TUJUAN PERCOBAAN
1.1 TUJUAN PRAKTIKUM
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
HASIL PERCOBAAN
1.2 HASIL PRAKTIKUM YANG DIPEROLEH
1.2.1 Pemisahan Plasma, Serum, dan Endapan Merah (Packed cell).
BAB III
PEMBAHASAN
Biokimia adalah ilmu yang mengenal dasar molekuler kehidupan. Di seluruh dunia
biokimia dianggap sangat menggairahkan kerena berbagai alasan yaitu pertama, mekanisme
kimia banyak sentral pada kehidupan kini mulai dipahami. Kedua, pola dan prinsip-prinsip
molekuler yang umum mendasari penampilan. Ketiga, biokimia sangat mendasari ilmu
kedokteran. Keempat, perkembangan yang cepat (Stryer, 1995).
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang senyawa-senyawa yang ada
dalam sistem hidup, Sel-sel pada makhluk hidup tersusun dari biomolekul. Untuk dapat
mempertahankan hidup, sel-sel mengalami metabolisme (reaksi pada sel). Dalam
metabolisme sel menyerap energi dari makanan atau nutrisinya, energi ini digunakan untuk
membentuk biomolekul penyusun sel (Lehninger, 1995).
Biokimia bertujuan untuk memahami bagaimana interaksi biomolekul satu dengan
lainnya yang membawa sifat-sifat kehidupan ini. Belum pernah dalam pengamatan logika
molekul sel hidup, kita menemukan suatu pelanggaran terhadap hukum-hukum yang telah
dikenal, seiring dengan itu pula, kita belum pernah memerlukan pendefinisian hukum baru.
Mesin organik lunak sel hidup berfungsi di dalam kerangka hukum-hukum yang sama
mengatur mesin buatan manusia. Akan tetapi, reaksi-reaksi kimia dan proses pengaturan sel
telah maju demikian pesat, melampaui kemampuan kerja mesin buatan manusia (Lehninger,
1995).
Jadi, Uji biokimia merupakan pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan
dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk memahami
proses kehidupan dari sisi kimia (Lehninger, 1995).
Uji biokimia salah satu uji yang digunakan untuk menentukan spesies kuman yang
tidak diketahui sebelumnya. Setiap kuman memiliki sifat biokimia yang berbeda sehingga
tahapan uji biokimia ini sangat membantu proses identifikasi.
1.3
1.3.1 Cara kerja pemisahan Plasma, Serum, Endapan merah dan Fibrin
1. Pengambilan darah vena.
2. Bersihkan daerah vena media cubiti dengan alkohol 96% dan biarkan menjadi
kering kembali.
3. Pasang ikatan pembendung / torniquit 3 jari di atas fossa cubiti.
4. Meminta partner kita yang akan diambil darahnya untuk mengepal dan membuka
tangannya beberapa kali agar vena jelas terlihat.
5. Menegangkan kulit di atas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak.
6. Menusuk kulit di atas vena dengan jarum menggunakan tangan kanan sampai
menembus lumen vena.
7. Mengambil darah sesuai yang dibutuhkan.
8. Melepas torniquit dari ikatan tangan.
9. Menaruh kapas di atas jarum dan mencabut jarum secara perlahan.
10. Mengalirkan darah dari spuit ke dalam tabung melalui dinding tabung.
11. Memberi label pada tabung yang berisi darah.
1.3.2 Pemisahan Plasma, Serum, dan Endapan Merah (packed cell).
1. Dalam pengambilan sample darah vena, digunakan torniquit dengan maksud
untuk memperjelas pembuluh vena. Pengusapan kapas beralkohol pada daerah
yang akan diambil darahnya supaya daerahnya steril.
2. Pada pemisahan plasma dengan packed cells, darah sampel harus ditambah
dengan EDTA, kemudian dicentrifuge selama 15 menit. Pemisahan dilakukan
selama 15 menit agar plasma dan packed cells terpisah secara sempurna. Hasil
dari perlakuan ini darah akan terpisah menjadi 2 bagian yaitu bagian bening yang
merupakan plasma, dan bagian yang mengendap yang merupakan packed cells.
