Anda di halaman 1dari 12

BAB III

KEBUTUHAN GENSET

3.1 SUMBER DAYA LISTRIK


Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini
maka direncanakan sumber daya listrik dari :
A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN)
B. Diesel Generator set,
PLN merupakan sumber daya listrik utama dengan berlangganan tegangan
menengah 20 kV, 3 phasa, 50 Hertz dan dihubungkan dengan Gardu PLN
untuk Gedung Perkantoran, yaitu :
Gardu PLN untuk Gedung Pusat Perkantoran terletak di lantai 1 (satu),
suplai daya listrik dari PLN didistribusikan ke Panel Distribusi Tegangan
Menengah Kantor (PDTM-K) dan dihubungkan ke 2 buah Panel Distribusi
Tegangan Menengah 1 & 2 Kantor (PDTM-1.K & PDTM-2.K), yang
kemudian di distribusikan ke PDTM-3.K & PDTM-4.K. Dari PDTM-3.K
akan dihubungkan ke 2 buah Transformator penurun tegangan 20 kV / 0.40
kV untuk distribusi daya ke Gedung Perkantoran. Demikian juga untuk
PDTM-4.K.

34

35

Daya listrik tegangan rendah pada Gedung Perkantoran ini


didistribusikan secara radial melalui Panel Distribusi Tegangan Rendah 1 & 2
Kantor (PDTR-1.K & PDTR-2.K), yang kemudian akan didistribusikan ke
panel-panel pembagi.
Untuk mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai daya listrik
dari sumber daya listrik utama, maka disiapkan unit Diesel Generator Set
pada Gedung Perkantoran ini sebagai sumber daya listrik cadangan. Sumber
Daya listrik dari Diesel Generator set untuk Gedung Perkantoran
dihubungkan

ke

Panel

Kontrol

Genset

Kantor

(PKG-K)

dengan

synchronizing tegangan rendah yang kemudian didistribusikan ke PDTR


Kantor (PDTR-K).
Untuk menghindari suplai daya listrik yang bersamaan antara Sumber
Daya Listrik Utama (PLN) dengan Suplai Daya Listrik Cadangan (Diesel
Generator Set) maka dipasang sistem interlock di sisi incoming circuit
breaker dari kedua sumber di dalam Panel Sub Distribusi Tegangan Rendah.
Berdasarkan perhitungan beban listrik pada Gedung Perkantoran ini,
kapasitas Diesel Generator Set berdasarkan perhitungan tabel beban listrik
pada Lampiran yang direncanakan didapat adalah :
Diesel Generator set :
Kapasitas

: 1800 kVA (Stend-by Type)


750 kVA (Stend-by Type)

Tegangan

: 400 V

Putaran

: 1500 rpm

Phasa

:3

Frekwensi

: 50 Hz

36

3.1.1 Keadaan Normal


Pada keadaan normal sumber daya listrik diperoleh dari PLN dengan
tegangan menengah

20

kV.

Selanjutnya

sumber

daya

listrik

tersebut

didistribusikan ke Panel Distribusi Tegangan Rendah melalui transformator


penurun tegangan 20 kV / 400 V. Sumber Daya listrik PLN tersebut mensuplai
seluruh jenis beban yang ada di dalam gedung.

3.1.2 Keadaan PLN Padam ( Emergency )


Pada keadaan PLN padam, maka digunakan daya listrik cadangan dari
generator yang akan start secara otomatis. Dengan adanya distribusi sumber
daya cadangan dari generator, maka pemutus beban yang

meneruskan

energi

listrik dari transformator ke beban akan membuka secara otomatis. Hal ini karena
interlocking otomatis sistem antara pemutus beban dari PLN dan genset.
Kemudian untuk pemutus beban yang terhubung dengan generator akan
menutup dan sumber daya listrik cadangan dari generator akan mencatu daya ke
seluruh jenis beban yang ada didalam / diluar gedung. Proses penggantian sumber
daya listrik dari PLN ke generator set adalah maksimal kurang lebih 15 detik, dan
pembagian beban generator set tidak boleh kurang dari 60 detik.

