Anda di halaman 1dari 4

Edisi Liburan

Libur akhir semester genap, memang selalu menjadi hal yang ditunggu oleh mahasiswa indonesia pada
umumnya. Tiga bulan libur merupakan waktu yang tepat tuk istirahatkan diri, rekreasikan pikiran dan
segarkan kembali raga, setelah berlelah-lelah kuliah. Satu tindakan yang mewakili semua kata-kata
menyegarkan itu adalah MUDIK a.k.a. pulang kampung.
Tidak ada yang salah dengan pulang kampung. Malah pulang kampung memiliki nilai lebih bagi
para Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Bagi kader dakwah pulang kampung lebih dari sekedar
istirahat, rekreasi, dan penyegaran namun merupakan kesempatan membuka ladang amal baru. Banyak
yang mengatakan liburan dan pulang kampung sebagai momen untuk berdakwah kepada keluarga atau
juga bersilahturahim dengan aktivis-aktivis dakwah di daerahnya untuk saling memberi semangat atau juga
berdakwah di masjid dekat rumah dengan mangajar ngaji atau juga sekedar memperbaiki diri-menambah
hafalan Alquran, dsb-.
Namun fenomena yang banyak terjadi justru sebaliknya, para aktivis dakwah yang getol berdakwah di
kampus justrumelempep saat berada di kampung. Jangankan berdakwah ke orang banyak atau keluarga,
semangat dan kondisi rukhiyah pribadi pun malah cenderung menurun. Jangankan mengajak orang untuk
berbuat baik, membawa diri untuk shalat berjamaah di masjid pun berat. Jangankan mengajari orang untuk
mengaji, membaca buku untuk memperdalam ilmu saja malas.
Fenomena di atas dapat terjadi pada dasarnya karena luruhnya motivasi atau semangat untuk berdakwah.
Semangat berdakwah di kampus timbul karena adanya lingkungan kampus kondusif, sehingga
merangsang untuk melakukan aktivitas dakwah, serta adanya aktivis dakwah lain yang sama-sama
berjuang, sehingga ketika di kampus seorang ADK tidak merasa sendirian. Tetapi dikampung berbeda
ceritanya. Tidak ada orang yang bisa memberi semangat atau bahkan tidak ada yang tahu bahwa
kita aktivis dakwah, maka pikiran bahwa tugas berdakwah bisa dinafikan dulu atau libur dakwah
dulu bisa muncul. Jadinya luruhlah semangat dakwah itu, bahkan mungkin kefuturan yang
menanti. naudzu billahi min dzalik.
Untuk menghindari hal tersebut diatas ada beberapa hal yang bisa dilakukan: pertama, tanamkan benarbenar prinsip Nahnu duat qobla kulli syaii (jadilah dai sebelum sesuatu yang lain) kedalam diri
ini ; Kedua, luruskan segala tujuan dakwah, bahwa segala yang kita perbuat hanya untuk Allah taala.
Sehingga ada atau tidak adanya orang yang melihat amalan dakwah kita, kita senantiasa akan tetap
berdakwah ; ketiga, sesuai dengan sabda Rasulullah saw, Ada dua kenikmatan yang membuat
banyak orang terpedaya yakni nikmat sehat dan waktusenggang (HR. Bukhari), sehingganya
jangan sampai waktu liburan kita begitu kosong tanpa kegiatan yang bermanfaat, jadi buatlah rencana dan
targetan selama liburan; keempat, ikatlah komitmen dengan teman atau sahabat kita dalam mencapai
targetan liburan.
Wallahualam bishowab
*terinspirasi dari curhat seorang kawan lama

Mendengar kata LIBURAN mungkin identik dengan kata jalan-jalan, pulang kampung,
atau bersenang-senang. Namun disadari atau tidak, liburan itu bisa berdampak buruk
bagi kita jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Bahkan liburan itu dapat membunuh kita
ketika banyak hal-hal yang tidak bermanfaat yang kita kerjakan hingga akhirnya kita
terpelosok dalam jurang kemaksiatan.