Sampel darah
1. Plasma darah di dapatkan dengan mencentrifuge darah dengan kecepatan 1500
rpm selama 15 menit. Pada pemeriksaan plasma digunakan sampel
darah yang mengandung EDTA untuk menghindari pembekuan. Pemeriksaan
yang menggunakan darah EDTA sebaiknya harus dilakukan dengan segera bila
ditunda sebaiknya harus diperhatikan batas waktu penyimpanan. Penyimpanan
darah EDTA pada suhu kamar yang terlalu lama dapat menyebabkan terjadinya
serangkaian perubahan pada eritrosit seperti hemolisis, sehingga hemoglobin
bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Cara memasukkan sampel
ke dalam tabung reaksi harus secara perlahan agar tidak tejadi hemolisis
apabila terjadi hemolisis maka tidak akan terjadi pemisahan dua fase yaitu
fase padat dan fase cair. Fase cair adalah plasma dan fase padat adalah sel darah.
2. Serum didapatkan dengan mendiamkan darah tanpa antikoagulan (EDTA)
selama 15 menit. Setelah didiamkan akan terbentuk dua fase, yaitu fase cairan fase
padat, fase cair disebut dengan serum dan fase padat disebut dengan sel darah.
Untuk mendapatkan serum tidak menggunakan darah yang mengandung
antikoagulan karena apabila dalam darah terdapat antikoagulan darah
tidak dapat membentuk dua fase dan darah akan selalu encer.
Fases warna merah seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah
ini dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem
pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi
penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan
umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk
minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi
tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
Fases berwarna Abu-abu atau pucat menandakan empunya Feses sedang
dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver,
pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu atau
pucat.
Pemeriksaan dengan bahan feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman
seperti Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, Sigela, dan lain-lain.
Salmonella adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam masyarakat dikenal
dengan tipes yaitu penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit ini
adalah typhoid dan paratyphoid abdominalis.. Staphylococcus adalah kelompok
dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan
banyak penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan tubuh. Bakteribakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh
infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan
menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab dalam keracunan makanan
dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat
mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan
berpotensi fatal. Eschericiacoli adalah bakteri yang melepaskan racun yang
bernama Shiga dan racun tersebut sering menyebabkan masalah perut dan usus
misalnya diare dan muntah.
2. Spesimen Sputum (dahak)
Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum
yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronkiolus
bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah
biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan, sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan
. (Widman,1994).
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari, Karen
asputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan
sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk membersihkan
sisa makanan dalam mulut yang tertinggal (B. sandjaja, 1992).
Indikasi pemeriksaan indikasi pemeriksaan sputum adalah untuk mengetahui
adanya infeksi penyakit tertentu seperti pneumonia dan Tuberculosis Paru.
Manfaat pemeriksaan sputum pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan
penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan
mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab penyakit pada berbagai
pneumonia bacterial, tuberkulosa serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan
sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru.
MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA
10
3) Identitas Spesimen.
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat
pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur,
jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
b. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen rambut terkumpul masing-masing dalam kantong plastik
tertutup, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar.
2) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium.
4. Spesimen secret vagina
Spesimen biasanya berupa sediaan dengan hapusan sekret dari vagina.
Biasanya ditujukan untuk mendiagnosa penyakit Gonorhoe (dilaporkan adanya
kuman diplokokus Gram negatif extra atau intra selular.
Penyakit gonore adalah salah satu jenis penyakit menular s#ksual (PMS) yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae. bakteri ini menyerang lapisan
dalam saluran kandung kemih, uretra, rectum, bagian Serviks atau leher rahim,
tenggorokan, dan bagian mata. Penyakit ini bisa juga menyebar ke seluruh tubuh
melalui aliran darah seperti menyebar pada bagian kulit luar dan persendian.
1.3.5 Pengaruh Faktor Biologis terhadap Hasil Uji Biokimia.
1. Umur
Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan
tingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik maka
dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang lebih
semangat dalam melakukan pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka
produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan malas
bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya umur
akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga
dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan
fisik (Apriadji,1986).
2. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering
digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein,
lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan
dihubungkan dengan tinggi badan (Gibson, 2005).
3. Jenis kelamin
Memunculkan sejumlah perbedaan dalam beberapa aspek seperti pertumbuhan
fisik, perkembangan otak dan kemampuan berbicara.