37

3.1.3 Keadaan Kebakaran


Pada keadaan ini sumber daya listrik dapat diperoleh dari PLN (jika PLN
tidak dipadamkan). Jika PLN dipadamkan, sumber daya listrik diperoleh dari
diesel generator set. Proses pengaturan kerja generator apabila PLN dipadamkan
sama seperti pada keadaan PLN padam. Pada saat kebakaran ini, beban-beban
yang tidak mendukung bagi penanggulangan kebakaran (beban-beban non
prioritas) harus dipadamkan sedangkan beban-beban prioritas lain yang berfungsi
untuk usaha pemadaman kebakaran ataupun untuk usaha penyelamatan jiwa
manusia harus tetap disuplai. Hal diatas diperoleh dari perencanaan system
distribusi beban di Panel Utama Tegangan Rendah (PUTR) yang mana
pengelompokan beban-beban prioritas dipisahkan dengan beban-beban lainnya.

3.2 BEBAN-BEBAN LISTRIK


Beban-beban listrik pada bangunan ini direncanakan meliputi penerangan,
kotak kontak, peralatan elektronik, sistem tata udara, pompa distribusi air bersih,
pompa hidran & sprinkler, sistem telepon, sistem tata suara, sistem pengindera
kebakaran, sistem car calling, dan juga beban-beban peralatan kontrol dan lainlain.

Menurut

derajat

pentingnya

beban,

seluruh

beban

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok beban sebagai berikut :

listrik

dapat

38

3.2.1 Beban normal


Beban normal adalah seluruh beban beban listrik yang tersambung
didalam / diluar gedung hanya dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN.

3.2.2 Beban Emergensi


Merupakan beban-beban listrik tersambung yang dapat dilayani sumber daya
listrik PLN atau sumber daya listrik cadangan diesel genset. Untuk bangunan ini
beban-beban lampu, kotak - kontak, Air Conditioner, fan, dan motor-motor
masuk dalam beban emergensi.

3.2.3 Beban Prioritas


Merupakan sebagian dari beban normal yang harus (mutlak) tetap dilayani,
baik oleh sistem pelayanan PLN maupun sistem pembangkit tenaga listrik
cadangan (diesel generator set). Beban-beban listrik ini digunakan untuk upaya
penyelamatan jiwa serta upaya penanggulangan bahaya kebakaran dapat
dilakukan dengan baik. Beban-beban listrik yang mutlak tetap dilayani saat
terjadinya kebakaran antara lain adalah :
a.

Pompa hidran kebakaran / sprinkler.

b.

Sistem pengindera kebakaran

c.

Peralatan evakuasi / sistem paging.

d.

Lampu - lampu emergensi.

e.

Lift Kebakaran.

f.

Pressurized fan.

39

3.3 PENENTUAN KEBUTUHAN DAYA GENSET


Dalam menentukan kebutuhan daya genset yang perlu diketahui tentunya
beban setiap peralatan yang digunakan untuk menentukan kapasitas genset itu
sendiri, dimana dalam menentukan genset itu sendiri ada factor kebutuhan
(demand factor), Faktor kebutuhan didefinisikan sebagai perbandingan antara beban
puncak suatu sistem terhadap beban terpasang yang dilayani pada prinsipnya lebih
kecil atau sama dengan satu. Bisa saja terjadi lebih besar dari satu, yaitu saat terjadi
dibeban lebih :

.(3.1)

3.4 PENENTUAN RATING PENGAMAN KELUARAN GENSET


Dalam menentukan rating pengaman keluaran genset menurut PUIL 2000 pasal
5.6.1.2.3 yang berisi generator yang bekerja pada 65 V atau kurang dan dijalankan oleh
motor tersendiri, dapat dianggap telah diproteksi oleh gawai proteksi arus lebih yang
mengamankan motor, bila gawai proteksi ini bekerja kalau generator membangkitkan tidak
lebih dari 150 persen dari arus pengenal pada beban penuhnya :
KVAgenset
.(3.2)
3xV

3.5 PENENTUAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS (KHA)


Menurut PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 bahwa penghantar sirkit akhir yang menyuplai motor
tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125% arus pengenal beban penuh.