Sebagai seorang mahasiswa, mungkin ketika aktif kuliah kita disibukan dengan berbagai
macam kegiatan organisasi atau tugas kuliah. Setiap malam mengerjakan tugas,
siangnya kuliah dan sore sampai malam hari kita sibuk untuk rapat atau kerja kelompok.
Namun, coba kita fikirkan ketika waktu liburan tiba. Seolah-olah kesibukan itu semua
menghilang begitu saja. Bahkan kita bingung untuk mengerjakan apa ketika sedang
liburan. Disanalah pertarungan kesibukan dimulai. Ya, PERTARUNGAN KESIBUKAN
antara Produktif atau Mematikan.
Apa yang dimaksud dengan Liburan Mematikan?
Mungkin ini hanya sebuah kiasan belaka. Maksud dari Liburan Mematikan ini adalah
ketika kita mengisi liburan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, sehingga mengundang
banyak kemaksiatan dalam aktifitas kita. Misal dalam contoh kasus nyata : Sebut saja si
A yang mengisi liburannya dengan pulang kampung yang jauh. Apa salahnya kalau
liburan diisi dengan pulang kampung? Kan kita rindu dengan orang tua yang sudah lama
tak berjumpa. Tidak, tidak salah. Memang tidak ada salahnya. Namun hal yang harus
diperhatikan adalah aktifitas apa yang kita lakukan ketika mengisi liburan tersebut.
Lanjut ke dalam kisah, si A tiba di kampung halamannya. Sungguh bahagianya bertemu
dengan keluarganya. Nah, inilah saatnya bagi si A untuk istirahat sejenak dari kesibukan
kuliah. Setiap harinya, si A seperti robot. Pagi hari makan dan nonton TV. Siang harinya
baru mandi dan makan lagi (siang) dilanjutkan tidur siang. Sorenya nonton acara Gosip
di TV swasta. Hingga menjelang malam hari hanya disitu-situ saja aktifitasnya. Mungkin
ada variasinya dengan main Internet, Fb, Twitter, main games, PS, Shopping, dsb.
Lebih buruknya lagi, ketika si A terayu oleh bisikan syetan untuk berbagai macam
kemaksiatan. Padahal ketika aktif di kampus, si A adalah seorang Aktifis Lembaga
Kemahasiswaan yang di pandang banyak orang. Inilah yang disebut dengan Liburan
Mematikan.

Dalam berbeda kasus, Si B adalah seorang aktifis LDK (Lembaga Dakwah Kampus) di
Institut Pertanian Bogor. Ketika liburan tiba, dia berencana untuk pulang kampung.
Namun ada sesuatu yang berbeda. Karena kepulangannya agak telat. Karena dia harus
menyusun Program Kerja (proker) terlebih dahulu di LDK. Dan setelah itu dia harus
mengisi acara Seminar Nasional Kepemudaan Muslim di pulau Kalimantan sana.
Sungguh singkat liburan yang dia miliki. Tiba saatnya untuk pulang kampung. Dia hanya
memiliki waktu 6 hari untuk singgah sejenak di kampung halamannya. Hanya untuk
melepas rasa rindu kepada orangtua dan keluarganya. Dengan kedewasaannya, dia
mengatur jadwal liburannya ketika di kampung halaman. Di pagi hari, dia harus bangun
jam 03.30 untuk sholat malam. Setelah itu mencoba untuk menghafal Al-Qur`an
beberapa ayat. Subuh tiba, dia bergegas menuju Masjid sekitar untuk sholat jama`ah
dan dilanjutkan dengan membaca Doa Pagi Harian (Al-Ma`tsurot). Setelah itu, dia
mencoba lagi untuk menghafal Al-Qur`an hingga waktu menunjukan pukul 06.00.
Selanjutnya dia makan bersama keluarga tercinta dan bersenda gurau. Setelah itu dia
melanjutkannya dengan membaca buku Menjadi Pengusaha Sukses di Usia Muda
hingga waktu Dhua tiba. Sholat Dhua dan dilanjutkan belajar Desain Grafis secara
mandiri. Dan begitu seterusnya dalam sehari-hari ketika liburan di rumahnya.
Mengunjungi sanak saudara untuk menyambung silaturahim dan bertemu dengan
teman-teman Rohis SMA nya untuk membantu kegiatan Rohis. Begitulah keseharian si
B mengisi liburannya. Tanpa menghilangkan kebiasaan baiknya di kampus. Tilawah One
Day One Juz, Al -Matsurot, menghafal Al-Qur`an, Sholat Jamaah, Sholat Dhuha,
Tahajud, dsb tidak dihilangkan. Sungguh sangat bernilai liburan si B. Menjalin
Silaturahim dan juga bernilai ibadah (insyaAllah). Begitulah yang disebut
sebagaiLiburan Produktif.

Kisah diatas hanya sebuah contoh kisah yang sering berada di tengah kita. Mungkin
tidak sepenuhnya seperti itu. Ada beberapa hal yang ditambahkan atau dikurangkan.

Namun, hal yang perlu kita perhatikan adalah, Liburan mana yang kita pilih? Liburan
Mematikan atau Liburan Produktif?

Berikut beberapa refrensi kegiatan Produktif selama liburan tiba :

Menghafal Al-Qur`an

Membatu orangtua

Membaca Buku Islami / Umum

Belajar Desain Grafis

Searching Materi Ke-Islaman di Internet

Silaturahim

Membantu Rohis sekolah

Tilawah Al-Quran

Sholat Dhuha dan Tahajud

Zikir Pagi dan Petang (misal : Al-Matsurot)

Dan sebagainya

Ingat 5 perkara sebelum 5 pekara :


Sehat sebelum Sakit, Muda sebelum Tua, Kaya sebelum Miskin, Lapang sebelum
Sempit, dan Hidup sebelum Mati

Anda mungkin juga menyukai