dengan
CKD
dibagi
grade,
dengan
harapan
klien
CKD,
untuk
menentukan
derajat
(stage)
menggunakan
2. Klasifikasi
Klasifikasi CKD berdasarkan tingkat LFG, yaitu :
a. Stadium I
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG
nya yang masih normal yaitu > 90 ml/menit/1,72 m3
b. Stadium II
Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60-89
ml/menit/1,73 m3
c. Stadium III
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit/1,73 m3
d. Stadium IV
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit/1,73 m3
e. Stadium V
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m3
3. Etiologi
Salah satu penyebab daripenyakit cronic kidney deases adalah
penyakit metabolik yaitu hipertensi. Penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. (Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
5. Tanda Dan Gejala
a. Hematologic
Anemia, gangguan fungsi trombosit, trombositopnia, gangguan
leukosit.
b. Gastrointestina
Anoreksia, nausea, vomiting, gastritis erosive
c. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolic, kelemahan otot.
d. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan ekssoriasi, echymosis, urea frost,
bekas garukan karena gatal.
e. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung,
edema.
f.
Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolism lemak, fertilisasi
akibat
penurunan
ekskresi,
asidosis
metabolik,
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner
(akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan
perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,
kedutan otot,
kejang,
tidak mampu
berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
kussmaul,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia,
nausea,
terutama
rapuh.
f.
Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun,
gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa,
gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
hematologi
berkurangnya
produksi
anemia
yang
eritopoetin,
disebabkan
sehingga
karena
rangsangan
a. Radiologi (foto polos abdomen) : besar ginjal; apakah ada batu ginjal
atau obstruksi.
b. Pielografi intravena (PIV) : menilai sitem pelviokalises
c. Ultrasonografi (USG)
: menilai besar, bentuk ginjal, kandung
kemih, serta prostat.
d. Renogram : menilai fungsi ginjal kiri dan kanan.
e. Pemeriksaan radiologi jantung : mencari apakah ada kardiomegali,
efusi pericardial.
f. Pemeriksaan radiologi tulang : mencari oesteodistrofi, metastasik
g. Pemeriksaan radiologi paru : mencari uremik lung
h. Pemeriksaan pielografi retergrad : bila dicurigai obstruksi yang
reversible
i. Elektrokardiograf : untuk melihat hipertrofi ventrikel kiri
j. Biopsy ginjal
k. Pemeriksaan lab, LED, anemia, ureum dan kreatinin meningkat,
hemoglobin,
hiponatremia,
hiperkalemia,
hipokalsemia,
a. Penatalaksanaan Medis
Dilakukan tindakan CAPD dengan insersi catheter dengan
peritoneuscope yaitu;
1) Persiapan: dipuasakan 4 jam, H-1 operasi pasien harus defekasi
dan bila obstipasi diberi dulcolax, pagi hari sebelum operasi
dipasang iv, pasien di cukur rambutnya di kulit abdomen, dan
sebelum
berangkat
ke
ruangan
tindakan
pasien
harus
sepanjang 3 cm.
Jaringan lemak dibuka tumpul sampai terlihat fascia external,
sambil pasien menahan nafas masukan quill guide assembly
posisi
30
derajat
kearah
coccyx
sampai
menembus
peritoneum
Tarik trocar, masukan air menggunakan syrine, cek meniscus
masukan
udara
sambil
mempersiapkan
teckoff
catheter
2. Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai
tujuan :
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan
asam urat.
b. Membuang kelebihan air.
c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
e. Memperbaiki status kesehatan penderita.
3. Proses Hemodialisa
Mekanisme proses pada mesin hemodialisa, darah dipompa
dari tubuh masuk ke dalam mesin dialysis lalu dibersihkan pada dialyzer
(ginjal buatan), lalu darah pasien yang sudah bersih dipompakan kembali
ke tubuh pasien.
