PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sebagian besar masalah bayi baru lahir berasal dari ketidakmampuan mereka
menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk yang dapat dipahami orang
lain dan ketidakmampuan mereka memahami kata dan isyarat yang digunakan orang
lain. Ketidakberdayaan ini berkurang dengan cepat pada awal tahun kehidupan, pada
waktu anak dapat mengendalikan otot yang diperlukan untuk mekanisme komunikasi.
Kemampuan berbicara merupakan hal yang penting dalam kehidupan anak,
yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara
lain anak mungkin bisa berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum
mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok tersebut. Seperti perkembangan
dalam bidang lainnya, tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan
bicara anak, dimana dasar untuk perkembangan bicara berada dalam masa tersebut.
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada
anak. Menurut NCHS, berdasarkan laporan orang tua (diluar gangguan pendengaran
serta palatoskisis), terdapat 0.9% kejadian pada anak dibawah umur 5 tahun dan 1.94%
pada anak usia sekolah, dimana angka kejadianya 3.8 kali lebih tinggi dibandingkan
hasil wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada
anak adalah sekitar 4-5%.
Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebab dari gangguan bicara dapat
segera
mungkin. Contohnya, pada seorang anak dengan tuli konduksi tetapi cerdas yang
terlambat mendapat alat bantu pendengaran dan terapi wicara, serta tidak diberi
kesempatan mengembangkan sistem komunikasi non verbal pada dirinya sendiri
sebelum usia 3 tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya supaya bisa berbicara yang
dapat dimengerti, jelas dan terang telah hilang.
Page 1
BAB II
Speech Disorder
Page 2
PEMBAHASAN
2.1. Fisiologi Bicara 1
Terdapat dua aspek dalam proses terjadinya bicara, yaitu aspek sensorik (input bahasa)
dan motorik (output bahasa). Aspek sensorik meliputi pendengaran, penglihatan, dan
rasa raba yang berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat, dan dirasa. Aspek
motorik melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.
Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat
bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta, satu pusat
lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan.
Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau system susunan saraf pusat.
Kedua
pusat
Wernicke,
ke
area
motorik
di
otak
yang
mengontrol
gerakan
bicara.
Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh
aliran udara dari paruparu sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah
dan palatum (langitlangit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi system saraf
motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Untuk dapat mengucapkan katakata sebaikbaiknya, sehingga bahasa yang
didengar dapat ditangkap dengan jelas dan setiap suku kata dapat terdengar secara
terinci, maka, mulut, lidah, bibir, palatum mole dan pita suara, serta otototot pernafasan
harus melakukan gerakan sempurna.Bila ada salah satu gerakan tersebut diatas
Speech Disorder
Page 3
terganggu, timbullah cara berbahasa yang kurang jelas ada katakata yang seolaholah
ditelan terutama pada akhir kalimat.
Tahap perkembangan bicara dan bahasa pada anak normal tampak pada table berikut:
Umur
(bulan)
1
Bahasa reseptif
Bahasa ekspresif
(bahasa pasif)
(bahasa aktif)
Kegiatan anak terhenti Vokalisasi yang masih
akibat suara
Tampak
vokal
yang
perasaan
pembicaraan
Melihat kearah pembicara
terhadap pembicara
Memberi tanggapan yang Jawaban vokal terhadap
berbeda
terhadap
panggilan namanya
Mulai mengenal kata-kata Protes
namanya dipanggil
Menghentikan kegiatan bila Menirukan rangkaian suara
10
dilarang
Secara tepat
11
12
menirukan Kata-kata
vokal,
berteriak
pertama
mulai
kacau
mulai
dengan
atau menoleh
baik
Reaksi dengan melakukan Mengungkapkan kesadaran
gerakan terhadap berbagai tentang obyek yang telah
pertanyaan verbal
15
namanya
Mengetahui dan mengenali Kata-kata
nama-nama bagian tubuh
Speech Disorder
akrab
Page 4
dan
menyebut
yang
benar
Dapat
mengetahui
jika
obyek keingingannya.
mengungkapkan
berurutan
mengkombinasikan
(ambil kata-kata
(mobil
papa,
meja)
Mengetahui lebih banyak Menyebut nama sendiri
kalimat yang lebih rumit
Speech Disorder
bulan
Page 5
namanya
2-3 tahun:
Mengerti perbedaan dengan artinya
Mempunyai kata untuk semua benda
Mengikuti 2 tahap perintah: ambil Berbicara dengan 2-3 kata dalam
buku itu dan letakkan di meja
kalimat
dari masalah
artikulasi, masalah
suara
Speech Disorder
Page 6
Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Gangguan
keterlambatan bicara terjadi sebanyak 20% pada anak umur 2 tahun dan 19% pada
anak umur 5 tahun. Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja.