40

Untuk arus searah :


.(3.3)
Untuk arus bolak-balik fasa tunggal :
..(3.4)

S
V
Untuk arus bolak-balik fasa tiga :
(3.5)
S
3 xV

...(3.6)
dimana :
I

= Arus nominal beban penuh (A)

= Daya aktif (W)

= Tegangan (V)

cos = Faktor daya

3.6 PENENTUAN KABEL PENYULANG GENSET


Perhitungan kabel penyulang genset dapat dilihat pada PUIL 2000 pasal 5.6.1.3
yang berisi:penghantar dari terminal generator ke proteksi pertama harus mempunyai
kemampuan arus tidak kurang dari 115% dari arus pengenal yang tertera pada pelat nama
generator dengan rumus :
..(3.7)
Untuk menentukan banyaknya jumlah kabel yang dibutuhkan yaitu menggunakan rumus :

41

.... (3.8)
3.7 PENENTUAN ARUS HUBUNG SINGKAT PADA GENSET
Sub-transient reactance, reaktansi generator digunakan untuk dua
kegunaan yang berbeda. Pertama digunakan untuk menghitung aliran arus hubung
singkat simetris dalam studi koordinasi. Yang kedua digunakan untuk reaktansi
generator yang dalam spesifikasi bahwa batasan sub transient reaktansi 13% atau
lebih kecil untuk membatasi distorsi tegangan yang di sebabkan oleh beban non
linier seperti yang terjadi pada saat starting motor besar.
Arus awal digunakan untuk menentukan rating pemutus tenaga yang di
butuhkan. Arus instantaneous awal di kontrol oleh reaktansi sub-transien dan ini
dijabarkan sebagai tegangan dibagi oleh reaktansi sub transien atau dalam satuan
per unit adalah sebagai berikut:
Epu
...(3.9)
Xpu

Rumus arus gangguan sub-stransien yaitu :


.(3.10)
dimana I dasar adalah :
Pn
3 xV

(3.11)

Epu

= Tegangan Awal

(per unit )

Idasar

= Arus Dasar

(Amper)

= Tegangan nominal

(Volt )

Pn

= Daya genset nominal

(VA)

42

Sedangkan rumus untuk perhitungan arus hubung singkat pada panel


distribusi utama tegangan rendah, detil perhitungan lihat lampiran. Sebagai basis
perhitungan diambil kapasitas trafo yang terbesar.
Rumus perhitungan arus hubung singkat adalah sebagai berikut :
V

kA
.................(3.12)
2
2
3(
RT

XT
)

Dimana :
Isc

= Arus Hubung Singkat (Kilo Ampere).

= Tegangan Phasa ke Phasa (Volt).

RT

= Resistansi (mm ).

XT

= Reaktansi (mm )

3.8 MENENTUKAN JENIS PENGHANTAR


3.8.1 Kabel Feeder Tegangan Rendah (TR)
Pada jenis penghantar dibedakan berdasarkan kebutuhan nya masingmasing, kabel feeder Tegangan Rendah (TR) biasa digunakan pada jaringan
sistem listrik pada gedung ini digunakan pada panel-panel lantai serta peralatanperalatan yang bertegangan rendah. Tipe kabel yang dipakai adalah kabel daya
baik yang berinti tunggal maupun yang berinti banyak, ukuran kabel disesuaikan
dengan beban untuk beban besar biasa digunakan kabel single core, contoh Tabel
kabel single core dan multi core di bawah ini

43

Tabel 3.1 NYY Cable Single Core

Tabel 3.2 NYY Cable 4 Core

44

Dalam setiap kabel selalu ada tipe-tipe nama yang tercantum dalam kabel
itu sendiri baik kabel tegangan rendah maupun tegangan menengah dan semua itu
sudah diatur dalam standard dan biasanya setiap produksi kabel harus memenuhi
standard SII, SLI, SPLN, Stel-K, IEC, VDE, DIN, JIS, ICEA/NEMA dan BS.
Gambar 3.1 dibawah ini menunjukan standard pengkodean pada kabel.

Gambar 3.1 Standar kode pada kabel

45

Untuk macam jenis kabel tegangan rendah tiap produksi kabel mempunyai
spesifikasi kabel yang dikeluarkan dari isolasi sampai bagian inti pada kabel dan
dibawah ini menunjukan spesifikasi kabel tegangan rendah yang biasa digunakan
terutama pada gedung ini.seperti terlihat pada Gambar 3.2 dibawah ini

Gambar 3.2 Spesifikasi kabel TR

Anda mungkin juga menyukai