Mesin dialysis yang paling baru telah dilengkapi oleh sistem
komputerisasi dan secara terus menerus memonitor array safty-critical
parameter, mencangkup laju alir darah dan dialysate, tekanan darah,
tingkat detak jantung, daya konduksi, pH dan lain-lain. Bila ada yang tidak
normal, alarm akan berbunyi. Dalam hemodialysis memerlukan akses
vascular (pembuluh darah) hemodialysis (AVH) yang cukup baik agar
dapat diperoleh aliran darah yang cukup besar, yaitu diperlukan
kecepatan darah sebesar 200 300 ml/menit secara kontinu selama
hemodialysis 4 5 jam.
AVH dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh darah
vena di leher atau paha yang bersifat temporer. Untuk yang permanen
dibuat hubungan antara arteri dan vena, biasanya di lengan bawah
disebut arteriovenous fistula, lebih populer bila disebut (brescia) cimino
fistula. Kemudian darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah
mesin hemodialysis yang terdiri dari selang inlet/arterial (ke mesin) dan
selang outlet/venous (dari mesin ke tubuh), kedua ujungnya disambung
ke jarum dan kanula yang ditusuk ke pembuluh darah pasien. Darah
setelah melalui selang inlet masuk ke dialisar. Jumlah darah yang
menempati sirkulasi darah di mesin berkisar 200 ml. Dalam dialiser darah
dibersihkan, sampah-sampah secara kontinu menembus membran dan
menyeberang ke kompartemen dialisat, di pihak lain cairan dialisat
mengalir dalam mesin hemodialysis dengan kecepatan 500 ml/menit
masuk ke dalam dialiser pada kompartemen dialisat. Cairan dialisat
hemodialisa
sampai
mendekati waktu
berakhirnya
karena
pemakaian
c. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama
dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium dan bikarbonat
kardiopulmonar.
Perdarahan
Uremia menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Fungsi
trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan.
Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor
h. Pembekuan darah
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian
heparin yang tidak sesuai ataupun kecepatan putaran darah yang
lambat.
C. KOMPLIKASI NYERI DADA AKIBAT HEMODIALISA PADA PASIEN
DENGAN CKD
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens
kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah
(BUN) juga akan meningkat. Gangguan klirens renal adalah masalah muncul
pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang
berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal). Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasikan
atau
mengencerkan
urin
secara
normal
yang
dialysis
untuk
menggantikan
fungsi
ginjal
dalam
pendek,
dispnoe
nokturnal,
paroksismal,
batuk
6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala:
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki,
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda:
Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis
pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan
lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
f.
persepsi
yang
negatif
terhadap
dirinya
dan
Penggunaan
diuretic,
Gangguan
status
mental,
mudah
mengalami
kelelahan
dan
lemas
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas seharihari secara maksimal, Kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentang gerak.
6) Pola hubungan dan peran
Kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran).
7) Pola sensori dan kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami
neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap
adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan
baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).
kekuatan.
Menolak,
ansietas,
takut,
marah,
mudah
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
a.
b.
c.
Perubahan nutrisi
d.
e.
f.
Intoleransi aktivitas
g.
3. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
1) Tujuan:
(skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi
Na dan H2O)
1) Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input
dan output
2) Intervensi:
Kaji status
cairan
dengan
menimbang
BB
perhari,
cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
mengubah
atau
menurunkan
pemasukan
dan
memerlukan intervensi
Berikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan.
Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan.
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial.
Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak
disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan
makanan
f.
cedera
Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan
sesuai
Warna kulit normal,hangat & kering
Memverbalisasikan pentingnya aktivitas secara bertahap
Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan
klien
diri
Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor
vital
Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis
(hemodialisa) berhubungan salah interpretasi informasi.
pengobantan
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan
mendukung
Instruksikan kapan harus ke pelayanan
Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit,
prosedur perawatan dan pengobatan
dan
bisa
alternatif
digunakan/
DAFTAR PUSTAKA