Laki-laki memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada
wanita.
2.4. Etiologi Speech Disorder 2
Penyebab kelainan berbahasa ada bermacam-macam yang melibatkan
berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi : antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya.
Seorang anak mungkin kehilangan pendengaran sensoneural dari sedang sampai berat.
Sedangkan yang lain mungkin kehilangan pendengaran konduksi berulang, sehingga
kemampuan bicara keseluruhannya menurun. Demikian pula suatu gangguan bicara
(disfasia) dapat terjadi tanpa adanya cedera otak atau keadaan lainnya. Blagger (1981)
membagi penyebab gangguan bicara dan bahasa sebagai berikut:
Penyebab
1. Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang
Terlambat
b. Tekanan keluarga
Gagap
c. Keluarga bisu
2. Emosi
a. Ibu yang tertekan
3. Masalah pendengaran
a. Kongenital
b. Didapat
4. Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat
Terlambat bicara
Terlambat bicara
Speech Disorder
Page 7
5. Cacat bawaan
a. Palatoschizis
b. Sindrom down
6. Kerusakan otak
Mempengaruhi
a. Kelainan neuromuskular
kemampuan
mengisap,
menelan,
mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan
bicara
dan artikulasi seperti disartria
b. Kelainan sensorimotor
c. Palsi serebral
timbul
juga masalah artikulasi yang dapat
mengakibatkan disartria dan dispraksia
d.Kelainan persepsi
Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu
harus dicari dalam keluarga apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga. Di
samping itu kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan.
Hal ini karena pada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri
lebih baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik,
yaitu untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.
Sedangkan Aram DM (1978), mengatakan bahwa gangguan bicara pada anak
dapat disebabkan oleh kelainan di bawah ini:
Speech Disorder
Page 8
Speech Disorder
Page 9
Speech Disorder
Page 10
diekspresikan. Keadaan ini sering terjadi bila area Wernicke yang terdapat di
bagian posterior hemisfer dominan girus temporalis superior mengalami
kerusakan atau kehancuran. Oleh karena itu, tipe afasia ini disebut afasia
Wernicke.
Bila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar (1) ke belakang
ke regio girus angular, (2) ke inferior ke area bawah lobus temporalis, dan (3) ke
superior ke tepi superior fisura sylvian, maka penderita tampak seperti benarbenar terbelakang secara total (totally demented) untuk mengerti bahasa atau
berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderita afasia global.
Aspek motorik komunikasi
Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental: (1) membentuk buah
pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akan digunakan, kemudian
(2) mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri.
Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area
asosiasi sensorik otak. Sekali lagi, area Wernicke pada bagian posterior girus
temporalis superior merupakan hal yang paling penting untuk kemampuan ini. Oleh
karena itu, penderita yang mengalamai afasia Wernicke atau afasia global tak
mampu memformulasikan pikirannya untuk dikomunikasikan. Atau, bila lesinya tak
begitu parah, maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun
tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama
untuk mengekspresikan pikirannya. Seringkali, penderita fasih berkata-kata namun
kata-kata yang dikeluarkan tidak beraturan.4
Afasia motorik akibat hilangnya Area Broca
Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin
dikatakannya, dan mampu bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem
vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Efek ini, disebut
afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, yang terletak
di regio prefontal dan fasial premotorik kortekskira-kira 95 persen
kelainannya di hemisfer kiri. Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang
dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot-otot
lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini.
Artikulasi
Speech Disorder
Page 11
Page 12
16. Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasaliatas yang nyata atau
mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak dapat
didengar serta terus-menerus memperdengarkan suara yang serak.