11
4. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat merefleksikan
pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti,2007).
5. Hormon
Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel.
Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan memproduksi hormon.
Kerja hormon efektif mulai masa pertumbuhan manusia dan paling efektif saat
mencapai pubertas, karena semakin dewasa hormon pertumbuhan semakin
menurun. Ini menandakan sangat pengaruh dalam hasil uji biokimia.
6. Genetik
Gen merupakan dasar faktor internal yang paling tidak bisa ditawar karene
setiap mahluk hidup tentu saja memiliki gen yang berbeda satu sama lain. Gen
merupakan unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah
urutan DNA menyandi protein, polipeptida atau seuntaian DNA yang memiliki
fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokasi
tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat
dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi,
atau peran-peran fungsional lainnya. Tentu saja dalam DNA ini telah disandi
sebagaimana rupa yang menentukan bentuk dan pewarisan sifa dari induknya.
1.3.6 Tujuan pemeriksaan Analit pada Spesimen Darah.
1
2. Albumin
Mendeteksi kemampuan albumin yang disentesis oleh hepar seperti pada
kasus sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah
banyak, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari vena.
3. Golongan Darah
Dilakukan untuk mendeteksi golongan darah yang terdiri dari golongan darah
A, B, AB, dan O. Bahan yang diperlukan : darah, reagen anti A, B, dan AB.
4. Asam urat
Mendeteksi penyakit ginjal, anemia, asam folat, luka bakar dan kehamilan,
peningkatan pada asam urat dapat di indikasikan penyakit seperti leukimia,
kanker, eklampsia berat, gagal ginjal, malnutrisi, jumlah darah yang di ambil 5-7
ml dari vena.
12
5. Bilirubin
Mendeteksi kadar bilirubin, pada bilirubin direct mendeteksi adanya ikterik
obstruktif, hepatitis dan sirosis sedangkan bilirubin indirect mendeteksi adanya
anemia, malaria dan lain-lain, jumlah darah yang diambil 5-10 ml dari darah vena.
6. Estrogen
Mendeteksi disfungsi ovarium, gejala menopause, serta stress pisikogenik,
peningkatan pola estrogen dapat mengindekasi adanya tumor ovarium atau
kehamilan, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari darah vena.
7. Gas darah arteri
Mendeteksi keseimbangan asam dan basa yang disebabkan oleh gangguan
respiratorik atau dengan metabolik. Jumlah darah yang diambil sekitar 1 ml dari
estrogen.
8. Gula darah puasa
Inspeksi Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklikemik, jumlah darah
yang diperlukan sekitar 5-10ml dari vena.
9. Gula darah postprandal
Inspeksi Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklimemik, pemeriksaan
dilakukan setelah makan. Jumlah darah yang di perlukan sekitar 5-10 ml dari
vena, 2 jam setelah makan pagi atau siang.
10. Human Chorionic Gonadotropi ( HCG )
Inspeksi Mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang
diproduksi oleh plasenta, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
11. Hematokrik
Mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, ginjal kronik serta defisiensi
vit B, peningkatan hematokrik adanya dehidrasi, asidosis, trauma dan lain-lain,
jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
12. Hemoglobin ( Hb )
Mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal, peningkatan Hb.
Mengindikasikan adanya dehidrasi, PPOK dan CHF dan lain-lain. Jumlah darah
yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
13. Trombosit
Mendeteksi adanya trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan
dan trombositosis menyebabkan penigkatan pembekuan jumlah darah yang
diambil sekitar 5 ml dari vena.
13
14
2. Protein
Indikator yang digunakan tetrabromfenol biru didapar dengan asam sampai pH
3 atau tetraklorofenol tetrabromosulfoftalein. Daerah ini berwarna kuning jika
protein negatif tetapi akan berubah menjadi hijau tergantung pada konsentrasi
protein yang ada.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan
menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin
dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein
biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl
didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang
dengan daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi
air panas juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami
peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Proteinuria biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal akibat kerusakan
glomerulus dan atau gangguan reabsorbsi tubulus ginjal. Pemeriksaan protein
dalam urin berdasarkan pada prinsip kesalahan penetapan ph oleh adanya protein.
