Anda di halaman 1dari 6

Hibridisasi Tanaman Jagung (Zea mays)

Posted on November 27, 2013 by asebdedy


Hibridisasi tanaman jagung
Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan
genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk
sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman
menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian
ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksugkan
untuk memperluas keragaman.
Tujuan utama melakukan persilangan adalah:
(1) Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru;
(2) Memperluas keragaman genetik;
(3). Memanfaatkan vigor hibrida; atau
(4) Menguji potensi tetua (uji turunan).
Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting
dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman dan mendapatkan varietas
unggul yang diinginkan. Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman
genetik yang luas.
Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan hasil seleksi pada
populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembentukan hibrida unggul pada tanaman
menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk sendiri secara buatan. Keberhasilan penyerbukan
buatan sangat tergantung pada faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal (cuaca). Faktor internal
yang terpenting adalah saat masaknya kelamin. Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada saat
serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi (reseptif). Cuaca yang
cerah dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan penyerbukan
Tahapan Hibridisasi

Menentukan bunga jantan / tetua


Menyiapkan alat
Mengidentifikasi bunga betina
Menentukan waktu persilangan
Mengisolasi
Polinasi (pemindahan pollen ke kepala putik)
Pembungkusan
Pemberian label

Faktor faktor yang Mempengaruhi Hibridisasi


1

Internal

Pemilihan Tetua

Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan yaitu: (a)
varietas komersial, (b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu atau beberapa
sifat superior, (d) spesies introduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang menghasilkan varietas unggul
yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan merupakan varietas-varietas komersial yang
unggul yang sedang beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.
Waktu Tanaman Berbunga
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan:
(1) Penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat
anthesis dan reseptif
waktunya bersamaan,
(2) Waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan,
seperti pada bunga kacang tanah,
padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh
ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma
reseptif. Jika antara waktu antesis
bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan
singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya
kedua tetua akan siap
dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan
informasi tentang umur tanaman berbunga.
2

Eksternal

Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerbukan


Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan yang
paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui organ
reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk silang atau
menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk silang dicirikan oleh struktur bunga sebagai berikut :
a. secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu
b. waktu antesis dan reseptif berbeda
c. inkompatibilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin
d. adanya bunga monoecious dan dioecious
Cuaca Saat Penyerbukan
Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi
panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Demikian
pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.
Tanda Keberhasilan Hibridisasi
Tongkol jagung membesar
Rambut tongkol berwarna kecoklatan dan rontok
Morfologi Bunga dan Masa Anthesis, Reseptif Bunga Jagung
Pada bunga jantan (malai) masa anthesisnya pada hari ke-65 setelah tanam, sedangkan pada
bunga betina (tongkol) masa reseptifnya pada hari ke-71 setelah tanam. Masa anthesis malai ditandai
dengan munculnya bulir-bulir yang berwarna merah keunguan yang mengandung antosianin pada
tangkai malai, dan pada bulir terdapat serbuk sari (pollen) yang berwarna kuning. Masa reseptif tongkol

ditandai dengan tumbuhnya bulu-bulu rambut pada ujung tongkol yang berwarna kuning bening
kehijauan.
Alat alat yang digunakan dalam Hibridisasi tanaman jagung :
Plastik

