Oleh:
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
Intan Permata D.
Rizki Sekarsari S.P.
Labitsta Untsa A.
Surya Sukmawan S.
Elok Dwi S.
110810301116
120810301120
140810301242
140810301245
140810301248
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami ucapkan kehadirat Allah SWT.,karena berkat
rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai PSAK 45: Pelaporan
Keuangan Entitas Nirlaba. Makalah ini dibuat sebagai bahan perkuliahan Seminar
Akuntansi pertemuan kelima.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam kami ucapkan kepada
Dr. Muhammad Miqdad, SE,MM,CA,Ak.. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar
Akuntansi. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman- teman dan penulis literatur
sumber yang telah kami gunakan untuk membantu kesempurnaan penulisan makalah ini.
Kami berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi
kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Dalam penulisan makalah ini,
kami telah berusaha dengan segenap kemampuan. Tetapi kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin
Penulis
1. LATAR BELAKANG
Organisasi nirlaba memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan
organisasi yang berorientasi pada laba. Dalam menjalankan kegiatannya,
organisasi nirlaba tidak semata-mata digerakkan oleh tujuan untuk mencari laba.
Oleh karena itu, organisasi nirlaba selaknya pun tidak mengalami defisit.
Adapun bila organisasi nirlaba memperoleh surplus, maka surplus tersebut akan
dikontribusikan kembali untuk pemenuhan kepentingan publik, dan bukan untuk
memperkaya pemilik organisasi tersebut.
Seiring dengan perkembangan waktu, adanya aturan yang berkaitan
dengan laporan keuangan suatu entitas atau badan yang berorientasi non profit
atau nirlaba. Laporan keuangan nirlaba adalah suatu laporan yang menyediakan
suatu informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur dan
pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba.
Maka dari dibuatlah aturan-aturan untuk laporan keuangan nirlaba oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK 45 tentang Pelaporan
Keuangan Entitas Nirlaba yang diharapkan agar laporan keuangan suatu entitas
nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya
banding yang tinggi.
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
PSAK 45 ini mengatur tentang pelaporan keuangan entitas laba.
Dengan pedoman pelaporan, diharapkan laporan keaungan entitas nirlaba
dapat lebih mudah dipahami, memliki relevansi dan daya banding yang
tinggi.
Kepemilikan dalam organisasi laba tidak dapat dialihkan, dijual
maupun ditebus kembali sebagaimana pada organisasi bisnis. Selain itu,
kedua jenis organisasi tersebut berada dalam hal cara organiassi
memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktivitas organisasinya. Entitas nirlaba umunya memperoleh sumber daya
dari sumbangan para anggota dan donatur lain, yang idealnya.
Lebih lanjut, walaupun tidak meminta adanya pengembalian, namun
para donatur sebagai salah satu stakeholder utama organisasi nirlaba
tentunya mengharapkan adanya pengembalian atas sumbangan yang
mereka berikan. Para donatur ini, baik mempersyaratkan atau tidak, tentu
tetap menginginkan pelaporan serta pertanggungjawaban yang transparan
atas dana yang mereka berikan. Para donatur ingin mengetahui bagaimana
dana yang mereka berikan dikelola dengan baik dan dipergunakan untuk
memberi manfaat bagi kepentingan publik.
Untuk itu, organisasi nirlaba perlu menyusun laporan keuangan. Hal
ini bagi sebagian organisasi nirlaba yang scope-nya masih kecil serta
sumber daya-nya masih belum memadai, mungkin akan menjadi hal yang
menantang untuk dilakukan. Terlebih karena organisasi nirlaba jenis ini
umumnya lebih fokus pada pelaksanaan program ketimbang mengurusi
administrasi. Namun, hal tersebut tidak boleh dijadikan alasan karena
organisasi nirlaba tidak boleh hanya mengandalkan pada kepercayaan yang
diberikan para donaturnya. Akuntabilitas sangat diperlukan agar dapat dapat
memberikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan kepada donatur,
regulator, penerima manfaat dan publik secara umum.
Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya
yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan
secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk menggunakan sebagian
atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari
sumber daya tersebut.
Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumberdaya
oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber dayatersebut
dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan
terpenuhinya keadaan tertentu.
Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali. Pembatasan tersebut dapat bersifat
permanen atau temporer.
Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali.
Meski PSAK 45 didedikasikan bagi entitas nirlaba, namun standar
ini juga dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis
lainnya. Namun perlu dicatat bahwa penerapan pada organisasi selain
nirlaba tersebut hanya dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2 Tujuan Utama Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang relevan untuk memenuhi kepentingan pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali anggota, kreditur, pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba.
Pihak pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan bersama
dalam rangka menilai jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan
kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut dan ara manajer
melaksanakan tanggung jawab dan aspek lain dari kinerjanya.
Secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan
keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:
a. Jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba;
b. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan
sifat asset neto.
c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam
satu periode dan hubungan antar keduanya.
Aktivas pendanaan
1. Penerimaan kas dari sumber daya yang tidak mengharapkan
pembeyaran kembali yang penggunaannya dibatasi dalam
jangka panjang
2. Penerimaan kas dari pemberi sumber daya dan penghasilan
investasi yang penggunaannya dibatasi pemerolehan,
pembangunan dan pemerliharaan aset tetap, atau peningkatan
dana abadi.
3. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya dalam jangka
panjang
10
11
12
13
14
15
16
4. KESIMPULAN
Entitas nirlaba atau entitas non profit adalah suatu entitas yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu perihal di dalam menarik perhatian
publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap halhal yang bersifat mencari laba (moneter). Enntitas nirlaba meliputi gereja,
sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis,
bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa
sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan
beberapa para petugas pemerintah. Banyak hal yang membedakan antara
organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan,
tidak jelas siapa sesungguhnya pemilik organisasi nirlaba, apakah anggota,
klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari
hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba
membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba
yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan
usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah
jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang
Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah
dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah pemilik organisasi.
17