Sebagai indikator digunakan tetrabromphenol blue yang dalam suatu sistem
buffer akan menyebabkan ph tetap konstan. Akibat kesalahan penetapan oleh
adanya protein, urin yang mengandung albumin akan bereaksi dengan indikator
menyebabkan perubahan warna hijau muda sampai hijau. Indikator tersebut sangat
spesifik dan sensitif terhadap albumin. Perubahan warna terjadi dalam waktu 60
detik. Hasilnya dilaporkan sebagai negatif, +1 (30 mg/dl), +2(100 mg/dl), +3(300
mg/dl), +4(2000 mg/dl). Adapun nilai rujukan adalah urin acak : negatif (15
mg/dl).
Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita
yang memiliki risiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik
dengan yang sehat. Proteinuria yang persistent (tetap +1, dievaluasi 2-3x / 3
bulan) biasanya menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga
akan memberi hasil +1 yang terdeteksi baik pada spesimen urine pagi maupun
urine sewaktu setelah melakukan aktivitas.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin
merupakan pertanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan
karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan
peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda
yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein
dengan menggunakan sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24
jam digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal.
Proteinuria rendah (kurang dari 500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin,
gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (Orinase),
asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.
15
16
17
18
disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan
ginjal yang menahun. Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak
minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan
oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus.
7. Darah
Hemoglobin(Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi
hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan
mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu
terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen.
2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin)
Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2
Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah.
Karena Hb merupakan bagian dari erytrosit, maka bila ditemukan jumlah Hb
dalam urine diatas batas normal, maka bisa saja pasien mengalami kerusakan
ginjal tepatnya pada bagian glomerulus.
8. Keton
Pemeriksaan keton dengan pereaksi nitroprussida berdasarkan prinsip tes
lugol, yaitu dalam suasana basa, asam asetoasetat akan bereaksi dengan Na.
nitroprussida menghasilkan warna ungu. Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu
aseton, asam aseotasetat, dan asam -hidroksibutirat, yang merupakan produk
metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi
ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang
disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (misalnya diabetes
mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet
tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi
karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa,
sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat
menghabiskan cadangan basa (misalnya bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan
menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga
mencapai lebih dari 50 mg/dl. Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat
diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak
pada plasma atu serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi
akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan
asam asetoasetat.
Uji ketonuria dengan strip reagen (Ketostix atau strip reagen multitest) lebih
sensitif terhadap asam asetoasetat daripada aseton. Berdasarkan reaksi antara asam
asetoasetat dengan senyawa nitroprusida. Warna yang dihasilkan adalah coklat
muda bila tidak terjadi reaksi, dan warna ungu untuk hasil yang positif.
Hasil yang diperoleh berupa negatif, trace(5 mg/dl), +1(15 mg/dl), +2(40 mg/dl),
+3(80 mg/dl), +4(160 mg/dl). Hasil positif palsu dapat terjadi apabila urin banyak
mengandung pigmen atau metabolit levodopa serta fenilketon. Urin yang
mempunyai berat jenis tinggi, ph yang rendah dapat memberikan reaksi hingga
MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA
19
terbaca hasil yang sangat sedikit (5 mg/dl). Untuk dewasa dan anak : uji keton
negatif (kurang dari15 mg/dl).
Uji keton positif dapat dijumpai pada : Asidosis diabetic (ketoasidosis),
kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang berat,
pingsan akibat panas, kematian janin. Pengaruh obat : asam askorbat, senyawa
levodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida, piridium, zat warna yang
digunakan untuk berbagai uji (bromsulfoftalein dan fenosulfonftalein). Diet
rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu.
Urin yang disimpan pada suhu ruangan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan hasil uji negaif palsu serta adanya dalam urin dapat menyebabkan
kehilangan asam asetoasetat. Anak penderita diabetes cenderung mengalami
ketonuria dari pada penderita dewasa.
9. Nitrit
Test nitrit urine adalah test yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya bakteriuri. Test ini berdasarkan kenyataan bahwa sebagian besar bakteri
penyebab infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Di dalam
urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang
kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin
(Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang
megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi
bila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negatif bukan
berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat
membentuk nitrit, atau urin memang tidak mengandung nitrat, atau urin berada
dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu,
enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit
berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urin pagi dan diperiksa
dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan
perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan
nitrit. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
a. Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri invitro apabila pemeriksaan
tertunda, urin merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
b. Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam
jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri,
organisme penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat
tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis urin
tinggi.