: Untuk membungkus bunga jantan

Kertas minyak

: Untuk membungkus bunga betina

Gunting

: Untuk memotong bunga jantan

Selotip

: Untuk mengisolasi kertas minyak/ kertas sungkup

Cotton bud

: Untuk mengambil dan menempelkan serbuk sari pada bunga betina/ tongkol

Karet/ tali

: Untuk mengikat plastic pembungkus bunga jantan

Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan
diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain
yang mengganggu kegiatan persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan
kastrasi. Kastrasi umumnya menggunakan gunting, pisau atau pinset.
Emaskulasi
Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina,
sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Emaskulasi terutama dilakukan pada
tanaman berumah satu yang hermaprodit dan fertil. Cara emaskulasi tergantung pada morfologi
bunganya. Beberapa metode emaskulasi yang umum digunakan adalah :
1. Metode Kliping atau Pinset
Pada umumnya kuncup bunga dibuka dengan pinset atau dipotong dengan gunting, kemudian
anter atau stamen dibuang dengan pinset. Cara ini mudah dilakukan pada tanaman yang bunganya
relatif besar, misalnya cabai, kedelai, tomat dan tembakau. Cara emaskulasi ini praktis, murah dan
mudah dilakukan, namun kemungkinan rusaknya putik dan pecahnya anter sangat besar, sehingga
terjadinya penyerbukan sendiri sangat besar.
Adapun cara melakukan emaskulasi menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Setelah dipilih bunga yang akan digunakan sebagai betina, bagian ujung kuncup bunga dipotong
dengan pisau silet atau gunting, sehingga kepala putiknya kelihatan jelas dari atas. Pekerjaan ini harus
dilakukan dengan hati-hati jangan sampai putiknya turut terpotong atau rusak.
b. Mahkota dari kuncup bunga dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan menggunakan pinset sampai
semua benang sari terlihat jelas dari luar. Bila perlu semua mahkota dibuang.
c. Benang sari dapat dibuang satu per satu sampai habis dengan sebuah pinset.
d. Baik pinset, maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai untuk emaskulasi bunga harus steril.
Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut perlu dicelupkan ke dalam spiritus atau alkohol 75-85% dan
kemudian dilap sampai kering dan bersih.
e. Setelah melakukan emaskulasi, pada tangkai bunga segera digantungkan sebuah label yang telah
diberi nomor.
2. Metode Pompa Isap (Sucking Method)

Teknik ini mudah dilakukan pada padi. Pada tahap awal metode ini relatif mahal, karena
diperlukan biaya untuk pengadaan alat. Keuntungan menggunakan metode ono adalah kemungkinan
rusaknya kepala putik (stigma) dan pecahnya anter dan penyerbukan sendiri sangat kecil. Teknik
pengerjaannya adalah ujung bunga dibuka dengan gunting, kemudian anter dihisap keluar dengan alat
pompa hisap.
3. Metode Pencelupan dengan Air Panas, Air Dingin atau Alkohol
Untuk tanaman yang bunganya kecil-kecil, seperti sorghum, rumput-rumputan dan pakan,
pembuangan stamen dengan menggunakan pinset atau gunting sangat sulit. Cara emaskulasi untuk
jenis bunga ini adalah dengan mencelupkan bunga ke dalam air hangat yang mempunyai temperatur
tertentu, biasanya antara 43-53 0C selama 1-10 menit. Cara ini mahal dan tidak praktis. Hal yang sama
bisa dilakukan pada air dingin atau alkohol.
4. Metode Kimia
Beberapa bahan kimia dapat mendorong terbentuknya mandul jantan (male sterile) pada
tanaman. Bahan kimia tersebut diantaranya adalah GA3, sodium dichloroasetat, ethrel, GA4/7, 2,4 D,
NAA. Caranya bahan tersebut disemprotkan pada bunga yang sedang kuncup dengan konsentrasi
tertentu.
5. Metode Jantan Mandul
Pada beberapa tanaman menyerbuk sendiri seperti barley, sorghum, atau padi pelaksanaan
emaskulasinya sukar, maka bisa memanfaatkan tanaman mandul jantan yaitu yang anternya steril dan
tidak menghasilkan polen yang viabel. Sifat mandul jantan ini bisa dikendalikan secara genetik maupun
sitoplasmik.
Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh serbuk sari asing.
Dengan demikian baik bunga jantan maupun betina harus dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa
terbuat dari kertas tahan air, kain, plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan
ukuran bunga tanaman yang bersangkutan. Kantong tersebut harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Kuat dan tahan hujan lebat dan panas terik matahari.
2. Tidak mengganggu pernafasan bunga yang dibungkus
3. Bila terkena air hujan dapat lekas kering, airnya dapat lekas menguap
4. Bahan yang dipakai untuk kantong tidak enak rasanya, agar tidak dimakan oleh serangga atau
binatang-binatang lainnya.
5. Kantongnya cukup besar, sehingga bila ada hujan turun, bunganya tidak akan menempel pada
kantong. Kantong tersebut dapat berbentuk silinder, yang diperkuat dengan kerangka dari kawat atau
bambu. Bila bunga yang dibungkus itu kecil, cukuplah bunga itu ditutup dengan sebuah tudung plastik
berukuran kecil.
Pengumpulan Serbuk Sari
Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai beberapa jam sebelum kuncupkuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua jantan, maka
pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama.

Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga
itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari setelah matahari
terbenam.
Serbuk sari adalah mahluk hidup, yang mempunyai umur terbatas dan kemudian mati. Mutu
serbuk sari dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
1. Kelembaban udara, pada kelembaban udara relatif yang tinggi serbuk sari tidak tahan disimpan lama.
Penyimpanan serbuk sari di tempat lembab akan berakibat buruk, karena berpeluang berjangkit
cendawan dan bakteri yang dapat menyebabkan serbuk sari lekas mati.
2. Umur serbuk sari, makin tua umur serbuk sari, makin lamban akan perkecambahannya dan tabung
sari yang terbentuk akan lebih pendek. Selain itu persentase butir-butir serbuk sari yang hidup akan
terus menurun sampai pada suatu saat tidak ada serbuk sari lagi yang dapat berkecambah.
3. Suhu udara, pada tempat yang udaranya kering dan pada suhu rendah, serbuk sari dapat disimpan
sampai beberapa minggu dalam keadaan tertutup.
Di laboratorium, serbuk sari biasanya disimpan pada suhu antara 2-80C dan pada kelembaban
udara antara 10% sampai 50%. Penyimpanannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: terlebih
dahulu serbuk sarinya dimasukkan ke dalam
tabung gelas. Kemudian tabungnya diletakkan dalam exsicator (desiccator)yang telah diisi dengan
CaCl2 atau dengan larutan H2SO4 pada konsentrasi tertentu, misalnya antara 10-70%. Maksudnya agar
dapat menyerap uap air dari udara cukup banyak. Untuk menyimpan serbuk sari bunga karet dari jenis
No. PR 107 biasanya dipakai konsentrasi 27% H2SO4 dan untuk serbuk sari dari jenis karet No. AV
157 dipakai konsentrasi 35% H2SO4.
Penyerbukan
Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya. Pelaksanaannya terdiri
dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat,
kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi. Cara melakukan
penyerbukan :
1. Menggunakan kuas, pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat-alat tersebut ke
alkohol pekat, biarkan kering kemudian celupkan ke polen dan oleskan ke stigma.
2. Mengguncangkan bunga jantan di atas bunga betina, sehingga polen jantan jatuh ke stigma bunga
tetua betina yang telah diemaskulasi. Cara ini biasanya digunakan untuk persilangan padi dan jagung.
Pelabelan
Ukuran dan bentuk label berbeda-beda. Pada dasarnya label terbuat dari kertas keras tahan air,
atau plastik. Pada label antara lain tertulis informasi tentang:
(1) Nomor yang berhubungan dengan lapangan,
(2) Waktu emaskulasi,
(3) waktu penyerbukan,
(4) Nama tetua jantan dan betina,
(5) Kode pemulia/penyilang.

Pendeteksian Keberhasilan Persilangan Buatan


Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan
penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi
pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi
kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan waktu reseptif
betina dan antesis jantan, kesuburan tanaman serta faktor lingkungan. Kompatibilitas tetua terkait
dengan gen-gen yang terkandung pada tetua jantan dan betina. Waktu reseptif betina dan antesis jantan
dapat dilihat ciri morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar pada hari
tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan persilangan buatan
adalah curah hujan, cahaya mahatari, kelembaban dan suhu. Curah hujan dan suhu tinggi akan
menyebabkan rendahnya keberhasilan persilangan buatan.
Pada persilangan buatan tanaman hermaprodit atau juga tanaman lainnya, biji yang dihasilkan
belum tentu merupakan hasil persilangan buatan. Bisa jadi biji tersebut merupakan hasil selfing (untuk
bunga hermaprodit) atau hasil persilangan tanaman lain (karena proses isolasi yang tidak sempurna).
Hal tersebut dapat dideteksi dengan bantuan penanda, baik berupa penanda morfologi maupun penanda
molekuler.
Sifat kualitatif tanaman dapat digunakan sebagai penanda morfologi. Sebagai contoh buah
muda cabai ada yang berwana hijau tua, hijau muda, kuning atau atau ungu. Buah muda cabai dapat
digunakan sebagai penanda morfologi. Jika cabai dengan buah berwarna hijau tua disilangkan dengan
cabai dengan buah berwarna ungu maka akan menghasilkan F1 dengan buah berwarna ungu. Jika buah
F1 yang dihasilkan tidak berwarna ungu maka kemungkinan terjadi selfing atau penyerbukan dari
serbuk sari cabai lain. Hal yang sama dapat digunakan untuk penanda molekuler.
Pada biji tanaman yang ada pengaruh metaxenia seperti jagung, keberhasilan persilangan buatan
sudah dapat dideteksi tanpa menanam F1. Jagung yang seharusnya mempunyai warna biji putih jika
diserbuki dengan serbuk sari jagung dengan warna biji kuning akan berwarna kuning. Contoh lain
adalah jagung manis jika diserbuki oleh jagung tidak manis akan menghasilkan biji-biji yang tidak
manis.

Anda mungkin juga menyukai