2.7. Diagnosis Speech Disorder 2
American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptifekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala
seperti perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata,
mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang
dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun
pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia
18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan
menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya. Jika anak akhirnya
bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th,
r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut
mendukung diagnosis.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif reseptif, selain ditemukan gejalagejala gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan
kalimat. Ciri klinis penting dari gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna
pada pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa. Gangguan ini biasanya tampak sebelum
usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat
sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif ekspresif
campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol
visual seperti arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan
simbol auditorik maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk
mainan truk dan mainan mobil penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran
reseptif ekspresif biasanya tampak tuli.
Anak dengan kesulitan bebicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu
berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi
suara.
Speech Disorder
Page 13
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi
pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata dan sangat sering disertai
mengedipkan mata dan menggoyangkan kepala.
Secara lebih spesifik lagi gangguan bicara motorik dibagi antara lain berupa:
disartria, verbal apraxia, gangguan fonologik, gangguan bicara yang disebabkan oleh
gangguan pendengaran, serta gagap. Untuk penegakan diagnosis gangguan bicara
didasarkan dari hasil pengumpulan dan analisis data-data yang diperoleh selama
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan bila diperlukan dari pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis yang holistik meliputi keluhan utama yang jelas dan dapat
langsung mengarah pada kemungkinan diagnosis, riwayat penyakit dahulu (infeksi
susunan saraf, trauma kepala, kejang, obat-obatan), riwayat keturunan atau penyakit
anggota keluarga lainnya, riwayat kehamilan ibu (infeksi TORCH, penyakit ibu,
obat-obatan), riwayat perinatal (trauma perinatal, infeksi atau asfiksia, perdarahan
intrakranial) dan persalinan (adakah trauma perinatal, infeksi atau asfiksia saat
hamil), psikososial, riwayat pengobatan. Kemudian riwayat imunisasi, pertumbuhan
dan perkembangan anak terutama motorik dan bicara, yaitu perkembangan bicara
pada anak dikategorikan dalam kondisi bahaya, bila ditemukan.
a. 46 Bulan
-
b. 8-10 Bulan
-
c. 12-15 Bulan
-
sesuatu.
15 bulan, belum mampu memahami arti tidak boleh atau daag.
15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.
16 bulan, belum dapat mengucapkan 13 kata.
d. 18-24 Bulan
Speech Disorder
Page 14
dantelepon.
24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau katakata orang lain.
24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.
e. 30-36 Bulan
-
f. 3-4 Tahun
-
Speech Disorder
Page 15
yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari
sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atau kedap
suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian
dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.
b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan
sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek
pada tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat dilakukan pada usia
2-5 tahun bila anak cukup kooperatif.
c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam
silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB
List). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui
kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat membedakan
bunyi s, r, n, c, h, ch. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai
kemampuan anak dalam pembicaraan sehari-hari dan untuk menilai
pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.
2. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem
auditorik, bersifat obyektif, tidak invasif. Dapat dilakukan pada bayi dan anak
yang tidak kooperatif yang sulit diperiksa dengan pemeriksaan konvensional.
BERA merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik
yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak)
sebagai respon terhadap stimulus auditorik. Stimulus bunyi yang digunakan
berupa bunyi click atau toneburst yang diberikan melalui headphone,insert
probe, bone vibrator.
3. Timpanometri
Digunakan untuk menilai kondisi telinga tengah (mengukur kelenturan
membrana timpani dan sistem osikular). Gambaran timpanometri yang abnormal
(adanya cairan atau tekanan negative di telinga tengah) merupakan petunjuk
adanya angguan pendengaran konduktif.
Melalui probe tone (sumbat liang telinga) yang dipasang pada liang
telinga dapat diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi
suara yang dipantulkan kembali (ke arah luar) oleh gendang telinga. Pada bayi
berusia di atas 7 bulan digunakan probe tone frekuensi 226 Hz. Khusus untuk
Speech Disorder
Page 16
bayi di bawah usia 6 bulan tidak digunakan probe tone 226 Hz karena akan
terjadi resonansi pada liang telinga sehingga harus digunakan probe tone
frekuensi tinggi (668, 678 atau 1000 Hz).
4. Otoacoustic Emission (OAE)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang
obyektif, otomatis, tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan
praktis sehingga sangat efisien untuk program skrining pendengaran bayi baru
lahir (Universal newborn Hearing Screening). Pemeriksaan tidak harus di ruang
kedap suara, cukup di ruangan yang tenang. Untuk memperoleh hasil yang
optimal diperlukan pemilihan probe (sumbat liang telinga) sesuai ukuran liang
telinga.
