TINJAUAN KASUS
A; Pengertian Pengorganisasian
B; Konsep Pengorganisasian
jumlah
3; Status
( Average
pesan.
Kebanyakan
ahli
komunikasi
percaya
bahwa
penangkapan pesan tersebut merupakan aspek yang lebih kritis dari proses
dan usaha memperbaiki kualitas serta akurasi komunikasi sebaiknya
dimulai dengan mengajari manusia bagaimana mendengar secara
bersungguh - sungguh dan kritis terhadap semua aspek pesan yang dikirim.
Adalah mungkin untuk melatih pengirim pesan agar mengatur, mengulang,
dan merangkum informasi sehingga memaksimalkan pengertian oleh si
penerima pesan. Pengirim pesan dapat diajari
setiap pesan dengan ekspresi yang sesuai dan gerak isyarat untuk
menekankan konsep kunci serta untuk mendapatkan masukan dari si
penerima pesan sebagai tanda atas keefektifan komunikasi.
C; Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Untuk mencapai tujuan dalam pengorganisasian diperlukan prinsip prinsip sebagai berikut :
1; Prinsip rantai komando
keperawatan,
menejer
perawat
harus
lebih
banyak
mengkoordinasikan.
4; Prinsip spesialisasi
Spesialisasi
menyatakan
bahwa
setiap
orang
harus
dapat
akan
perawatan yang berada di lantai dua rumah sakit yang terdiri dari ruang
penyakit dalam kelas dua, ruang bedah umum kelas dua, dan
sebagainya.
b; Pembagian kerja atas jenis barang atau jasa yang diproduksi. Misalnya
koordinator asuhan keperawatan ruang unit bedah, koordinator
pendidikan keperawatan, koordinator pengendalian mutu pelayanan
keperawatan.
c; Pembagian kerja berdasarkan waktu / shift pagi, siang, dan malam.
d; Pembagian atas dasar konsumer yang dilayani, misalnya perawat yang
khusus merawat klien dengan penyakit kulit, THT, dan lain - lain.
D; Pengertian MPKP
berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh. Pada aspek
proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
(kombinasi metode tim dan keperawatan primer).
E;
Tujuan MPKP
1; Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2; Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3; Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4; Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5; Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan
F;
Komponen-Komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan
professional, yaitu sebagai berikut :
1;
Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah
tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat
ketergantungan pasien. Menurut Loveridge & Cummings (1996)
klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
a; Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 2 jam/24 jam ang terdiri
atas :
1; Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2; Makan dan minum dilakukan sendiri
3; Ambulasi dengan pengawasan
4; Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5; Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6; Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
b; Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 4 jam/24 jam yang
terdiri atas :
1; Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2;
Waktu Klasifikasi
Pagi
Sore
Malam
Minimal
0,17
0,14
0,10
Partial
0,27
0,15
0,07
Total
0,36
0,30
0,20
pengorganisasian
pelayanan
keperawatan
oleh
ruangan
keperawatan klien.
tentang
kemajuan
pelayanan
atau
asuhan
Ketua tim
Pelakaana perawatan
Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan
3;
4;
Menunjuk Ka Tim
c;
d;
e;
Konsep dasar :
Ketenagaan :
1; Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2; Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3; Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4; Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional
sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1; Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2; Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3; Menyusun jadwal dinas
4; Memberi penugasan pada perawat asisten.
diterapkan.
6; Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
7; Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat primer:
1; Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
2; Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
3; Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
Menerima pasien
Mengkaji kebutuhan pasien untuk asuhan
Membuat tujuan
Membuat rencana keperawatan
Melakukan konferens untuk menjelaskan rencana asuhan kepada
PA yang menjadi anggota timnya.
Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas bersama
PA yang menjadi anggota timnya.
Melakukan kolaborasi dengan t9im kesehatan lainnya.
Memantau PA dalam melaksanakan rencana asuhan
keperawatan.
Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
Menerima dan menyesuaikan rencana
Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
Melakukan pendokumentasian (catatan perkembangan, catatan
tindakan keperawatan)
fungsional
dilaksanakan
oleh
perawat
dalam
perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
Kerugian metode fungsional:
1; Pasien mendapat banyak perawat.
2; Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
3; Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
4; Pelayanan terputus-putus
5; Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
tugas.
5; Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
6; Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
d; Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan
holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab
2;
3;
4;
asuhan
tersebut
(Hoffart&Woods,
1996
dalam
Sitorus,2005).
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia
dimulai sejak diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada
Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak itu berbagai upaya
Proses
keperawatan
merupakan
proses
pengambilan
Identifikasi masalah
menyusun alternatif penyelesaikan masalah
pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya
evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada
diketahui
secara
berkesinambungan.
Disamping
itu,
otonomi
dan
akuntabilitas
untuk
3;
4;
Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada
garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA
dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian,
PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai
seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan
manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
5;
2;
4;
H; Tingkatan MPKP
3;
4;
I;
Perawat staf :
keperawatan
Perawat Pelaksana :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,
pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit
kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL)
4;
Pembantu Perawat :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk
mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
5;
J;
Kegiatan MPKP
1; Timbang terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien,
bertujuan:
a; Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b; Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
c; Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
Prosedur timbang terima, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
prosedur ini meliputi :
a; Persiapan
1;
3;
1;
2;
3;
4;
5;
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
mengatasi
masalah
bersama
d; kosuler memfasilitasi kreatifitas
e; konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.
Tujuan :
a; menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b; menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
c;
d;
e;
f;
b;
c;
Pesiapan
1; Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde
2; Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
Pelaksanaan ronde
1; Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
2; Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan
3; Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan
Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.
d;
Case studi
b;
c;
d;
e;
f;
b;
c;
d;
e;