Hasilnya dilaporkan sebagai positif bila pita dalam 40 detik menjadi merah atau
kemerahan yang berarti air kemih dianggap mengandung lebih dari 105kuman per
ml. negative bila tidak terdapat nitrit maka warna tidak berubah. Warna yang
terbentuk tidaklah sebanding dengan jumlah bakteri yang ada. Sensitivitas
pemeriksaan ini adalah 0,075 mg/dl nitrit. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pada
laki-laki dan perempuan keduanya positif mengandung nitrogen, yang berarti
terdapat kandungan nitrit dalam urine. Hasil ini mengindikasi terdapat bakteri
20
yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, atau sampel urine yang diambil telah
berada di kandung kemih selama 4 jam atau lebih.
10. Leukosit
Berdasarkan prinsip leukosit esterase dalam urine yang dapat menghidrolisa
suatu ester (indoxyl ester) menjadi alcohol dan asma. Cincin aromatic dalam
alcohol (indoxyl) akan berpasangan dengan garam diazonium membentuk zat
warna diazo.
Pemeriksaan ini berdasarkan adanya reaksi esterase yang merupakan enzim pada
granula azurofil atau granula primer dari granulosit dan monosit. Esterase akan
menghidrolisis derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam
diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda menjadi warna
ungu. Banyaknya esterase menggambarkan secara tidak langsung jumlah leukosit
di dalam urine. Leukosit neutrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara
kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel
lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak
memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil
positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil
pemeriksaan carik celup. Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila
kadar glukosa urin tinggi (>500mg/dl), protein urin tinggi (>300mg/dl), berat jenis
urin tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urin mengandung cephaloxin,
cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet
formaldehid.
Apabila urine tidak segar, pH urine menjadi alkalis, neutrofil mudah lisis
sehingga jumlah neutrofil yang dijumpai dalam sedimen urine berkurang
dibandingkan dengan derajat positifitas pemeriksaan esterase leukosit. jika
terdapat glukosa dan protein dalam konsentrasi tinggi atau pad urine dengan berat
jenis tinggi, dapat terjadi hasil negative palsu, karena leukosit mengkerut dan
menghalangi penglepasan esterase. Kehadiran esterase leukosit di urin merupakan
pertanda peradangan, yang umumnya disebabkan oleh infeksi saluran kemih.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan hasil 1+ pada urine laki-laki dan
perempuan. Hasil ini bukan berarti terjadi infeksi saluran kemih. Hasil ini masih
menunjukkan nilai normal meskipun hasilnya positif, karena hanya menunjukkan
angka 1.
21
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan makalah di atas dapat disimpulkan, bahwa uji biokimia
merupakan salah satu uji yang digunakan untuk menentukan spesies mikroba yang tidak
diketahui sebelumnya. Setiap kuman memiliki sifat biokimia yang berbeda sehingga tahapan
uji biokimia ini sangat membantu proses identifikasi. Uji biokimia meliputi :
1) Uji bikokimia dengan spesimen darah.
Terdiri dari pemisahan plasma, serum dan endapan merah.
Terdiri dari glukosa, SGPT (Serum Glutamik Piruvik Transminase). Asam urat,
esterogen, golongan darah.
2) Uji spesimen untuk menganalisis biokimia.
Terdiri dari sputum (dahak), air ludah, feses, rambut, dan sekret vagina.
3) Uji biokimia untuk mengetahui faktor biologis.
Terdiri dari usia, berat badan, jenis kelamin, tinggi badan, hormon, genetik.
4) Uji biokimia dengan spesimen urin.
Terdiri dari keton, glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen.
22
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. 2013. Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal. Tersedia
di: http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-urine-padaginjal/ [Akses tanggal 6 April 2013].
Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up):
Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Ningsih, Suti.
2012.
Proses
Pembentukan
Urin.
Tersedia
di: http://sutiningsih2/2012/12/proses_pembentukan_urin_15.html. [Akses tanggal 6 April 2013].
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika. Jakarta.
Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB Press. Bandung.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-nurhidayah-7634-3-babii.pdf
http://dokumen.tips/documents/laporan-toksikologi-55a7570ce3573.html
23
LAMPIRAN
24
25