2.8. Penatalaksanaan Speech Disorder
Gangguan bicara biasanya pertama kali dikenal pasti oleh orang tua pasien atau
pengasuh anak. Jika dicurigai gangguan bicara perlu dilakukan tes pendengaran oleh
ahli bicara dan bahasa sebagai langkah pertama. Jika memang gangguan bicara
disebabkan oleh gangguan pendengaran, dapat dipasang alat bantu dengar.3
Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat
berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa.
Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sulit karena
diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua
baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada
anaknya, sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan
rehabilitatif dibandingkan preventif. Tatalaksana dini terhadap gangguan ini akan
membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan
dimasa sekolah.3
Terapi bicara
Terapi bicara melibatkan dokter ahli bicara bersama anak secara
perorangan dalam sebuah kelompok kecil atau secara langsung didalam sebuah
kelas untuk mengatasi gangguan tertentu. Terapi bicara menggunakan berbagai
cara termasuk intervensi bahasa dan terapi artikulasi. Seorang terapis mungkin
menggunakan objek-objek, gambar, buku atau peristiwa penting untuk merangsang
perkembangan bicara. Terapis juga merupakan contoh terhadap pengucapan yang
Speech Disorder
Page 17
Seorang
terapis
bicara
seharusnya
menunjukkan
bagaimana
cara
Speech Disorder
Page 18
okupasi
adalah
penggunaan
aktivitas
yang
bertujuan
Page 19
yang muncul untuk berinteraksi dengan cara yang disesuaikan dengan tahap
perkembangan emosi anak. Interaksi yang terjadi diharapkan bermula dari inisiatif
anak, pengasuh atau orang tua mengikuti anak dan memanfaatkan emosi sebagai
titik awal interaksi, diperluas dan dikembangkan menjadi lebih bermakna dan
timbal balik.
Untuk membantu anak dalam mencapai terapi yang maksimal, selain
dibutuhkan berbagai macam terapi, orangtua juga berperan penting untuk terapi di
rumah. Beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua di rumah adalah :
1. Selalu berbicara dengan anak
2. Berikan dorongan pada anak untuk bertanya, memilih dan menjawab
pertanyaan dengan kemampuan bahasanya.
3. Dengarkan anak
4. Berikan dorongan untuk bermain. Diharapkan anak dapat bermain cukup lama
dengan orangtua
5. Ajarkan anak lagu baru yang dia sukai
6. Rencanakan berjalan-jalan dengan anak
7. Bacakan cerita pada anak. Ajarkan mengucapkan kata atau ide
8. Setiap mengajarkan kata, tunjukkan benda objeknya
Pemilihan terapi yang tepat
Pemilihan terapi yang tepat tergantung dari tiap anak, sesuai etiologi dan
kebutuhannya. Anak dengan gangguan pendengaran, bisa menggunakan alat bantu
dengar atau implant koklea yang dikombinasikan dengan terapi bicara. Anak yang
mempunyai perilaku agresif sebaiknya diberikan lebih dahulu terapi perilaku atau
sensori integrasi. Bila anak telah mulai berinteraksi cukup baik barulah diberikan
terapi bicara. Pemakaian beberapa bahasa di rumah, sebaiknya diseragamkan lebih
dulu. Keadaan ini diharapkan dapat membantu anak untuk menguasai satu bahasa
dahulu dengan baik. Karena terapi yang diberikan bukan pengobatan, hasil terapi
biasanya baru terlihat setelah anak menjalaninya beberapa waktu. Perlu dilakukan
evaluasi setiap 3-6 bulan untuk melihat hasil terapi yang telah diberikan. Apakah
perlu ditambah, dikurangi, atau diubah, disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
anak saat itu.
Speech Disorder
Page 20
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1.
2.
Gangguan bicara pada anak merupakan keluhan yang serig dijumpai pada praktek
sehari-hari. Deteksi dan intervensi dini terhadap gangguan ini akan memperbaiki
prognosis.
3.
4.
5.
Speech Disorder
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11. Jakarta:
EGC.
2. Makrum.A.HA.1991.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta; Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
3. Nelson, 1999, ilmu kesehatan anak, EGC, jakarta, edisi 15, vol 1
4. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6.
Penerbit EGC: Jakarta.
Speech Disorder
Page 22