasanya baru terlihat setelah anak menjalaninya beberapa waktu. Perlu dilakukan
evaluasi setiap 3-6 bulan untuk melihat hasil terapi yang telah diberikan. Apakah
perlu ditambah, dikurangi, atau diubah, disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
anak saat itu.

Speech Disorder

Page 20

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1.

Bicara dan bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dan beradaptasi


dengan lingkungan. Gangguan bicara pada anak akan menghambat interaksi dan
komunikasi anak terhadap lingkungan.

2.

Gangguan bicara pada anak merupakan keluhan yang serig dijumpai pada praktek
sehari-hari. Deteksi dan intervensi dini terhadap gangguan ini akan memperbaiki
prognosis.

3.

Gangguan bicara merupakan masalah yang terdiri dari artikulasi, suara,


kelancaran bicara, afasia, dan keterlambatan bicara yang dapat berhubungan dengan
gangguan pendengaran dan tanpa gangguan pendengaran.

4.

Gangguan bicara dipengaruhi oleh lingkungan, hambatan pendengaran, ganguan


perfasif dan keterlambatan perkembangan.

5.

Penatalaksanaan dan prognosis gangguan bicara pada anak berdasarkan pada


penyebabnya.

Speech Disorder

Page 21

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11. Jakarta:
EGC.
2. Makrum.A.HA.1991.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta; Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
3. Nelson, 1999, ilmu kesehatan anak, EGC, jakarta, edisi 15, vol 1
4. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6.
Penerbit EGC: Jakarta.

Speech Disorder

Page 22

Anda mungkin juga menyukai